DISUSUN
KELOMPOK 11
Jl. Medan – Banda Aceh, Alue Awe, Muara Dua, Kota Lhokseumawe
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt,
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “MENGKAJI PENILAIAN TEKNIK TES ”.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat kesalahan, saran,
dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang
merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat
membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan
tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala
hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Daniel M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Lhokseumawe.
2. Bapak Samsul Bahri S. Pd., M. Pd. selaku dosen pengampu
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
4. Seluruh teman–teman PGMI yang telah memberikan motivasi sehingga tugas
makalah, untuk mata kuliah Evaluasi Pendidikan ini dapat diselesaikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................. 5
A. Kesimpulan .................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................. 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknik Tes adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam
hidupnya berbeda antara individu yang satu dengar individu lainnya. Tidak ada
dua individu yang persis sama baik dari segi fisik maupun psikisnya. Ini
merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas segala ciptaan Nya dan
agar kıta semua berbakti kepadaNya. Adanya perbedaan individual itu sudah
barang tentu akan turut serta menentukan berhasıl atau tidaknya individu-individu
tersebut dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, baik berupa tugas/kewajiban
bekerja maupu tugas/kewajiban belajar, sehingga dengan demikian akan berakıbat
pula adanya perbedaan prestasi kerja maupu prestasi belajarnya.
Belajar merupakan suatu proses atau upaya yang dilakukan siswa sebagai
respons terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan proses mengajar pada siswa, apakah sudah senada atau
sesuai dengan adanya perbedaan pemahaman yang terjadi pada setiap individu,
maka perlu diciptakan alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu,
dan alat pengukur itulah yang lazim disebut dengan tes. Dengan alat pengukur
berupa tes tersebut, maka orang akan berhasil mengetahui adanya perbeda antar
individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda-beda yang dapat membedakan
individu yang satu dengan individu lainnya. Pengantar Evaluasi Pendidikan indi-
vidu yang lain, maka kemudian timbul pula bermacam- macam tes.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Tes
2. Bagaimana Penyusunan Tes belajar
3. Bagaimana Bentuk-Bentuk Tes Pembelajaran dan Analisis
Permasalahan yang terdapat di dalam Tes
4. Apa saja Contoh Pemberian Skring/Scor Pada Peilaian Tes
5. Apa saja Konsep Tes Secara Benar
6. Bagaimana Pengembangan Alat Penilaian Tes Belajar
7. Apa saja instrumen Penilaian Tes
C. Tujuan
Adapun Tujuan Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Tes
2. Untuk Mengetahui Penyusunan Tes belajar
3. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Tes Pembelajaran dan
Permasalahan Terkait Bentuk-Bentuk Tes dan Solusinya
4. Untuk Mengetahui Contoh Pemberian Skring/Scor Pada Penilaian Tes
5. Untuk Mengetahui Konsep Tes Secara Benar
6. Untuk Mengetahui Pengembangan Alat Penilaian Tes Belajar
7. Untuk Mengetahui Instrumen Penilaian Tes
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes
Menurut bahasa Indonesia kata “tes” diartikan sebagai “ujian” atau
“percobaan”. Sedangkan menurut istilah pengertian tes sendiri sangat
beragam salah satunya definisi yang dikutipkan dari Webster’s Collegiate
“test, any series of questions or excercise or other means of measuring the
skill, knowledge, intelligence, capacities of aptitudes or an individual or
group” yang kurang lebih artinya demikian :
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.” Fungsi digunakannya tes
dalam pendidikan ialah untuk mengukur siswa dan mengukur keberhasilan
program pembelajaran. 1
Tes
Hasil Perilaku
1
Daryanto, EVALUASI PENDIDIKAN, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2014), hlm 35.
6
sehingga guru dapat mengetahui apakah, siswa sudah mencapai tujuan dari
materi pembelajaran yang diajarkan.
B. Penyusunan Tes Belajar
Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes, tentu saja setiap guru akan
dengan mudah mengatakan bagian pelajaran mana yang akan dicakup dalam
sebuah tes jika sudah diketahui tujuannya.
Urutan langkah penyususan tes yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan tujuan mengadakan tes.
2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes.
3. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
4. Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat
pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu. Tabel ini
digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku
yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
5. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek ber-
pikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut Uraian
secara terinci tentang tabel spesifikasi, akan disajikan pada bab beri-
kutnya.
6. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator yang
sudah dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang
dicakup. 2
C. Bentuk-Bentuk Tes Pembelajaran
Tes dibagi menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut :
a. Tes Subjektif
Tes Subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk
esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban vang ber-
sifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului
dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, banding-
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar EVALUASI PENDIDIKAN, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2015) hlm
167.
7
kan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya
tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s.d. 120
menit. Soal-soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat
mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian
yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esal menuntut
siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama ha-
rus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
1) Kelebihan-Kelebihan Tes Subjektif
a. Mudah disiapkan dan disusun.
b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan.
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta me-
nyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan.
2) Kekurangan-Kekurangan Tes Subjektif
a. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-
segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelaja-
ran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan indi-
vidual lebih banyak dari penilai.
e. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada
orang lain.
8
a. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang
diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya
komprehensif.
b. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin
langsung dari buku atau catatan.
c. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci
jawaban serta pedoman penilaiannya.
d. Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara
"Jelaskan", "Mengapa", "Bagaimana", "Seberapa jauh", agar dapat
diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
e. rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
tercoba.
f. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh
penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi
harus spesifik. Contoh:
Coba jelaskan tentang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
RI!
Pertanyaan ini kurang spesifik. Sebaiknya ditambah penjelasan se-
hingga menjadi:
Coba jelaskan tentang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI
yang diadakan di Kantor Kabupaten tanggal 17 Agustus 1998 yang
lalu, ceritakan mengenai:
Pengaturan tempat.
Pejabat dan undangan yang hadir.
Acara peringatan.
Atraksi yang disuguhkan.
Hidangan yang diberikan.
b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya dapat dilakukan
secara objektif. Dalam tes ini jumlah soal yang diajukan lebih banyak
9
dari pada tes esai, kadang-kadang untuk tes yang berlangsung 60 menit,
dapat diberikan 30-40 buah soal.
1) Kelebihan-Kelebihan Tes Objektif
a. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih
representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat
dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi
siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat
menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknolo-
gi.
c. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
d. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memen-
garuhi.
10
yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat
spekulatif itu.
11
yang pendek. Serta dalam mengurutkan soal dan jawabannya hen-
daknya tidak di buat ajeg (teratur, atau tetap), akan tetapi dibuatlah
berselang seling sehingga dapat mencegah timpulnya permainan
spekulasi pada siswa. Contohnya :
Contoh tidak bagus :
Contoh bagus :
Berdasarkan analisis kami diatas, tes ini baik digunakan untuk kelas
rendah seperti 1, 2, 3 MI/SD, sedangkan untuk kelas 4,5,6 menurut
kami tes ini kurang cocok atau sesuai apa bila dijadikan sebab alat
untuk mengukur penilaian di kelas tinggi, kecuali suatu saat nanti
adanya modifikasi terkait tes ini, sehingga tes tersebut dapat
dijadikan sebagai referensi penunjang dalam penilai tes, dan menurut
kami tes akan sangat cocok apa bila dijadikan sebagai sebuah game
dalam kelas, hal ini dilakukan untuk membuat peserta didik aktif,
dan tidak bosan di dalam kelas pada saat guru menjelaskan materi
ajaran.
12
terkadang terdapat kesalahan-kelasahan dalam pertanyaan atau jawaban
yang tertera di dalam tes tersebut, misalnya saja terdapat soal yang
memiliki 2 jawaban dalam satu pertanyaan sehingga membuat para peseta
didik ragu akan jawaban yang mereka pilih, ataupun penulisan soal yang
jawabanya kurang sepesifik sehingga sering dijadikan sebagai bonus dan
ditingalkan, atau jawaban di soal tersebut dibiarkan kosong, sedangkan
permasalahan lainnya ialah, pelaksanaan pembuatan tes pilihan ganda,
yang memerluka waktu tidak singat (lama), membuat guru malas dan
jenuh dalam mencari bahan, sehingga memilih alternatif lain, yaitu
dengan hanya mempastekan atau mengkopykan soal dari google, buku
cetak, dan lain-lain, apalagi dengan kemajuan teknologi saat ini, apa pun
bisa diperoleh degan mudah termasuk contoh soal tes pihan ganda, maka
dari itu tidak mengherangkan terkadang ketika ujian dengan
menggunakan tes pilihan ganda, kita mendapatkan adanya pertanyaan
yang tidak sesuai ataupun tidak terkait sangkut pautnya dengan materi
yang di ajarkan oleh guru.
