JENIS-JENIS TES
Mata kuliah : Evaluasi Pembelajaran Sd
Dosen pengampu : Didin tahajudin, M.Pd
KELOMPOK 6:
Fuliawati (210368)
Iyatu khoiri Septiyani (210410)
Siti Nurhalizah (210308)
Tati Rahmawati (210505)
Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kita petunjuk-Nya sehingga makalah yang berjudul “jenis-jenis tes“dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Terimakasih Kepada bapak Didin tahajudin, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Evaluasi pembelajaran sd berkatnya kami dapat menyusun Makalah yang berjudul
“jenis-jenis tes” tidak lupa juga, kepada anggota Kelompok yang telah memberikan
sumbangsih pemikiran dan Materi sehingga Makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian tes......................................................................................................................2
B. Jenis-Jenis tes........................................................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkat kualitas hidup manusia.
Lembaga pendidikan, sekolah misalnya memegang peranan yang cukup penting
dalam proses pendidikan. Guru sebagai pelaksana pendidikan juga berperan sebagai
pendidik sekaligus fasilitator yang mengarahkan siswanya untuk mencapai tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, seorang guru harus mengadakan
evaluasi. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat
diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta
mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Tes berasal dari bahasa latin (Perancis) yaitu “testum” yang berarti sebuah piring
atau jambangan dari tanah liat yang digunakan untuk memilih logam mulia dari
benda-benda lain seperti pasir, batu, tanah dsb. Istilah tes kemudian dipergunakan
dalam lapangan psikologi. Tes dapat didefiniskan sebagai suatu pertanyaan atau tugas
atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait
atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Jadi bila ada tugas
atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh seseorang tetapi tidak ada cara
mengerjakan yang benar atau salah, atau suatu usaha pengukuran yang tidak
mengharuskan subyek untuk menjawab atau mengerjakan suatu tugas, maka itu
bukanlah tugas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah:
1. Apa yang dimaksud tes ?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tes ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian tes.
iv
2. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis tes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TES
Tes berasal dari bahasa latin (Perancis) yaitu “testum” yang berarti sebuah piring atau
jambangan dari tanah liat yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain
seperti pasir, batu, tanah dsb. Istilah tes kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi.
Tes dapat didefiniskan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau
psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar.
Tes merupakan salah satu jenis penilaian yang umumnya terdiri dari seperangkap
pertanyaan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu dan dalam kondisi yang relatif sama
bagi semua siswa.
Berikut ini beberapa pengertian tes menurut para Ahli antara lain:
1. Gilbert Sax (1980) mengemukakan : tes sebagai suatu tugas atau rangkaian tugas.
2. S Hamid Hasan (1988) tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus
yang dpat dilihat dari konstruksi butir soal yang digunakan.
3. Conny Semiawan S (1986) mengemukakan tes adalah alat pengukur untuk mennnetapkan
apakah berbagai faset dari kesan yang kita perkirakan dari seseorang adalah benar merupakan
fakta.
4. Linn dan Gronlund mengemukakan bahwa tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik
bagi pengukuran sebuah sample perilaku. Dari defines ini dapat kita pahami bahwa tes
merupakan alat, cara dan langkah-langkah sistematik untuk mengukur sejumlah perilaku
tertentu dari subjek uji.
5. Kartawidjaja mengemukakan bahwa tes adalah alat evaluasi belajar yang merupakan
komponen yang paling tepat untuk mengukur tingkat keberhasilan murid dalam mencapai
tujuan pendidikan dan pengajaran.
Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa tes dapat memberikan gambaran tingkat intensitas
perilaku seseorang baik dibandingkan dengan siswa lainnya maupun dibandingkan dengan
v
tolok ukur tertentu. Dengan demikian sebuah tes hasil belajar dapat kita definisikan sebagai
alat atau prosedur sistematik untuk mengukur hasil belajar siswa.
B. JENIS-JENIS TES
Secara garis besar ada 3 jenis tes hasil belajar, yakni tes tertulis (written test), test lisan
(oral test), dan tes tindakan (performance test).
1. TES TERTULIS
Pada dasarnya ada 2 bentuk soal tes tertulis yang lazim kita kenal, yakni tes uraian atau essai
tes dan tes obyektif atau obyektif tes. Untuk memahami kedua bentuk tes tersebut, dibawah
ini akan diberikan uraian sebagai berikut :
Sifat subyektif dalam tes uraian tidak hanya terletak dalam isi jawaban siswa,
merlainkan juga bisa muncul dalam proses pemeriksaaan jawaban.Tes uraian biasanya
digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif tinggi dankompleks. Tes uraian
jarang digunakan untuk mengungkap hal-hal yang fatwal. Tes uraian biasanya digunakan jika
jumlah testi tidak terlalu banyak, jika penggunaan tes uraian terhadap testi berjumlah banyak,
maka sangat merepotkan penguji dalam memeriksa jawaban testi.
vi
5. Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menebak jawaban.
vii
e. Penggunaan Tes Uraian
Berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalanpersoalan dalam tes objektif sudah
distruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti.
Dalam tes objektif siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya
sendiri, akrena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan kecuali dalam tes isian dan
jawaban singkat, dan siswa tinggal memilih jawaban mana yang paling tepat. Penguasaan
bahan ajar yang diukur dengan tes objektif pada umumnya lebih terbatas kepada hal-hal yang
bersifat factual (dangkal) bila dibandingkan dengan tes uraian. Namun tes ini lebih cenderung
dapat mengungkap bahan ajar secara luas, karena waktu yang dibuthkan untuk mengerjakan
setiap soal relatif singkat. Proses penyekoran dan pemeriksaan hasilnya juga lebih mudah,
sehingga dalam waktu yang relatif singkat dapat diselesaikan pemeriksaan terhadap pekerjaan
siswa dalam jumlah relatif banyak.
b. Keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan tes objektif
Tes objektif mempunyai keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan. Adapun
keunggulan-keunggulan tes objektif yaitu:
1. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal objektif relatif singkat. Sehingga
butir-butir soal dapat dibuat dalam jumlah yang banyak.
2. Panjang-pendeknya suatu tes bisa berpengaruh terhadap kadar reliabilitas. Suatu tes
yang memiliki butir soal yang banyak akan cenderung lebih reliabel dibandingkan
dengan tes yang berjumlah sedikit.
3. Proses penyekoran dapat dilakukan secara mudah, karena kunci jawaban dapat dibuat
secara pasti, bahkan pemeriksaan oleh orang lain pun dapat dilakukan secara akurat.
viii
4. Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif, karena jawaban dan kunci jawaban
sudah dapat ditentukan secara pasti.
1. Terdapat kemungkinan untuk menebak jawaban dengan tepat, kecuali dalam tes
bentuk jawaban singkat/isian. Dalam tes objektif pada umumnya kemungkinan
jawaban itu sudah disediakan, dan testi tinggal memilih alternatif jawaban yang tepat.
Dalam keadaan seperti ini, meskipun testi tidak mengetahui jawaban yang benar
terhadap suatu soal, masih ada kesempatan bagi yang bersangkutan untuk menjawab
soal dengan benar, yaitu dengan cara menebak.
2. Tidak mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu persoalan. Dalam kaitan
ini, penguji hanya mengetahui jawabannya. Sedangkan bagaiman cara dan prosedur
testi menjawab tidak diketahui.
3. Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri, karena jawaban-
jawaban terhadap persoalan sudah disediakan.
4. Bahan ajar yang diungkap dengan tes objektif, pada umumnya lebih terbatas pada
hal-hal yang factual. Pengungkapan ke dalam perilaku dengan tes objektif tida
seleluasa seperti dengan tes uraian.
2. TES LISAN
1) Karakteristik tes lisan
Pada dasarnya tes lisan sama dengan tes uraian. Perbedaannya terletak dalam segi
pelaksanaannya. Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester dengan
testi. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk
mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan. Jika bahan ajar yang
diujikan sama maka ideal sekali kalau siswa mendapat perangkat soal yang sama. Tapi hal in
sulit untuk dilakukan secara serempak terhadap semua testi oleh tester yang sama. Jika
pelaksanaannya dilakukan secara bergilir, penilaian bisa menjadi tidak adil, sebab siswa yang
belakangan bisa sempat mengetahui dahulu soal yang akan diujikan. Jika testi sudah
mengetahui soal, ia akan bisa berlatih, atau mempersiapkan diri secara khusus untuk
menjawab soal-soal tersebut.
ix
2) Keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan tes lisan
Disamping memiliki keunggulan, tes lisan juga memiliki kelemahan, kelemahan yang
dimaksud diantaranya :
Lebih memungkinkan untuk terjadinya ketidakadilan Pelaksanaan tes lisan dapat
dilakukan secara lebih leluasa. Adanya keleluasaan ini bisa memberi peluang untuk
berbuat tidak adil. Misalnya, ada testi yang lama dalam ujiannya tetapi ada pula testi
yang hanya sebentar saja, ada testi yang banyak mendapat pertanyaan tetapi ada pula
testi yang mendapat pertanyaan sedikit. Ada testi yang mendapat pertanyaan yang
sulilt tetapi ada pula yang mendapat pertanyaan yang mudah. Jadi ketidak adilan ini
mungkin terjadi dari segi pemberian waktu, distribusi dan tingkat kesukaran soal atau
bisa pula terjadi dalam tolok ukur pengambilan keputusan.
