Anda di halaman 1dari 4

Nama : Moh.

Adam Abdurahman
NIM : 1182060068
MK : Embriologi
Materi : Fertilisasi

A. Pengertian Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses peleburan spermatozoon dan sel telur yang meliputi inti
(genom) dan sitoplasma. Fertilisasi juga mempunyai pengertian suatu proses penyatuan
atau fusi dari dua sel gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan
membentuk zygot yang mengandung satu sel. Secara embriologi, fertilisasi merupakan
pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan
sitoplasma dan bahan nucleus.
1. Fungsi Reproduksi
Pada fungsi ini fertilisasi memungkinkan terjadinya pemindahan unsur-unsur genetik
dari orang tua atau induk. Jika pada proses pembentukan gamet terjadi reduksi unsur
genetik dari diploid menjadi haploid, maka pada proses fertilisasi kemungkinan
terjadi pemulihan kembali unsur genetiknya, sehingga diperoleh individu normal 2n.
2. Fungsi Perkembangan
Pada fungsinya dalam perkembangan, fertilisasi menyebabkan rangsangan pada sel
telur untuk menyelesaikan proses meiosis kemudian membentuk pronukleus betina
yang akan melakukan zyngami dengan pronukleus jantan, dan akan membentuk zygot
akhirnya akan berkembang menjadi embryo dan fetus.
Proses perjalanan sperma menuju tempat fertilisasi terdiri dari tiga tahapan yaitu :
1. Fertilisasi dalam tubuh jantan
Sperma yang keluar dari tubulus seminiferus akan masuk kedalam vas deferens, yang
kemudian akan bergerak perlahan bahkan bisa memakan waktu berhari-hari. Dari vas
deferens, spermatozoa akan masuk ke ductus epididimis. Di bagian ini spermatozoa
akan mengalami kapasitasi (pematangan) secara fisiologis dan siap untuk
diejakulasikan sewaktu-waktu. Dari ductus epididimis, spermatozoa akan masuk ke
vas defferen. Sperma mampu bergerak karena kerutan otot yang disebabkan oleh
rangsangan yang sangat kuat. Vas deferens pada beberapa jenis hewan berfungsi
sebagai penyimpan mani. Pada vas deferens akan bermuara vesicula seminalis yang
memberikan plasma pada sperma. Dengan rangsangan yang kuat sperma akan
dikeluarkan melalui urethra.
2. Fertilisasi di luar tubuh jantan
Proses ini dapat ditemukan pada hewan-hewan tertentu. Pada avertebrata, pisces, dan
amphibi, mani diejakulasikan di dekat telur yang dikeluarkan oleh betina secara
serentak. Sperma akan bergerak ke dalam media yang dalam hal ini adalah air,
kemudian membuahi sel telur.
3. Fertilisasi dalam tubuh betina
Pada proses fertilisasi ini, sperma disalurkan ke tubuh betina melalui media yang
dimasukkan atau kontak langsung dengan kelamin betina. Spermatozoa harus
mempunyai kemampuan untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi di bagian
ampula dari uterus. Beberapa faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap kecepatan
perjalanan spermatozoa adalah volume ejakulat, tempat deposisi, dan anatomi saluran
reproduksi betina.

B. Proses Fertilisasi
Proses fertilisasi dimulai dengan pematangan (maturasi) sel telur dan spermatozoa.
Pematangan sel telur dimulai pada waktu proses pembelahan meiosis dari profase I
menjadi masak selama folikulogenesis. Sedangkan spermatozoa memerlukan maturasi
yang memerlukan waktu 10-15 hari ketika melewati epididimis. Proses fertilisasi pada
mamalia memerlukan tiga tahap yaitu : sel spermatozoa harus menembus diantara sel-sel
cumulus dengan bantuan enzim hyaluronidase, sel spermatozoa harus mampu menembus
lapisan zona pellucida, dan spermatozoa akhirnya bersatu dengan membran plasma sel
telur.
Pertama, spermatozoa akan memasuki vagina,dimana akan terjadi seleksi dengan
adanya perbedaan pH antara spermatozoa (pH=7)dan vagina (pH=4). Setelah melewati
vagina, spermatozoa yang telah terseleksi akan memasuki serviks. Dalam serviks, hanya
spermatozoa yang normal yang dapat lewat, hal ini dikarenakan spermatozoa yang normal
dapat bergerak melewati cincin-cincin anulir pada serviks. Sampai akhirnya menuju
uterus, dimana mengalami kapasitasi yakni proses pendewasaan spermatozoa oleh cairan
endometrium sehingga spermatozoa dapat menembus lapisan-lapisan sel telur. Tempat
utama terjadinya proses kapasitasi adalah pada ampula isthmus junction. Transport sel
telur untuk menuju ampula isthmus junction dimulai pada saat menjelang ovulasi, pada
saat itu estrogen dominan dan bersama oksitosin akan menyebabkan terjadinya derakan
peristaltik yang aktif.
Setelah terjadi ovulasi, sel telur akan ditangkap oleh fimbrae yang terdapat pada
infundibulum dengan adanya gerak peristaltik tersebut, sel telur akan terdorong masuk
hingga ampulla hingga mencapai ampula isthmus junction. Setelah spermatozoa
menembus lapisan cumulus oophorus, spermatozoa pertama masuk, maka tidak akan ada
lagi spermatozoa lain yang dapat masuk hal ini disebabkan oleh adanya reaksi zona, yakni
suatu mekanisme pada zona pellucida yang menghalangi masuknya spermatozoa
berikutnya. Setelah menembus zona pellucida, spermatozoa kemudian menembus
permukaan membran vitelin.
Ovum yang telah dibuahi merupakan sel terbesar dalam tubuh. Penyatuan ovum dan
spermatozoa merangsang dimulainya pembelahan mitosis yang menghasilkan 2,4,8,16,
sampai 32 sel. Selama perjalanan dalam tuba fallopii menuju uterus, embrio yang
berjumlah 32 sel yang disebut morulla akan berkembang menjadi blastosist.
Proses fertilisasi meliputi beberapa tahap:
1. Pendekatan sel kelamin;
2. Penempelen;
3. Penetrasi spermatozoon ke dalam ooplasma;
4. Penggabungan inti dan inisiasi pembelahan zygot.

C. Inisiasi pembelahan zygot


Diploidi inti zygot memungkinkan terjadinya pembelahan secara mitosis. Sintesis
tubulin (benang spindel) yang mengatur terjadinya pembelahan. Pengorganisasian benang
spindel dilakukan oleh sentriol dari spermatozoon. Pertama kali bentuk organisasinya
sebagai monoaster, kemudian sebagai amphiaster, akhirnya menjauh dan menuju pada
kutub yang berlawanan, maka sesaat kemudian terjadilah mitosis (segmentasi).

D. Daftar pustaka

Cambridde, 1998. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Sistem Reproduksi. Jakarta :
EGC

Manuaba ,ida,bagus,GDE.1999. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: arcan

Prawiruharjo,sarcuono.1999. Ilmu kebidanan edisi 5.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai