Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat
berupanukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan
nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan
nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan
siklus seksualeukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid.
Bilamana keduanya motilseperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami,
bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu
tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada
beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan
semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan fertilisasi?
2) Apa saja macam-macam fertilisasi?
3) Apa fungsi dari fertilisasi?
4) Seperti apa perjalanan gamet ke tempat pembuahan?
5) Bagaimana proses pembentukan zigot?
6) Apa yang dimaksud dengan parthenogenesis?
7) Apa saja yang termasuk dalam pembuahan abnormal?

C. Tujuan
Untuk mengetahui proses perjalanan gamet ke tempat pembuahan, proses terbentuknya
zigot, parthenogenesis serta untuk mengetahui terjadinya pembuahan abnormal pada hewan
yang berlangsung pada fertilisasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Macam dan Fungsi Fertilisasi

Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur (ovum) dengan inti Sel
spermatozoa membentuk makhluk hidup baru yang disebut zigot. Meskipun zigot Masih satu
sel tetapi ia disebut makhluk hidup baru, karena zigot adalah bentuk paling awal dari semua
makhluk hidup yang berkembang melalui proses fertilisasi. Dari zigot dari satu sel inilah akan
berkembang menjadi embrio tahap dua sel, empat sel, morula, blastosis dan akan terus
berkembang dan berdiferensiasi membentuk organ-organ tubuh sampai .akhirnya menjadi
fetus dan lahir. Setelah mencapai dewasa kelamin (pubertas), maka aktivitas reproduksi akan
dimulai kembali melalui proses gametogenesis dan fertilisasi sehingga membentuk suatu siklus
yang saling berkaitan.

Fertilisasi sendiri dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :


1) Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan
dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
2) Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat) spermadimasukkan
ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah
pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi
pemasukan sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk
mengaktivasi telur.

Ada dua fungsi utama fertilisasi yaitu :


1) Fungsi Reproduksi
Fertilisasi memungkinkan pemindahan unsur-unsur genetik dari para tetuanya. Jika pada
gametogenesis terjadi reduksi (pengurangan) unsur genetik dari 2n (diploid) menjadi n
(haploid), maka pada fertilisasi memungkinkan pemulihan kembali unsur genetiknya, n dari
tetua jantan dan n dari tetua betina sehingga diperoleh individu normal 2n. Tanpa fertilisasi
(kecuali pada kasus-kasus tertentu), kesinambungan keturunan suatu spesies tidak akan terjadi.
2) Fungsi Perkembangan
Fertelisasi menyebabkan gertakan atau rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan
proses pembelahan meiosisnya, dan membentuk pronukleus betina yang akan melebur

2
(syngami) dengan pronukleus jantan (berasal dari inti spermatozoa) membentuk zigot dan
seterusnya berkembang menjadi embrio, fetus, lahir dan dewasa. Jika fertilisasi tidak terjadi
maka sel telur tetap akan bertahan pad a tahap metafase II yang selanjutnya akan
berdegenerasi tanpa mengalami proses perkembangan selanjutnya.

B. Tahapan Fertilisasi
Fertilisasi terjadi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Kapasitasi spermatozoa dan pematangan spermatozoa
Kapasitasi spermatozoa merupakan tahapan awal sebelum fertilisasi. Sperma yang
dikeluarkan dalam tubuh (fresh ejaculate) belum dapat dikatakan fertil atau dapat membuahi
ovum apabila belum terjadi proses kapasitasi. Proses ini ditandai pula dengan adanya
perubahan protein pada seminal plasma, reorganisasi lipid dan protein membran plasma, Influx
Ca, AMP meningkat, dan pH intrasel menurun.

2) Perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida


Zona pelucida merupakan zona terluar dalam ovum. Syarat agar sperma dapat
menempel pada zona pelucida adalah jumlah kromosom harus sama, baik sperma maupun
ovum, karena hal ini menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya adalah individu yang
sejenis. Perlekatan sperma dan ovum dipengaruhi adanya reseptor pada sperma yaitu berupa
protein. Sementara itu suatu glikoprotein pada zona pelucida berfungsi seperti reseptor sperma
yaitu menstimulasi fusi membran plasma dengan membran akrosom (kepala anterior sperma)
luar. Sehingga terjadi interaksi antara reseptor dan ligand. Hal ini terjadi pada spesies yang
spesifik.

3) Reaksi akrosom
Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma
dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat – zat
dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan
berkontak dengan lapisan korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat
melarutkan korona radiata, trypsine – like agent dan lysine – zone yang dapat melarutkan dan
membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Reaksi tersebut terjadi
sebelum sperma masuk ke dalam ovum. Reaksi akrosom terjadi pada pangkal akrosom, karena

3
pada lisosom anterior kepala sperma terdapat enzim digesti yang berfungsi penetrasi zona
pelucida.

4) Penetrasi zona pelucida


Setelah reaksi akrosom, proses selanjutnya adalah penetrasi zona pelucida yaitu proses
dimana sperma menembus zona pelucida. Hal ini ditandai dengan adanya jembatan dan
membentuk protein actin, kemudian inti sperma dapat masuk. Hal yang mempengaruhi
keberhasilan proses ini adalah kekuatan ekor sperma (motilitas), dan kombinasi enzim
akrosomal.

5) Bertemunya sperma dan oosit


Apabila sperma telah berhasil menembus zona pelucida, sperma akan menenempel
pada membran oosit. Penempelan ini terjadi pada bagian posterior (post-acrosomal) di kepala
sperma yang mnegandung actin. Molekul sperma yang berperan dalam proses tersebut adalah
berupa glikoprotein, yang terdiri dari protein fertelin. Protein tersebut berfungsi untuk
mengikat membran plasma oosit (membran fitelin), sehingga akan menginduksi terjadinya fusi.

C. Perjalanan Gamet Ke Tempat Pembuahan

Perjalanan Gamet ke tempat pembuahan sperma terbagi menjadi 3 yaitu :

1) Fertilisasi dalam tubuh jantan


 Sperma keluar dari tubulus seminiferus dan masuk ke dalam vas deferens.
Didalam vas deferens,sperma bergerak pelan,dan bias berhari-hari.
 Dari vas defferens sperma masuk ke ductus epididimis. Perjalanan berlangsung
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Sperma mengalami pematangan
fisiologis dan siap untuk dikeluarkan sewaktu-waktu.
 Dari ductus epididimis,sperma masuk ke vas defferens. Sperma bergerak karena
kerutan otot yang disebabkan oleh rangsangan sex yang sangat kuat.
 Vas defferenas pada beberapa jenis hewan berfungsi sebagai penyimpan
mani.Pada pisces dapat disimpan selama 5-6 bulan.
 Pada vas defferens bermuara vesicular seminalis yang memberikan plasma pada
sperma.
 Vas defferens yang telah menerima cairan (plasma) dari vesicular seminalis
disebut dengan Ductus Ejaculatorius.

4
 Dengan rangsangan yang kuat,sperma dikeluarkan melalui urethra.

Terdapat variasi pada hewan. Pada banyak hewan vas defferens dipakai sebagai tempat
menyimpan mani (reptilian,aves,amphibian). Vesicula seminalis pada mamalia merupakan
kelenjar yang menghasilkan cairan (plasma) Pada hewan yang saluran gonadnya pendek
(Pisces,amphibian),tubulus seminiferus berfungsi sebagai gudang mani.

2) Fertilisasi diluar tubuh jantan


 Pada avertebrata ,pisces dan amphibian mani dikeluarkan didekat telur yang
dikeluarkan betina secara serentak (Spawning)
 Sperma bergerak dalam medium air,lalu mebuahi sel telur
 Pada reptilia,aves dan mammalia ,tidak ada perjalan sperma diluar tubuh jantan
karena pembuahan terjadi didalam tubuh betina .

3) Fertilisasi didalam tubuh betina


 Sperma diantarkan ke tubuh betina lewat alat pengantar yang dimasukkan atau
kontak langsung dengan kelamin betina
 Pada ikan gabus dan Hiu sirip dubur berubah bentuk untuk menyalurkan
sperma.
 Pada urodela,reptilia aves dan seluruh mamalia memiliki alat khusus yang
disebut penis.
 Pada ikan gabus dan hiu sirip dubur berubah bentuk untuk menyalurkan sperma.
 Pada urodela,reptilian aves ,cloaca berfungsi sebagai penyalur.
 Pada reptilia beberapa aves dan seluruh mamalia memiliki alat khusus yang
disebut penis.
 Pada itik,kasuari,burung unta,cloaca menjulur panjang coitus

Setiap hewan mempunyai tempat pembuahannya masing-masing. Urodela dan Anura


di posterir oviduct. Reptilia, Aves , Mammalia di anterior oviduct. Teleostei di folikel ovarium.
Tangkur kuya dan Tangkur buaya didalam kantung telur jantan. Invertebrata, Pisces, dan
Amphibia di air.