Memungkinkan penguji untuk meyimpang dari lingkup bahan ajar yang diujikan.
Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh penguji sering terarahkan oleh
jawaban-jawaban testing. Penguji sering merasa penasaran dengan jawaban-jawaban
x
para testi. Jika penguji tidak menyadari hal ini maka pertanyaan yang diajukan bisa
menyimpang jauh dari lingkup bahan ajar yang diteapkan semula.
Membutuhkan waktu yang relatif lama Pelaksanaan tes lisan biasanya dilakukan
secara individual. Konsekuensinya adalah waktu diperlukan cukup banyak.
Memang ada kemungkinan saja tes lisan dapat dilakukan secara kelompok, tetapi hal
itu akan banyak mengandung kelemahan.
Memerlukan banyak format instrumen Untuk pelaksanaan tes lisan diperlukan format-
format tes yang parallel sebanyak peserta ujian atau sekurang-kurangnya beberapa
format. Penguji dituntut untuk membuat beberapa format tes yang serupa, isi dan
tingkat kesukaran tetapi tidak sama rumusan bahasanya.
Peluang subjektivitas dalam penilaian lebih terbuka Seperti halnya dengan tes uraian,
peluang subjektivitas dalam penilaian cukup besar, bahkan lebih besar dari yang kitra
duga.
Siapkan pokok soal yang akan ditanyakan beserta jawabannya. Ini perlu dibuat agar
pelaksanaan tes lisan tidak menyimpang dari lingkup bahan ajar yang akan diujikan.
buatlah beberapa format pertanyaan yang setara ruang lingkup dan tingkat kesukaran.
Dalam penulisan tes lisan, perhatikan kaidah-kaidah penulisan tes uraian
Pertimbangkanlah waktu yang dibuthkan untuk masing-masing soal atau sekurang-
kurangnya untuk masing-masing testi.
3. TES TINDAKAN
xi
Tes tindakan memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
a. Cocok digunakan untuk mengukur aspek perilaku psikomotor. Salah satu wujud
perubahan hasil belajar adalah berupa keterampilan melakukan suatu kegiatan. Aspek
keterampilan ini tidak bisa diungkap dengan tes tulis, dan hanya cocok diungkap
dengan tes tindakan.
b.Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antara pengetahuan, teori, dan
kererampilan mempraktekkannya. Penggunaan tes tertulis dan lisan terbatas kepada
pengungkapan pengetahuan teoritis. Dengan menggunakan tes tidnakan guru akan
mengetahu sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan
teoritisnya dalam kegiatan nyata sehingga informasi untuk penilaian menjadi lebih
lengkap.
c. Tak ada kesempatan untuk menyontek. Dalam tes tindakan penguji bisan
mengamati langsung bagaimana seorang testi meragakan sesuatu kegiatan. Di
samping itu keterampilan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan akan sangat
tergantung atas kemampuan dirinya, maksudnya tidak bisa meniru begitu saja.
3) Adapun kelemahan-kelamahan tes tindakan sebagai berikut:
a. Lebih sulit dalam mengadakan pengukuran Dalam pelaksanaan tes tindakan,
penguji dituntut untuk mengadakan pengamatan terhadap kegiatan testi secara cermat.
Penguji dituntut untuk mengamati semua unsure-unsur perilaku yang perlu dinilai
secar serempakdan ini relatif sulit dilakukan.
b. Memerlukan biaya yang relatif besar Pelaksanaan tes tindakan idealnya dilakukan
dalam kondisi sebenarnya atau sekurang-kurangnya dalam kondisi yang menyerupai
keadaan sebenarnya. Hal ini menuntut adanya fasilitas dan perlengkapan yang
memadai. Ditambah lagi dengan bahan-bahan yang mungkin hanya digunakan
seketika.
c. Memerlukan waktu yang relatif Pelaksanaan tes tindakan kebanyakan tidak dapat
dilakukan secara serempak, sebabakan menyulitkan penguji dalam melakukan
pengamatan. Dengan demikian, tes tindakan perlu dilakukan secara individual, dan ini
akan memerlukan waktu yang relatif lama.
xii
secara logis.
c. Buatlah petunjuk pengerjaan yang jelas dan lengkap
d. Identifiaksi alat-alat perlengkapan yang diperlukan
e. Pertimbangan kemungkinan pelaksanaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang
berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara
atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Didalam persyaratan tes didasarkan atas dua
hal yaitu: mutu tes, dan menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana. 1986. Evaluasi Hasil Belajar: Konstruksi dan Analisis. Bandung: Pustaka
Martiana.
Nana sudjan. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
xiv