Anda di halaman 1dari 40

JENIS-JENIS INSTRUMEN EVALUASI DAN UJI POKOK

“ Soal Berbasis Kritis, Kreatif, Berpikir Sistem Dan Reflektif ”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi

Dosen pengampu :

Iwan Ridwan Yusuf, M.Pd

Disusun oleh kelompok 4 :

1. Indah Lutfiyatul ‘Aeni (1182060048)


2. Liya Nur Fatimah (1182060060)
3. M. Irfan Faiz (1172060070)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb………..

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyusun makalah ini, tak lupa pula kami panjatkan rasa syukur
kami terhadap Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman yang
lebih terang.

Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


dosen kami Bapak Iwan Ridwan yusuf, M.pd, yang telah membimbing kami
sehingga kami insya allah dapat membuat makalah ini dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah. Kami menyadari mungkin masih banyak kekurangan-
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami sangat menerima
kritik dan saran dari para pembaca.

Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga makalah yang kami buat ini
dapat bermanfaat untuk para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum wr.wb……..

Bandung, 05 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1.LatarBelakang ..........................................................................................1
1.2.RumusanMasalah .....................................................................................2
1.3.TujuanPenulisan .......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................3
2.1 Pengertian Instrumen Evaluasi dan Jenisnya ...........................................3
2.2 Uji Pokok .................................................................................................6
2.3 Soal Evaluasi Berbasis Kritis ...................................................................9
2.4 Soal Evaluasi Berbasis Kreatif .................................................................17
2.5 Soal Evaluasi Berpikir Sistem ..................................................................25
2.6 Soal Evaluasi Berpikir Reflektif ..............................................................29
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ................................................................36
3.1. Simpulan ................................................................................................36
3.2. Saran ......................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Instrumen evaluasi pembelajaran merupakan alat ukur yang dipakai dalam suatu
pembelajaran, untuk menilai dan mengevaluasi sampai sejauh mana proses pembelajaran
mencapai sasarannya. Dalam realitas, kata evaluasi sering kali dipakai dengan kata
penilaian karena adanya tes yang sering dipakai dalam proses pembelajaran biologi.
Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat ukur yang digunakan dalam rangka kegiatan
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik.

Pada era yang serba maju ini, seorang guru atau pendidik dituntut untuk bisa
membuat peserta didik atau muridnya menjadi murid yang dapat berfikir kritis, kreatif
dan lebih rasional. Oleh karena itu, seorang guru dituntut agar bisa lebih memahami
segala hal pada zaman ini, misalnya dalam hal pembuatan instrumen evaluasi, seorang
guru harus lebih aktif dan pandai dalam hal tersebut. Oleh karena itu, dalam pembuatan
instrumen evaluasi seorang guru harus memahami bagaimana cara dan kiat-kiat dalam
membuat instrumen evaluasi tersebut agar nantinya evaluasi yang kita berikan
memberikan dampak dan efek yang dibutuhkan oleh murid-murid kita untuk menghadapi
segala tantangan zaman pada masa sekarang ini. Seorang guru juga harus senantiasa
memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswanya.

Proses evaluasi harus dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui seberapa
jauh dan seberapa paham seorang siswa dalam menanggapi dan menerima sebuah materi
atau pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Dalam proses evaluasi perlu
digunakan beberapa metode yang dapat mengasah kemampuan siswa baik itu dalam
aspek berfikir kritis, kreatif, berfikir sistem ataupun berfikir reflektif, agar nantinya siswa
tersebut dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan sebuah
persoalan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu instrument evaluasi dan apa saja jenisnya?
2. Apa itu uji pokok?
3. Bagaimana soal berbasis kritis, kreatif, berfikir sistem, dan berfikir reflektif
digunakan sebagai jenis instrument evaluasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi instumen evaluasi dan mengenal jenis-jenisnya.
2. Memahami apa itu uji pokok.
3. Mengidentifikasi soal berbasis kritis, kreatif, berfikir sistem, dan berfikir reflektif
yang digunakan sebagai jenis instrument evaluasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen Evaluasi dan Jenis-Jenisnya

Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat ukur yang digunakan dalam rangka
kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik. Menurut Standar Penilaian Pendidikan (Permendiknas Nomor 20
Tahun 2007), kegiatan guru dalam penilaian hasil belajar yang terkait dengan instrumen
dan teknik penilaian hasil belajar. Instrumen arti sederhananya adalah seperangkat alat
ukur berupa tulisan, materi, lisan yang dipakai untuk mengukur sesuatu. Alat ukur yang
dimaksud adalah yang digunakan dalam pendidikan.

Pengelompokkan alat ukur atas dasar prosedur pengumpulan datanya terbagi


menjadi dua kelompok yaitu tes dan non tes. Pengelompokkan alat ukur tes menurut
Noehi dkk terdiri atas tes objektif, tes jawaban singkat, tes menyelesaikan masalah, tes
uraian. Tes objektif terdiri dari pilihan berganda, menjodohkan, dan benar salah. Tes
jawaban singkat terdiri dari isian, melengkapi dan memberi label. Tes uraian terdiri atas
jawaban terpimpin, jawaban terbatas, dan jawaban terbuka.

Jenis-jenis instrumen evaluasi :

A. Tes
Tes diartikan sebagai alat dan memiliki prosedur sistematis yang dipergunakan untuk
mengukur dan menilai suatu pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap
seprangkat konten dan materi tertentu. Suharsimi Arikunto menyatakan tes adalah
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang baik
memiliki cirri-ciri yaitu : Valid (tesnya tepat dalam mengukur), reliable (tesnya tetap
dalam mengukur), objektif (Penilaiannya tidak berubah-ubah), praktikabilitas dan
ekonomis.
Tes mempunyai prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematis, dan objektif yang
hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses
pengajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian, tes memiliki peranan yang
sangat penting dalam dunia pendidikan. Tes memiliki 4 fungsi yaitu: 1) Sebagai alat
untuk mengukur prestasi yakni tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah

3
dicapai siswa dan mengukur keberhasilan dan yang belum berhasil dari program
pembelajaran serta langkah kedepannya.
2) Sebagai motivator dalam pembelajaran, untuk itu pentingnya umpan balik yakni
nilai untuk meningkatkan intensitas belajar.
3) Upaya perbaikan kualitas pembelajaran seperti tes penempatan, tes diagnostic, tes
formatif. Tes penempatan disesuaikan dengan minat dan bakat siswa masing-masing
sehingga hasil tes mereka dapat posisi tertentu.
4) Persyaratan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan aspek psikis tes terbagi atas lima golongan, yaitu :


1) Tes inteligensi, untuk mengungkap atau memprediksi tingkat kecerdasan
seseorang.
2) Tes kemampuan/Aptitude test, untuk meengungkap kemampuan dasar atau bakat
khusus yang dimiliki seseorang.
3) Tes sikap/ Attitude test, untung mengungkap pre disposisi atau kecenderungan
seseorang untuk melaksanakan sesuai respons terhadap objek yang disikapi.
4) Tes kepribadian/Personality test, untuk mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang
yang sedikit banyaknya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian,
nada suara, hobi,dll.
5) Tes hasil belajar/Achievement test, untuk mengungkap tingkat pencapaian
terhadap tujuan pembelajaran atau hasil belajar.

Langkah-langkah penyusunan tes :

1. Menetapkan tujuan
2. Analisis kurikulum
3. Analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menulis indikator
6. Menulis soal
7. Reproduksi tes terbatas
8. Uji coba
9. Analisis soal
10. Revisi soal
11. Menentukan soal-soal yang baik

4
12. Merakit soal menjadi tes-tes

Macam-macam tes :

1. Tes objektif, adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas


kemampuan siswa dengan soal jelaskan jawaban yang benar atau yang salahnya
soal dengan bobot nilai yang tetap.
Unsur-unsur yang ada dalam tes objektif yaitu : 1) Proses berfikir yang ingin
diukur, 2) Sampel materi yang ditanyakan, 3) Penyusunan pertanyaan, 4)
Pengolahan hasil tes dan jawaban siswa, 5) Serta adanya pengganggu hasil tes.
Macam-macam tes objektif :
- Tes pilihan alternatif
- Tes pilihan ganda
- Tes menjodohkan
- Tes benar-salah
2. Tes berstruktur, adalah alat ukur yang sudah dibentuk, berfungsi untuk mengukur
sejauh mana peserta didik dapat menganalisis materi yang disampaikan guru dan
menyampaikan pendapatnya.
3. Tes uraian, adalah tes yang jawabannya diberikan dalam bentuk menuliskan
pendapat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Tes ini menuntut siswa untuk
mengemukakan, menyusun, dan memadukan gagasan-gagasan yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
B. Non-tes
Macam-macam Non-tes :
1. Angket, adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa pertanyaan yang
disampaikan kepada responden yang dijawab secara tertulis. Dalam penyusunan
angket, yang harus diajukan yaitu pertanyaan mengenai fakta, pendapat, dan
informasi.
2. Wawancara, adalah suatu cara mendapatkan data dari suatu masalah dengan jalan
menanyakan jawaban dari masalah tersebut, menanyakan pendapat terhadap
sebuah persoalan kepada seseorang atau lembaga tentang pendapatnya terhadap
solusi masalah itu.
3. Pengamatan atau observasi, adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik
dengan menggunakan indera secara langsung Pengamatan atau observasi
merupakan suatu kegiatan yan dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan

5
suatu tindakan telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan
yang dilakukan.
2.2 Uji pokok

Dengan adanya soal uji pokok diharapkan dapat memenuhi prinsip pengukuran
hasil belajar. Karena pada dasarnya prinsip pengukuran hasil belajar dikenakan pada dua
aspek, yaitu perubahan atau pertumbuhan fisik (Biologis) dan perkembangan psikis
(Psikologi). Pengukuran pertumbuhan fisik lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan
pengukuran psikis (psikologis).

Disisi lain, pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks mencakup


banyak elemen yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam prosesnya melalui tiga tahap utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Sesuai dengan misi pendidikan, yaitu transfering knowledge and value. Tahap evaluasi
membutuhkan instrumen yang bukan hanya mampu mengukur keberhasilan ilmu
(kognitif), melainkan juga nilai (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Dengan kata
lain, setiap aspek yang ada dalam proses pembelajaran membutuhkan alat ukur yang
tepat dan sesuai agar data yang diperoleh sesuai dengan keadaan di lapangan.

Dalam pembuatan soal uji pokok ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah
satunya yaitu menganalisis pokok uji atau teknik analisis soal tes. Hal tersebut dilakukan
agar dapat membuat soal yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang telah
ditentukan.

Adapun tujuan dari dilakukannya analasis pokok uji yaitu:

- Upaya memperbaiki atau meningkatkan kualitas tes yang akan dipakai di


masa mendatang.
- Mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang tidak baik
dalam kata lain sebagai petunjuk untuk melakukan perbaikan.
- Jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran
dikelas dan kegagalan belajarnya agar selanjutnya membimbing ke arah cara
belajar yang lebih baik.
Dalam Analisis pokok uji mencakup beberapa hal, diantanya : (1)
Menentukan tingkat kesukaran soal ( Difficulty level of an item), (2)
Menentukan daya pembeda (discriminating power), (3) Menentukan

6
pengecoh mana pada pokok-pokok uji pilihan berganda yang kurang
berfungsi (distractor).

2.2.1 Tingkat Kesukaran


Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar atau
salahnya suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam
bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,0. (Elis Ratna Wulan, 2014,
hal. 160).
Sedangkan menurut (Arikunto,Suharmi, 2008, hal. 207) Tingkat
kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya soal.
Dapat dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah
atau tidak terlalu sukar, artinya soal tersebut memiliki keseimbangan
didalamnya.
Soal mudah: tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya.
Soal Sukar : akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Keseimbangan : adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan
sukar secara proposional.
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.
Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki
tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang
memiliki tingkat kesukaran yang tinggi/sulit, dan untuk keperluan diagnostik
biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran yang
rendah/mudah.

2.2.2 Daya Pembeda


Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal dalam membedakan
antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dan siswa yang tidak
dapat menajawab soal tersebut (siswa yang menjawab dengan salah). Dengan
kata lain, daya pembeda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Pengertian tersebut
didasarkan pada asumsi Galton bahwa suatu perangkat alat tes yang baik
7
harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata/biasa, dan kurang
pandai. Karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok
tersebut.
Manfaat dari daya pembeda butir soal ini adalah :
• Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui
apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
• Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi
atau membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah
memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru.
Apabila suatu soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa
itu, maka butir soal itu dapat dicurigai “kemungkinannya” sebagai
berikut unci jawaban butir soal itu tidak tepat
• Butir soal itu memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang benar
• Kompetensi yang diuku tidak jelas
• Pengecoh tidak berfungsi
• Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang
menebak
• Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan
berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya.

2.2.3 Efektivitas Distraktor (Pengecoh)


Setiap tes pilihan ganda memiliki satu pertanyaan serta beberapa pilihan
jawaban. Diantara pilihan jawaban yang ada, hanya satu yang benar. Selain
jawaban yang benar tersebut, ada jawaban yang salah. Jawaban yang salah
itulah yang dikenal dengan distractor pengecoh. Dari pernyataan di atas
menunjukkan pengertian bahwa efektifitas distraktor adalah seberapa baik
pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak
mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang
memilih distraktor tersebut, maka distaktor itu dapat menjalankan fungsinya
dengan baik.

Efektivitas distraktor soal tes ialah bagaimana kemampuan distraktor soal


itu berfungsi untuk mengecoh siswa yang kurang cakap memilih alternatif

8
jawaban tersebut. Penulisan soal bentuk pilihan ganda harus memiliki
keefektifitasan distraktor. Artinya, jangan sampai jawaban menjadi sebuah
hadiah untuk siswa, tetapi jawaban tersebut harus dapat menunjukkan
kemampuan yang sesungguhnya terkait dengan siapa yang memiliki
pengetahuan, kurang memiliki pengetahuan, atau bingung dengan materi yang
disampaikan (Chatterji, 2003:386)

Efektivitas distraktor dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui butir


soal tersebut sudah memiliki pengecoh yang berfungsi sebagaimana
mestinya, jika pengecoh berfungsi maka soal tersebut dianggap baik.

Saat menggunakan fungsi distraktor dalam suatu soal pilihan ganda,


diusahakan pada pilihan jawabannya haruslah homogen dan masih dalam satu
pembahasan, sehingga tidak memperlihatkan dengan jelas pilihan
jawabannya yang salah.

Contoh Soal

Hewan yang dapat hidup di darat maupun di Air dan bernapas dengan kulit
ialah...
a. Penguin
b. Katak
c. Tikus
d. Kuda nil
Pada soal tersebut siswa diminta untuk mengetahui keanekaragaman hewan
beserta habitatnya. Jawaban yang benarnya adalah B yaitu katak. Namun
ketika menjawab mungkin saja siswa dapat terkecoh antara katak dan
penguin karena keduanya hidup di darat dan di air, padahal sebenarnya
penguin dilaut hanya mencari makanan saja. Dan penguin bernapas dengan
paru-paru.

2.3 Soal Evaluasi Berbasis Kritis


2.3.1 Pengertian Berpikir Kritis Menurut Para Ahli

Dalam bidang pendidikan, Aisyah (2011), mengemukakan bahwa berpikir


kritis didefinisikan sebagai pembentukan kemampuan aspek logika seperti

9
kemampuan memberikan argumentasi, silogisme, dan pernyataan yang
proporsional. Menurut Beyer (dalam Wardhani,2011), “Berpikir kritis adalah
kumpulan operasi-operasi spesifik yang mungkin dapat digunakan satu persatu
atau dalam banyak kombinasi atau urutan dan setiap operasi berpikir kritis
tersebut memuat analisis dan evaluasi”.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa


kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika untuk
membuat, menganalisis, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa
yang diyakini dan dilakukan.

Pentingnya mengukur kemampuan berpikir kritis menurut pendapat


(Travis,2015) bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan esensial yang dapat
digunakan sebagai indikator keberhasilan belajar dalam mencapai standar
kompetensi. Selain itu, tes yang digunakan mengukur kemampuan berpikir kritis
hususnya dalam pelajaran Biologi juga merupakan bentuk pelatihan dalam
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata (
Palm,2008) dan juga sejalan dengan konsep pembelajaran sains (Towle,1989:16-
31) yang selalu mengedepankan pemikiran kritis untuk dapat memahami setiap
pelajaran yang sangat dekat dengan objek nyata.

Selain itu, manfaat dari berpikir kritis ini sendiri cukup banyak yaitu : (1)
berpikir kritis mampu menyelesaikan masalah, (2) Berpikir kritis dapat
membantu siswa dalam mengambil keputusan, (3) dengan berpikir siswa kritis
dapat membedakan antara fakta dan opini, (4) Berpikir kritis membantu siswa
untuk dapat tetap tenang sekalipun dalam masalah yang sulit.

2.3.2 Indikator Berpikir Kritis

Menurut Fisher dalam Rahmawati (2011:8), indikator kemampuan berpikir


kritis diantaranya yaitu:
- Mengidentifikasi unsur dalam kasus beralasan, terutama alasan dan
kesimpulan.
- Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi.
- Memperjelas dan menginterpretasikan pernyataan dan ide.
- Mengadili penerimaan, terutama kredibilitas dan klaim.

10
- Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.
- Menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan penjelasan.
- Menganalisis, mengevaluasi dan membuat keputusan.
- Menyimpulkan.
- Menghasilkan argumen.

Sedangkan menurut Ennis dalam (Maftukhin,2013:24), terdapat lima


kelompok indikator kemampuan berpikir kritis, diantaranya yaitu:

- Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification). Klarifikasi dasar terbagi


menjadi tiga indikator yaitu:
1) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
2) Menganalisis argument
3) Menganalisis untuk memecahkan suatu masalah
4) Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau
pertanyaan yang menantang.
- Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The
Decision). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu
1) Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
2) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
- Menyimpulkan (Inference). Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga
indikator, diantaranya yaitu :
1) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
2) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi
3) Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.
- Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification). Tahap ini terbagi
menjadi dua indikator yaitu
1. Mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi
2. Mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan.
- Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration). Tahap ini
terbagi menjadi dua indikator, diantaranya yaitu
1) Mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis,
alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh
mereka atau yang membuat mereka merasa ragu tanpa

11
membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu
pikiran mereka
2) Menggabungkan kemampuan kemampuan lain dan disposisi
dalam membuat dan mempertahankan suatu keputusan

2.3.3 Ciri-ciri Berpikir Kritis


Berikut ini merupakan ciri ciri berpikir kritis diantaranya yaitu:
▪ Mengenal dengan secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan.
▪ Pandai dalam mendeteksi permasalahan.
▪ Mampu untuk membedakan ide yang relevan dengan ide yang
tidak relevan.
▪ Mampu untuk membedakan mana fakta dengan diksi atau
pendapat
▪ Mampu untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau juga
kesenjangan informasi.
▪ Dapat membedakan argumentasi logis serta argumentasi tidak
logis.
▪ Mampu untuk mengembangkan kriteria atau juga standar penilaian
data.
▪ Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual.
▪ Dapat membedakan diantara kritik membangun serta merusak.
▪ Mampu untuk mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat
ganda yang berkaitan dengan data
▪ Mampu untuk mengetes asumsi dengan cermat.
▪ Mampu untuk mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa
dalam lingkungan.
▪ Mampu untuk mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat
serta benda, seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain sebagai.

Mampu untuk mendaftar seluruh akibat yang mungkin akan terjadi


atau alternatif pemecahan terhadap masalah, ide, serta situasi.

12
2.3.4 Karakteristik Berpikir Kritis
Menurut Beyer dalam (surya, 2011, hal:137) terdapat 6 karakteristik atau
ciri-ciri berpikir kritis, Diantaranya yaitu:
• Watak (dispositions)
Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir kritis memiliki
sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap
kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
• Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus memiliki sebuah kriteria atau patokan.
Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai. Meskipun suatu argumen bisa disusun dari
beberapa sumber pelajaran, namun akan memiliki kriteria yang berbeda.
Jika kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan pada
relevansi, keakuratan fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti,
tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan
pertimbangan yang matang.
• Argumen (argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh
data-data. Tapi, secara umum argumen diartikan sebagai alasan yang bisa
digunakan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian
atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis meliputi kegiatan pengenalan,
penilaian, dan menyusun argumen.
• Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)
Ini merupakan kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari
satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji
hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
• Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang
digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan
konstruksi makna. Seseorang yang berpikir kritis akan memandang atau
menafsirkan fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

13
• Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan
prosedural. Prosedur ini meliputi merumuskan masalah, menentukan
keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau
perkiraan.

2.3.5 Langkah-langkah penyusunan soal berpikir kritis


Sebagaimana tercantum pada buku panduan penilaian HOTS yang diterbitkan
oleh kemendikbud (2018:17-18)
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat berdasarkan soal-soal berpikir kritis
2. Menyusun kisi-kisi soal
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
6. Penilaian sikap
7. Penilaian keterampilan

2.3.6 Soal Berbasis Kritis dalam Beberapa Tingkatan Jenjang (SD, SMP, SMA)
A. Soal Berbasis Kritis Tingkat Sekolah Dasar (SD)
Dalam memberikan Evaluasi berbasis kritis pada tingkatan SD, kita dapat
menggunakan berbagai jenis instrumen evaluasi seperti Pilihan Ganda (PG),
Essay/uraian dan Lainnya. Perhatikan Contoh Soal berikut ini :
Contoh soal
- Mata pelajaran : IPA
- Kelas : V (lima)
- Sub Materi : Bumi dan Alam Semesta
- Teknik Penilaian : Tes Tertulis
- Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda
- Indikator bepikir Kritis : Menganalisis Argumen
- Indikator Soal :Menganalisis dampak dari siklus air yang
terjadi terhadap makhluk hidup dibumi
- Level Kognitif : C4 HOTS

14
Soal
Kegiatan manusia yang dapat mengganggu daur air, yang berupa proses
penyerapan air adalah?.....
a. Pelapisan jalan dengan aspal
b. Pembuatan biopori
c. Pelapisan tanah dengan pasir
d. Pembuatan Hutan lindung
Jawaban : A
Penjelasan : Melapisi jalan dengan aspal dapat mengganggu penyerapan air.
Karena aspal yang menutupi jalan mengurangi kemampuan tanah untuk
menyerap air, dan air hujan pun akan langsung menuju selokan.

B. Soal Berbasis Kritis Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)


Dalam memberikan Evaluasi berbasis kritis pada tingkatan SMP, kita dapat
menggunakan berbagai jenis instrumen evaluasi seperti Pilihan Ganda (PG),
Essay/uraian dan Lainnya. Perhatikan Contoh Soal berikut ini :
Contoh soal
- Mata pelajaran : IPA
- Kelas : VII
- Sub Materi : Ciri-Ciri Makhluk Hidup
- Teknik Penilaian : Tes Tertulis
- Bentuk Instrumen : Uraian/Essay
- Indikator bepikir Kritis : Melakukan deduksi dan menilai deduksi
- Indikator Soal : Siswa dapat menyimpulkan ciri-ciri makhluk
hidup dari suatu fenoma yang ada.
- Level Kognitif : C5 HOTS (KKO:Menyimpulkan)
Soal
Andi mengamati rumah rayap yang ada di tumpukan kayu lapuk didekat
rumahnya. Andi mengamati bahwa rumah rayap semakin hari semakin besar.
Apakah rumah rayap termasuk makhluk hidup? Jelaskan pendapat kalian.
Jawaban : Rumah rayap tidak termasuk makhluk hidup, karena yang
menyebabkan rumah rayap itu membesar adalah rayap itu sendiri, rayap yang
berada didalamnya bersama-sama setiap hari membangun rumahnya agar

15
semakin besar. Karena padasarnya ciri-ciri makhluk hidup adalah makan,
peka terhadap rangsangan, tumbuh, beradaptasi, dll. Sedangkan rumah rayap
tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai makhluk hidup.

C. Soal Berbasis Kritis Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)


Dalam memberikan Evaluasi berbasis kritis pada tingkatan SMA, kita dapat
menggunakan berbagai jenis instrumen evaluasi seperti Pilihan Ganda (PG),
Essay/uraian dan Lainnya. Perhatikan Contoh Soal berikut ini :
Contoh soal
- Mata pelajaran : Biologi
- Kelas : XII
- Sub Materi : Evolusi
- Teknik Penilaian : Tes Tertulis
- Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda (PG)
- Indikator bepikir Kritis : Menganalisis untuk memecahkan suatu masalah
- Indikator Soal : Siswa mampu menghubungkan konsep seleksi
alam untuk memecahkan masalah pada dasar pertanyaan dengan teori Darwin.
- Level Kognitif : C4 HOTS ( KKO: Mengaitkan)

Soal

Serangan hama wereng di daerah pertanian disebabkan habitat wereng


berubah menjadi pemukiman atau pertanian. Tanaman yang homogen di
daerah pertanian mempercepat pertumbuhan populasi wereng karena tersedia
makanan yang melimpah. Penyemprotan pestisida biasanya dilakukan untuk
mengurangi populasi wereng, namun setelah lima tahun kemudian, kembali
terjadi serangan hama wereng, padahal penyemprotan rutin pestisida selalu
dilakukan. Bagaimana teori seleksi alam Darwin dihubungkan dengan
peristiwa tersebut?

a. Sebagian kecil populasi wereng dapat bertahan hidup karena resistensi tinggi
b. Migrasi wereng terus menerus terjadi sepanjang masa
c. Sebagian populasi wereng terisolasi saat penyemprotan pestisida
d. Populasi werwng meningkat drastis selang lima tahun
e. Sebagian wereng bertelur sebelum penyemprotan pestisida berlangsung

16
Soal ini termasuk soal Berpikir Kritis karena memenuhi ciri-ciri soal
kritis seperti yang terlihat diatas. Soal tersebut juga menggunakan salah satu
indikator “menganalisis untuk memecahkan masalah”, yang merupakan salah
satu indikator soal berpikir kritis. Untuk menjawab soal ini siswa terlebih
dahulu harus menguasai materi tentang teori Darwin, yakni seleksi alam.
Setelah itu siwa dapat menghubungkan konsep seleksi alam untuk
memecahkan masalah pada dasar pertanyaan (merupakan stimulus) dari soal
yang menyajikan suatu kasus adanya serangan hama wereng pada tanaman
padi secara berulang.
Jawaban : A
Penjelasan : Sebagian kecil populasi wereng dapat bertahan hidup karena
resistensi tinggi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Seleksi Alam menurut
Darwin adalah makhluk hidup yang dapat menyesuaikan dengan lingkungan
akan bertahan hidup dan akan menurunkan sifat-sifat yang dimilikinya
kepada generasi selanjutnya. Dalam kasus di atas pada`saat penyemprotan
pestisida dengan tujuan mematikan wereng. Tetapi tidak semua wereng mati,
karena memiliki daya tahan (adaptasi) yang tinggi terhadap lingkungan,
sehingga wereng tersebut bertahan hidup (resisten) dan akan berkembang
biak kembali di saat kondisi telah kembali normal. Oleh karena itu serangan
wereng akan terulang kembali.

2.4 Soal Evaluasi Berbasis Kreatif


2.4.1 Pengertian Berpikir Kreatif Menurut Para Ahli
Proses berpikir kreatif berhubungan dengan kreativitas. Menurut
Muedock dan Puccio (Dalam Izzati, 2010) istilah berpikir kreatif dan
kreativitas merupakan dua hal yang tidak identik, namun kedua istilah
tersebut berelasi secara konseptual. Kreativitas merupakan produk
berpikir kreatif dari individu. Peningkatan kreativitas dari individu
sejalan dengan peningkatan proses berpikir kreatifnya. Selain itu
lingkungan yang kondusif dapat mempengaruhi berlangsungnya berpikir
kreatif.

17
Menurut Siswono (2009) berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau
gagasan yang baru.
Sedangkan Munandar (dalam Siswono,2009) menunjukan indikasi
berpikir kreatif dalam definisinya bahwa “kreativitas ( berpikir kreatif
atau divergen) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban”. Pengertian ini menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika ia mampu
menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Tetapi
semua jawaban itu harus sesuai dengan masalah dan tepat, selain itu
jawabannya harus bervariasi.
Pendapat lain, dikemukakan oleh Johnson (dalam Izzati,2010)
berpikir kreatif merupakan sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih
dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, menungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang
menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Intuisi bisa
membisikan kepada kita untuk memecahkan suatu soal dengan cara yang
berbeda, atau menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak
biasa.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses
berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental yang digunakan untuk
menemukan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah, dan
membangkitkan ide atau gagasan yang baru.
2.4.2 Indikator Berpikir Kreatif
Berpikir Lancar
1. Mengajukan banyak pertanyaan.
• Saya senang bertanya saat pembelajaran berlangsung.
• Saat pembelajaran, jika saya tidak mengerti saya segera bertanya.
• Saya segera bertanya jika ada yang tidak saya mengerti dalam belajar.
2. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
• Jika ada pertanyaan dari guru saya berusaha untuk menjawabnya.
• Saya menjawab pertanyaan dari guru dengan lebih dari satu jawaban.

18
3. Bekerja lebih cepat dari teman lain
• Saya berlomba-lomba dengan teman yang lain untuk selesai lebih awal
dalam menjawab soal.
• Saya sering diminta guru untuk mengerjakan soal di papan tulis dan
menjelaskannya.
4. Melakukan lebih banyak dari pada teman yang lain.
• Dalam pembelajaran ini saya selalu mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru.
• Dalam pembelajaran ini Saya tidak hanya mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru saja. Saya juga mengerjakan soal yang tidak
diberikan oleh guru sebagai tambahan.
5. Dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau,
situasi.
• Dalam proses pembelajaran saya menjelaskan jawaban yang didapat di
depan kelas.
• Saya senang membantu teman saya yang kesulitan dalam mengerjakan
soal.
Berpikir Luwes
1. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita
atau masalah.
• Saya memberi tanggapan jika guru menampilkan gambar atau
bercerita.
• Saat guru menampilkan gambar atau bercerita saya akan memberi
tanggapan.
• Saya ikut memberikan tanggapan jika guru menampilkan gambar atau
bercerita.
2. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
• Saya selalu membarikan contoh yang berbeda dengan contoh yang
diberikan guru.
• Saya memberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang
berbeda dari contoh yang diberikan guru.
3. Memberikan pertimbangan atau mendiskusikan sesuatu selalu memiliki
posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok.

19
• Dalam pembelajaran saya selalu memiliki pendapat yang berbeda
dengan teman dikelas.
• Saat diskusi saya memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat
teman yang lain.
4. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang
berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
• Saya menanggapi masalah yang diberikan guru dengan cara yang
berbeda-beda.
• Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, saya menjawabnya
dengan cara baru yang lebih mudah
Berpikir Original
1. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tak pernah terpikirkan orang
lain.
• Dalam pembelajaran saya senang mengajukan contoh kejadian yang
aneh tentang materi yang sedang dipelajari.
• Saat berdiskusi saya senang mengajukan contoh kejadian yang aneh
tentang materi yang sedang dipelajari.
Berpikir Evaluatif
1. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.
• Saya tidak langsung menyalahkan pendapat yang disampaikan teman.
• Saya selalu mempertimbangkan pendapat teman saya berdasarkan
pertimbangan sendiri.
2. Menganalisis masalah/penyelesaian secara kritis dengan selalu
menanyakan “mengapa?”
• Saya ingin mencari tahu jika ada yang tidak saya pahami dalam suatu
penyelesaian masalah dengan bertanya.
• Saya selalu bertanya jika ada yang tidak saya pahami dalam langkah-
langkah penyelesaian soal.
• Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk mencapai suatu keputusan.
• Dalam menyampaikan pendapat, saya memberikan alasan yang dapat
menguatkan.
3. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya

20
• Saya akan bertahan dengan pendapat yang telah saya pilih.

2.4.3 Ciri-ciri berpikir Kreatif


Seseorang dikatakan kreatif, tentu ada ciri-ciri yang lebih berkaitan
dengan keterampilan, sikap atau perasaan. Berdasarkan hasil penelitian
yang menunjukan kreativitas dikemukakan oleh (Munandar, 1999: 118 )
sebagai berikut ini ciri-ciri berpikir kreatif pada siswa :
a) Keterampilan Berpikir Lancar
Dilihat dari bagaimana perilaku anak yang suka mengajukan banyak
pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan,
mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar
mengungkapkan gagasan-gagasannya.
b) Keterampilan Berpikir Luwes (Fleksibel)
Dilihat dari bagaimana perilaku anak yang memberikan aneka ragam
penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek, memberikan
macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar,cerita,
atau masalah, dan memberi pertimbangan terhadap situasi yang berbeda
dari yang diberikan orang lain.
c) Keterampilan Berpikir Orisinal
Dilihat dari bagaimana perilaku anak memikirkan masalah-masalah
atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.
d) Keterampilan Memperinci (Mengelaborasi)
Dilihat dari bagaimana perilaku anak mengembangkan atau
memperkaya gagasan orang lain.
e) Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)
Dilihat dari bagaimana perilaku anak menentukan pendapat sendiri
mengenai suatu hal.
f) Memiliki Rasa Ingin Tahu
Dilihat dari bagaimana perilaku anak mempertanyakan segala sesuatu.
g) Bersifat Imajinatif
Dilihat dari bagaimana perilaku anak membuat cerita tentang tempat-
tempat yang belum pernah dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian
yang belum pernah dialami.
h) Merasa Tertantang Oleh Kemajemukan
21
Dilihat dari bagaimana perilaku anak mencari penyelesaian suatu
masalah tanpa bantuan orang lain.
i) Memiliki Sifat Berani Mengambil Resiko
Dilihat dari bagaimana perilaku anak yang berani mempertahankan
gagasannya dan bersedia mengakui kesalahannya.

2.4.4 Karakteristik dan Faktor yang mempengaruhi berpikir kreatif


Berpikir kreatif dapat berkembang dengan baik bila ditunjang oleh faktor
internal dan situasional. Orang-orang kreatif memiliki tempramen yang
beraneka ragam. Menurut Munandar (1999:96) ada tiga aspek yang secara
umum menandai orang-orang kreatif, yaitu:
1) Kemampuan Kognitif : Termasuk disini kecerdasan diatas rata-rata,
kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan
berlainan, dan Fleksibilitas kognitif.
2) Sikap yang terbuka : orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima
stimuli internal maupun eksternal.
3) Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri: orang kreatif
ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh
konvensi-konvensi.

2.4.5 Langkah-langkah penyusunan soal berbasis kreatif


Sebagaimana tercantum pada buku panduan penilaian HOTS yang
diterbitkan oleh kemendikbud (2018:17-18)
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat berdasarkan soal-soal berpikir
kreatif
2. Menyusun kisi-kisi soal
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
6. Penilaian sikap
7. Penilaian keterampilan

22
2.4.6 Soal Berbasis Kreatif dalam Beberapa Tingkatan Jenjang (SD, SMP, SMA)
A. Soal Berbasis Kreatif Tingkat Sekolah Dasar (SD)
Dalam memberikan Evaluasi berbasis kreatif pada tingkatan SD, kita dapat
menggunakan berbagai jenis instrumen evaluasi seperti Pilihan Ganda (PG),
Essay/uraian dan Lainnya. Perhatikan Contoh Soal berikut ini :
Contoh soal
- Mata pelajaran : IPA
- Kelas : V (lima)
- Sub Materi : Penyesuaian hewan dengan lingkungan
- Teknik Penilaian : Tes Tertulis
- Bentuk Instrumen : Essay/Uraian
- Indikator bepikir Kreatif : Bepikir Lancar (Mampu menjawab soal lebih dari
satu jawaban)
- Indikator Soal :Siswa dapat menguraikan proses berlangsungnya
hewan saat melindungi diri dari musuhnya.
- Level Kognitif : C4 HOTS (Menguraikan)
Soal
Hewan dapat melindungi diri dari musuhnya dengan cara menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Berikanlah beberapa contoh hewan yang melakukan
perlindungan diri dari musuhnya dan uraikan seperti apa prosesnya!
Jawaban :
- Cicak, cicak akan memutuskan ekornya ketika ia dikejar oleh musuh, dengan
putusnya ekor cicak biasanya hewan lain akan berhenti untuk mengejarnya.
- Bunglon, bunglon merupakan hewan yang dapat berklamufase, dirinya akan
merubah warna sesuai dengan tempat yang ia injak. Misalnya saat dia
diserang musuh diatas pohon, maka ia akan merubah warna kulitnya menjadi
warna batang untuk mengelabui musuhnya.