Dari permasalahan tersebut, solusi atau saran yang dapat kami berikan
ialah, dalam pembuatan soal tes pilihan ganda, guru harus lebih peka dan
memperhatikan terkait pertanyaan yang diajukan, misalnya saja, apakah
isi pertanyaan tersebut telah dapat mewakili secara representatif terhadap
keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan atau
diujikan, dan tidak hanya itu, guru yang baik, ia akan mengecek kembali
apakah soal yang dibuatnya sudah sesuai antara pertanyaan dan jawaban,
atau pun untuk melihat keselahan-kesalahan lainnya yang sering terdapat
dalam tes pilihan ganda. Oleh sebab itu berdasarkan analisis kami, hal
tersebut perlu dilakukan agar dapat menimalisir kesalah-kesalahan yang
terjadi dalam pilihan ganda.
Guru yang aktif dia tidak akan hanya melaksanakan tes pilihan ganda,
hanya dengan model melengkapi lima pilihan saja, tetapi ia akan membu-
at tes pilihan ganda yang bervariatif, apalagi untuk saat ini inovasi ben-
13
tuk tes objektif pilihan ganda sangat berkembang, sehingga dapat men-
jadi referensi bagi guru, apabila ingin melakukan tes pilihan ganda
mengikuti model perkembanganya, seperti model pilihan ganda asosiasi
dengan lima atau empat pilihan, model melengkapi berganda, model ana-
lisis hubungan antar hal, model analisis kasus, model hal kecuali, model
hal kecuali, model hubungan dinamik, dan terakhir model pemakaian dia-
gram, grafik, peta atau gambar. Hal ini kami sarankan mengingat banyak
guru atau para tester yang menggunakan ataupun melaksanakan tes pili-
han ganda sebagai alat ukur penilaian.
d.Tanggerang
14
Mungkin solusi untuk permasalahan tersebut ialah, guru dalam
melakukan tes matching lebih memperhatikan terkait butiran-butiran item
atau soal yang disajikan dalam tes matching ini kurang dari 10 dan jangan
lebih dari 15 butir soal, serta soal yang diberikan itu sesuai dengan materi
yang diajarkan. Kedua, hendak tes matching diatur sedemikian rupa,
misalnya seperti kelompok soal atau jawaban berada pada satu halaman
kertas, jangan sampai berpindah atau bersambung ke halaman berikutnya.
Serta dalam pembuatan jawaban hendaknya ditambahkan sekitar 20 %
item, misalnya soal tes matching terdiri dari 10 item, sedangkan jawaban
yang di sediakan, sekitar 13, atau 12 item, hal ini dilakukan untuk men-
gecoh para testee terutama pada saat detik-detik dimana tinggal satu per-
tanyaan yang belum dipasangkan, sedangkan pasangan yang harus dipilih
tinggal 2 atau 3 saja.
Menurut analisis kami terkait tes matching, kami merasa bahwa tes
ini kurang sesuai apabila ingin dijadikan sebagai alat tes untuk mengukur
penilaian, terutama untuk penilaian akhir di kelas 4,5,dan 6, namun tes
ini bisa dijadikan sebagai alternatif diakhir penutup materi yang diajarkan,
misalnya seperti games (permainan) yang dibuat setelah guru selesai men-
jelaskan materi pelajaran, guru dapat menulis soal dan jawaban di papan
tulis sesuai dengan materi yang diajarkan di hari tersebut, lalu mem-
bagikan kelompok, setiap siswa dalam kelompok berkesempatan untuk
mencocokan satu jawaban dengan satu soal, apabila anak tersebut salah
guru dapat memberikan punishment (hukuman) seperti bernyanyi di de-
pan kelas, sedangkan bagi siswa yang bisa menjawab maka, akan diberi-
kan reward (hadiah) misalnya saja seperti permen. hal ini dilakukan untuk
mengukur tingkat keberhasilan belajar terkait materi yang sedang di ajar-
kan oleh guru di hari tersebut.
15
Contoh:
1. Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun..........
2. Air akan membeku pada suhu...............derajat Fahrenheit. 3
Solusi yang dapat kami berikan ialah terutama kepada tester dan
guru, apabila ingin membuat soal atau pun pertanyaan terkait tes comple-
tion atau tes lainnya, di usahkan bahwa tes tersebut dapat bermanfaat bagi
testee dan peserta didik, serta benar-benar dapat dijadikan sebagai alat
ukur untuk penilaian, bukan hanya karena tuntutan profesi saja, maka dari
itu solusi terkait analisis kami, bahwa tester harus lebih memperhatikan
penyusunan kalimat yang diberikan, serta tidak lupa memperhatikan
apakah bahan soal atau pertanyaan sesuai dengan materi yang diberikan,
dan apabila pembuatan selesai (finish) maka diharapkan tester dapat men-
gecek kembali pertanyaan dan kunci jawaban yang dibuat, sehingga dapat
menghindari adanya soal-soal atau pertanyaan yang tidak relevan.
3
Ibid, hlm. 177-190.
4
Amin Otoni Harefa, “PENILAIAN DAN HASIL BELAJAR”, Jurnal Pendidikan, hlm 17 (Diunduh dari
laman 168518-ID-penilaian-dan-hasil-belajar.pdf pada 14 Maret 2021.)
16
Tes hasil belajar untuk mata pelajaran IPS, dengan menggunakan bentuk
tes objektif pilihan ganda dengan jumlah butir tes 20 (dua puluh), apabila
nantinya skor total dari 20 butir tes tersebut 100, maka setiap butir tes jika
peserta testee menjawab benar 1 (satu) butir tes maka skor dalah 100 : 20 = 5,
jika benar 10, maka skor adalah 10 x 5 = 50. Angka 50 ini disebut skor
(bukan nilai, dan atau bobot).
Contoh : 2
Hasil pelaksanaan tes hasil belajar bidang studi Matematika bentuk tes
subjektif esei menyajikan 5 (lima) butir soal, dengan skor total 80 dengan
rincian sebagai berikut :
Untuk soal nomor 1 (kategori mudah) dengan skor = 10
Untuk soal nomor 2 (kategori sedang) dengan skor = 18
Untuk soal nomor 3 (kategori mudah) dengan skor = 12
Untuk soal nomor 4 (kategori sukar) dengan skor = 24
Untuk soal nomor 5 (kategori sedang) dengan skor = 16
17
E. Konsep Tes Secara Benar
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik atau benar sebagai alat pengukur,
harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
a. Validitas.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur.
b. Reliabilitas.
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap.
c. Objektivitas.
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes
tersebut tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi
d. Praktikabilitas.
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
e. Ekonomis.
Sebuah tes dapat dikatakan ekonomis apabila dalam pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang
banyak, dan waktu yang lama. 5
5
Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar EVALUASI PENDIDIKAN, op. Cit., hlm 72-77.
18
3) Rating Scale (RS). Berbeda dengan AR yang tidak terstruk tur. RS dapat
memberikan prosedur yang sistimatik dalam mencatat dan melaporkan
hasil evaluasi, hasil observasi yang terstruktur, dan ada degree yang
dipilih.
4) Cecklist (CL). Ceklist hampir sama dengan RS, perbedaannya adalah
macam pilihan yang diberikan untuk pertimbangan. Pada RS ada degree
atau tingkatan yang harus dipilih. Pada CL yang dipilih adalah YA atau
TIDAK karakteristik yang disebutkan dalam pilihan, jadi lebih seder-
hana. 6
6
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrument Evaluasi, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2008) hlm 190.
7
Ibid, hlm. 221.
19
Tes 10) Pertanyaan lisan/tertulis Soal dan
harian 11) Isian singkat Perintah
UTS 12) Menjodohkan
UAS 13) Pilihan ganda
14) Unjuk kerja dalam waktu
singkat (dilengkapi
rubrik).
1.
2.
1. Penilaian Kognitif
a) Metode Kegiatan :
b) Bentuk Instrumen :
c) Kisi-kisi Instrumen Penilaian :
No Indikatot Tingkat Butir
Kesukaran Instrumen
1.
2.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengertian
tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur penting. Jika dilihat dari ben-
tuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi jenis, yaitu: Tes
Tertulis Bentuk Uraian (Essay) dan Tes Objektif.
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawa-
ban uraian, baik uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas.Tes
Objektif, Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously
scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara
1 atau 0
21
DAFTAR PUSTAKA
22