5
D. Pembentukan Zigot
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan terjadi di seluruh bagian tubuh, berbeda
dengan tumbuhan yang terjadi hanya pada bagian tertentu saja, yaitu di daerah meristem.
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan diawali sejak terbentuknya zigot dari proses
pembuahan dan terus terjadi hingga hewan mencapai usia dewasa.
Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan pada hewan dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu fase embrionik dan fase pascaembrionik. Fase embrionik adalah pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari zigot sampai terbentuknya embrio sebelum lahir atau
menetas. Sedangkan fase pascaembrionik merupakan pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai sejak lahir atau menetas hingga hewan itu dewasa.

1) Fase Embrionik
Zigot terbentuk dari hasil pertemuan ovum dengan sperma (terjadi pembuahan/fertilisasi).
Kemudian zigot mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam beberapa tahap, yaitu
pembelahan zigot menuju ke tahap morula selanjutnya blastula, gastrula, dan organogenesis.

 Pembelahan zigot terjadi secara mitosis, yaitu dari satu sel menjadi dua sel, dua sel
menjadi empat sel, empat sel menjadi delapan sel, delapan sel menjadi enam belas
sel, dan seterusnya hingga tiga puluh dua sel. Sekumpulan sel yang terbentuk
tersusun seperti buah anggur dan disebut sebagai morula. Pembelahan terus
berlanjut sehingga terbentuk rongga di bagian dalam yang disebut blastosol. Fase
ini disebut fase blastula.
 Gastrula, merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan blastula yang ditandai
dengan terbentuknya 3 lapisan embrionik, yaitu lapisan bagian luar (ektoderm),
lapisan bagian tengah (mesoderm), dan lapisan bagian dalam (endoderm). Ketiga
lapisan ini nantinya akan berkembang menjadi berbagai organ dengan fungsi yang
berbeda-beda.
 Organogenesis, merupakan proses pembentukan berbagai organ tubuh yang
berkembang dari tiga lapisan saat proses gastrulasi. Organ yang terbentuk dari
ketiga lapisan ini adalah sebagai berikut :
o Lapisan ektoderm, berkembang menjadi rambut, kulit, sistem saraf, dan
indra.

6
o Lapisan mesoderm, berkembang menjadi otot, rangka, alat reproduksi, alat
peredaran darah, dan alat ekskresi.
o Lapisan endoderm, berkembang menjadi alat pencernaan dan alat
pernapasan.

2) Fase Pascaembrionik
Pertumbuhan pascaembrionik dimulai ketika hewan lahir atau menetas. Semua anggota
tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Namun demikian kecepatan pertumbuhan
dan perkembangan antara bagian tubuh yang satu dengan bagian tubuh yang lain tidak sama.
Pertumbuhan ini tidak berlangsung terus-menerus, melainkan berhenti setelah mencapai usia
tertentu. Perkembangan dimulai ketika alat kelamin telah mampu memproduksi sel-sel gamet.
Pembelahan zygot terjadi secara mitosis yang berlangsung sangat cepat tidak terjadi
pertumbuhan mulai dari sel tunggal menjadi masa sel yang padat disebut morula,
Masing-masing sel dari pembelahan awal tersebut dikenal sebagai blastomer.
Adapun pembelahan terjadi melalui bidang-bidang pembelahan sebagai berikut :
 Bidang meridional : bidang tegak melalui polus animalis (PA) dan polus
vegetativus (PV)
 Bidang ekutorial : bidang datar diantara PA dan PV
 Bidang sagital : bidang yang membagi bagian kanan dan bagian kiri
 Bidang latitudinal : bidang datar yang terletak diantara bidang ekuatorial
dengan PA dan PV
 Bidang transversal : bidang tegak lurus bidang ekuatorial

Pembelahan awal (I) dan II melalui bidang meridional, sedang pembelahan III
melalui bidang ekuatorial.
Berikut merupakan jenis-jenis pembelahan :
 Holoblastik: pembelahan terjadi pada semua bagian yang biasanya terjadi p
ada telur yang isolesital atau telolesital sedang contoh pada Amphioxus,
Amphibia. Holoblastik ada yang radial (sea urchin), bilateral (Amphibia),
spiral (molusca) rotational (mamal)
 Meroblastik: pembelahan terjadi hanya pada bioplasma (daerah animalis), ba
gian
deutoplasma tidak membelah meroblastik ada 2 macam yaitu

7
meroblastik discordal (pada burung, reptil) dan superfisial (pada serangga).
Pembelahan ini umumnya terjadi pada telur yang sentrolesital dan telolesital
berat.
Setelah terjadi pembelahan yang cepat sampai terbentuk morula yang padat
maka
pembelahan selanjutnya akan membentuk rongga disebut blastocoel. Adapun
dinding rongga - rongga yang ada pada bagian-bagian tersebut terdiri dari sel-
sel (blastomer) yaitu sebagai sel formatif pembentuk badan embrio
dan sel auxilary pembentuk selaput embrio. Blastomer di daerah animal lebih
mikromer dan pada di daerah vegetal (makromer).
Berdasarkan bentuknya, blastula terbagi menjadi beberapa macam yaitu bentuk
blastula yang bulat (blastosphere), ada yang
berbentuk pipih/cakram (discoblastula) dan gelembung
(blastocyst). Sedangkan atas dasar strukturnya maka terdapat blastula berongga
(coeloblastula), blastula masif (stereoblastula), blastula dengan lapisan sel (blastoderm).

Beberapa contoh yang bisa diketahui dari pembelahan ini antara lain:
 Pisces : pembelahan terjadi secara holoblastik, meskipun pada daerah vegetal
lebih lambat. Blastema pada polus vegetativus relatif lebih besar sebabyolk
dan banyak, sedang pada polus animalis ukurannya yang lebih kecil serta dapat
membentuk blastoderm. Blastula bertipe discoblastula dengan rongga
yang relatif sempit. Blastoderm ada yang membentuk blastodisc.
Periblast merupakan kelompok sel yang membentuk lapisan sinsitial
yang menyelubungi yolk yang tidak ikut membelah. Periblast berfungsi
membantu memobilisasi yolk untuk pertumbuhan embrio.
 Amphibia: pembelahan terjadi secara holoblatik, blatomer pada polus animalis
membelah lebih cepat dari pada polus vegetativus karena yolk lebih
banyak pada polus vegetativus. Blastocoel letak eksentrik (mendekati polus
animalis). Di daerah ekuatorial blatomer membentuk “germ ring”.
 Reptil dan Aves : pembelahan terjadi secara meroblastik discordal karena yolk
lebih banyak. Blastoderm (disebut juga blastodisc) terpisah dengan
yolk. Blastoderm terpisah dari yolk oleh rongga subgerminal. Blastula bertipe
discoblastula, dengan rongga pipih. Blastomer pada bagian dorsal

8
blastocoel disebut epiblast, pada bagian lateral disebut periblast dan pada
bagian ventral disebut hypoblast.
 Mamallia: stadium blastula pada mamal disebut blastocyst, dengan rongga bulat.
Blastoderm akan membentuk “inner cell mass” (1cm) yang kemudian
akan menjadi embrio dan diluar yolk akan membentuk tropoblast yang
akan menjadi selaput extraembrional (membran choriovitelus dan
chorioalantois).

E. Partenogenesis
Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel
telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi. Partenogenesis dapat kita lihat pada
kutu daun, lebah, kutu air, dan beberapa invertebrata lainnya, juga pada beberapa
tumbuhan. Ada beberapa hewan yang melakukan partenogenesis, seperti beberapa genera
pisces, amfibi, dan reptil yang telah menunjukkan bentuk reproduksi aseksual yang berbeda.
Parthenogenesi merupakan suatu peroses perkembangbiakan Aseksual pada suatu
mahluk hidup, yang mana individu betina tidak membutuhkan pembuahan dari pada hewan
jantan, akan tetapi parthenogenesis hanya terjadi pada hewan-hewan tertentu yang biasanya
berdasarkan faktor keturunan dan pola hidup.

Gambar 1.1 Mekanisme Parthenogenesis


F. Pembuahan Abnormal
Setiap ovulasi tidak selalu diikuti oleh fertilisasi dan tidak semua fertilisasi
meghasilkan individu normal. Kegagalan fertilisasi dimana proses fertilisasi tidak berlangsung

9
dapat terjadi pada kasus-kasus intertilitas baik dari induk bet ina maupun pejantan atau
asinkronisasi antara estrus (ovulasi) dengan proses kopulasi (inseminasi).
Pada kasus kelainan fertilisasi dimana fertilisasi berlangsung akan tetapi zigot atau
individu yang terbentuk mengalami kelainan dapat terjadi akibat proses fertilisasi yang normal
dari sel gamet yang memiliki kelainan (seperti kejadian nondisjunction) atau proses fertilisasi
itu sendiri berlangsung tidak normal(abnormal).