B. Soal Berbasis Kreatif Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)


Dalam memberikan Evaluasi berbasis kreatif pada tingkatan SMP, kita dapat
menggunakan berbagai jenis instrumen evaluasi seperti Pilihan Ganda (PG),
Essay/uraian dan Lainnya. Perhatikan Contoh Soal berikut ini :
Contoh soal

23
- Mata pelajaran : IPA
- Kelas : VII
- Sub Materi : Pencemaran Lingkungan
- Teknik Penilaian : Tes Tertulis
- Bentuk Instrumen : Essay/Uraian
- Indikator bepikir Kreatif :Berpikir Evaluatif /menilai (mampu
mengemukakan alasan kebenaran jawaban soal yang telah dibuat)
- Indikator Soal :Siswa dapat memberikan argumen terhadap
penyebab terjadinya pencemaran tanah
- Level Kognitif : C5 HOTS (KKO:Memberi Argumentasi)
Soal
Seperti yang kita ketahui sampah plastik dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah. Berdasarkan argumen anda mengapa sampah plastik dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran tanah?
Jawaban :
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran tanah adalah sampah plastik.
Sampah plastik dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah karena tidak
dapat diuraikan oleh mikroorganisme, selain itu juga proses penguraian
sampah plastik berlangung begitu lama membutuhkan waktu hingga
berpuluh-puluh tahun lamanya.

C. Soal Berbasis Kreatif Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)


Dalam memberikan Evaluasi berbasis kreatif pada tingkatan SMA, kita dapat
menggunakan berbagai jenis instrumen evaluasi seperti Pilihan Ganda (PG),
Essay/uraian dan Lainnya. Perhatikan Contoh Soal berikut ini :
Contoh soal
- Mata pelajaran : Biologi
- Kelas : XI
- Sub Materi : Sistem Ekresi
- Teknik Penilaian : Tes Tertulis
- Bentuk Instrumen : Essay/Uraian
- Indikator bepikir Kreatif :Berpikir Luwes (Mampu menganalisis suatu objek
dan menjawab soal secara beragam/bervariasi)

24
- Indikator Soal : siswa dapat Menjelaskan apakah yang terjadi
pada gambar hewan yang disajikan dan dapat menghubungkan prilaku hewan
tersebut dengan sistem ekresi.
- Level Kognitif : C4 HOTS (KKO:Mengaitkan)

Soal

Perhatikan Gambar diatas!


Jelaskan perilaku hewan pada gambar tersebut dan apa hubungannya dengan
sistem ekresi !
Jawaban : Hewan-hewan yang memiliki sedikit kelenjar keringat, seperti
anjing menurunkan temperatur tubuhnya dengan membuka mulutnya sambil
menjulurkan lidah (Terengah-engah), sehingga air menguap dari rongga
mulut dan faringnya. Hal tersebutlah yang mengaitkannya dengan sistem
ekresi.

2.5 Soal Evaluasi Berpikir Sistem


2.5.1 Pengertian Berpikir Sistem
Berpikir sistem (system thinking) adalah sebuah cara untuk memahami
sistem yang kompleks dengan analisis bagian-bagian sistem untuk mengetahui
pola hubungan yang terdapat didalam setiap unsur atau eleman penyusun
sistem tersebut pada prinsipnya berpikir sistem mengkombinasikan dua
kemampuan berpikir yaitu, kemampuan berpikir analis dan berpikir sintesis
(Endang, 2000 : 19).
Berpikir sistem lebih menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu
berhubungan dalam satu rangkaian sistem.Cara berpikir seperti bersebrangan
dengan berpikir fragmented-liniar-cartesian.Penggunaan bahasa sistem dalam
berpikir dapat mendapatkan berbagai penafsiran sistem dari obyek yang sama.

25
Perbedaan penafsiran terletak pada sudut pandang yang dipakai dalam
memikirkan suatu kejadian yang sama sebagai suatu sistem (Erman, 2004 :
132).
Berpikir sistem dapat juga disamakan dengan berpikir logis.Pola berpikir
logis ini sering ditunjukkan dalam bentuk model pembelajaran.

2.5.2 Indikator Berpikir Sistem


Menurut Kaufman terdapat enam indikator/tahapan berpikir sistem yang
diambil dari manajemen pendidikan dapat dirumuskan sebagai proses yang
meliputi:
1. Identifikasi prioritas kebutuhan dan masalah yang berkaitan.
2. Menentukan persyaratan untuk memecahkan persoalan serta identifikasi
alternatif pemecahan yang mungkin dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu.
3. Pemikiran alternatif atau penentuan strategi pemecahan berdasarkan alternatif
yang dimungkinkan.
4. Pelaksanaan strategi yang dipilih, termasuk manajemen dan kontrol atas
strategi tersebut.
5. Penilaian keefektifan hasil karya berdasarkan kebutuhan dan persyaratan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
6. Penyempurnaan satu atau keseluruhan langkah dimuka umtuk menjamin
bahwa sistem pendidikan itu bersifat responsif, efektif, dan efisien.

2.5.3 Karakteristik Berpikir Sistem


Adapun beberapa karakteristik dari system thinking atau berpikir sistem
seperti:
1. Berpikir secara menyeluruh
2. Melihat sesuatu pada gambaran yang lebih besar
3. Mencari tahu efek yang ditimbulkan dari suatu aksi
4. Mengidentifikasi bagaimana suatu hubungan bisa mempengaruhi sistem
5. Mengerti konsep dari perilaku dinamis
6. Mengerti bagaimana cara struktur sistem membentuk perilaku sistem
7. Melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda

26
2.5.4 Soal Bepikir Sistem dalam Beberapa Tingkatan Jenjang (SD, SMP, SMA)

Langkah Pembuatan Kriteria


No. Indikator SOAL JAWABAN
Soal Penilaian
SEKOLAH DASAR (SD)
7.1.2 Memahami 1. Memahami tujuan 1. Pada zaman dahulu C Baik
perpindahan energi 2. Menyusun kisi-kisi masyarakat membuat api
panas 3. Menulis soal dengan cara… Pembahasan:
4. Penelaahan soal a. menggesek-gesek air Gesekan pada kayu atau
5. Menyusun soal b. menggosok telapak batu ini menimbulkan
1
6. Uji coba soal tangan panas yang menyalakan
7. Penyajian tes c. menggesekan dua batu bahan bakar seperti
8. Skoring d. menggosok tubuh hewan sekam dan daun kering
yang kemudian
menghasilkan api
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
3.6.8 Menyebutkan 3 1. Memahami tujuan 1. Berikut ini yang merupakan B Baik
contoh sistem organ 2. Menyusun kisi-kisi kelompok sistem organ
yang menyusun 3. Menulis soal adalah …. Pembahasan:
1
organisme 4. Penelaahan soal a. jantung, ginjal, dan hati Hidung, tenggorokan
5. Menyusun soal b. hidung, tenggorokan, dan dan paru-paru adalah
6. Uji coba soal paru-paru bagian dari sistem organ

27
7. Penyajian tes c. paru-paru, ginjal, dan usus pernapasan yang saling
8. Skoring d. ovarium, penis, dan ginjal bekerjasama satu sama
lain
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
3.3.5 Merancang 1. Memahami tujuan C Baik
gambar penampang 2. Menyusun kisi-kisi
daun dalam 3. Menulis soal Pembahasan:
rancangannya 4. Penelaahan soal
5. Menyusun soal
6. Uji coba soal 1. Pada gambar penampang

7. Penyajian tes daun tersebut, nomor 2

8. Skoring merupakan jaringan yang Pada daerah yang


berfungsi untuk .... ditunjuk oleh nomor 2
1.
a. Diproduksinya pigmen- merupakan bagian
pigmen terutama untuk kloroplas yang
warna. berfungsi sebagai
b. Proses fotosintesis tempat terjadinya
c. Pertukaran gas pada fotosintesis yang
daun terdapat pada sel daun.
d. Penyerapan air
e. Pengeluaran gas karbon
dioksida (CO2)

28
2.6 Soal Evaluasi Berpikir Reflektif
2.6.1 Pengertian Berpikir Reflektif
Berpikir reflektif atau metakognitif adalah second-order cognition yang memiliki
arti berpikir tentang berpikir, pengetahuan tentang pengetahuan, atau refeksi tentang
tindakan-tindakan. Terdapat dua komponen terpisah yang terkandung dalam metakognitif,
yaitu pengetahuan deklaratif dan prosedural tentang keterampilan, strategi, dan sumber
yang diperlukan untukmelakukan suatu tugas(Weinert, F. E., 1987)
Kegiatan metakognitif sangat penting karena dapat melatih siswa untuk berpikir
tingkat tinggi serta mampu merencanakan, mengontrol dan merefleksi segala aktivitas
berpikir yang telah dilakukan. Penggunaan proses metakognitif selama pembelajaran, akan
membantu siswa agar mampu memperoleh pembelajaran yang bertahan lama dalam
ingatan dan pemahaman siswa (Woolfolk, 1995)

2.6.2 Indikator Berpikir Reflektif


Berikut beberapa indikator yang digunakan dalam keterampilan metakognitif/berpikir
reflektif yang telah diadaptasi:

No Level metakognitif Indikator


1 Menyadari proses berpikir dan mampu • Menyatakan tujuan
menggambarkannya • Mengetahui tentang apa dan
bagaimana
• Menyadari bahwa tugas yang
diberikan membutuhkan banyak
referensi
• Menyadari kemampuan sendiri
dalam mengerjakan tugas
• Mengidentifikasi informasi
• Merancang apa yang akan
dipelajari
2 Mengembangkan pengenalan strategi • Memikirkan tujuan yang telah
berpikir ditetapkan

29
• Mengelaborasi informasi dari
berbagai sumber
• Mengetahui bahwa strategi
elaborasi meningkatkan
pemahaman
• Memikirkan bagaimana cara orang
lain memikirkan tugas
3 Merefleksi prosedur secara evaluatif • Menilai pencapaian tujuan
• Menyusun dan menginterpretasi
data
• Mengatasi hambatan dalam
pemecahan masalah
• Mengidentifikasi sumber-sumber
kesalahan dari data yang diperoleh
4 Metransfer pengalaman pengetahuan • Menggunakan prosedur/cara yang
pada konteks lain berbeda untuk penyelesaian
masalah yang sama
• Menggunakan prosedur/cara yang
sama untuk masalah yang lain
• Mengembangkan prosedur/cara
untuk masalah yang sama
• Mengaplikasikan pengalamannya
pada situasi yang baru
5 Menghubungkan pemahaman • Menganalisis kompleksnya
konseptual dengan pengalaman masalah
prosedural • Menyeleksi informasi penting yang
digunakan dalam pemecahan
masalah
• Memikirkan proses berpikirnya
selama pemecahan masalah

30
2.6.3 Karakteristik proses berpikir reflektif seperti:
1. menentukan solusi/jawaban dengan penuh pertimbangan
2. bisa menjelaskan apa yang telah dilakukan
3. menyadari kesalahan dan memperbaikinya
4. mengkomunikasikan ide dengan simbol atau gambar bukan dengan objek langsung
dan memeriksa kembali kebenaran jawaban.
2.6.4 Langkah dalam penyusunan soal Berpikir Reflektif
1. Memahami tujuan
Sebelum menyusun soal langkah pertama bagi seorang guru yaitu harus memahami
tujuan soal yang akan dibuat dapat merujuk pada indikator-indikator yang tersusun
dalam RPP sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan sesuai terget
seorang guru
2. Menyusun kisi-kisi
Guru dapat membuat kisi-kisi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh dalam
membuat soal, kisi-kisi merupakan suatu format yang dapat berupa matriks yang
memuat informasi dan dijadikan pedoman untuk menulis soal atau merakit soal
menjadi tes. Syarat-syarat dalam menyusun kisi-kisi seperti: a) mewakili isi kurikulum
yang akan diujikan, b) komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami, c)
soal-soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
3. Menulis soal
Kaidah dalam penulisan soal secara umum dapat diuraikan seperti:
a) Petunjuk pengerjaan dan rumusan soal harus jelas dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
b) Rumusan soal harus sesuai dengan indikator.
c) Butir soal tidak tergantung pada jawaban soal sebelumnya.
d) Rumusan soal tidak boleh mengandung petunjuk (clue) kepada kunci jawaban.
e) Materi soal harus sesuai dengan jenjang/jenis pendidikan atau tingkatan kelas.
f) Rumusan soal harus mempertimbangkan tingkat kesulitan soal.

31
4. Penelaahan soal
❖ Materi
a) Soal harus sesuai dengan indikator yang terdapat pada kisi-kisi.
b) Pengecoh harus homogen, logis dan berfungsi. Pengecoh yang disusun harus homogen
dari segi isi/materi atau dalam satu ruang lingkup yang sama, masuk akal dan
diperkirakan ada yang memilih.
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar. Dalam hal ini
harus juga diperhatikan ketepatan penemuan kunci jawaban.
❖ Konstruksi
a) Rumusan pokok soal harus jelas.
b) Pokok soal yang harus merupakan rumusan yang diperlakukan saja.
c) Pokok soal jangan memberikan petunjuk yang benar.
d) Pokok soal jangan menggunakn pertanyaan yang bersifat negatif ganda.
e) Panjang pendek rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
f) Jangan menggunakan pernyataan yang berbunyi “semua jawaban di atas benar” atau
“semua jawaban di bawah benar”.Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus
disusun berdasarkan urutan besar kecilnya.
g) Gambar/grafik/tabel/ diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi.
h) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
❖ Bahasa
a) Bahasa harus komunikatif.
b) Bahasa soal mudah dimengerti dan tidak berlaku lokal (bias budaya).
Pilikan jawaban jangan mengulang kata/kelompok kata yang sama yang bukan
merupakan satu kesatuan

5. Menyusun Soal
a) Mengelompokkan soal-soal yang menanyaklan materi yang sama, kemudian soal-soal
itu ditempatkan dalam urutan yang sama.
b) Memberi nomor urut soal didasarkan nomor urut soal pada kisi-kisi.

32
c) Mengecek setiap soal dalam satu paket tes apakah soal-soalnya sudah bebas dari
kaidah “setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawban terhadap soal lainnya”.
d) Membuat format lembar jawaban.
e) Memnuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiaanya.
f) Menentukan bobot setiap soal
g) Menyusun tabel konversi skor.

6. Uji Coba Soal


Setelah soal dibuat langkah selanjutnya soal di uji coba dengan berupa beberapa sampel
siswa atau bisa dalam bentuk kuis yang dimasukkan disela-sela kbm agar dapat
mengetahui kekurangan dari soal yang telah dibuat.
7. Penyajian Tes
Penyajian tes bisa berupa ulangan harian, pre test atau post test dalam bentuk test tulis
maupun lisan.
8. Skoring
Setelah semuanya dilaksanakan dengan baik tahap terakhir yaitu skoring, soal yang telah
dibuat dapat di evaluasi kelemahan dan kekuatan beserta dengan jawaban agar diketahui
keakurata dan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

33
2.6.5 Soal Bepikir Reflektif dalam Beberapa Tingkatan Jenjang (SD, SMP, SMA)

Langkah Pembuatan Kriteria


No. Indikator SOAL JAWABAN
Soal Penilaian
SEKOLAH DASAR (SD)
7.1.2 Memahami 1. Memahami tujuan 1. Sinar matahari sampai ke B Baik
perpindahan energi 2. Menyusun kisi-kisi bumi merupakan
panas 3. Menulis soal perpindahan panas secara… Pembahasan:
4. Penelaahan soal a. konduksi Radiasi matahari adalah
5. Menyusun soal b. radiasi pancaran energi yang
1 6. Uji coba soal c. konveksi berasal dari proses
7. Penyajian tes d. evaporasi thermonuklir yang
8. Skoring terjadi di matahari.
Energi ini membentuk
sinar dan gelombang
elektromagnetik
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
3.6.1 Menyebutkan 1. Memahami tujuan 1. Di dalam organisasi B Baik
tingkatan hierarki 2. Menyusun kisi-kisi kehidupan. Jaringan
kehidupan. 3. Menulis soal merupakan tingkatan… Pembahasan:
1 4. Penelaahan soal a. kedua dari organ Jaringan tingkatan
5. Menyusun soal b. kedua dari sel kedua dari sel.
6. Uji coba soal c. ketiga dari sistem organ Sel - Jaringan - Organ -
7. Penyajian tes d. ketiga dari organ Sistem Organ -

34
8. Skoring Organisme
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
2.2.4 Membedakan 1. Memahami tujuan 1. Disepanjang organel yang C Baik
jaringan-organ dan 2. Menyusun kisi-kisi berupa saluran halus dalam
sistem organ pada 3. Menulis soal sitoplasma, yang erat Pembahasan:
hewan serta fungsi nya 4. Penelaahan soal kaitannya dengan sistem Ribosom merupakan
5. Menyusun soal transporatsi, terdapat organel- tempat organel untuk
6. Uji coba soal organel tempat mensintesis bahan baku
7. Penyajian tes mensintesisbahan baku utama utama dari enzim
1.
8. skoring dari enzim. Organel tersebut
adalah…
a. retikulum endoplasma
b. plasmodesmata
c. ribosom
d. lisosom
e. badan golgi

35
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Pada dasarnya prinsip pengukuran hasil belajar dikenakan pada dua aspek, yaitu
perubahan atau pertumbuhan fisik (Biologis) dan perkembangan psikis (Psikologi). Dalam
Analisis pokok uji mencakup beberapa hal, diantanya : (1) Menentukan tingkat kesukaran soal
( Difficulty level of an item), (2) Menentukan daya pembeda (discriminating power), (3)
Menentukan pengecoh mana pada pokok-pokok uji pilihan berganda yang kurang berfungsi
(distractor).

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika untuk membuat,


menganalisis, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini dan
dilakukan. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental yang digunakan untuk menemukan
banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah, dan membangkitkan ide atau gagasan
yang baru. Berpikir sistem (system thinking) adalah sebuah cara untuk memahami sistem
yang kompleks dengan analisis bagian-bagian sistem untuk mengetahui pola hubungan yang
terdapat didalam setiap unsur atau eleman penyusun sistem tersebut pada prinsipnya berpikir
sistem mengkombinasikan dua kemampuan berpikir yaitu, kemampuan berpikir analis dan
berpikir sintesis. Berpikir reflektif atau metakognitif adalah second-order cognition yang
memiliki arti berpikir tentang berpikir, pengetahuan tentang pengetahuan, atau refeksi tentang
tindakan-tindakan. Terdapat dua komponen terpisah yang terkandung dalam metakognitif,
yaitu pengetahuan deklaratif dan prosedural tentang keterampilan, strategi, dan sumber yang
diperlukan untuk melakukan suatu tugas.

3.2 Saran

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sekalian, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu
penulis meminta maaf dan membuka saran dan kritikan dari pembaca sekalian.

36
Daftar Pustaka

Aisyah , T.S. 2011. Penerapan Strategi Konflik Kognitif Dalam Pembelajaran Matematika
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi Matematika FKIP UNPAS:
tidak diterbitkan.

Endang,S. 2000. Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Sistem.


Yogyakarta : Adicita Karya Nusa

Ennis,R.H. dkk. 2005. Critical Thinking Test. USA: Bright Minds

Erman,A. 2004. Berpikir Sistematik. Jakarta : PPM

Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga

Hamzah,Ali.2014.Evaluasi Pembelajaran Matematika. Depok : PT Rajagrafindo persada

Izzati,N. 2010. Berpikir Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis:


Apa,mengapa, dan Bagaimana Mengembangkannya Pada Peserta Didik. Prosiding Seminar
Pendidikan Nasional. Bandung. Hal.49-60

Maftukhin,M dan Dwijanto. 201. Keefektifan Model Pembelajaran Creative Problame Solving
Berbantuan CD terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Unnes Journal of Mathematics education,
3(1).

Munandar,S.C. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas anak Sekolah (Petunjuk
bagi guru dan orang tua). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Siswono,Tatag Yuli Eko.2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Artikel


Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) http://Suaraguru.wordpress.

Siswono,Tatag Yuli Eko.2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. No.1:hal 1-9.

Towle,A. 1989. Modern Biology. Austin: Holt, Rinehart and Winston. Pilan Proses “
Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar”. Jakarta : Grasindo.

Weinert, F.E.K. 1987. Metagognition, Motivation. And Understanding. New York : Lawrence
Erlbaum Associates

Woolfook,A. 1995. Educational Phsycology. USA : Allyn and Bacon

Anda mungkin juga menyukai