‘’SISTEM EKSKRESI’’
Oleh :
KELOMPOK VII
FRANGKLIN BARAPA
GREYTI UMBOH
STEVANI TATUWO
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena oleh
pertolongan-Nya sehingga makalah bisa diselesaikan dengan baik. Tentunya untuk dapat
berhasil dalam suatu hal diperlukan kerja keras dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
sesuatu yang jika di rencanakan dapat berjalan dan terlaksana dengan baik.
Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah hendak memenuhi tugas mata kuliah
Anatomi Fisiologi Manusia tentang Sistem Ekskresi yang telah diberikan guru
pembimbing. Sebelumnya kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami meminta maaf.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun laporan kami demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG................................................................................1
B. RUMUSAN….............................................................................................2
C. TUJUAN.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
I. SISTEM EKSKRESI............................................................................................3
II. ALAT ALAT EKSKRESI....................................................................................4
A. GINJAL..........................................................................................................4
B. KULIT..........................................................................................................10
C. HATI ...........................................................................................................13
D. PARU PARU................................................................................................19
A. Kesimpulan......................................................................................................................21
B. Saran................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pada tubuh manusia terjadi metabolisme yang mengkoordinasi kerja tubuh. Proses
metabolisme selain menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh tetapi juga menghasilkan
zat-zat sisa yang tidak berguna bagi tubuh. Zat-zat sisa yang berguna bagi tubuh dapat
bermanfaat bagi tubuh kita dalam kelangsungan hidup.Hasil-hasil metabolisme yang berupa
zat-zat sisa yang tidak dimanfaatkan lagi oleh tubuh berupa racun.Zat-zat sisa tersebut perlu
dikeluarkan dari tubuh melalui organ-organ tubuh tertentu.
Pengeluaran zat sisa tersebut diperlukan sistem pengeluaran yang disebut sistem
ekskresi.Sistem ekskresi merupakan pengeluaran limbah hasil metabolisme pada organisme
hidup.Zat sisa metabolisme yang harus dikeluarkan antara lain karbondioksida (CO2), urea,
air (H2O), amonia (NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu.Organ pengeluaran zat
sisa pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru dan hati.Setiap organ-organ pengatur
metabolisme untuk sistem ekskresi memiliki suatu factor pengaruh.Seperti pada kulit,
pembentukan dan pengeluaran keringat dipengaruhi oleh factor hormon ADH, cuaca, dan
lingkungan disekitar.Bahkan organ ekskresi itu pun memiliki beberapa gangguan atau
penyakit. Apabila organ-organ metabolisme itu tidak berfungsi dengan baik maka akan
mempengaruhi sistem kerja metabolisme pada tubuh kita.
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2,
H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan
ekskresi adalah sebagai berikut.
Defekasi: proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat yang
dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang
dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan
mikroba usus.
Ekskresi: pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi
tubuh.
Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran
pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya
mengandun genzim.
Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang
kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
II. RUMUSAN
5. Kelainan dan Gangguan apa saja yang terjadi pada sistem Ekskresi Manusia?
III. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan bisa menjabarkan proses pembentukan urine didalam ginjal
A. GINJAL
Ginjal atau ren disebut juga buah pinggang karena buahnya seperti biji buah kacang
merah. Ginjal terletak dikanan dan kiri tulang pinggang, yaitu dalam rongga perut pada
dinding tubuh dorsal. Ginjal berjumlah 2 buah, berwarna merah keunguan, dan yang kiri
terletak agak tinggi dari kanan (Guyton, 1996).
Lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan lapisan dalam
disebut sumsum ginjal atau medulla. Lapisan paling dalam berupa rongga ginjal disebut
pelvis renalis (Guyton, 1996).
Saluran structural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut nefron. Tiap nefron
terdiri atas badan malpighi yang tersusun dari kapsul bowman, glomerulus yang terdapat
dibagian korteks, serta tubulus-tubulus yaitu tubulus kontertus proksimal, tubulus kontertus
distal, tubulus pengumpul dan lengkung henle yang terdapat dibagian medulla. Lengkung
henle ialah bagian saluran ginjal yang melengkung pada daerah medulla dan berhubungan
dengan tubulus proksimal maupun tubulus didaerah korteks. Pada orang dewasa panjang
seluruh tubulus kurang lebih 7,5 sampai 15 km (Cuningham, 2002).
Ginjal dilindungi oleh lemak, dan selain itu terdapat arteri ginjal yang menyerupai
darah. Ginjal mengendalikan potensial air pada darah yang melewatinya. Substansi yang
menyebabkan ketidak seimbangan potensial air pada darah akan dipisahkan dari darah dan
diekskresikan dalam bentuk urine. Contoh : sisa nitrogen hasil pemecahan asam amino dan
asam nukleat (Cuningham, 2002).
FUNGSI GINJAL
1. Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mengeskresi urea, asam urat, kreatinin, dan
produk penguraian hemoglobin dan hormon.
2. Pengaturan konsentresi ion-ion penting. Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium,
kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi in-ion ini seimbang dengan asupan
dan ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.
3. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi ion
hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium (NH4+) serta memproduksi
urin asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.
4. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoietin,yang mengatur
produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.
5. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi
pangaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin. Renin adalah
komponen penting dalam mekanisme renin-angiotensin-aldosteron, yang
meningkatkan tekanan darah dan retensi air.
6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas
konsentrasi nutrien dalam darah.
7. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan,
obatobatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.
KARAKTERISTIK URIN
a. Komposisi.
Urin terdiri dari 95% air dan mangandung zat terlarut berikut:
1. Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari
katabolisme asam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraian keratin fosfat dalam
jaringan otot.
2. Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah.
3. Badan keton yang dihasilkan dalam metabolism lemak adalah konstituen normal
dalam jumlah kecil.
4. Elektrolit meliputi io9n natrium, klor, kalium, ammonium, sulfat, fosfat, kalsium,
dan magnesium.
5. Hormon atau katabolit hormon ada secara normal dalam urin.
6. Berbai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim secara normal
ditemukan dalam jumlah kecil.
7. Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar
badan keton, zat kapur (terbentuk saat zat mengeras dalam tubulus di keluarkan),
dan batu ginjal atau kalkuli.
b. Sifat fisik
1. Warna. Urin encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jika kental. Urin segar
biasanya jerni dan menjadi keru jika did diamkan.
2. Bau. Urin memiliki bau yang khas dan cenderung berbau ammonia jika di diamkan.
Bau ini dapat berfariasi sesuai dengan; misalnya setelah makan asparagus. Pada
diabetes yang tidak terkontrol, aseton menghasilkan bau manis pada urin.
3. Asiditas atau alkalitas. pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan biasanya sekitar
6,0, tetapi juga bergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggiakan
meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran meningkatkan alkalitas.
4. Berat jenis urin berkisar antara 1,001 sampai 1,035 bergantung pada konsentrasi
urin.
B. KULIT
Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seluruh permukaan
tubuh.Selain berfungsi menutupi permukaan tubuh, kulit juga berfungsi sebagai alat
pengeluaran.Zat sisa yang dikeluarkan melalui kulit adalah air dan garam-garaman.Kulit
terdiri dari tiga lapisan, yitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan
lapisan jaringan ikat bawah kulit.
SUSUNAN KULIT
Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar/kulit ari), dermis
(lapisan dalam/kulit jangat). Dan hipodermis (jaringan ikat bawah kulit).
1. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum. stratum
granulosum, dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari sel-sel mati dan
selalu mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti dan berfungsi
mengganti stratum korneum. Stratum granulosum tersusun atas sel-sel yang berinti dan
mengandung pigmen melanin. Stratum germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu
membentuk sel-sel baru ke arah luar.
2. Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis. Lapisan ini mengandung akar rambut,
pembuluh darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat dalam lapisan ini adalah
kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar minyak (glandula sebasea). Kelenjar
keringat menghasilkan keringat yang di dalamnya terlarut berbagai macam garam. terutama
garam dapur. Keringat dialirkan melalui saluran kelenjar keringat dan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui poripori. Di dalam kantong rambut terdapat akar rambut dan batang
rambut. Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak yang berfungsi meminyaki
rambut agar tidak kering. Rambut dapat tumbuh terus karena mendapat sari-sari makanan
pembuluh kapiler di bawah kantong rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot penegak
rambut.
Akar rambut
Pembuluh darah
Syaraf
Kelenjar minyak (glandula sebasea)
Lapisan lemak, terdapat di bawah dermis yang berfungsi melindungi tubuh dari
pengaruh suhu luar
3. Hipodermis
Hipodermis terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak mengandung lemak.
Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan
menahan panas tubuh.
MEKANISME PENGELUARAN KERINGAT
Semua keringat yang dihasilkan berasal dari sekitar 2 juta kelenjar keringat yang
tersebar pada seluruh lapisan dermis. Proses pengeluaran keringat tersebut dipengaruhi oleh
hipotalamus. Hipotalamus merupakan sistem saraf pusat pengatur suhu badan yang
menghasilkan enzim bradikinin. Enzim bradikinin mempengaruhi kerja kelenjar keringat
untuk mengeluarkan keringat. Selain dipengaruhi hipotalamus, kerja kelenjar keringat juga
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan pembuluh darah. Suhu pembuluh darah
yang tinggi (karena suhu lingkungan tinggi) akan memberikan rangsangan terhadap
hipotalamus. Oleh rangsangan tersebut, hipotalamus segera mempengaruhi kelenjar
keringat untuk menyerap air, garam, urea, dan berbagai zat sisa metabolisme dari pembuluh
kapiler darah.
Berbagai zat ini dikeluarkan melalui saluran keringat dan pori-pori kelenjar keringat
ke permukaan kulit dalam bentuk keringat. Keringat segera menguap dan suhu tubuh turun
sehingga normal kembali. Apabila keringat yang keluar terlalu berlebihan, kadar garam
yang berada dalam darah bisa berkurang. Akibatnya, otot bisa mengalami kekejangan atau
mungkin bisa pula pingsan. Selain itu karena pembuluh darah pada lapisan dermis
mengembang, kulit wajah bisa menjadi merah. Keadaan ini dapat terjadi saat kita
melakukan aktivitas fisik yang berat.
Factor yang memepengaruhi produksi keringat, yaitu jenis kelamin, makanan,
aktivitas tubuh, suhu tubuh dan lingkungan dan kondisi kesehatan.
FUNGSI KULIT
1. Organ pengantar panas
Suhu tubuh seseorang adalah tetap, walaupun terjadi perubahan suhu lingkungan.
Hal itu dipertahankan karena penyesuaian antara panas yang hilang dan panas yang
dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera menyadari bila ada
perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui sumsum lanjutan
atau medula oblongata. Suhu normal ( sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera dan otak
ialah 360- 370 C. Suhu kulit sedikit lebih rendah.
2. Pelindung jaringan
Melindungi jaringan-jaringan sel yang terletak dibawahnya terdapat pengaruh-
pengaruh luar.
3. Tempat penyimpanan
Kulit dan jaringan dibawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air dan tempat
penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.
4. Indera peraba
Rasa sentuhan yang disebabkan oleh ransangan pada ujung saraf didalam kulit
berbeda menurut ujung saraf yang diransang. Perasaan panas, dingin, sakit, semua ini
perasaan yang berlainan. Didalam kulit terdapat tempat –tempat tertentu, yaitu tempat
perabaan; beberapa sensitif (peka) terhadap dingin, terhadap panas, dan lain-lain.
5. Alat pengeluaran
Kulit mengeluarkan zat-zat sampah yang terdapat dalam keringat. Keringat adalah
pengeluaran aktif dan kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis. Keringat
terutama berisi larutan garam dengan konsentrasi kira-kira 1/3 dari yang ada di dalam
plasma.
6. Pembentuk vitamin
Tempat pembentuk vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Kulit atau integumen
adalah organ uutama yang beruurusan dengan pelepasan panas dari tubuh. Banyak panas
juga hilang melalui paru-paru, dan sebagian kecil melalui tinja (feses ) dan air kemih
( urine).
C. HATI
Hati merupakan “kelenjar” terbesar yang terdapat dalam tubuh manusia. Letaknya di
dalam rongga perut sebelah kanan. Berwarna merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram
pada orang dewasa. Hati terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri. Zat racun yang masuk
ke dalam tubuh akan disaring terlebih dahulu di hati sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hati
menyerap zat racun seperti obat-obatan dan alkohol dari sistem peredaran darah. Hati
mengeluarkan zat racun tersebut bersama dengan getah empedu.
Hati pada bagian luar dilengkapi oleh selaput tipis yang disebut selaput hati
(kapsula hepatica). Dalam jaringan hati terdapat beberapa pembuluh darah. Pembuluh arteri
hepatikus dan vena portal hepatikus mengalami percabangan yang disebut sinusoid.
Sinusoid pada vena portal hepatikus akan membentuk vena. Jaringan hati ini tersusun oleh
sel-sel hati yang disebut hepatosit. Antarlapisan hepatosit dipisahkan oleh lakuna, sedang
antara hepatosit satu dengan yang lain dipisahkan oleh kanalikuli yang merupakan tempat
dihasilkannya empedu. Kanalikuli-kanalikuli ini kemudian bergabung membentuk
pembuluh empedu yang berfungsi mengangkut cairan empedu menuju kantong empedu.
Kantong empedu sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum empedu dialirkan ke
duodenum.
Pada sinusoid terjadi spesialisasi sel yang membentuk sel kupffer. Sel kupffer ini
mempunyai sifat fagositosis. Apabila dalam proses pencernaan di usus halus terdapat
organisme asing atau zat-zat berbahaya maka sel-sel ini akan menghancurkan organisme
asing atau zat berbahaya tersebut dengan cara fagositosis. Dari proses penghancuran ini
akan menghasilkan pigmen bilirubin. Bilirubin kemudian dialirkan ke kanalikuli dan
diekskresikan sebagai empedu.
Sebagai alat ekskresi hati (hepar) mengeluarkan empedu ± 1/2 liter setiap hari.
Empedu berupa cairan kehijauan, rasanya pahit, pH sekitar 7-7,6. mengandung kolesterol,
garam-garam mineral, garam empedu, serta pigmen (zat warna empedu) yang disebut
bilirubin dan biliverdin.
Apabila saluran empedu tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga
kulit penderita menjadi kekuningan. Oleh karena itu, orang yang mengalaminya
diindikasikan menderita penyakit kuning.
Empedu yang dihasilkan oleh hati disimpan dalam kantong empedu (vasica velen)
dan dikeluarkan keusus halus untuk membantu system pencernaan, misalnya :
a. Mencernakan lemak
b. Mengaktifkan lipase
c. Mengubah zat yang tak larut air menjadi zat yang dapat larut dalam air
d. Membantu daya absorbsi lemak pada dinding usus.
Gambar bagian-bagian kandung empedu
FUNGSI HATI
Secara fisiologis, fungsi utama dari hati adalah:
a. Membantu dalam metabolisme karbohidrat
Fungsi hati menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah.
Misalnya, pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa
dalam darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu
pada saat kadar gula darah menurun, maka cadangan glikogen di hati atau asam amino
dapat diubah menjadi glukosa dan dilepakan ke dalam darah (glukoneogenesis) hingga
pada akhirnya kadar gula darah dipertahankan untuk tetap normal. Hati juga dapat
membantu pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa menjadi
lemak.
b. Membantu metabolisme lemak
Membantu proses Beta oksidasi, dimana hati mampu menghasilkan asam lemak dari
Asetil Koenzim A. Mengubah kelebihan Asetil Koenzim A menjadi badan keton
(Ketogenesis). Mensintesa lipoprotein-lipoprotein saat transport asam-asam lemak dan
kolesterol dari dan ke dalam sel, mensintesa kolesterol dan fosfolipid juga menghancurkan
kolesterol menjadi garam empedu, serta menyimpan lemak.
c. Membantu metabolisme Protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi (mengubah gugus
amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai energi atau diubah menjadi
karbohidrat dan lemak. Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan substansi beracun
menjadi urea dan dikeluarkan melalui urin (ammonia dihasilkan saat deaminase dan oleh
bakteri-bakteri dalam usus), sintesis dari hampir seluruh protein plasma, seperti a dan b
globulin, albumin, fibrinogen, dan protombin (bersama-sama dengan sel tiang, hati juga
membentuk heparin) dan transaminasi transfer kelompok amino dari asam amino ke
substansi (a-keto acid) dan senyawa lain.
d. Menetralisir obat-obatan dan hormon
Hati dapat berfungsi sebagai penetralisir racun, yakni pada obat-obatan seperti
penisilin, ampisilin, erythromisin, dan sulfonamide juga dapat mengubah sifat-sifat kimia
atau mengeluarkan hormon steroid, seperti aldosteron dan estrogen serta tiroksin.
e. Mensekresikan cairan empedu
Bilirubin, yang berasal dari heme pada saat perombakan sel darah merah, diserap
oleh hati dari darah dan dikeluarkan ke empedu. Sebagian besar dari bilirubin di cairan
empedu di metabolisme di usus oleh bakteri-bakteri dan dikeluarkan di feses.
Dalam proses konjugasi yang berlangsung di dalam retikulum endoplasma sel hati
tersebut, mekanisme yang terjadi adalah melekatnya asam glukuronat (secara enzimatik)
kepada salah satu atau kedua gugus asam propionat dari bilirubin. Hasil konjugasi (yang
kita sebut sebagai bilirubin terkonjugasi) ini, sebagian besar berada dalam bentuk
diglukuronida (80%), dan sebagian kecil dalam bentuk monoglukuronida.
Penempelan gugus glukuronida pada gugus propionat terjadi melalui suatu ikatan
ester, sehingga proses yang terjadi disebut proses esterifikasi. Proses esterifikasi tersebut
dikatalisasi oleh suatu enzim yang disebut bilirubin uridin-difosfat glukuronil transferase
(lazimnya disebut enzim glukuronil transferase saja), yang berlokasi di retikulum
endoplasmik sel hati.
Akibat konjugasi tersebut, terjadi perubahan sifat bilirubin. Perbedaan yang paling
mencolok antara bilirubin terkonjugasi dan tidak terkonjugasi adalah sifat kelarutannya
dalam air dan lemak. Bilirubin tidak terkonjugasi bersifat tidak larut dalam air, tapi
mempunyai afinitas tinggi terhadap lemak. Karena sifat inilah, bilirubin tak terkonjugasi
tidak akan diekskresikan ke urin. Sifat yang sebaliknya terdapat pada bilirubin terkonjugasi.
Karena kelarutannya yang tinggi pada lemak, bilirubin tidak terkonjugasi dapat
larut di dalam lapisan lemak dari membran sel. Peningkatan dari bilirubin tidak
terkonjugasi dapat menimbulkan efek yang sangat tidak kita inginkan, berupa kerusakan
jaringan otak. Hal ini terjadi karena otak merupakan jaringan yang banyak mengandung
lemak.
f. Mensintesis garam-garam empedu
Garam-garam empedu digunakan oleh usus kecil untuk mengemulsi dan menyerap
lemak, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein.
g. Sebagai tempat penyimpanan
Selain glikogen, hati juga digunakan sebagai tempat menyimpan vitamin (A, B 12, D,
E, K) serta mineral (Fe dan Co). Sel-sel hati terdiri dari sebuah protein yang disebut
apoferritin yang bergabung dengan Fe membentuk Ferritin sehingga Fe dapat disimpan di
hati. Fe juga dapat dilepaskan jika kadarnya didarah turun.
h. Sebagai fagosit
Sel-sel Kupffer’s dari hati mampu memakan sel darah merah dan putih yang rusak
serta bakteri.
i. Mengaktifkan vitamin D
Hati dan ginjal dapat berpartisipasi dalam mengaktifkan vitamin D.
j. Menghasilkan kolesterol tubuh
Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu. Kolesterol
merupakan bagian penting dari setiap selaput sel dan diperlukan untuk membuat hormon-
hormon tertentu (termasuk hormon estrogen, testosteron dan hormonadrenal).
k. Tempat pembentukan sel darah merah pada janin dan berperan dalam penghancuran
sel darah merah.
Proses perombakan sel darah merah yang sudah tua akan menghasilkan zat sisa
metabolisme, seperti terlihat pada diagram berikut.
GANGGUAN PADA HATI
a. Hepatitis, merupakan peradangan pada sel-sel hati. Peradangan ini disebabkan oleh
virus, terutama virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Pada umumnya penderita hepatitis
A dan E dapat disembuhkan, sebaliknya hepatitis B dan C dapat menjadi kronis.
Sementara itu hepatitis D hanya dapat menyerang penderita yang telah terinfeksi
virus hepatitis B sehingga kondisi ini dapat memperparah keadaan penderita.
b. Sirosis hati, merupakan gangguan hati yang disebabkan oleh banyaknya jaringan
ikat pada hati. Sirosis hati ini dapat terjadi karena virus hepatitis B dan C yang
berkelanjutan. Berkembangnya virus ini dapat dipicu oleh konsumsi alcohol yang
berlebihan, salah gizi, atau penyakit lain yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran
empedu. Penyakit ini belum dapat disembuhkan. Sementara itu pengobatan yang
dilakukan hanya berguna mengobati komplikasi yang terjadi seperti berak darah,
perut membesar, mata kuning, serta koma hepatikum. Perhatikan Gambar 8.12
untuk mengetahui perbedaan hati yang sehat dan terkena sirosis.
c. Kanker hati, merupakan kelainan hati yang disebabkan oleh berkembangnya sel-sel
kanker pada jaringan hati. Kanker ini sebagai komplikasi akhir dari hepatitis kronis
karena virus hepatitis B, C, dan hemokromatis.
d. Perlemakan hati, merupakan kelainan hati akibat adanya penimbunan lemak yang
melebihi 5% dari berat hati, sehingga lemak ini membebani lebih dari separuh
jaringan hati. Perlemakan hati sering berpotensi menjadi penyebab sirosis hati.
Kelainan ini dapat dipicu oleh konsumsi alcohol yang berlebih.
e. Kolestasis dan Jaundice, merupakan keadaan akibat terjadinya kegagalan hati dalam
memproduksi dan atau pengeluaran empedu. Kolestasis dapat menyebabkan
gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, dan K oleh usus, juga dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di hati.
f. Hemokromatosis, merupakan kelainan metabolism yang ditandai dengan adanya
pengendapan besi secara berlebihan dalam jaringan. Penyakit ini bersifat genetik
atau keturunan.
D. PARU PARU
Paru-paru manusia berjumlah dua atau sepasang. Pada dasarnya fungsi utama paru-
paru adalah sebagai alat pernapasan, namun peranan tersebut juga erat hubungannya
dengan sistem ekskresi. Hal ini dikarenakan CO2 dan air yang merupakan hasil proses
metabolisme di jaringan yang diangkut melalui darah akhirnya akan dibawa ke paru-paru
untuk dibuang dengan cara difusi di alveolus. Proses ini dapat berjalan dengan baik karena
dibuang dengan difusi di alveolus. Proses ini dapat berjalan dengan baik karena pada
alveolus banyak bermuara kapiler yang memiliki selapis sel.
Ekskresi dari paru-paru adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dalam proses
pernapasan. Pada prinsipnya CO2 diangkut dengan 2 cara yaitu melalui plasma darah
( 15%) dan dingkut dalam bentuk ion HCO3- ( 30 %) melalui proses berantai yang disebut
pertukaran klorida.
Mekanisme pertukaran klorida sebagai berikut, darah pada alveolus paru-paru
mengikat O2 dan mengangkutnya kedalam sel-sel jaringan. Dalam jaringan darah mengikat
CO2 untuk dikeluarkan bersama H2O yang dikeluarkan dalam bentuk uap air.
B. SARAN
Dengan mengetahui proses sistem ekskresi dan kelainannya, semoga kita bisa lebih
menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita bisa merawat
sistem ekskresi kita dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ns. Putri Dafriani, S.Kep., M.Sc. 2019. BUKU AJAR ANATOMI &
FISIOLOGI untuk Mahasiswa Kesehatan. CV. Berkah Prima, Padang,
Ethel Sloane.2003. Anatomi dan Fisiologi Manuis untuk pemula. Edisi bahasa
Indonesia. Penerbit Anggota IKAPI
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Syaifuddin. 2002. Struktur & Komponen Tubuh Manusia. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. EGC:
Jakarta.
Sutarmo Setiaji. 1990. Buku kuliah anatomi fisiologi. Fakultas Kedokteran UI:
Jakarta