Disusun Oleh
Nadia Nurul Fajrin (11180161000043)
Avina Yustriani (11180161000051)
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Bentuk Tes, Ciri-
Ciri Tes yang Baik, dan Kisi-Kisi Tes. Makalah ini disusun sebagai tugas pada mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Biologi.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak dapat selesai dengan
baik tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd.selaku dosen pengampu mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Biologi yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-
teman yang sudah memberi bantuan serta dukungannya.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat karunia serta anugerah dari
Allah SWT. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
serta dapat menambah ilmu pengetahuan baru untuk pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Tes merupakan suatu bentuk alat evaluasi untuk mengukur seberapa jauh tujuan
pengajaran telah tercapai ,jadi berarti evaluasi terhadap hasil belajar. Tes yang baik harus
memenuhui beberapa persyaratan, yaitu objektif, valid (sahih), dan reliable (andal),
praktibilitas, dan ekonomis. Dalam dunia pendidikan, tes hasil belajar adalah kegiatan
yang sering dilakukan. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan peserta didik dalam memahami materi-materi pembelajaran.
Selain mengajar guru juga dituntut untuk melakukan kegiatan evaluasi terhadap
siswa karena dengan evaluasi ini maka tujuan dari pembelajarn bisa diketahui apakah
sukses atau tidak. Namun demikian, tidak semua evaluasi mampu mengukur hal tersebut.
Terkadang instrumen tes yang dipergunakan tidak layak yang menyebabkan tujuan dari
pembelajaran sulit dipastikan keberhasilannya. Oleh sebab itu guru setidaknya harus
mampu membuat serta menyusun soal dengan benar sehingga bisa digunakan untuk
menukur hasil belajar dan kesuksesan dari tujuan pembelajaran.
Tes hasil belajar merupakan sumber data bagi guru untuk mengetahui berapakah
nilai peserta didik. Tes hasil belajar juga dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi guru
maupun pihak sekolah. Dengan tes tersebut peserta didik dapat mengetahui dimana
posisinya jika dibandingkan dengan teman-temannya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibuat makalah ini agar kami mahasiswa
jurusan pendidikan bisa lebih memahami bentuk-bentuk tes, ciri-ciri tes yang baik, fungsi
kisi-kisi, hingga contoh soal berdasarkan kisi-kisi. Karena pada nantinya mahasiswa
pendidikan akan menjadi guru yang mengajar dan tentunya juga membuat tes hasil
belajar.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk-bentuk tes hasil belajar?
2. Bagaimana ciri-ciri tes yang baik?
3. Bagaimana pelaksanaan tes hasil belajar?
1
2
1
Zulkifli Matondang, dkk, Evaluasi Hasil Belajar, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2019), hlm. 42.
2
Yahya Hairun, Evaluasi Penilaian dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hlm. 68.
3
M. Zaim, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 80.
3
4
4
Matondang, dkk. Op.Cit., hlm. 43.
5
5
Rahmat, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam., (Yogyakarta: Bening Pustaka, 2019),
hlm. 98.
6
Zaim, Op.Cit., hlm. 77.
6
7
Ibid., hlm. 78.
7
8
Zaim, Op.Cit., hlm. 76.
8
Adapun menurut M. Zaim (2019) bentuk tes dibedakan atas tiga jenis, yaitu tes tulis
(written test), tes lisan (oral test), tes tindakan (performance test). Penjelasan ketiga bentuk
tes ini yaitu sebagai berikut.
A. Test Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang diberikan secara tertulis kepada siswa dan jawabannya
juga diberikan secara tertulis pada format lembaran yang disediakan. Macam-macam
tes tertulis yaitu tes objektif dan tes uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya.
B. Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang pertanyaannya disampaikan secara lisan dan jawabannya
juga disampaikan secara lisan. Tes lisan mempunyai kesulitasn tersendiri, baik dilihat
dari sisi penguji maupun peserta tes, karena kualitas yang diberikan kepada peserta tes
harus sama, sementara peserta tes bisa saja sudah berkomunikasi antara yang sudah
dites dan yang belum dites selama tes berlangsung tanpa sepengetahuan penguji.
Berikut ini adalah beberpa petunjuk praktis bagaimana pelaksanaan tes lisan dapat
dilaksanakan:
1) Sebelum tes dilaksanakan, lakukan inventaris pertanyaan yang akan diberikan
dengan berbagai variasinya sehingga validitas pertanyaan dapat dijaga, baik dari isi
maupun konstruksinya.
2) Setiap butir soal yang diberikan harus dilengkapi dengan kunci jawaban yang benar
agar penguji mempunyai kriteria yang pasti dalam memberikan skor pada setiap
pertanyaan yang diberikan.
3) Skor harus diberikan segera setelah siswa selesai dites, jangan menunda pemberian
skor setelah semua siswa dites.
4) Harus diusahakan keseimbangan waktu dalam melaksanakan tes antara satu siswa
dengan siswa lainnya.
10
C. Tes Tindakan
Tes tindakan adalah tes yang pertanyaannya meminta siswa untuk melakukan
tindakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Tes tindakan biasanya diberikan untuk mengukur kompetensi psikomotor atau
keterampilan. Pelaksanaan tindakan dapat dilakukan secara individu mauapun
kelompok kecil kalau masing-masing individu memerlukan interaksi antara satu
dengan yang lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus menjadi perhatian
khusus penguji dalam melaksankan tes tindakan.
1) Penguji harus mengamati dengan cermat tindakan yang dilakukan oleh peserta tes
terhadap tugas yang harus dilakukannya.
2) Penguji disarankan untuk tidak berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat
mengganggu proses selama peserta tes melakuan tindakan yang harus
dilakukannya.
3) Penguji menilai berdasarkan instrument penilaian yang telah disiapkan untuk itu
dalam bentuk scoring rubric penilaian yang disusun berdasarkan indikator
penilaian. 9
2. 2 Ciri-Ciri Tes yang Baik
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur harus memenuhi kriteria sebagai
berikut yaitu memiliki validitas, reabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis.
A. Validitas
Kata validitas sering disamakan artinya dengan ketepatan atau kesahihan. Soal valid
atau tidaknya suatu tes adalah soal yang terpenting di antara persyaratan lain yang telah
disebutkan di muka itu. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur secara tepat. Misalnya untuk mengukur besarnya partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh siswa pada
waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: presensi, fokus tidaknya perhatian siswa pada
pelajaran, dan ketepatan siswa dalam menjawab yang diajukan guru. Nilai yang
9
Ibid., hlm. 82 – 83.
11
10
Ibadullah Malawi dan E.S. Maruti, Evaluasi Pendidikan, (Magetan, AE Media Grafika, 2016),
hlm. 22.
12
Yaitu ketepatan suatu tes ditinjau dari susunan tes tersebut. Misalnya kalau kita
ingin memberikan tes kecakapan ilmu pasti, kita harus membuat soal yang ringkas
dan jelas yang benar-benar akan mengukur kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur
kemampuan bahasa karena soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa
yang sulit dimengerti.11
B. Reabilitas
Dalam bahas Indonesia kata reliabilitas diartkan “dapat dipercaya” atau “keajegan”
atau “ketetapan”. Sebuah tes dikatakan reliable atau dapat dipercaya apabila
memberika hasil yang tetap atau ajeg jika diteskan berkali-kali. Dengan perkataan lain,
apabila kepada peserta tes diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka
setiap peserta tes akan memperoleh peringkat yang sama dalam kelompoknya.
Walaupun tampaknya hasi tes pada pengetesan kedua lebih baik, akan tetapi karena
kenaikan dialami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan tes kedua barangkali disebabkan adanya
“pengalaman” yang diperoleh pada waktu pengerjaan tes pertama. Dalam keadaan
seperti ini dikatakan ada practice-effect, yaitu adanya akibat yang dibawa karena siswa
telah mengalami suatu kegiatan
C. Objektivitas
Kata Objektif berarti tidak terpengaruh oleh unsur pribadi atau unsur subjektif dari
penilai atau unsur bentuk tes. Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak
kemungkinan kepada pihak penilai dalam memberikan penilaian menurut caranya
sendiri. Oleh karena itu pada saat kini terdapat kecenderungan penggunaan tes objektif
dalam berbagai bidang, dengan disediakan pedoman sistem skring yang jelas dan rinci.
D. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut
bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes dikatakan praktis apabila tes
tersebut:
11
Ely Djulia, dkk, Evaluasi Pembelajaran Biologi, (Medan, Yayasan Kita Menulis, 2020), hlm. 10.
13
12
Kemendikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan, 2016, hlm. 5.
14
13
Kemendikbud, Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2015), hlm. 37 – 38.
14
Kemendikbud, 2016, Op.Cit., hlm. 3.
15
Kemendikbud, 2015, Op.Cit., hlm. 41.
16
16
Ibid., hlm. 38
17
17
Abdorrakhman Gintings, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Hmaniora, 2010) hlm. 190.
18
b. Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes. Tes
merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran yang disampaikan, guru dalam mengevaluasi peserta didik akan
memberikan soal tes evaluasi yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan
pencapaian evaluasi terhadap pembelajaran tertentu. Dalam pembuatan soal yang
menggunakan kisi-kisi, penulis akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan tes.
c. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif sama, dari
segi tingkat kedalamannya segi cakupan materi yang ditanyakan. Penulisan kisi-kisi
berfungsi untuk menyelaraskan perangkat soal, sehingga hal ini juga akan
mempermudah dalam proses evaluasi.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.:
1) Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus atau kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2) Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3) Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.18
2. 6 Syarat-Syarat Kisi-Kisi
Kisi-kisi yang baik dapat memudahkan dalam menyusun berbagai paket tes dengan
tingkat kesulitan, kedalaman, dan cakupan materi yang sama. Kisi-kisi soal yang baik
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a. Mewakili isi kurikulum/kemampuan yang akan diujikan.
b. Komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami.
c. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
2. 7 Cara Menyusun Kisi-Kisi Tes
Kisi-kisi merupakan merupakan matrik berisi informasi yang akan dijadikan
pedoman dalam menulis dan merakit soal menjadi instrument penilaian. Dengan adanya
kisi-kisi, penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan penilaian.
Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi hendaknya memperhatikan empat aspek
berikut.
18
Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018 ) hlm 35-37.
19
1) Urgensi, secara teoritis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai dan
memiliki nilai manfaat bagi peserta didik.
2) Relevansi, materi yang dipilih memiliki keterkaitan dengan materi lainnya dan
sangat diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang lain.
3) Kontinuitas, materi yang dipilih merupakan kesinambungan dari materi lanjutan
atau pendalaman materi sebelumnya. Baik yang dipelajari pada jenjang yang sama
maupun antar jejang.
Berikut ini cara menyusun kisi-kisi soal tes hasil belajar.
a. Indikator merupakan ciri-ciri perilaku yang dapat diukur sebagai petunjuk untuk
membuat soal.
b. Pada indikator harus mengandung unsur Audience (peserta didik), Behavior
(perilaku), Condition (kondisi), dan Degree (tingkat).
c. Selain itu juga dituntut ketepatan dalam menentukan kata kerja operasional (KKO)
yang berguna untuk mengetahui level kognitif yang akan diuji.
d. Langkah terakhir adalah merakit soal berdasarkan indikator yang telah dibuat.
Adapun format kisi-kisi penulisan soal memuat identitas kisi-kisi dan matrik
spesifikasi rumusan butir soal. Pada identitas minimal memuat nama satuan
pendidikan, mata pelajaran, program studi (jika ada). Serta tercantum juga kurikulum.
Alokasi waktu, dan jumlah dan bentuk soal serta penyusunan soal. Sedangkan pada
matrik, spesifikasi setidaknya mencakup Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Juga
materi, kelas dan semester, indikator, bentuk soal, dan nomor soal.
Pada kurikulum 2013, KI dan KD telah disediakan sehingga tidak perlu
menyusunnya. Sedangkan untuk materi dan indikator, penulis kisi-kisi harus
merumuskan. Sebagai referensi dapat menggunakan RPP dan silabus. Namun yang
perlu diperhatikan bahwa indikator yang terdapat daam RPP dan silabus tidak mesti
bisa dijadikan indikator untuk penulisan kisi-kisi.
Indikator yang dikembangkan dalam RPP dan silabus adalah indikaor pencapaian
kompetensi (IPK) untuk mengetahui ketercapain tujuan pembelajaran. Indikatornya
dapat dipergunakan untuk keperluan penyusunan kisi-kisi Penilaian Harian. Jadi yang
harus diperhatikan adalah pemanfaatan kisi-kisi itu disusun untuk fungsi penilaian
20
formatif atau sumatif. Beda halnya apabila kisi-kisi disusun untuk kepentingan ujian,
sebagai dasar penyusunan indikator adalah standar kompetensi lulusan atau SKL.19
2. 8 Contoh Soal Kisi-Kisi
KISI-KISI SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS
Bahan
No. Bentuk No.
SK/KD Indikator Kelas/ Materi Indikator Soal
Urut Soal Soal
Smt.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (7)
1. 3.4. Menjelaskan Menjelaskan XI /2 Alat pernafasan Siswa dapat PG 7
keterkaitan antara struktur dan manusia berupa menentukan cara
struktur fungsi dan fungsi alat- paru-paru, bronkus, pertukaran gas di
proses serta alat bronkiolus dan alveolus.
kelainan/penyakit pernafasan alveolus yang
yang dapat terjadi pada manusia. membangun sistem
pada sistem yang khas.
pernafasan pada
hewan dan manusia.
19
Ibid., hlm. 45 – 49.
21
3. 1 Kesimpulan
Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur
perkembangan atau kemajuan peserta didik setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran. Bentuk-bentuk tes hasil belajar yaitu ada bentuk tulis, lisan, dan tes
tindakan. Bentuk tes tulis dibagi lagi menjadi tes objektif dan tes uraian. Macam-macam
tes objektif yaitu tes benar-salah, tes menjohkan, tes pilihan ganda, tes jawaban singkat,
dan tes melengkapi. Sebuah tes dapat dikatakan baik harus memenuhi kriteria yaitu
memiliki validitas, reabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis. Pelaksanaan tes
hasil belajar yaitu pada penilaian harian, penilaian akhir semester, ujian kenaikan kelas,
dan ujian akhir. Adapun kisi-kisi soal adalah peta yang menggambarkan komposisi soal
yang akan dijadikan sebagai pedoman bagi pembuat soal. Fungsi kisi-kisi yaitu sebagai
panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun, untuk menyelaraskan
perangkat soal, dan agar penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan tes. Dalam penyusunan kisi-kisi harus memuat identitas minimal nama satuan
pendidikan dan mata pelajaran. Penyusunan kisi-kisi seusai dengan indikator baik dari
RPP ataus SKL.
3. 2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sebagai bahan evaluasi kami untuk pembuatan makalah-makalah
selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24