Oleh :
FRANGKLIN BARAPA
17 507 121
Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah hendak memenuhi tugas mata kuliah
Pengajaran Remedial tentang Dasar Dasar Remedial yang telah diberikan guru
pembimbing. Sebelumnya kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami meminta maaf.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih dan mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun laporan kami demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah…..........................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
F. Teknik Pengutipan..........................................................................................................12
A. Kesimpulan14
A. Saran ......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah adalah melalui
proses pembeljaran. Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan mutu
pembelajaran, guru diharapkan mampu mengembangkan dan memilih strategi yang tepat
demi tercapainya tujuan pembelajaran. Suasana belajar siswa sangat tergantung pada
kondisi pembelajaran dan kesanggupan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi
lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaksi, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kendati
demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut pasti dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan atau
masalah belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, setiap satuan pendidikan perlu
menyelenggarankan program pembelajaran remedial atau perbaikan.
Untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut tidak jarang pula
dijumpai peserta didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan
perkembangan prakarsa, kreatifitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat, keterampilan
fisik, dsb. Untuk mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki peserta didik tersebt, setiap
satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran pengayaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas maka rumusan masalah dari penulisan
makalah ini adalah :
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
PEMBAHASAN
Ditinjau dari arti kata “remedial” berarti “sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan”.
Dengan demikian pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran remedial merupakan bentuk kasus
pengajaran yang bermaksud membuat baik atau penyembuhan.
Apa yang dibuat baik? Atau apakah yang disembuhkan? Sebagai pengertian pada umumnya
proses pengajaran bertujuan agar murid dapat mencapai hasil belajar yang optimal, jika
ternyata hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan berarti murid masih dianggap belum
tercapai hasil belajar yang diharapkan sehingga diperlukan suatu proses pengajaran yang
dapat membantu murid agar tercapai hasil belajar yang diharapkan.
Proses pengajaran remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan
karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi murid. Proses bantuan lebih ditekankan pada
usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan
menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi dalam pengajaran remedial yang
diperbaiki atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang
meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkungan turut
mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui pengajaran remedial, murid yang
mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan kemampuan. Kesulitan belajar yang dihadapi murid
mungkin beberapa mata pelajaran tertentu. Penyembuhan mungkin mencangkup sebagian
besar aspek kepribadian atau sebagian kecil.
Demikian pula proses penyembuhan bila dalam jangka waktu yang lama atau dalam waktu
singkat. Hal itu tergantung pada sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang
dihadapi.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pengajaran remedial sebagai suatu bentuk khusus
pengajaran bertujuan memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi
oleh murid. Perbaikan diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan
kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruh proses belajar mengajar dan
keseluruhan kepribadian murid.
4. Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan mungkin
murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya: penggunaan test
diagnostik, sosiometri dan alat-alat laboratorium.
1. Warga belajar
3. Proses belajar
4. Pelayanan bimbingan
1. Warga belajar
Warga belajar (murid) ternyata masih banyak yang mendapat nilai prestasi belajar kurang.
Misalnya rata-rata yang dicapai masih jauh dibawah ukuran yang diharapkan. Kenyataan
menunjukkan pula bahwa setiap murid mempunyai perbedaan individu dalam proses
belajarnya. Ada yang lambat dan cepat, disamping itu setiap murid mempunyai pengalaman
dan latar belakang yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam proses belajar mengajar pada umumnya, guru menggunakan pendekatan yang sama,
kadang-kadang melupakan perbedaan individu sehingga keunikan setiap pribadi murid
kurang mendapat pelayanan. Hal ini dapat mengakibatkan murid mengalami kesulitan
belajar. Apabila murid mendapat kesempatan belajar sesuai dengan peibadinya diharapkan
ia dapat mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Atas setiap
pribadi murid untuk mendapat kesempatan memperoleh prestasi belajar yang memadai
sesuai dengan kemampuannya.
Pada dasarnya guru bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan disekolah. Hal
ini berarti bahwa guru harus bertanggung jawab atas pencapaian tujuan pendidikan melalui
pencapaian institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional. Kenyataan
menunuukkan bahwa murid sebagai individu mempunyai perbedaan-perbedaan.
Perbedaan itu berakibat pada keberhasilan murod dalam belajar, yaitu ada murod yang
berhasil dan ada murid yang belum berhasil. Terhadap murid yang belum berhasil, seorang
guru bertanggung jawab untuk membantu. Supaya bantuan yang diberikan kepada murid
dapat berhasil, maka harus melalui suatu proses diagnosis dan diakhiri dengan pengajaran
remedial. Berhasil tidaknya seorang guru, dapat dilihat dalam kemampuannya
melaksanakan proses belajar mengajar yang sebaik-baiknya, sehingga semua murid dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan tugas, peranan seorang guru bukan hanya sekedar penyampai
pengetahuan kepada murid tetapi juga mempunyai peranan sebagai pembimbing yang harus
dapat membantu murid memahami dirinya dan mampu mengatasi hambatan-hambatan
didalam dirinya. Dalam hal inilah kaitan pengajaran remedial merupakan salah satu upaya
untuk dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam memberikan peluang yang besar bagi
setiap murid untuk dapat mencapai prestasi belajar secara optimal dan maksimal.
3. Proses belajar
Pengajaran renedial diperlukan dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang
sebenarnya. Pada dasarnya belajar yang sungguhan dapat diartikan sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku secara keseluruhan.
Adanya gejala kesulitan belajar merupakan indikasi belum adanya perubahan tingkah laku
secara keseluruhan. Oleh karena itu masih diperlukan proses belajar mengajar khusus yang
dapat menbantu pencapaian keseluruhan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.
Dengan demikian pengajaran remedial mempunyai peranan yang penting terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar secara keseluruhan.
4. Pelayanan bimbingan
Melalui pelayanan bimbingan dan kenseling setiap murid dapat memahami dirinya,
memahami kelebihan dan kelemahannya serta harus mampu mengarahkan dirinya untuk
mencapai perkembangan yang optimal. Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling
yang sebaik-baiknya, pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan
bimbingan dan konseling dan sebaliknya pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat
menunjang pelaksanaan pengajaran remedial.
Tujuan pengajaran remedial sebenar nya tidak berbeda dengan tujuan pengajaran pada
umumnya, yaitu agar murid dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar murid yang mengalami
kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melaui proses
penyembuhan atau perbaikan, baik segi proses belajar mengajar maupun kepribadian
murid.
b. Memperbaiki cara-cara belajar kearah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi.
c. Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
a. Fungsi korektif
b. Fungsi penyesuaian
c. Fungsi pemahaman
d. Fungsi pengayaan
e. Fungsi terapeutik
f. Fungsi akselerasi
Beberapa fungsi pengajaran remedial tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi korektif
3) Cara-cara belajar
4) Evaluasi
Dengan perbaikan terhadap hal-hal tersebut di atas, maka prestasi belajar murid beserta
factor-faktor yang mempengaruhi dapat diperbaiki.
b. Fungsi penyesuaian
Yang dimaksud fungsi penyesuaian adalah agar dapat membantu murid untuk
menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar. Murid dapat belajar sesuai
dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang besar untuk
memperolah prestasi belajar yang lebih baik. Tuntutan belajar yang diberikan murid telah
disesuaikan dengan sifat jenis dan latar belakan kesulitannya sehingga murid diharapkan
lebih terdorong untuk belajar.
c. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman adalah agar pengajaran remedial memungkinkan guru, murid dan
pihak-pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi murid.
Demikian pula murid diharapkan dapat lebih memahami dirinya dan segala asfeknya.
Begitu pula guru dan pihak-pihak lainnya dapat lebih memahami akan keadaan pribadi
murid.
d. Fungsi pengayaan
Fungsi pengayaan dimaksud agar pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar
mengajar. Bahan pelajaran yang tidak disampaikan dalam pengajaran regular, dapat
diperoleh melalui pengajaran remedial pengayaan lain adalah dalam segi metode dan alat
yang dipergunakan dalam pengajaran remedial. Dengan demikian diharapkan hasil yang
diperoleh murid dapat lebih banyak, lebih luas dan lebih dalam sehingga hasil belajarnya
lebih kaya.
e. Fungsi terapeutik
Dengan pengajaran remedial secara langsung atau tidak langsung dapat menyembuhkan
atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian murid yang diperkirakan menunjukan
adanya penyimpangan. Penyembuhan kondisi kepribadian dapat menunjang pencapaian
prestasi belajar, demikian pada sebaliknya.
f. Fungsi akselerasi
Fungsi akselerasi adalah agar pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik
dalam arti waktu maupun materi. Misalnya: murid yang tergolong lambat dalam belajar,
dapat dibantu lebih cepat proses belajarnya melaui pengajaran remedial.
Kelompok siswa yang masuk dalam kelompok pembelajaran remedial, yaitu : (1)
kemampuan mengingat relative kurang; (2) perhatian yang sangat kurang dan mudah
terganggu dengan sesuatu yang lain di sekitarnya pada saat belajar, (3) secara relative
lemah kemampuan memahami secara menyeluruh,; (4) kurang dalam hal memotivasi diri
dalam belajar; (5) kurangnya dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya; (6)
lemah dalam kemampuan pemecahan masalah; (7) sering gagal dalam menyimak sesuatu
gagasan dari suatu informasi; (8) mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang
abstrak; (9) gagal menghubunkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang relevan; (10)
memerlukan waktu relative lama dari pada yang lainnya untuk menyelesaiakn tugas-tugas
(Kunandar,2008).
3. Prisip Prinsip Pengajaran Remedial
Sasaran akhir pengajaran remedial identik dengan pengajaran biasa (pada umumnya), yaitu
membantu setiap siswa dalam batas – batas normalitas tertentu agar dapat mengembangkan
diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan (level
of mastery) tertentu, sekurang – kurangnnya sesuai dengan batas criteria keberhasilan yang
dapat diterima (minimum acceptable performance). Mengingat secara epirik sasaran
strategi itu tidak selamanya dapat dicapai dengan pendekatan sistem pengajaran
konvensional maka perlu dicari upaya pendekatan strategis lainnya.
Dalam konteks konsep dasar diagnostic dan pengajaran remedial, Ross dan Stanley
(1956;332-345) menjelaskan bahwa tindakan strategis itu sebagiannya dapat dilakukan
secara kuratif dan preventif, Dinkmeyer & Caldwell (dalam bukunya Developmental
Counseling, 1970) menambahkan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan upaya yang
bersifat pengembangan (Developmental)
Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah program
PBM utama selesai diselenggarakan. Tindakan ini didasarkan atas kenyataan empiric
bahwa ada seseorang atau sejumlah orang atau bahkwan mungkin sebagian besar atau
seluruh anggota kelas/kelompok belajara dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan
program PBM secara sempurna, sesuai dengan criteria yang ditetapkan. Program PBM
dapat diartikan sebagai program untuk tiap pertemuan, untuk satuan (unit) bahan pelajaran
atau satuan waktu (mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan, dan sebagainya)
tertentu.
1) Siswa yang prestasinya jauh sekali dibawah batas criteria keberhasilan minimal,
diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kriteria keberhasilan minimal tersebut.
2) Siswa yang sedikit masih kurang atau bahkan telah tinggi sekalipun prestasinya dari
ukuran criteria keberhasilan minimal, pada suatu saat dapat lebih disempurnakan atau
diperkaya, bahkan mungkin ditingkatkan kepada program yang lebih tinggi lagi.
Untuk mencapai sasaran – sasaran pokok tersebut, para ahli telah mengembangkan
beberapa teknik pendektan seperti : pengulangan (repetition), pengayaan (enrichment), dan
pengukuhan (reinforcement) serta percepatan (acceleration).
1) Pengulangan (repetition)
Sejalan dengan upaya diagnostiknya, pengulangan ini dapat terjadi pada beberapa
tingkatan, yaitu :
a) Secara perorangan atau individual, kalau ternyata siswa yang memerlukan bantuan itu
jumlahnya terbatas atau
b) Secara kelompok (peers group), kalau ternyata terdapat sejumlah siswa yang
mempunyai jenis/lokasi/sifat kesalahan aau kesulitan bersama bukan mustahil terjadi juga
dalam bidang studi tertentu dialami oleh kelas secara keseluruhan.
a) Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa berikutnya, kalau sebagian besar atau
seluruh anggota kelas mengalami kesulitan yang serupa, dimana :
3. Diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan kea
rah criteria keberhasilan yang diharapkan.
1. Diadakan jam pelajaran tambahan pada hari/jam tempat tertentu, kalau yang
mengalami kesulitan itu hanya seseorang/sejumlah orang tertentu (umpamanya, pada sore
hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu istirahat untuk siswa lain dan sebagainya)
2. Diberikan dalam bentuk pekerjaan rumah (home work) dengan diperiksa kembali hasil
pekerjaannya oleh guru.
c) Diadakan kelas remedial (khusus bagi siswa – siswa tertentu yang mengalami kesulitan
belajar tertentu, dimna :
Kalau layanan pengulangan ditunjukkan kepada siswa yang mempunyai kelemahan sangat
mendasar, layanan pengayaan ditujukan kepada siswa yang mempunyai kelemahan yang
ringan bahkan secara akademik mungkin sangat kuat (the gifted, the accelerated students)
a) ekivalen (horisontal) dengsn program PBM utama sehingga nilai bobot kreditnya dapat
diperhitungkan bagi siswa yang bersangkutan atau sekedar,
b) suplemenet terhadap program PBM utama, dengan tidak menambah bobot kredit
tertentu, yang penting dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan bagi
siswa yang relative lemah atau memebrikan dorongan serta kesibukan kepada siswa yang
cepat belajar untuk mengisi kelebihan waktunya dibandingkan teman sekelasnya.
a) berupa tugas/ soal pekerjaan rumah (bagi siswa yang relative lemah)
b) berupa tugas/soal yang dkerjakan dikelas pada jam pelajaran itu juga sementara yang
lain mengerjakan program PBM utamanya (bagi siswa yang cepat belajar).
Baik dalam rangka pekerjaan rumah maupun tugas tambahan sebagiannya diperiksa juga
oleh guru, apalagi kalau ada perhitungannya eengan pemanbahan bobot kredit bagi siswa
yang akan merupakan insentif baginya.
3) percepatan (acceleration, akselerasi)
Alternatiflain yang dapat kita berikan layanan keepada kasus berbakat, tetapi menunjukkan
kesullitan psikososial atau egoemosional ialah dengan jalan mengadkan akseslerasi atau
promosi yang lebih tinggi kepada program PBM utams berikutnya. Ada dua kemungkinan
pelaksanaannya :
a) promosi penuh status akademinya ketingkat yang lebih tinggi sebatas kemungkinannya
kalau memang yang bersangkutan menujukkan keunggulan yang menyeluruh dari program
studi yang ditempuhnya dengan luar biasa untuk ini dapat diadministrasikan suatu
“placement test’ dari tingkat yang ia akan masuki.
Kalau strategi dan teknik kuratif ditunujukkan kepada siswa yang secara empiric sudah
nyata – nyata menunjukkan kesulitan tertentu (prestasi lemah, kurang mampu melakukan
penyesuaian), pendekatsn preventif di tujukan kepda siswa tertentu yang berdasarkan
data/informasi yang ada dapat diantisipasi kana tau diprediksi atau setidak-tidaknya patut
diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang
ditempuhnya.
Oleh karena itu, sasaran pokok dari pendekatan preventif ini berusaha sedapat mungkin
agar hambatan – hambatan yang diantisipasikan itu dapat direduksi seminimal mungkin
sehingga siswa yang bersangkutan diharapkan dapat mencapai prestasi dan kemampuan
penyesuaian sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Kalau dalam pendekatan kuratif tindakan remedial itu berpangkalo tolak dari hasil post-
teaching diagnostic yang berdasarkan data/informasi hasil post-test/sumatif, pendekatan
preventif bertolak dari hasil pre-test atau evaluasi reflektif atau test of entering behaviors.
Berdasarkan hasil pre-teaching diagnostic ini agar pada garis besarnya siswa yang dapat
diidentifikasikan kedalam tiga kategori ialah :
1) Mereka yang diperkirakan akan mmpu menyelesaia=kan program PBM t=utama (biasa)
sesuai dengan waktu yang telah disediakan (siswa termasuk kategori normal rataa – rata).
2) Mereka yang diperkirakan akan sanggup menyelesaikan program lebih cepat dari waktu
yang ditetapkan (siswa cepat)
3) Mereka yang diperkirakan akan terlambat atau tidak akan dapat menyelesaikan
program sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
Atas dasar perkiraan itu, maka ada tiga kemungkinan teknik layanan pengajaran yang
bersifat remedial seperti disarankan oleh para ahli pendidik dan psikologi kependididkan.
Yaitu layanan pengajaran kelompok pengajaran kelompok yang diorganisasikan secara
homohen (homogenious grouping). kalau layanan pengajaran kelompok dilengkapi kelas
khusus.
Kalau pendekatan kuratif merupakan tindakan lanjut dari ost teaching diagnostic dan
pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre-teaching diagnostic, pendekatan
pengembangan merupakan tindak lanjut dari during-teaching diagnostic atau upaya
diagnostic yang dilakukan guru selama berlangsung nya program PBM.
Sasaran pokok dari strategi pendekatan ini ialah agar siswa dapat segera mengatasi
hambatan – hambatan atau kesulitan – kesulitan yang mungkin dialaminya selama
melaksanakan kegiatab PBM. Dengan diberikan bantuan segera (immediate treatment) dari
saat kesaat selama berlangsungnya PBM, pada akhirnya siswa diharapkan akan dapat
menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Agar strategi pendekatan ini dapat dioperasikan secara teknis dan sistematis, diperlukan
adanya pengorganisasian program PBM yang sistematis pula seperti dalam bentuk sistem
pengajaran berprogram, sistem pengajaran modul, self instructional audio toturial dan
sebagainya.
Dengan demikian, maka proses layanan diagnostic dan remedial itu dapat dilakukan secara
sekuensial dari unit ke unit secara teratur.
Kegiatan seperti ini dilakukan sepanjang satuan waktu atau program yang lebih besar
diselesaikan (tri wulan/semesteran/tahunan). Pada akhirnya, selayaknya diadakan suatu tes
yang menyeluruh (summative test).
Adalah menjadi keyaknan kaum penganut pendekatan developmental ini bahwa setiap siwa
(sampai batas – batas proses perkembangan belajarnya dengan strategi dan tkenik
pendekatan ini akan tercapai hasil yang diharapkan.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan
kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan
logis dari usaha diagnostic kesulitan belajar-mengajar.
Untuk jelasnya, setiap langkah kita diskripsikan fungsi, tujuan/sasaran, dan kegiatannya
sebagai berikut.
Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial karena
merupakan landasan pangkal tolok langkah-langkah kegiatan berikutnya.
(b) Diperolehnya gambaran yang lebih definitive mengenai fasibilitas alternative tindakan
remedial yang direkomendasikan.
Sesuai dengan sasaran tersebut maka kegiatan dalam langkah ini difokuskan kepada suatu
analisis rasional atas hasil diagnostic yang telah kita lakukan atau rekomendasikan/referral
yang kita terima dari pihak atau ahli lain (guru bidang studi, wali kelas, petugas BK, dan
sebagainya). Secara lebih konkrit, analisis ini akan merupakan kegiatan pengecekan atau
penelitian kembali terhadap:
(b) Relevansi anatara tafsiran dan kesimpulan yang dibuat dengan data informasi
pendukungnya serta konsistensi antara berbagai data/informasi dengan tafsiran dan
kesimpulannya satu sama lain secara integral;
(b) Seberapa jauh tingkat kelemahannya secara umum dipandang dari segi criteria
keberhasilan yang diharapkan?
(c) Dimanakah letak kelemahannya dipandang dari ruang lingkup dan urutan
bidang/program studi yang bersangkutan?
(d) Pada tingkatan dan kawasan hasil belajar manakah kasus itu mengalami kelemahaan
dipandang dari taksonomi tujuan-tujuan pendidikan?
- Kognitif:
- Afektif:
- Psikomotor:
(e) Factor manakah yang merupakan penyebab utama dipandang dari segi raw inputs
(siswa sendiri) PBM yang bersangkutan?
(f) Factor manakah yang mungkin menjadi penyebab utama dari komponen instrumental
input (sarana penunjang) PBM yang bersangkutan?
(g) Factor manakah yang terdapat dalam lingkungan yang diduga merupakan sumber
penyebab utama kesulitan?
(h) Apakah komponen output turut juga menjadi salah satu sebab kesulitan belajar-
mengajar?
(i) Apakah perkiraan tentang kemungkinan penanganannya cukup teliti dan beralasan?
Langkah ini merupakan lanjutan logis dari langkah pertama. Dari hasil penelaahan yang
kita lakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok,
yaitu:
(a) Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum, dapat dikatagorikan pada
salah satu dari tiga kemungkinan di bawah ini:
(1) Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan dalam
menemukan dan mengembangkan pola strategi/metode/teknik belajar yang lebih sesuai,
efektif, dan efisien; atau
(2) Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan di samping memiliki kesulitan dalam
menemukan dan mengembangkan pola strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif
dan efisien itu, juga dihadapkan kepada hambatan-hambatan ego-emosional, potensial-
fungsional, sosial-psikologis dalam penyesuaian dengan dirinya dan lingkungannya; atau
(3) Kasus yang bersangkutan disimpulkan telah memiliki kecenderungan kea rah
kemampuan menemukan dan mengembangkan pola-pola strategi/metode/teknik belajar
yang sesuai, efektif dan efisien, namun terhambat oleh kondisi ego-emosional sosial-
psikologis dan factor instrumental-environmental lainnya.
(1) Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial), misalnya kalau
kasusnya termasuk katagori yang pertama; atau
(2) Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan BK/psikoterapi) sebelum lanjut ke
tahap ke-4 kalau misalnya kasusnya termasuk katagori kedua atau ketiga.
Dengan demikian, sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini ialah membuat
keputusan pilihan alternative mana yang ditempuh berdasarkan pertimbangan rasional yang
seksama.
Sebagai dasar pertimbangan yang fundamental dalam proses pengambilan keputusan ini,
antara lain beberapa prinsip berikut.
(a) Efektivitas, dalam arti lebih ampuh untuk menjamin tercapainya tujuan pengajaran
remedial yang diharapkan.
(b) Efisiensi, dalam arti lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas seminimal
mungkin dengan hasil yang diharapkan seoptimal mungkin.
- Tingkat penguasaan teori, kemahiran praktik, dan sifat kepribadian guru yang akan
menanganinya;
- Waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak guru, pihak lain, dan yang
bersangkutan.
Sudah barang tentu diatas semua pertimbangan itu, guru akhirnya harus mengambil
keputusan alternative tindakan bukan hanya atas dasar alasan-alasan teknis operasional
belaka, melainkan juga pertimbangan etika dan tanggung jawab moral kemanusian bahwa
kasus siswa itu amanat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang dititipkan kepadanya sehingga
perlu dibantu demi kelangsungan dan kebahagiaan hidupnya. Seyogiyanya pertimbangan-
pertimbangan lain pun seperti tanggung jawab administrative, tanggung jawab professional
turut mewarnai keputusan yang akan diambil nanti.
Oleh karena itu, sasaran pokok yang hendak dituju oleh layanan ini adalah
terciptanya kesehatan mental kasus (mental health), dalam arti ia terbatas dari hambatan
dan ketegangan batinnya untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar
secara wajar dan realistis.
Diantara sekian banyak masalah kesulitan penyesuaian, yang masih dapat ditangani
para guru pada umumnya, antara lain :
a) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar
Beberapa cara atau teknik yang disarankan oleh kaum psikolog dan pendidik untuk
membantu kasus tipe ini (Woodworth dan Marquis, 1957:331-338), antara lain :
- Hindarilah saran atau pernyataan negatif yang dapat melemahjan kegairahan belajar.
- Berikan ganjaran yang tulus dan wajar, kendatipun hanya berupa ucapan pujian.
- Laksanakan sanksi hukuman atas kelalaian dengan bijaksana, adil, dan berwibawa.
- Tunjukkan manfaat dari pelajaran bagi kepentingan siswa yang bersangkutan pada
saat kini dan nanti.
b) Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang sikap negatif guru, pelajaran, dan
situasi belajar
Beberpa alternatif teknik yang disarankan untuk membina sikap positif terhadap belajar,
antara lain:
- Ciptakan iklim sosial yang sehat didalam kelas atau kelompok stdi.
c) Kasus kesulitan belajar dngan latar belakang kebiasaan belajar yang salah
- Tunjukkan akibat atau pengaruh kebiasaan yang salah terhadap prestasi belajar dan
kehidupan seseorang.
- Berikan kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola-pola kebiasaan baru dn
meninggalkan kebiasaan lama yang salah.
d) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi objektif
keragaman pribadinya dengan kondisi objektif instrumental input dan lingkungannya
- Bimbingan informasi dalam pilihan program / bidang studi, bahan / sumber, strategi /
metode / teknik belajar secara rasional.
Ø Menunjukkan kesediaan kerja sama dengan pihak lain (guru, petugas BK dan
sebagainya) guna mencari jalan pemecahan masalah yang dihadapinya.
Seperti dijelaskan terdahulu, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini adalah
tercapainya peningkatan prestasi atau kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan kreteria
keberhasilan yang ditetapkan.
Strategi dan teknik pelaksaan pengajaran remedial yang merupakan inti dari unit ini, akan
dibahas dalam paragrraf tersendiri.
Hasil pengukuran ini akan memberikan informasi seberapa jauh atau seberapa besar
perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif.
Cara dan instrumen yang digunakan dalam pengukuran pada langkah ini sebagiannya sama
dengan apa yang digunakan pada waktu post-test atau tes sumatif dari PBM utama.
c) Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam segi prestasinya
maupun dalam kemampuan penyesuaian dirinya.
Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan
diadakan pengayaan (enrichment)dan pengukuran (reinforcement) ini.
Cara dan instrumen yang digunakan dapat berbagai bentuk, misalnya dengan jalan
penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil tertentu atau membaca
dan menganalisis artikel tertentu, dan sebagainya. Hasilnya harus dilaporkan atau
ditunjukkan kembali kepada guru untuk dinilai seperlunya sebelum yang bersangkutan
dinyatakan terminal dengan programnya atau diperkenankan melanjutkan kepada program
PBM atau berikutnya.
- Kualitas pengajaran (the quality instruction) yang sesuai dengan kondisi objektif siswa
yang bersangkutan
Secara khusus, pokok-pokok pikiran yang mendasari setiap langkah prosedur pengajaran
remedial itu antara lain, sebagai berikut :
2) Tujuan pengajaran remedial akan tercapai kalau dipilih alternatif, tindakan remedial
yang sesuai, efektif, dan efesien.
4) Dengan terciptanya kembali suatu situasi yang dipandang lebih sesuai dengan kondisi
objektif siswa, peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian diri diharapkan dapat
terjadi.
5) Indikator perubahan perilaku dari pengajaran remedial perlu diamati dan diukur
secara seksama sehingga dapat memberikan informasi seksama pula.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
pada akhir proses pengajaran akan dijumpai siswa yang tidak dapat mencapai KKM dan
ada yang cepat dan memperoleh prestasi tergolong baik. Agar hasil yang dicapai siswa
tersebut bermakna, maka guru harus memandang dan berpendapat bahwa sesuatu yang final
tetapi justru merupakan masukan yang perlu digarap. Untuk mereka yang belum mencapai
KKM perlu adanya pengajaran remedial sedangkan yang telah dapat mencapai kriteria
minimal harus diberikan pengayaan yang lebih dan diberi pengukuhan.
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Secara umum, tujuan kegiatan remedial adalah sama dengan pembelajaran biasa, yaitu
membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus, kegiatan remedial bertujuan untuk
membantu siswa yang belum menguasai materi pelajaran melalui kegiatan pembelajaran
tambahan.
B. Saran
Sebagai seorang guru yang professional, sebaiknya guru dapat memahami kemampuan
siswa agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satunya untuk siswa
yang memiliki kemampuan yang kurang dapat mengaplikasikan pengajaran remedial.
DAFTAR PUSTAKA
http://fisikago.blogspot.co.id/2016/03/makalah-remedial-dan-pengayaan.html?m