Contoh kelainan fertilisasi yang mungkin terjadi adalah :


1) Zigot Haploid
Zigot haploid adalah suatu perkembangan yang tidak sempurna dimana hanya salah satu
dari sel gamet yang berperan dalam perkembangan berikutnya. Perkembangan lebih lanjut dari
embrio haploid akan terhenti karena kegagaian in1plantasi.

2) Androgenesis
Keadaan dimana terjadi fertilisasi, tetapi hanya pronukleus jantan yang berperan pada proses
perkembangan selanjutnya tanpa diikuti oleh perkembangan pronukleus betina. Oleh karena
itu, embrio yang dihasilkan hanya memiliki unsur genetik tetua jantan (embrio jantan haploid).

3) Ginogenesis
Kejadian fertilisasi dimana embrio yang terbentuk hanya dari pronukleus betinatanpa diikuti
oleh perkembangan pronukleus jantan. Embrio yang dihasilkan dari keadaan tersebut hanya
memiliki unsur genetik dari induk bet ina (embrio betina haploid).

4) Zigot Poliploidi
Poliploid adalah keadaan dimana jumlah kromosom embrio hasil fertiiisasi berjumlah 3n
(Triploid), 4n (Tetraploid) atau lebih. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kejadian:
 Kejadian Polispermia, dimana satu sel telur dibuahi oleh dua atau lebih spermatozoa,
 Kejadian kariokinesis (proses pembelahan inti sel) tanpa disertai sitokinesis, (proses
pemisahan sitoplasma) sehingga sel telur memiliki inti lebih dari satu.

5) Embrio Partenogenesis
Perkembangan embrio yang terbemuk tanpa peran sedikitpun dari sperrnstozoa, dimana
oosit dapat berkembang karena aktivasi selain dari pada spermatozoa.

10
Seperti pada embrio ginogenetik, embrio partenogenetik hanya mempunyai unsur genetik
dari betina (bisa haploid alau diploid). Dalam perkembangan teknologi kultur in vitro, kejadian
embrio partenogenetik dapat diupayakan melalui aktivasi oosit denganmenggunakan bahan
kimia (etanol), aliran lislrik ataupun proses maturasi diperpanjang (over IIIaturation). Untuk
memperoleh embrio parthenogenesis yang diploid maka proses pelepasan benda kutub II
dihambat schingga sel telur yang teraktivasi telap akan memiliki kromosom 2n.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur (ovum) dengan inti Sel
spermatozoa membentuk makhluk hidup baru yang disebut zigot.
 Fertilisasi dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :
o Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya
dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi
o Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di
darat): spermadimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian
disusul dengan fertilisasi
 Perjalanan Gamet ke tempat pembuahan sperma terbagi menjadi 3 yaitu : dalam tubuh
jantan, diluar tubuh jantan dan dalam tubuh betina.
 Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel
telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
 Kegagalan fertilisasi dimana proses fertilisasi tidak berlangsung dapat terjadi pada
kasus-kasus intertilitas baik dari induk bet ina maupun pejantan atau asinkronisasi
antara estrus (ovulasi) dengan proses kopulasi (inseminasi).

12
DAFTAR PUSTAKA

Suryo. 1996. Genetika.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan TInggi. Proyek Pendidkan Tenaga Guru

Anonymous, 2008. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuahan. pada tanggal 27

mei 2008.

Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minirsky PV, Jackson RB.

Campbell Biology Ninth Edition. California : The Benjamin Cimmings Publishing Publishing

Company; 2010.

Abercrombie, M, dkk. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga

Timbuleng, Treysia. 2014. Makalah Fertilisasi. https://academia.edu.com/99081277/makalah-

fertilisasi.html (Di akses pada tanggal 14 September 2019)

13
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Maksud danTujuan Pembahasan

1.4 Metode Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fertilisasi

2.1.1 Macam-macam Fertilisasi

2.1.2 Fungsi Utama Fertilisasi

2.1.3 Tahap-tahap Fertilisasi

2.1.4 Perjalanan Gamet Ke Tempat Pembuahan

2.1.5 Pembentukan Zigot

2.1.6 Partenogenesis

2.1.7 Pembuahan Abnormal

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai