Disusun Oleh :
YULI HARDIYANTI
4122220013
BIOLOGI NONDIK A 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Perkembangan Embrio
pada Manusia” dalam kajian Biologi sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah
Praktikum Struktur Perkembangan Hewan oleh Ibu Dra. Meida Nugrahalia, M.Sc
Adapun makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan
makalah, Bab 2 beupa pembahasan mengenai perkembangan embrio pada manusia mulai dari
organ reproduksi pada jantan dan betina, fertilisasi, gametogenesis, organogenesis, kembar siam,
kembar normal dan kelainan perkembangan embrio, dan Bab 3 yang berisi kesimpulan berupa
ringkasan dari makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Akhir
kata, semoga segala informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
1
ii 1
iii 1
iv 1
Halaman
1
4
7
7
8
11
15
15
16
17
18
19
22
27
29
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
6
8
8
9 Halaman
10
11
12
13
15
16
17
18
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hampir semua makhluk hidup suatu generasi baru dimulai dari suatu telur yang
telah difertilisasi (dibuahi) atau zigot yaitu suatu sel yang dibentuk sebagai hasil bersatunya sel
telur induk betina dengan spermatozoa dari yang jantan. Perkembangan merupakan suatu
totalitas proses dimana sifat ini akan dicapai dan perubahan-perubahannya menjelang dan
sepanjang fase dewasa, tua dan akhirnya mati. Struktur utama yang dicpai oleh organisme ini
adalah yang berhubungan dengan ukuran, bentuk dan konstruksi sel-sel, jaringan-jaringan, dan
organ-organnya secara keseluruhan membangun bentuk dari organisme yang bersangkutan.
Makalah ini akan membicarakan masalah perkembangan embrio khususnya pada
manusia, dimulai dari sistem reproduksi, gametogenesis dan sampai ke perkembangan embrio
mulai dari 0 hari sampai menjadi embrio dan beberapa kelainan pada embrio.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui organ reproduksi manusia baik pria maupun wanita.
2. Mengetahui mekanisme gametogenesis pada manusia.
3. Mengetahui tahapan perkembangan embrio pada manusia.
4. Mengetahui kelainan – kelainan yang terjadi pada embrio.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Organ Reproduksi
Kerja sistem reproduksi pada manusia, erat kaitannya dengan proses kedewasaan, baik
pada manusia atau organisme lainnya. Anda juga dapat mengamati perubahan yang terjadi pada
diri Anda sendiri, yaitu perubahan yang terjadi pada saat Anda memasuki masa kematangan
seksual. Masyarakat umum menyebut hal ini sebagai pubertas. Pubertas merupakan kejadian
yang normal pada manusia. Ketika memasuki tahap ini, Anda diberi isyarat bahwa Anda telah
memasuki masa subur atau aktif reproduksi. Adapun sistem reproduksi terdiri atas organ
reproduksi baik pria maupun wanita.
Di dalam testis, terdapat kumparan tempat sel sperma diproduksi yang disebut tubulus
seminiferus. Jika direntangkan, panjang saluran tersebut dapat mencapai 20 meter. Di antara
tubulus-tubulus tersebut, terdapat sel interstitial (sel Leydig) yang menyintesis hormon
testosteron. Di dalam dinding tubulus seminiferus terdapat bakal sel sperma yang disebut
spermatogonia. Selain itu, terdapat juga sel yang berukuran lebih besar yang disebut dengan sel
sertoli. Sel ini bertugas memberikan pasokan nutrisi untuk pertumbuhan spermatogonia. Untuk
menjadi sel sperma, spermatogonia yang diploid harus mengalami beberapa kali pembelahan sel
hingga akhirnya menghasilkan 4 sel sperma yang haploid, proses ini disebut spermatogenesis
Dalam perjalanan keluarnya sperma dari dalam tubuh pria, terdapat beberapa struktur
saluran. Struktur dimulai dari epididimis yang merupakan gabungan dari beberapa tubulus
seminiferus. Epididimis akan bemuara di sebuah saluran yang disebut vas deferens. Saluran vas
deferens membawa sel sperma keluar dari skrotum ke rongga perut. Epididimis dan vas deferens
ini merupakan salah satu kantung cadangan yang menyimpan sel sperma sementara waktu dan
tempat pendewasan sel sperma sebelum dikeluarkan. Vas deferens akan berlanjut di saluran yang
sama dengan saluran ekskresi, yaitu uretra di kandung kemih. Di pertemuan dua saluran tersebut,
terdapat mekanisme yang mengatur pembuangan urine dan berfungsi juga dalam penyaluran sel
sperma. Uretra berujung di penis. Proses keluarnya sel sperma dari penis disebut ejakulasi. Penis
merupakan organ reproduksi eksternal yang berfungsi dalam senggama untuk mengantarkan
sperma ke dalam tubuh wanita.
Sperma keluar tidak hanya dalam bentuk sel sperma saja, tetapi diikuti cairan yang
mengakomodasi pergerakan sel sperma di dalam saluran reproduksi pria ataupun saluran
reproduksi wanita. Sel sperma dan cairan yang diejakulasikan ini disebut semen. Terdapat tiga
buah kelenjar aksesoris yang berfungsi dalam pembentukan cairan dalam semen, yaitu sebagai
berikut.
a. Vesikula seminalis, menghasilkan cairan sebagai sumber energi untuk sperma.
b. Kelenjar prostat, memberikan suasana basa pada cairan semen.
c. Kelenjar bulbo-uretralis, menyekresikan cairan seperti lendir yang berfungsi melicinkan
(lubrikasi) dalam pergerakan sel sperma. Bagi sperma, cairan semen yang dihasilkan mempunyai
fungsi memberikan media dan energi bagi sperma untuk pergerakannya di saluran vagina.
Semen juga akan menetralkan cairan asam vagina yang dapat membunuh bakteri.
Organ reproduksi wanita dimulai dari tempat pembentukan sel telur yang disebut
ovarium. Ovarium ada sepasang dan setiap bulannya bergantian menghasilkan sel telur. Pada
manusia, sel telur berkembang di sebuah kantung khusus yang disebut folikel de Graaf. Di
kantung ini, sel telur mengalami pertumbuhan hingga akhirnya dikeluarkan dari ovarium. Proses
keluarnya sel telur dari ovarium disebut ovulasi.
Sel telur yang diovulasikan akan bergerak menuju dinding rahim melalui sebuah saluran
yang dinamakan tuba Fallopi. Di saluran inilah umumnya fertilisasi oleh sperma terjadi. Sel telur
yang dibuahi atau yang tidak dibuahi akan mencapai uterus dalam jangka waktu satu minggu.
Dinding uterus mengandung banyak pembuluh darah yang menyediakan suplai makanan dan
oksigen bagi calon bayi. Rahim mempunyai ukuran panjang sekitar 7 cm dan lebar sekitar 4–5
cm. Namun, akan mampu menampung bayi dengan panjang 45 cm dan berat hingga 4 kg. Jika
tidak terjadi pembuahan, dinding endometrium rahim akan meluruh sehingga terjadilah
menstruasi pada wanita. Proses tersebut dipengaruhi oleh hormon-hormon yang saling bekerja
sama untuk mempersiapkan kehamilan.
Vagina merupakan saluran dengan dinding tebal, tempat masuknya sperma dan keluarnya
bayi ketika dilahirkan. Proses masuknya sel sperma didahului dengan masuknya penis pada
lubang vagina. Proses ini dinamakan dengan coitus atau senggama. Vagina memiliki beberapa
aksesoris yang terdiri atas klitoris, bagian kulit penutup vagina, serta selaput dara (hymen).
Bagian kulit penutup bagian luar dengan kulit yang lebih tebal dinamakan labia mayor dan
bagian kulit penutup di bagian dalam disebut labia minor. Selaput dara merupakan jaringan kulit
tipis yang melindungi vagina pada saat membuka. Bagian tersebut mudah sekali terkoyak oleh
gesekan, baik oleh benda keras maupun proses senggama. Sebelum memasuki rahim, terdapat
saluran reproduksi yang disebut leher rahim (cervix). Pada bagian ini, disekresikan cairan yang
berguna mencegah masuknya bakteri dan kuman lainnya penyebab infeksi. Pada masa ovulasi,
cairan ini akan sangat kondusif terhadap pergerakan sperma. Namun, setelah masa ovulasi cairan
tersebut biasanya akan mengental untuk mencegah masuknya sel sperma.
Menstruasi
Pada siklus ovulasi, sel telur yang tidak dibuahi harus dikeluarkan dari dalam tubuh
bersamaan dengan pendukung implantasi bayi di dinding rahim, yaitu endometrium. Proses
peluruhan dinding rahim dan dibuangnya sel telur yang tidak dibuahi ini, disebut menstruasi.
Secara hormonal, proses ini diawali dengan diproduksinya hormone gonadotropin
(gonadotropin releasing hormone) yang akan memerintahkan pituitari untuk menghasilkan
hormon FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). FSH dan LH ini akan
menginisiasi (merangsang) pembentukan folikel tempat pematangan sel telur di dalam ovarium.
Folikel yang berkembang akan menghasilkan hormon estrogen. FSH, LH, dan hormon estrogen
akan berpengaruh terhadap pematangan sel telur selama lebih kurang dua minggu hingga tiba
waktu ovulasi. Estrogen yang dihasilkan akan berpengaruh pada perkembangan folikel,
merangsang pembentukan endometrium, serta merangsang diproduksinya FSH dan LH lebih
banyak. Hormon FSH dan LH yang melimpah di hari ke-12 siklus menstruasi akan memengaruhi
masa meiosis II hingga terjadi ovulasi. Ovulasi terjadi di hari ke-14 dan pada waktu ini seorang
wanita dikatakan berada dalam keadaan subur. Masa subur tersebut berlangsung selama lebih
kurang 24 jam saja. Folikel yang telah ditinggalkan oleh sel telur disebut badan kuning atau
corpus luteum yang menghasilkan hormon estrogen serta progesteron. Kedua hormon ini
bekerja menghambat sintesis FSH dan LH sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit. Selain itu,
mengakibatkan penghambatan pematangan folikel lain di ovarium. Estrogen dan progesteron
bersama-sama mempersiapkan kehamilan dengan mempertebal dinding endometrium hingga
mencapai ketebalan 5 mm. Jika tidak terjadi kehamilan atau fertilisasi, corpus luteum akan
berdegenerasi sehingga produksi estrogen dan progesteron menurun. Jika kedua hormon ini
menurun, tidak ada lagi yang mempertahankan keberadaan endometrium sehingga endometrium
mengalami degenerasi. Proses ini terjadi di hari ke-27 atau 28 dan terjadilah menstruasi.
Gambar 2.5 Siklus Menstruasi
2.2 Gametogenesis
Gametogenesis adalah suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel
kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk kemudian
menjadi individu baru. Proses ini pada individu jantan disebut spermatogenesis dan pada betina
disebut oogenesis.
Secara umum gametogenesis terdiri atas 4 tahapan yakni :
Asal dan migrasi bakal sel kelamin ke gonad.
Perbanyakan bakal sel kelamin secara mitosis didalam gonad.
Reduksi jumlah kromosom sel kelamin menjadi setengah secara meiosis di dalam gonad.
Pemasakan dan differensiasi gamet menjadi sperma atau ovum.
2.2.1 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses sel sperma di dalam testis. Sel sperma yang berfungsi
dalam reproduksi, harus mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut
terjadi secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat reproduksi, sel sperma harus haploid sehingga
setelah pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid. Begitu juga halnya dengan
pembentukan sel telur yang haploid. Pembelahan mitosis hanya terjadi pada spermatogonia
untuk memperbanyak bakal sel sperma menjadi spermatosit primer. Mulai dari spermatosit,
terjadi pembelahan meiosis yang pertama dan menghasilkan sel anak haploid yang disebut
spermatosit sekunder. Selanjutnya, terjadi pembelahan meiosis yang kedua dan menghasilkan sel
spermatid. Setelah mengalami pematangan, sel spermatid akan menjadi sel sperma. Produksi sel
sperma di tubuh pria dilakukan sepanjang hidupnya, siklus waktunya adalah tiga hari. Proses
pematangan sel sperma dipicu oleh hadirnya hormon testosteron di testis, tepatnya di bagian sel
interstitial. Setiap hari, seorang pria dewasa memproduksi 100 juta sel spermatid yang disimpan
di duktus epididimis, lalu menuju vas deferens untuk mengalami pematangan. Pematangan sel
spermatid pada manusia, umumnya terjadi dalam waktu sekitar dua minggu.
2.2.2 Oogenesis
Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses pembentukan
ovum di dalam ovarium dan di dalam ovarium terdapat oogonium atau sel indung telur.
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan
memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Kemudian oosit primer
mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan badan polar I (polosit primer).
Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan satu sel besar yang
disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar
pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu
ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Gambar 2.7 Oogenesis pada Manusia
Ovulasi terbagi atas 3 fase yaitu:
a. Fase pra-ovulasi
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga mengalami
perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.
Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin yang merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium
yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari
ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya.
Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan
endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga di sebut sebagai fase poliferasi.
Gambar 2.8 Tahapan Pra-Ovulasi
b. Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium dan
kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase ovulasi atau
mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi egativ. Peningkatan kadar estrogen selama fase
pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik egative atau penghambatan terhadap pelepasan
FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan
LH. Dan LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut
ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
c. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena
pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap
memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan
hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada
endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan
kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna
untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau
kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila
sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan.
Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga
konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif
untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung
kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
2.3 Fertilisasi
Fertilisasi peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus
untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan
penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Fertilisasi
atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.
Namun, pada fertilisasi mencakup 3 fase yakni sebagai berikut :
o Fase 1: Penembusan korona radiata. Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke
dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu
diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya
membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet
wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
o Fase 2: Penembusan zona pelusida. Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di
sekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi
reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona
pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida
berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan
enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada
gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk
menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa
pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona
pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder
saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling
mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder. Oosit
sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein
dengan fungsi :
a. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b. Menarik sperma secara kemotaksis positif.
c. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang
berbeda :
1. Reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a. Selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
b. Zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi
sperma dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya
segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan
sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive.
Kromosomnya (22 + X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus
wanita.
3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa.
Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan
seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus
wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan
berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah
itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik
pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak,
masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA separuh dari jumlah
DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk
mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosom ayah
membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling
bergerak kearah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing
mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid
berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan, muncullah satu alur yang dalam pada
permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagian.
2.4.1 Morula
2.13 Morula
Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan berakhir
bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi ukurannya
lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang membentuk dua lapisan sel.
Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. Sel membelah secara melintang dan mulai membentuk
formasi lapisan kedua secara samar pada kutup anima. Stadium morula berakhir
apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer. Blastomer kemudian memadat menjadi
blastodisk kecil membentuk dua lapis sel.
Pada akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel
utama (blastoderm), yang meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam (inner mass
cells),fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua adalah kelompok sel-sel pelengkap, yang
meliputi trophoblast, periblast, dan eepingu cells. Fungsinya melindungi dan menghubungi
antara embryo dengan induk atau lingkungan luas.
Tropoblast melekat pada dinding uterus. Sel-selnya memperbanyak diri dengan cepat dan
memasuki eepingum uterus pada tahap awal implantasi. Setelah 9 hari, seluruh blastokista
tertahan dalam dinding uterus. Sewaktu ini berlangsung, sel-sel yang berada disebelah bawah
dari masa sel dalam menyusun diri menjadi suatu lapisan yang disebut endoderm primer yang
akan membentuk saluran pencernaan makanan. Sel-sel sisa dari masa sel dalam
memipihmembentuk suatu eeping yaitu eeping embrio.Antara eeping embrio dantropoblast yang
menutupi timbulnya suatu rongga (rongga amnion) berisi carian.Dinding rongga yaitu amnion,
menyebar mengelilingi embrio dan dikelilingi bantalan yaitu cairan amnion.
2.4.2 Blastula
Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm
yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel
blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal,mesodermal, dan endodermal yang
merupakan bakal pembentuk organ-organ.Dicirikan dua lapisan yang sangat nyata dari sel-sel
datar membentuk blastocoeldan blastodisk berada di lubang vegetal berpindah menutupi
sebagian besar kuning telur. Pada blastula sudah terdapat daerah yang berdifferensiasi
membentuk organ-organ tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochord syaraf eksoderm,
ectoderm, mesoderm, dan endoderm.
Pada manusia, hasil pembelahan berbentuk suatu bola padat (morulla).Lapisan luar dari
blastula ini membentuk lapisan yang mengelilingi embriosebenarnya, sedangkan embrio
dibentuk dari bagian morulla (inner cells mass ataumasa sel dalam)./lapisan luar (tropoblast)
pada satu sisi masa sel dalammelepaskan diri, membentuk suatu bentuk yang mirip suatu blastula
dan struktur ini disebut sebagai blastokista embrio akan menempel dan menetap pada
dinding uterus untuk periode waktu tertentu, ditempat dimana embrio akan
mendapatkan makanan sampai dilahirkan
2.4.3 Gastrula
Gastrulasi merupakan proses dimana sel-sel berkembang dan bermigrasi dalam embrio
untuk mengubah masa sel dalam tahap blastokista menjadi embrio yang berisi tiga lapisan
germinal primer. Migrasi sel-sel tersebut terjadi secara terintegrasi yang dilakukan melalui
berbagai macam gerakan-gerakan morfogenik. Hasil penting gastrulasi adalah bahwa beberapa
sel pada atau dekat permukaan blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam.hal ini akan
mentransformasikan blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut dengan gastrula. Saat
blastula terimplantasi di uterus, masa sel bagian dalam membentuk cakram pipih dengan lapisan
sel bagian atas (epiblast) dan lapisan sel bagian bawah (hipoblast). Lapisan-lapisan ini homolog
dengan lapisan pada cakram embrio burung.
Seperti pada burung, embrio manusia akan berkembang secara keseluruhan dari sel-sel
epiblast, sementara sel-sel hipoblast membentuk kuning telur (yolk sac). Gastrulasi terjadi
melalui pergerakan ke arah dalam sel-sel lapisan atas melalui primitive streak untuk membentuk
mesoderm dan endoderm.
2.4.4 Organogenesis
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup
(hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding
tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen
(kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi
(testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat
respirasi seperti pulmo.
Pada mammalia, embrionya memiliki selaput embrio, yaitu amnion, korion, sakus
vitelinus, dan alantois. Selaput embrio berfungsi melindungi embrio terhadap kekeringan,
goncangan, membantu pernapasan, ekskresi, serta fungsi penting lainnya selama berada di dalam
rahim induknya.
Kembar siam biasanya diklasifikasikan berdasarkan pada bagian tubuh yang menyatu
dengan penambahan akhiran pagus.5,6 Berdasarkan dari sisi tubuh dimana penyatuan terjadi,
maka secara garis besar kembar siam dibagi menjadi tiga:
1. Penyatuan dari bagian ventral, misalnya thoracopagus (menyatu dibagian dada).
2. Penyatuan dari bagian lateral, misalnya parapagus (menyatu dibagian pelvis).
3. Penyatuan dari bagian dorsal, misalnya pygopagus (menyatu dibagian bokong).
Pada kasus ini bayi menyatu dari bagian kepala, thorax dan abdomen. Ada satu kepala
yang menyatu dengan 2 pasang telinga (Sepasang dibagian belakang kepala, gambar 6A),
sepasang ekstremitas superior dan sepasang ekstremitas inferior. Pada literatur, disebutkan
kembar siam yang terjadi pada kepala dan thorax dapat disebut dengan janiceps. Kasus ini
berdasarkan anatomi bersatunya bagian tubuh yang menyatu maka ini adalah kembar siam
cephalothoraco omphalophagus. Placenta pada kasus ini satu placenta, dengan 2 tali pusat,
dimana salah satunya dengan insersi velamentosa, dan pada bagian umbilicus janin ada 2,
dengan letak yang bersebelahan.
b. Sindrom Down
Sindrom down merupakan kelainan fisik janin dengan ciri - ciri yang khas seperti retardsi
mental, kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia), leukimia, hingga gangguan
penglihatan dan pendengaran,. Kelainan ini terjadi karena kelainan pada kromosom yaitu pada
kromosom 21. Pada penderita ini memiliki tiga unting kromosom 21 (Corebima, 1997).
c. Sindrom Edward
Sindrom Edward adalah kelainan pada janin karena kromosom janin mengalami kelainan.
Kelainan ini terjadi karena kromosom 18 nya mengalami kelebihan yaitu terdapat tiga untai
kromosom 18. ciri kelaian janin ini adalah retardasi mental berat, gangguan pertumbuhan,
ukuran kepala dan pinggul kecil, kelaianan pada tangan dan kaki.
d. Sindrom Patau
Nama lain dari kelaianan janin ini adalah trisomi 13. hal ini karena terjadi kelainan pada
kromosom ke13 dari pendeita tersebut, yaitu memiliki tiga untai kromosom 13. Ciri dari kelainan
ini adalah bibir sumbing, ganggaun berat pada perkembangan otak, jantung, ginjal, tangan dan
kaki.biasanya jika gejalanya sangat berat janin akan mati setelah beberapa saat dari kelahiran.
e. Talasemia
Talasemia adalah salah satu kelainan pada janin. Talasemia ini memiliki ciri dimana
tubuh kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga penderita mengalami
anemia berat akibatnya harus transfusi darah seumur hidup.
f. Fenilketinoria
Fenilketinoria adalah gangguan metabolisme salah satu jenis asam amino pembentuk
protein yaitu fenilalanin yang menyebabkan hambatan atau radiasi mental. Kelainan ini jika
dideteksi sejak dini dapat diminimalkan dengan cara memberi asupan fenilalanin yang banyak
terdapat pada keju, susu, telur, ikan, daging, pemberian obat atau vitamin tertentu.
g. Hipotiroid Konginetal
Merupakan penyakit yang dibawa sejak janin atau bisa disebut dengan kelainan janin.
Hal ni karena tubuh tidak mampu atau hanya mampu sedikit memproduksi hormon tiroid.
Karena hormon tiroid adalah hormon petumbuhan maka jika kekurangan hormon ini maka
pertumbuhan fisik dan mental akan terganggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberi
suplemen tiroid sejak dini.
h. Fokomelia
Cacat pada lengan, merupakan cacat yang disebabkan oleh Thalidomide. 10 % dari
wanita hamil yang memakan obat ini periode sensitive akan melahirkan bayi cacat
i. Selosomi
Kelainan pada waktu menutupnya dinding perut. Organ-organ visceral dan terdapat di
luar rongga perut
j. Kraniorakiskisis
Kegagalan bumbung neural untuk menutup. Tidak ada rongga kepala, tidak berbentuk
lengkung vertebra.
2. Faktor Eksternal
a. Infeksi Cacat dapat terjadi pada janin induk yang terkena penyakit infeksi terutama oleh virus.
Contoh cacar air dan campak. Dikenal pula sitomegalovirus (CMV) yang menginveksi ibu yang
sedang hamil yang menyebabkan bayinya menjadi tuli, gangguan hati dan mental terbelakang.
b. Obat Berbagai macam obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menimbulkan cacat pada
janinnya. Contoh obat yaitu aminopterin yang mempunyai sifat antagonis terhadap asam
folat.
c. Radiasi Ibu hamil yang diradiasi sinar x akan melahirkan bayi cacat pada otak. Ini
disebabkan karena mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahoir cacat
bayi di daerah yang bersangkutan.
d. Defisiensi Ibu yang defisiensi vitamin atau hormone dapat menimbulkan cacat pada janin.
Contohnya devisiensi vit. A akan menimbulkan cacat mata.
e. Emosi Sumbing dan Labio palatosciziz (ada celah di langit – langit mulut), kalau terjadi
pada minggu ke-7 sampai ke 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu. Emosi itu
mungkkin lewat system hormone. Stress psikis ibu membuat cortex adrenal hyperactive,
sehingga penggetahan hydrocortisone tinggi, hormone ini, dapat menginduksi terjadinya langit-
langit pecah. Pengaruh emosi itu mungkin juga lewat otak dulu, terus ke hypothalamus, dan ini
merangsang penggetahan adrenocoriticotropin dari hipofisa, yang akan mendorong korteks
adrenal menggetahkan hormon tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organ reprroduksi jantan terdiri atas penis, yang merupakan organ reproduksi eksternal
yang berfungsi dalam senggama untuk mengantarkan sperma ke dalam tubuh wanita. Organ
repduksi lainnya adalah skrotum, testis, epididimis, vas deferens, urethra.
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin).
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina. Sedangkan organ
reproduksi luar pada wanita berupa vulva.
Gametogenesis adalah suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel
kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk kemudian
menjadi individu baru, yang terdiri atas oogenesis dan spermatogenesis.
Fertilisasi merupakan proses peleburan dua gamet, antara gamet jantan dan gamet betina.
Beberapa fase dalam fertlisisasi adalah penembusan corona radiata, penembusan zona pellusida,
dan terakhir adalah penyautuan ovum dan sel sperma.
Adapun tahapan perkembangan embrio setelah fertilisasi adalah :
Morula – Blastula – Gastrula –Fetus
Kembar adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau embrio atau lebih dalam satu
gestasi. Janin yang kembar lebih sering terjadi akibat fertilisasi dua buah ovum yang terpisah
(ovum ganda, kembar dizigot atau kembar "fraternal"). Sekitar sepertiga di antara kehamilan
kembar berasal dari ovum tunggal yang dibuahi, dan selanjutnya membagi diri menjadi dua buah
struktur serupa, masing-masing dengan kemampuan untuk berkembang menjadi ovum tunggal
tersendiri. Apabila pembelahan berlangsung tidak lengkap dan akan terbentuk kembar siam.
Kembar siam dapat dibagi atas beberapa jenis sesuai dengan lokasi anatomis menjadi satu bagian
tubuh yakni torakopagus (40%), sifoomfalopagus (34%), pigopagus (18%), iskiopagus (6%) dan
kraniopagus (2%).
Beberapa kelainan pada janin yakni : Teratoma, Sindrom Down, Sindrom Edward,
Sindrom Patau, Talasemia, Fenilketinoria, Hipotiroid konginetal, Fokomelia, Selosomi dan
Kraniorakiskisis.
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
terdiri dari pokok pembahasan mengenai konsep dasar “Embriologi Manusia dan
Sistem Reproduksi”. Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga
mudah dimengerti.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................................ 1
Kata
Pengantar ...............................................................................................................
. 2
Daftar
Isi ..........................................................................................................................
3
BAB I
Pendahuluan..............................................................................................................4
BAB II
Pembahasan............................................................................................................... 6
2.3 Tahapan
Embriologi ........................................................................................... 9
BAB III
Penutup...................................................................................................................24
Daftar
Pustaka ..................................................................................................................
25
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu ciri makhluk hidup adalah memiliki kemampuan untuk melakukan
reproduksi atau berkembang biak. Reproduksi adalah upaya makhluk hidup untuk
mempertahankan kelestarian jenisnya.
Pada manusia, alat dan sistem reproduksinya telah berkembang sedemikian
kompleks dan sempurna. Pada reproduksi manusia, pria akan menghasilkan
sperma dan wanita akan menghasilkan ovum. Jika sperma dan ovum bertemu akan
terjadi fertilisasai atau pembuahan. Dari pembuahan tersebut akan terbentuk satu
sel yang di sebut zigot yang akan terus membelah menjadi embrio dan akhirnya
menjadi individu baru.
Organisme yang melalui tiga tahapan diatas disebut embrio. Dan lingkup
ilmu yang mempelajari tahapan diatas disebut embriologi.
1.3 Tujuan
3. Dapat mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem reproduksi laki-laki dan wanita
PEMBAHASAN
Embriologi ialah ilmu tentang embrio. Embrio atau mudigah ialah makhluk
yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam
tubuh induk (dalam rahim) atau di luar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh, ialah
perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai jadi bentuk kompleks dan
dewasa. Makhluk yang asalnya terdiri dari satu sel dan hidupnya tergantung kepada
parent menjadi makhluk yang terdiri dari banyak sel yang tersusun atas berbagai
jaringan dan alat yang kompleks, dan yang dapat berdiri sendiri dan sanggup
bereproduksi. Jadi Embriologi ialah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
mengkaji perkembangan embrio (janin).
1. Teori preformasi
Berbagai embrio sudah ada dalam telur telah dan terbentuk sempurna,
sebagai miniatur yang terkandung dalam biji. Teori ini diperkenalkan Marcello
Malpighi (1628 – 1694). Teorinya itu dimuat berupa karangan dimajalah
“Proceeding” yang diterbitkan oleh The Royal Society of London, dengan judul :
“De Ovo Incubato” (perkembangan embrio ayam). Katanya setiap organ dalam
embrio ayam itu sudah terbentuk sempurna dalam telur yang sudah dibuahi.
Ada dua aliran kemudian tumbuh dari teori preformasi ini, yaitu:
a. Aliran ovulisme
Aliran ini berpendapat bahwa pada ovum terkandung alat-alat dalam bentuk
mini, sedangkan spermatozoa itu hanya untuk merangsang pertumbuhan embrio.
b. Aliran animalculisme.
Aliran ini berpendapat bahwa pada spermatozoon terkandung alat mini, dan
tubuh wanita hanyalah sebagai tempat tumbuh.
2. Teori Epigenesis
Teori ini menyatakan, bahwa dalam telur tidak ada miniatur alat-alat.
Alat-alat itu tumbuh secara berangsur. Yang memperkenalkan teori ini ialah Caspar
Friedrich Wolff (1733 – 1794) Ia mendasarkan teorinya kepada penelitian
embriologi. Katanya teori preformasi tak bisa diakui, karena terbukti usus ayam
tidak terbentuk berupa tabung yang sudah jadi, tapi mula-mula berupa lipatan dari
lapisan gepeng yang masih suatu jaringan pada awal pengeraman. Ia menulis
teorinya dalam bukunya yang berjudul “Theoria Generationis”
Artinya :“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah,
Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari
segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami
jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai
bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun
yang dahulunya Telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian
apabila Telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
Artinya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan
daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang
berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu
kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu
adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan
selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”
Artinya : “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”
Artinya :”Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur[1535] yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat”.
Dari kelima ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penciptaan manusia
berasal dari setetes mani yang berisi sperma yang kemudian membuahi ovum.
Ketika sperma bergabung dengan sel telur intisari bayi yang akan lahir terbentuk.
Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” akan segera berkembang biak dengan
membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Dan dalam Al qur’an
disebutkan, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot
yang membungkus tulang-tulang ini. Kemudian terbentuklah seorang manusia.
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam
Al Qur’an, benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern.
Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote
dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Fase embrionik terbagi menjadi 3
fase, yaitu:
1. Fase Murola
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase ini zigot membelah secara
mitosis berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8, 16 dan akhirnya 32 buah sel.
2. Fase Blastula
Pada bulan ketiga usia kehamilanan, hampir seluruh alat tubuh secara
lengkap telah terbentuk, termasuk alat kelamin luar. Panjang janin pada fase ini
sekitar 70 sampai 100 mm dan dapat dibedakan antara janin laki-laki atau
perempuan. Lalu pada bulan keempat kehamilan seorang wanita, kondisi janin
mulai terbentuk kulit, rambut, kelenjar keringat dan kelopak mata. Gerakan janin
sudah terasa oleh ibunya. Panjang janin saat itu sekitar 145 mm.
Minggu ke-26, bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina
matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan
pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi, bunda dapat memulai
memperdengarkan lagu yang ringan dan mencoba untuk memberi cahaya lebih
disekitar perut, mungkin bunda akan merasakan anggukan kepala si kecil. Berat
badan bayi sudah mencapai 750-780gram, sedangkan tingginya 35-38 cm.
Minggu pertama trimester ketiga (Minggu ke-27), paru-paru, hati dan sistem
kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki
peluang 85% untuk bertahan. Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai
mengisap ibu jari dan menelan air ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi
870-890 gram dengan tinggi badan 36-38 cm.
Minggu ke-28 beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin
berkembang dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya
terus tumbuh. Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah
mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah
mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya
sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia
terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.
Minggu ke-30 lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot
bayi sekarang sekitar 1400 gram dan panjangnya 27 cm. Karena ia semakin besar,
gerakannya semakin terasa. Mata indah bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke
sisi yang lain dan dia sudah mulai belajar untuk membuka dan menutup matanya.
Saat ini waktu yang terbaik bagi bunda untuk menyenteri perut dan menggerak-
gerakan senter tersebut maka mata bayi sudah bisa mengikuti ke arah mana senter
tersebut bersinar.cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin berkurang.
Kini si kecil pun sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan bayi 1510-1550
gram, dengan tinggi 39-40 cm.
Minggu ke-32, jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula
dengan bulu mata, alis dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang
menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung
saat dilahirkan. Dengan berat 1800 gram dan panjang 29 cm, kemampuan untuk
bertahan hidup di luar rahim sudah lebih baik apabila di dilahirkan pada minggu ini.
Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system
pendengaran telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan
kaki si kecil sudah lengkap dan sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan
semakin panjang. Bayi sudah mulai bisa bermimpi,
Minggu ke-33, bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan
ibunya. Otak bayi semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak bayi sudah
mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah
bisa menelan. Walaupun tulang-tulang bayi sudah semakin mengeras tetapi otot-
otot bayi belum benar-benar bersatu. Berat badan bayi 1800-1900 gram, dengan
tinggi badan sekitar 43-45 cm.
Minggu ke-34, bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan
menutup mata apabila mengantuk dan tidur, bayi juga sudah mulai mengedipkan
matanya. Tubuh bunda sedang mengirimkan antibodi melalui darah bunda ke dalam
darah bayi yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhnya dan proses ini akan
tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat bunda mulai menyusui.
Minggu ke-36, kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi.
Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi. Ginjal dari
bayi sudah bekerja dengan baik dan livernya pun telah memproduksi kotoran.
Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik bahkan sudah siap bertemu dengan
mama dan papa. Berat badan bayi 2400-2450 gram, dengan tinggi badan 47-48
cm
Minggu ke-37, kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin
membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat
dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah bisa melihat
adanya cahaya diluar rahim. Bayi sedang belajar untuk melakukan pernafasan
walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Berat badan bayi di
minggu ini 2700-2800 gram, dengan tinggi 48-49 cm
Minggu ke-38 hingga minggu ke-40, proses pembentukan telah berakhir dan
bayi siap dilahirkan. Secara normal, lama masa kandungan manusia adalah 9
bulan lebih 10 hari. Pada waktu bayi lahir, ia segera bernafas dengan paru-paru
sehingga aliran darah dari plasenta terhenti. Pernafasan tersebut biasanya diawali
dengan tangisan.
Kelainan juga dapat terjadi pada umumnya oleh karena terjadi kelainan pada
pembentukan selaput atau kantung embrio. Bila pemisahan discus embrio
(blastodisk) tidak sempurna atau masih muda ada bagian yang bersatu, yang
kemudian berkembang lebih lanjut menjadi kembar melekat atau dikenal pula
sebagai kembar siam.
Pria memiliki serangkaian alat reproduksi dan di dalam alat ini berlangsung pula
proses pembentukan sperma. Dalam proses pembentukan sperma tidak lepas dari
peran hormon-hormon seksual.
A. Alat Reproduksi Pria
Alat reproduksi pria dibedakan menjadi dua, yaitu alat kelamin bagian luar dan
alat kelamin bagian dalam. Alat kelamin bagian luarterdiri atas penis dan skrotum.
Di dalam skrotum terdapat testis yang merupakan alat kelamin bagian dalam dan
tidak tampak dari luar.
Penis berfungsi sebagai alat koitus (persetubuhan). Pada alat ini terdapat
saluran ejakulasi yang berperan menyemprotkan semen hingga masuk dalam
uretra dan disalurkan ke luar. Saluran uretra juga berfungsi menyalurkan urine dan
dikeluarkan melalui lubang kecil di ujung penis.
Pada saat ejakulasi, otot yang terdapat pada tempat keluarnya urine menutup
sehingga urine tidak keluar bersama semen.
Sperma yang telah masak mempunyai sifat motil, karena sperma dilengkapi
mikrotubulus. Sperma yang matang ini mempunyai tiga bagian, yaitu bagian
kepala, bagian tengah (mid piece), dan bagian ekor.
1) Bagian kepala mengandung inti sel (nukleus) yang haploid dan bagian
ujungnya mengandung akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan
proteinase yang berperan membantu menembus lapisan yang melindungi sel
telur.
2) Bagian tengah mengandung mitokondria yang berperan dalam
pembentukan energi yang digunakan untuk pergerakan ekor sperma.
3) Bagian ekor, sebagai alat gerak sperma agar dapat mencapai ovum
Hipofisis anterior
Testis
Secara biologis seorang pria yang telah puber akan mengalami "mimpi basah".
Mimpi basah dapat terjadi karena pria memproduksi sperma setiap harinya. Sperma
ini tidak harus selalu dikeluarkan, sebagian sperma akan diserap oleh tubuh dan
dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair, dan kotoran padat. Sperma bisa
dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui
penis. Ejakulasi terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja pria) melalui mimpi
basah.
Seorang pria yang telah pubertas harus mampu memelihara kesehatan dengan
menjaga kebersihan pribadi dan alat reproduksinya. Demikian juga secara religius
seorang yang sudah mengalami pubertas harus semakin meningkatkan
pemahaman agamanya serta mendekatkan diri kepada Tuhan agar tidak terjerumus
kepada pergaulan bebas yang akan merugikan masa depannya.
Sistem reproduksi wanita tersusun atas serangkaian alat reproduksi yang juga
menjadi tempat berlangsungnya pembentukan ovum, fertilisasi, kehamilan, dan
persalinan. Simak materi berikut untuk memahami lebih lanjut.
Seperti halnya pria, alat reproduksi wanita terdiri atas alat kelamin luar dan alat
kelamin dalam. Bagian luar alat kelamin terdiri atas labia mayora yang merupakan
bibir luar vagina berukuran besar tampak tebal berlapis lemak. Pertemuan antara
kedua labia mayora dibagian atas disebut mons veneris. Di dalam labia mayora
terdapat tonjolan kecil yang disebut klitoris. Sebelah dalam labia mayora terdapat
labia minora yang merupakan lipatan kulit yang halus, tipis, dan tidak dilapisi
lemak. Tepat di bawah klitoris terdapat orificium urethrae yang merupakan muara
saluran kencing. Di bawah saluran kencing ini terdapat himen (selaput dara) yang
mengelilingi lubang masuk ke vagina.
Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri atas ovarium (indung telur),
oviduk (tuba fallopii), rahim (uterus), dan vagina. Ovarium berjumlah
sepasang yang terletak di rongga perut kanan dan kiri. Di dalam ovarium
terdapat folikel-folikel. Tiap folikel terdapat satu sel telur. Folikel ini berfungsi
menyediakan nutrisi dan melindungi perkembangan sel telur.
Jika terjadi pembuahan oleh spermatozoa, oosit sekunder dan badan polar
pertama akan melanjutkan tahapan meiosis II. Pembelahan oosit sekunder
menghasilkan 1 ootid dan 1 badan polar kedua, sedangkan badan polar pertama
akan menghasilkan dua badan polar kedua. Saat akan terjadi pembuahan, ootid
berdiferensiasi membentuk ovum, dan tiga badan polar yang menempel pada ovum
akan mengalami degenerasi.
Sel telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi akan menuju uterus. Sementara
itu, hormon progesteron dihasilkan dan akan mempengaruhi penebalan dinding
uterus sehingga siap terjadi implantasi. Jika sel telur ini tidak dibuahi akan luruh dan
dikeluarkan sebagai menstruasi (haid) bersama jaringan yang terbentuk pada
dinding uterus.
1-5 hari
Fase Menstruasi
6-10 hari
Fase Folikuler (Fase Reperasi)
11-18 hari
Fase Fertil
19-28 hari
Fase Luteal
Pada saat ovulasi, folikel Graaf pecah berubah menjadi korpus rubrum yang
mengandung banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah
menjadi korpus luteum (badan kuning) untuk menghasilkan hormon progesteron
yang berfungsi mempersiapkan endometrium menerima embrio. Pada saat ini
endometrium menjadi tebal dan lembut, serta dilengkapi banyak pembuluh darah.
Jika tidakada kehamilan, korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albikans
sehingga progesteron dan estrogen menurun bahkan hilang.
2.8 Penyakit Pada Sistem Reproduksi
1. Gonorea
Penyakit ini lazim disebut dengan kencing nanah. Penyebabnya adalah bakteri
Neisseria Gonorrheae. Ia ditularkan melalui prilaku seks yang bebas dan
menyimpang. Gejalanya adalah keluarnya cairan berwarna putih yang disertai
dengan rasa yang nyeri pada saat buang air kecil
3. Herpes Genital
4. Klamidia
5. Trikoniasis
6. Kutil Kelamin
7. HIV/AIDS
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
- http://kusmandanuunindra4.blogspot.com/2009/12/proses-perkembangan-
embrio.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
- http://majalahkesehatan.com/klamidia/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Genital_herpes
- http://id.wikipedia.org/wiki/Trikomoniasis
- http://indonesiaindonesia.com/f/7302-mengenal-jauh-kutil-kelamin/
- http://kelasbiologiku.blogspot.com/2013/03/beberapa-penyakit-pada-sistem.html
- http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/alat-reproduksi-pria-dan-proses.html
- http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/alat-reproduksi-wanita-dan-proses.html
- http://mediaindonesia45.blogspot.com/2013/01/pengertian-sistem-reproduksi-
pada.html
- http://annidasaima.blogspot.com/2012/09/definisi-teori-dan-konsep-
embriologi.html
- http://biologi.fst.unair.ac.id/matkul_S1bio/Semester%20Gasal/Semester
%20Gasal/Emb%20Vert/Definisi,%20Teori%20dan%20Sejarah
%20Embriologi_dono_2010.ppt
- http://embriostarsgurls.blogspot.com/2010/11/pengertian-ruang-lingkup-dan-
manfaat.html
- http://smartbiojoe.blogspot.com/2011/10/sistem-reproduksi-manusia-paket-
blog.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada hampir semua mahluk hidup suatu generasi baru dimulai dari suatu
telur yang telah difertilisasi (dibuahi), atau zigot yaitu
s u a t u s e l h a s i l penggabungan dari sel induk betina dan sel induk jantan, dimana masing-
masinginduk be rp er an dal am m e n e n t u k a n s i f a t s i f a t i ndiv i du baru yakni
dal am h a l u k u r a n , bentuk, per l en gk ap an f i s i o l og i s dan pola peri l
akunya. P ada pros es perkembangan manusia melalui berbagai tahap yang dimulai dari
gametogenesis pada masingmasing induk, dimana induk jantan mengalami
spermatogenesis(proses pembentukan sperma), dan induk betina mengalami
oogenesis ( proses p em be nt uk an ovum). S e t e l ah t e r j ad i vert i l i s as i ( pros
es pel eburan dua gamet s e h i n g g a t e r b e n t u k i n d i v i d u d e n g a n s i f a t g
enetikyang berasal dari keduainduknya) maka akan terben
tuk z i g o t . Z i g o t a k a n m u l a i m e m b e n t u k s u a t u organisme yang
multiseluler yang dilakukan dengan prosesproses pembelahan. P embe l ahan aw a l
yang t e r j adi
d i s ebut s ebagai blastulasi d i m a n a s e l y a n g merupakan hasil fertilisasi antara dua induk
mengalami pembelahan menjadi 2, 4,8, 16, 32, 64, 128, 256, dsb
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dibuat makalah ini adalah:
1..Untuk mengetahui lebih jelas proses perkembangan embrio manusia setelah terjadi fertilisasi
antara sel telur dan sel sperma
2.Untuk lebih memahami halhal yang terjadi disetiap tahapan yang terjadi pada perkembangan
embrio
1 . S ebaga i b a h a n r u j u k a n b a g i p a r a p e n e l i t i y a n g a k a n m e n e l i t
i pros es perkembangan embrio manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fertilisasi
Sel telur mamalia di kelilingi oleh lapisan ekstra seluler tebal yang deisebutzona
pelus i d a . Langkah perta ma f e r t i l i s as i adalah per l ekat an
sperm a s ecara longgar di permukaan zona pelusida. Peristiwa itu diikuti oleh pengikatan
spermadengan zona pelusida. Ikatan yang terbentuk sangat spesifik dan erat.
Reseptor pengikatan sperma ada di zona pelusida sedang protein spesifik
pengikatan seltelur t e rdapa t dala m me mbran p l as ma s perma. Ribuan s perma
dapa t melek a t kes a t u s e l t e l ur yang s ama. S perma yang me l ekat lalu
meny e l es a i k an r eaks i akros om yang merup akan pros es pers i apan
pe ny at ua n s perma dan s e l t e l ur. Membran terluar dari struktur dua lapis
akrosomal melekat dan berfusi denganmembran plasma sperma di tempattempat
sepanjang bagian tepi kepala sperma.R e a k s i akrosomal melepaskan
e n z i m e n z i m h i d r o l i t i k ( a k r o s i n ) y a n g memungkinkan sperma bergerak
melalui zona pelusida ke sel telur. Terowonganyang sangat sempit dihasilkan oleh sperma
selama perjalanannya menembus zona tersebut.
Setelah berhasil melewati zona pelusida sperma tiba
diterowongan perivitelin yang memisahkan sel telur dengan
z o n a p e l u s i d a . S a t u s p e r m a menjalani fusi dengan sel telur melalui penyatuan
membran akrosomal posterior sperma dengan membran plasma sel telur. Halangan
yang terbentuk secara cepatdapat mencegah polispermi (fertilisasi satu sel telur oleh
lebih dari satu sperma) kemuungkinan terjadi akibat perubahanperubahan potensial listrik
pada membransel telur setelah masuknya sperma. Masuknya sperma mengaktifasi sel
telur dannukleusnya. Pronukleus sperma menyatu dengan pronukleus sel telur.
Granulakortikal di bagian tepi sitoplasma sel telur berfusi dengan membran plasma,
dan berbagai enzim dilepaskan ke dalam rongga perivitelin. Enzimenzim itulah
yangmenyebabk an zona pelus i da m enjadi kaku dan h i l ang kem a mp ua nn y a
untuk mengikat sperma. Sehingga dengan adanya zona pelusida yang menjadi kaku inidapat
mencegah polispermi.Fertilisasi mamalia berlangsung dalam oviduk.
.Gambar 2.1.
Proses Awal Pembelahan Embrio pada manusia, berlangsung seiring dengan perangkat
perangkat pelekatan dari embrio kepada dinding uterus induknya. Telur manusia pada umumnya
tidak memiliki yolk, dibuahi disaluran telur sewaktu bergerak kearahuterus dan pembelahan
pembelahan awalnya berlangsung kurang dari 24 jam.Pembelahannya adalah meridional tidak
ekual. Pembelahan berikutnya agak tidak teratur, tetapi dengan cepat membentuk suatu bola
padat berisi sel, yang disebutmorulla.
MAKALAH
Disusun Oleh :
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
terdiri dari pokok pembahasan mengenai konsep dasar “Embriologi Manusia dan
Sistem Reproduksi”. Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga
mudah dimengerti.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................................ 1
Kata
Pengantar ...............................................................................................................
. 2
Daftar
Isi ..........................................................................................................................
3
BAB I
Pendahuluan..............................................................................................................4
BAB II
Pembahasan................................................................................................................ 6
2.3 Tahapan
Embriologi ........................................................................................... 9
BAB III
Penutup...................................................................................................................24
Daftar
Pustaka ..................................................................................................................
25
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu ciri makhluk hidup adalah memiliki kemampuan untuk melakukan
reproduksi atau berkembang biak. Reproduksi adalah upaya makhluk hidup untuk
mempertahankan kelestarian jenisnya.
Pada manusia, alat dan sistem reproduksinya telah berkembang sedemikian
kompleks dan sempurna. Pada reproduksi manusia, pria akan menghasilkan
sperma dan wanita akan menghasilkan ovum. Jika sperma dan ovum bertemu akan
terjadi fertilisasai atau pembuahan. Dari pembuahan tersebut akan terbentuk satu
sel yang
di sebut zigot yang akan terus membelah menjadi embrio dan akhirnya menjadi
individu baru.
Organisme yang melalui tiga tahapan diatas disebut embrio. Dan lingkup
ilmu yang mempelajari tahapan diatas disebut embriologi.
3. Dapat mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem reproduksi laki-laki dan wanita
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori preformasi
Berbagai embrio sudah ada dalam telur telah dan terbentuk sempurna,
sebagai miniatur yang terkandung dalam biji. Teori ini diperkenalkan Marcello
Malpighi (1628 – 1694). Teorinya itu dimuat berupa karangan dimajalah
“Proceeding” yang diterbitkan oleh The Royal Society of London, dengan judul :
“De Ovo Incubato” (perkembangan embrio ayam). Katanya setiap organ dalam
embrio ayam itu sudah terbentuk sempurna dalam telur yang sudah dibuahi.
Ada dua aliran kemudian tumbuh dari teori preformasi ini, yaitu:
a. Aliran ovulisme
Aliran ini berpendapat bahwa pada ovum terkandung alat-alat dalam bentuk
mini, sedangkan spermatozoa itu hanya untuk merangsang pertumbuhan embrio.
b. Aliran animalculisme.
Aliran ini berpendapat bahwa pada spermatozoon terkandung alat mini, dan
tubuh wanita hanyalah sebagai tempat tumbuh.
2. Teori Epigenesis
Teori ini menyatakan, bahwa dalam telur tidak ada miniatur alat-alat.
Alat-alat itu tumbuh secara berangsur. Yang memperkenalkan teori ini ialah Caspar
Friedrich Wolff (1733 – 1794) Ia mendasarkan teorinya kepada penelitian
embriologi. Katanya teori preformasi tak bisa diakui, karena terbukti usus ayam
tidak terbentuk berupa tabung yang sudah jadi, tapi mula-mula berupa lipatan dari
lapisan gepeng yang masih suatu jaringan pada awal pengeraman. Ia menulis
teorinya dalam bukunya yang berjudul “Theoria Generationis”
Artinya :“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari
tanah,
Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari
segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami
jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai
bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun
yang dahulunya Telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian
apabila Telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
Artinya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan
daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang
berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu
kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu
adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan
selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”
Artinya : “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”
Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote
dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Fase embrionik terbagi menjadi 3
fase, yaitu:
1. Fase Murola
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi
yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase ini zigot membelah secara mitosis
berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8, 16 dan akhirnya 32 buah sel.
2. Fase Blastula
Pada bulan ketiga usia kehamilanan, hampir seluruh alat tubuh secara
lengkap telah terbentuk, termasuk alat kelamin luar. Panjang janin pada fase ini
sekitar 70 sampai 100 mm dan dapat dibedakan antara janin laki-laki atau
perempuan. Lalu pada bulan keempat kehamilan seorang wanita, kondisi janin
mulai terbentuk kulit, rambut, kelenjar keringat dan kelopak mata. Gerakan janin
sudah terasa oleh ibunya. Panjang janin saat itu sekitar 145 mm.
Minggu ke-26, bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina
matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan
pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi, bunda dapat memulai
memperdengarkan lagu yang ringan dan mencoba untuk memberi cahaya lebih
disekitar perut, mungkin bunda akan merasakan anggukan kepala si kecil. Berat
badan bayi sudah mencapai 750-780gram, sedangkan tingginya 35-38 cm.
Minggu pertama trimester ketiga (Minggu ke-27), paru-paru, hati dan sistem
kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki
peluang 85% untuk bertahan. Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai
mengisap ibu jari dan menelan air ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi
870-890 gram dengan tinggi badan 36-38 cm.
Minggu ke-28 beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin
berkembang dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya
terus tumbuh. Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah
mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah
mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya
sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia
terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.
Minggu ke-30 lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot
bayi sekarang sekitar 1400 gram dan panjangnya 27 cm. Karena ia semakin besar,
gerakannya semakin terasa. Mata indah bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke
sisi yang lain dan dia sudah mulai belajar untuk membuka dan menutup matanya.
Saat ini waktu yang terbaik bagi bunda untuk menyenteri perut dan menggerak-
gerakan senter tersebut maka mata bayi sudah bisa mengikuti ke arah mana senter
tersebut bersinar.cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin
berkurang. Kini si kecil pun sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan bayi
1510-1550 gram, dengan tinggi 39-40 cm.
Minggu ke-32, jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula
dengan bulu mata, alis dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang
menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung
saat dilahirkan. Dengan berat 1800 gram dan panjang 29 cm, kemampuan untuk
bertahan hidup di luar rahim sudah lebih baik apabila di dilahirkan pada minggu ini.
Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system
pendengaran telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan
kaki si kecil sudah lengkap dan sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan
semakin panjang. Bayi sudah mulai bisa bermimpi,
Minggu ke-33, bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan
ibunya. Otak bayi semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak bayi sudah
mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah
bisa menelan. Walaupun tulang-tulang bayi sudah semakin mengeras tetapi otot-
otot bayi belum benar-benar bersatu. Berat badan bayi 1800-1900 gram, dengan
tinggi badan sekitar 43-45 cm.
Minggu ke-34, bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan
menutup mata apabila mengantuk dan tidur, bayi juga sudah mulai mengedipkan
matanya. Tubuh bunda sedang mengirimkan antibodi melalui darah bunda ke dalam
darah bayi yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhnya dan proses ini akan
tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat bunda mulai menyusui.
Minggu ke-36, kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi.
Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi. Ginjal dari
bayi sudah bekerja dengan baik dan livernya pun telah memproduksi kotoran.
Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik bahkan sudah siap bertemu dengan
mama dan papa. Berat badan bayi 2400-2450 gram, dengan tinggi badan 47-48
cm
Minggu ke-37, kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin
membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat
dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah bisa melihat
adanya cahaya diluar rahim. Bayi sedang belajar untuk melakukan pernafasan
walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Berat badan bayi di
minggu ini 2700-2800 gram, dengan tinggi 48-49 cm
Minggu ke-38 hingga minggu ke-40, proses pembentukan telah berakhir dan
bayi siap dilahirkan. Secara normal, lama masa kandungan manusia adalah 9
bulan lebih 10 hari. Pada waktu bayi lahir, ia segera bernafas dengan paru-paru
sehingga aliran
darah dari plasenta terhenti. Pernafasan tersebut biasanya diawali dengan tangisan.
Kelainan juga dapat terjadi pada umumnya oleh karena terjadi kelainan pada
pembentukan selaput atau kantung embrio. Bila pemisahan discus embrio
(blastodisk) tidak sempurna atau masih muda ada bagian yang bersatu, yang
kemudian berkembang lebih lanjut menjadi kembar melekat atau dikenal pula
sebagai kembar siam.
Pria memiliki serangkaian alat reproduksi dan di dalam alat ini berlangsung pula
proses pembentukan sperma. Dalam proses pembentukan sperma tidak lepas dari
peran hormon-hormon seksual.
A. Alat Reproduksi Pria
Alat reproduksi pria dibedakan menjadi dua, yaitu alat kelamin bagian luar dan
alat kelamin bagian dalam. Alat kelamin bagian luarterdiri atas penis dan skrotum.
Di dalam skrotum terdapat testis yang merupakan alat kelamin bagian dalam dan
tidak tampak dari luar.
Penis berfungsi sebagai alat koitus (persetubuhan). Pada alat ini terdapat
saluran ejakulasi yang berperan menyemprotkan semen hingga masuk dalam
uretra dan disalurkan ke luar. Saluran uretra juga berfungsi menyalurkan urine dan
dikeluarkan melalui lubang kecil di ujung penis.
Pada saat ejakulasi, otot yang terdapat pada tempat keluarnya urine menutup
sehingga urine tidak keluar bersama semen.
Sperma yang telah masak mempunyai sifat motil, karena sperma dilengkapi
mikrotubulus. Sperma yang matang ini mempunyai tiga bagian, yaitu bagian
kepala, bagian tengah (mid piece), dan bagian ekor.
1) Bagian kepala mengandung inti sel (nukleus) yang haploid dan bagian
ujungnya mengandung akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan
proteinase yang berperan membantu menembus lapisan yang melindungi sel
telur.
2) Bagian tengah mengandung mitokondria yang berperan dalam
pembentukan energi yang digunakan untuk pergerakan ekor sperma.
3) Bagian ekor, sebagai alat gerak sperma agar dapat mencapai ovum
Hipotalamus
Hipofisis anterior
Testis
Secara biologis seorang pria yang telah puber akan mengalami "mimpi basah".
Mimpi basah dapat terjadi karena pria memproduksi sperma setiap harinya. Sperma
ini tidak harus selalu dikeluarkan, sebagian sperma akan diserap oleh tubuh dan
dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair, dan kotoran padat. Sperma bisa
dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui
penis. Ejakulasi terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja pria) melalui mimpi
basah.
Seorang pria yang telah pubertas harus mampu memelihara kesehatan dengan
menjaga kebersihan pribadi dan alat reproduksinya. Demikian juga secara religius
seorang yang sudah mengalami pubertas harus semakin meningkatkan
pemahaman agamanya serta mendekatkan diri kepada Tuhan agar tidak terjerumus
kepada pergaulan bebas yang akan merugikan masa depannya.
Sistem reproduksi wanita tersusun atas serangkaian alat reproduksi yang juga
menjadi tempat berlangsungnya pembentukan ovum, fertilisasi, kehamilan, dan
persalinan. Simak materi berikut untuk memahami lebih lanjut.
A. Alat Reproduksi Wanita
Seperti halnya pria, alat reproduksi wanita terdiri atas alat kelamin luar dan
alat kelamin dalam. Bagian luar alat kelamin terdiri atas labia mayora yang
merupakan bibir luar vagina berukuran besar tampak tebal berlapis lemak.
Pertemuan antara kedua labia mayora dibagian atas disebut mons veneris. Di
dalam labia mayora terdapat tonjolan kecil yang disebut klitoris. Sebelah dalam
labia mayora terdapat labia minora yang merupakan lipatan kulit yang halus,
tipis, dan tidak dilapisi lemak. Tepat di bawah klitoris terdapat orificium urethrae
yang merupakan muara saluran kencing. Di bawah saluran kencing ini terdapat
himen (selaput dara) yang mengelilingi lubang masuk ke vagina.
Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri atas ovarium (indung telur),
oviduk (tuba fallopii), rahim (uterus), dan vagina. Ovarium berjumlah
sepasang yang terletak di rongga perut kanan dan kiri. Di dalam ovarium
terdapat folikel-folikel. Tiap folikel terdapat satu sel telur. Folikel ini berfungsi
menyediakan nutrisi dan melindungi perkembangan sel telur.
Sel telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi akan menuju uterus. Sementara
itu, hormon progesteron dihasilkan dan akan mempengaruhi penebalan dinding
uterus sehingga siap terjadi implantasi. Jika sel telur ini tidak dibuahi akan luruh dan
dikeluarkan sebagai menstruasi (haid) bersama jaringan yang terbentuk pada
dinding uterus.
6-10 hari
Fase Folikuler (Fase Reperasi)
11-18 hari
Fase Fertil
19-28 hari
Fase Luteal
Pada saat ovulasi, folikel Graaf pecah berubah menjadi korpus rubrum yang
mengandung banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah
menjadi korpus luteum (badan kuning) untuk menghasilkan hormon progesteron
yang berfungsi mempersiapkan endometrium menerima embrio. Pada saat ini
endometrium menjadi tebal dan lembut, serta dilengkapi banyak pembuluh darah.
Jika tidakada kehamilan, korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albikans
sehingga progesteron dan estrogen menurun bahkan hilang.
1. Gonorea
Penyakit ini lazim disebut dengan kencing nanah. Penyebabnya adalah bakteri
Neisseria Gonorrheae. Ia ditularkan melalui prilaku seks yang bebas dan
menyimpang. Gejalanya adalah keluarnya cairan berwarna putih yang disertai
dengan rasa yang nyeri pada saat buang air kecil
3. Herpes Genital
4. Klamidia
5. Trikoniasis
6. Kutil Kelamin
7. HIV/AIDS
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
- http://kusmandanuunindra4.blogspot.com/2009/12/proses-perkembangan-
embrio.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
- http://majalahkesehatan.com/klamidia/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Genital_herpes
- http://id.wikipedia.org/wiki/Trikomoniasis
- http://indonesiaindonesia.com/f/7302-mengenal-jauh-kutil-kelamin/
- http://kelasbiologiku.blogspot.com/2013/03/beberapa-penyakit-pada-sistem.html
- http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/alat-reproduksi-pria-dan-proses.html
- http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/alat-reproduksi-wanita-dan-proses.html
- http://mediaindonesia45.blogspot.com/2013/01/pengertian-sistem-reproduksi-
pada.html
- http://annidasaima.blogspot.com/2012/09/definisi-teori-dan-konsep-
embriologi.html
- http://biologi.fst.unair.ac.id/matkul_S1bio/Semester%20Gasal/Semester
%20Gasal/Emb%20Vert/Definisi,%20Teori%20dan%20Sejarah
%20Embriologi_dono_2010.ppt
- http://embriostarsgurls.blogspot.com/2010/11/pengertian-ruang-lingkup-dan-
manfaat.html
- http://smartbiojoe.blogspot.com/2011/10/sistem-reproduksi-manusia-paket-
blog.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Hewan tumbuh dari
sel zigot menjadi embrio, kemudian berkembang menjadi satu individu yang mempunyai
tangan, kaki, kepala dan organ tubuh yang lain. Pertumbuhan adalah pertambahan
jumlah atau ukuran yang bersifat kuantitatif, karena mudah di amati dan bersifat
irreversible atau tidak dapat kembali seperti semula. Serta dapat dinyatakan dengan
angka, grafik, dsb. Perkembangan adalah semua perubahan dalam menuju kedewasaan
yang terjadi pada makhluk hidup yang sedang tumbuh dan bersifat kualitatif.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan secara
bersamaan ( Simultan ). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi
antara faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam adalah faktor yang terdapat dalam
tubuh organisme antara lain gentik yang ada di dalam gen, dan hormon yang
merangsang pertumbuhan. Faktor luar adalah faktor lingkungan misalnya nutrien, air,
cahaya, suhu, kelembapan / pH dan oksigen. Potensi genetik hanya akan berkembang
jika ditunjang oleh lingkungan yang cocok. Dengan demikian, karakteristik yangmpilkan
oleh hewan di tentukan oleh faktor genetik dan lingkungan secara bersama-sama.
Katak merupakan hewan vetebrata yang termasuk dalam kelas amphibi.
Kelompok ampibi ini merupakan jenis hewan ovivar. Katak jantan dan katak betina tidak
memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin
katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan
menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian
katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air dengan menyemprotkan sel-sel
gametnya keluar tubuh (frandson rd,1992). Setiap ovum yang keluar akan dilapisi
selaput telur (membrane vitelin). Sebelumnya ovum katak yang telah matang dan
berjumlah sepsang akan ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovun dilanjutkan
melalui oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat kantung yang
mengembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan
ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan bermuara pada kantong kloaka.
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses
ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel
pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.Secara umum, sel embriogenik
tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase.
Oleh karena itu, yang menjadi latar belakang praktikan dalam pembuatan laporan
ini yaitu agar praktikan bisa tahu mengenai apa artinya sebuah perkembangan embrio
dan bagaimana proses pembelahan dari embrio pada hewan khususnya pembelahan
pada embrio katak.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan embrio pada hewan ?
2. Apa yang dimaksud dengan fase embriogenesis pada amphibi ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio pada
amphibi ?
4. Apa yang dimaksud dengan fase pasca embrionik ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perkembangan embrio pada hewan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio pada
amphibi.
3. Mengetahui fase embriogenesis pada amphibi.
4. Mengetahui fase pasca embrionik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Embrio Pada Hewan
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi (berkembang biak). Reproduksi
bertujuan untuk melestarikan dan mempertahankan keberadaan atau eksistensi suatu sepesies
tersebut. Ada dua cara perkembangbiakan secara umum yaitu vegetatif dan generatif.Setelah
terjadi perkawinan (sperma berhasil masuk kedalam ovum) terbentuklah zigot.
Dalam tahapan normal setelah terjadi pembuahan maka akan terbentuk morula, Setelah sel-
sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah.
Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut
blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut
blastulasi.Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5
hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula
blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo
akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap
selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi
atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi.
Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung
pada hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada
gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan
bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula
terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat
merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan
lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di
sebelah luar. Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan
perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan
menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan.
Katak merupakan hewan vetebrata yang termasuk dalam kelas amphibi. Kelompok
amphibi ini merupakan jenis hewan ovivar. Katak jantan dan katak betina tidak memiliki alat
kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin katak jantan dan katak
betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak
betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke
dalam air dengan menyemprotkan sel-sel gametnya keluar tubuh. Setiap ovum yang keluar akan
dilapisi selaput telur (membrane vitelin). Sebelumnya ovum katak yang telah matang dan
berjumlah sepasang akan ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui
oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat kantung yang mengembung
yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduknya
berkelok-kelok dan bermuara pada kantong kloaka.
Amphibia mempunyai ciri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang berlendir, merupakan
hewan berdarah dingin (poikiloterm), mempuyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua
serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan
berenang, matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membran niktitans yang sangat
berfungsi waktu menyelam, pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa
alat pernafasannya berupa paru-paru dan kulit yang hidungnya mempunyai katup yang mencegah
air masuk kedalam rongga mulut ketika menyelam, dan berkembang biak dengan cara
melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan diluar tubuh induknya atau pembuahan
eksternal.
Habitat utama amphibia adalah hutan primer yaitu hutan yang masih belum terganggu oleh
campur tangan manusia, beberapa hidup di hutan primer seperti Philautus sp, di hutan rawa
biasanya banyak ditemukan spesies tumbuhan jelutung Dyera cotulata, di sungai besar, adanya
air mengalir secara terus-menerus, dasar sungai batu-batu dan berpasir. Biasanya ditemukan
Bufo asper, Rana hosii, di sungai sedang juga ditemukan Bufo asper. Selain itu juga terdapat di
anak sungai seperti Rana signata dan ada juga pada kolam serta danau seperti Rana erythraea.
Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi internal yang di
sebut hormon. Fungsinya mengatur dan mengontrol fungsi-fingsi tubuh, merangsang baik yang
bersifat mengaktifkan pertumbuhan. Pada dasar otak terdapat glandula pituitaria, bagian anterior
ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh
terutama panjang tulang. Pada katak dewasa bagian anterior glandula pituitaria ini menghasilkan
hormon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Bagian tengah akan
menghasilkan hormone intermedine yang mempunyai pebufon dalam pengaturan kromotofora
dalam kulit. Bagian posterior pituitaria menghasilkan suatu hormone yang mengatur
paengambilan air. Glandulae piroydea yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid
menghasilkan hormone thyroid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelenjar pancreas
menghasilkan hormone insulin yang mengatur metabolisme (memacu pengubahan glukosa
menjadi glikogen) pada permukaan ginjal terdapat glandula suprarenalis atau glandula adrenalis
yang kerjanya berlawanan dengan insulin (mengubah glikogen menjadi glukosa).
Sistem syaraf pada katak terdiri atas syaraf pusat dan syaraf tepi. Syaraf pusat tersusun atas
otak dan tali spinal. Sedangkan saraf tepi terdiri atas syaraf cranial, syaraf spinal. Otak dan tali
spinal dibungkus oleh dua membrane yang tebal yaitu durameter yang berbatasan dengan tulang
dan pipiameter yang batasan dengan jaringan syaraf.
B. Fase embriogenesis Pada Amphibi
1. Proses Morula
Pembelahan zigot (mitosis) menjadi banyak blastomer yang kemudian blastomer-blastomer
tersebut berkumpul membentuk seperti buah arbei yang di namakan morula. Morula memiliki
dua macam kutub yaitu kutub animal dan kutub vegetal.
Seperti yang sudah kita ketahui masuknya sperma katak ke dalam telur katak memprakarsai
beberapa kejadian. Ketika meosis telur sudah selesai (sempurna) maka sabit abu-abu muncul
bersebrangan dengan titik sperma itu memasuki telur, dan nukleus sperma dan nukleus
telurmelebur. Segera setelah bagian vital dalam proses pembuahan sudah sempurna maka
terjadilah pembelahan pertama. Nukleus zigot berbelah melalui mitosis dan muncullah sebuah
telur yang memanjang secara membujur melalui kutub telur tersebut, maka segeralah telur
membelah menjadi dua paruhan.
Sekitar satu jam dari pembelahan pertama dalam telur katak juga melalui kutub tapi tegak
lurus pada yang pertama. Empat sel yang terbentuk kemudian secara serempak membelah lagi
dalam bidang horizontal. Bidang ini terletak lebih dekat dengan kutub animal daripada kutub
vegetal, sehingga akibatnya sel-sel kutub hewan lebih kecil daripada sel-sel yang berisi kuning
telur pada kutub vegetal. Pembelahan akan terus berlanjut sehingga akan membentuk kumpulan-
kumpulan seperti buah arbei.
Fase Morula
2. Proses Blastula
Blastula adalah bentuk lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan, bentuk
blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak
beraturan, di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan blastosoel. Adapun proses
pembentukan blastula di sebut blastulasi. Blastulasi (proses pembentukan blastula) menunjukan
perbedaan pada tingkat takson masing-masing. Sebagai contoh blastulasi pada amphioxus, katak,
ayam, dan babi memiliki tahap pembentukan alat yang berbeda-beda dari tiap daerah bakalnya
sendiri-sendiri.
Hanya sedikit yang dapat diketahui dalam proses blastula untuk amphibi ini. Blastula
akan terbentuk ketika sel embrio amphibian (stuktur blastomere) terus mengalami pembelahan,
bergerak dan akhirnya akan membentuk rongga-rongga pada bagian dalam (membentuk stuktur
berongga) yang sering atau biasa disebut dengan blastocels. Pada blastosol ini berisi cairan
internal yang dibatasi oleh sel epitel. Blastulasi ( proses pembentukan blastula ) menunjukan
perbedaan pada tingkatan takson masing-masing. Proses blastulasi akan diiringi oleh suatu
proses berikutnya yaitu gastrulasi. Pada tingkat gastrula ini akan terjadi proses dinamisasi
daerah-daerah bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan sesuai bentuk dan
susunan tubuh spesies yang bersangkutan. Dalam gastrulasi sel masih terus membelah dan
memperbanyak sel. Selain terjadi perbanyakan sel, di dalam proses gastrulasi juga terjadi
berbagai gerakan untuk mengatur dan menyusun deretan sesuai dengan bentuk dan susunan
tubuh dari individu spesies masing-masing.
Dalam hal ini ada dua kelompok gerakan :
a. Epiboli
Epiboli adalah gerakan melingkup yang berlangsung disebelah luar embrio. Kegiatan ini
berlangsung pada bakal ectoderm epidermis dan saraf. Gerakan berlangsung
berdasarkan poros bakal anterior dan posterior tubuh. Bersamaan dengan terus
bergeraknya bakal mesoderm dan endoderm, epiboli menyesuaikan diri sehingga
ectoderm terus menyelaputi seluruh embrio.
b. Emboli
Emboli merupakan gerakan menyusup, gerakan ini berlangsung disebelah dalam embrio
yaitu pada daerah-daerah bakal mesoderm, notochord, pre-chorda dan endoderm.
Gerakan-gerakan tersebut mengarah ke blastocoel. Ada 7 macam pergerakan pada
emboli yaitu involusi (gerakan membelok kedalam),konvergensi(gerakan
menyempit),invaginasi(gerakan mencekuk dan melipat suatu lapisan),evaginasi(gerakan
menjulur),delaminasi( gerakan memisahkan diri),divergensi(gerakan
memencar),extensi(gerakan meluas).
Hanya sedikit yang dapat diketahui dalam proses blastula untuk amphibi ini.
Blastula akan terbentuk ketika sel embrio amphibian (stuktur blastomere) terus
mengalami pembelahan, bergerak dan akhirnya akan membentuk rongga-rongga pada
bagian dalam (membentuk stuktur berongga) yang sering atau biasa disebut dengan
blastocels. Pada blastosol ini berisi cairan internal yang dibatasi oleh sel epitel.
3. Proses Gastrula
Gastrulasi adalah proses perubahan blastula menjadi gastrula. Dalam gastrulasi sel masih
terus membelah dan memperbanyak diri. Selain terjadi perbanyakan sel, di dalam gastrulasi juga
terjadi berbagai gerakan untuk mengatur dan menyusun deretan sesuai dengan bentuk dan
susunan tubuh dari individu spesies masing-masing, yaitu gerakan epiboli dan gerakan emboli.
Gastrulasi pada katak juga melibatkan beberapa gerakan yang di mulai dengan
berinvaginasinya hypoblast pada celah yang terbentuk pada awal proses. Invaginasi ini disertai
oleh pre-chorda di daerah dorso-median bibir dorsal yang bergerak ke arah anterior bakal
embrio. Gerakan ini di ikuti oleh bakal notochord yang bergerak ke posterior ke arah bibir dorsal
yang kemudian berinvolusi di daerah dorso-median menyertakan pre-chorda. Sel-sel notochord
yang terletak di bibir lateral berkonvergensi secara perlahan menuju bibir dorsal. Notochord akan
berada persis di bawah bakal actoderm saraf dorsal-median.
Bakal mesoderm yang terletak pada ke dua sisi bakal notochord bekonvergensi ke bibir
dorsal kemudian berinvolusi ke celah antara ectoderm dan endoderm. Di kedua sisi embrio dan
juga ke arah ventral.
4. Neurulasi
Neurulasi adalah proses penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan
ini berasal dari diferensiasi ectoderm, sehingga disebut neural ectoderm. Sebagai inducer pada
proses neurulasi adalah chorda mesoderm yang terletak di bawah neural ectoderm.
Neurulasi sering juga disebut dengan proses awal pembentukan sistem saraf yang
melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan pembentukan keping neural
(neural plate), lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membentuk neural
tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis
dan berakhir dengan terbentuknya bumbung neural atau neural tube.
Pada amphibi berupa katak saat neurulasi diawali dengan terbentuknya notochord dari
mesoderm bagian dorsal yang berkondensi persis diatas arkenteron. Yang kemudian bumbung
neuron berawal sebagai lempengan ectoderm dorsal, tepat diatas notochord yang sedang
berkembang. Setelah notocord terbentuk,lempeng neuron melipat kearah dalam dan menggulung
menjadi bumbung neuron (neural tube).
Setelah terbentuk jaringan pada daerah pertemuan pinggur-pinggir bumbung atau tabung
memisah dari tabung sebagai pial neuron (neural cest) yang bertujuan membentuk banyak
stuktur, yang nantinya akan membentuk tulang dan otot tengkorak, sel-sel pigmen kulit dan
adrenal,dan ganglia peripheral system saraf.Akhirnya embrio dengan tabung neuron (bumbung
neuron) yang sudah selesai terbentuk, kemudian membentuk somit atau ruas-ruas yang nantinya
akan terisi sel-sel saraf.
5. Organogenesis
Setelah semua tahapan telah mengalami ketiga tahapan tersebut maka tahapan yang
terahir adalah pada tahapan organogenesis. Dalam tahapan organogenesis ini berarti embrio telah
mengalami yang namanya kesempurnaan dalam pertumbuhanya. Tahapan yang akan dilalui
dalam organogenesis ini adalah:
1. Perubahan polaritas, dari kutub animal-vegetal menjadi arah anterior-posterior dari tubuh
embrio.
2. Tiga lapisan germinal (ektoderm, endoderm, mesoderm) mulai menempatkan diri untuk
berkembang menjadi jaringan yang akan menjadi organ dewasa (histogenesis).
3. Ketiga lapisan germinal tersebut saling berinteraksi untuk membentuk organ dari jaringan yang
sudah terbentuk (organogenesis).
Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat
tinggi, berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya. Jumlah lapisan yang ada
adalah pada hewan-hewan sebagai berikut:
a) Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai 3 lapisan dinding tubuh embrio berupa ektoderm,
mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi seperti Vermes, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata dan semua Vertebrata.
b) Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm
dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata. Setelah
ketiga tahapan tersebut telah selesai dalam urutanya, maka tahapan selanjutnya akan terjadi yang
namanya organogenesis. Organogenesis adalah proses pembentukan organ-organ tubuh pada
makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing
lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
1. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen
(kulit), rambut dan alat indera.
2. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi
(testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
3. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat
respirasi seperti pulmo.
Pada dasarnya proses organogenesis pada semua hewan sama, semuanya melalui tahapan-
tahapan di atas, yaitu adanya transformasi dan diferensiasi sel ataupun jaringan yang akan
berkembang dari bentuk primitif menjafi bentuk yang definitif. Namun, yang berbeda hanyalah
hasil dari tahapan tersebut akan membentuk organ-organ yang memiliki struktur dan fungsi yang
berbeda.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ. Setelah semua tahapan telah mengalami
ketiga tahapan tersebut maka tahapan yang terahir adalah pada tahaan organogenesis. Daalm
tahapan organogenesis ini berarti embrio telah mengalami yang namanya kesempurnaan dalm
pertumbuhanya. Tahapan yang akan dilalui dalm organogenesis ini adalah perubahan polaritas,
dari kutub animal-vegetal menjadi arah anterior-posterior dari tubuh embrio. Tiga lapisan
germinal (ektoderm, endoderm, mesoderm) mulai menempatkan diri untuk berkembang menjadi
jaringan yang akan menjadi organ dewasa (histogenesis). Ketiga lapisan germinal tersebut saling
berinteraksi untuk membentuk organ dari jaringan yang sudah terbentuk (organogenesis).
Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi,
berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Dan Pertumbuhan Pada Amphibi
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan pada hewan amphibi yaitu :
1. Faktor luar (eksternal):
a.) Makanan Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh hewan termasuk manusia adalah
karbohidrat, lemak, protein,vitamin dan mineral. Zat makanan yang paling penting dalam
pertumbuhan hewan dan manusia adalah protein. Protein selain berfungsi sebagai zat
pembangun tubuh juga berfungsi sebagai pembentuk hormon yang nantinya juga
berperan dalam pertumbuhan.
b.) Air Air merupakan medium paling baik untuk proses-proses kimia di dalam tubuh. Dari
proses" kimia tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan dihasilkan energi.
Energi tersebut kemudian untuk membantu pembentukan sel-sel baru atau perbaikan
jaringan tubuh.
c.) Aktifitas tubuh Aktifitas tubuh dapat mempengaruhi pertumbuhan apabila dilakukan
dalam jangka waktu yang lama. d.Cahaya Matahari Peranan cahaya matahari terhadap
pertumbuhan adalah dalam proses pembentukkkan tulang. kamu pasti ingat kalo untuk
ngubah provitamin D menjadi vitamin D diperlukan cahaya matahari. kemudian vitamin D
yg terbentuk digunakan untuk membantu pembentukan tulang.
pertama kali ditemukan pada tahun 1902 oleh William Baylis dan Ernest Starling. ada
beberapa hormon yang hanya bekerja pada jaringan tertentu, ada juga yang bekerja di
seluruh tubuh. pengendali utama seluruh kelenjar tsb adalah hipotalamus yang terletak
pada salah satu bagian otak. pengendali kedua adalah kelenjar hipofisis. khusus
mengenai kelenjar hipofisis, bukan hanya langsung mempengaruhi pertumbuhan tetapi
juga meningkatkan kegiatan kelenjar-kelenjar lainnya.
D. Fase pasca embrionik
Fase pasca embrionik adalah fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup setelah masa embrio. Dalam fase ini terjadi adanya penyempurnaan alat-alat
reproduksi setelah dilahirkan. Pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi biasanya hanya peningkatan ukuran bagian-bagian (organ) tubuh dari makhluk
hidup itu sendiri. Kecepatan pertumbuhan dari masing-masing makhluk hidup berbeda-
beda satu dengan yang lain. Banyak faktor yang mempengaruhi dalm kecepetan
pertumbuhan. Salah satu faktornya adalah kebutuhan nutrisi atau kecukupan nutrisi
yang masuk kedalm tubuh, lingkungan atau habitat dari mkhluk hidup itu sendiri sesuai
atau tidak, dan masih banyak lagi faktor yang berpengaruh di dalam pertumbuhan.
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses yang majemuk pada setiap individu ternak. Reproduksi
merupakan proses perkembangan suatu makhluk hidup yang dimulai sejak bersatunya sel telur
dan sel mani menjadi individu baru yang disebut zigot yang disusul dengan kebuntingan dan
diakhiri dengan kelahiran. Usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih banyak
menghadapi kendala yang mengakibatkan produktivitas ternak yang rendah. Hal ini ditengarai
dengan banyaknya laporan dari peternak mengenai kasus gangguan reproduksi yang
mengakibatkan kerugian yang besar terhadap pemilik ternak.
Seekor ternak membutuhkan perkembangbiakan untuk mempertahankan keturunan dan
keberlangsungan kehidupan spesiesnya. Perkembangbiakan adalah proses perkawinan dua ekor
ternak, yakni jantan dan betina yang biasa juga disebut sifat reproduksi ternak. Dalam proses
reproduksinya seekor ternak membutuhkan sel kelamin (gonad) sebagai substansi yang akan
membentuk individu baru, pada ternak dikenal ada dua jenis sel kelamin yakni ovum dan
spermatozoa. Proses reproduksi betina dalam menghasilkan ovum (oogenesis) merupakan proses
yang kompleks, dimana proses tersebut dimulai pada fase prenatal kemudian dilanjutkan sampai
individu tersebut mengalami pubertas.
Perkembangan individu ternak postnatal dalam segi reproduksinya mengalami tahapan
yang bertingkat-tingkat, dimana pada ternak betina terjadi proses folikulogenesis yakni proses
perkembangan folikel yang terjadi di dalam ovari. Tahapan folikulogenesis berakhir dengan
ditandai terjadinya proses ovulasi, yang menghasilkan ovum yang siap untuk tahapan fertilisasi.
Pertemuan antara sel ovum dari ternak betina dengan sel spermatozoa dari ternak jantan
secara fisologis disebut fertilisasi yang pada akhirnya akan membentuk embrio (individu baru).
Proses reproduksi tersebut berlangsung pada oviduk ternak betina. Kondisi fisiologis ternak
berpengaruh pada tahapan ini, setiap ternak yang berbeda spesiesnya akan tahapan
folikulogenesisnya, namun pada prinsipnya hampir sama pada beberapa spesies ternak. Pengaruh
fisiologis setiap ternak terkait pada kondisi dan pengaruh hormonal dan genetis. Setiap tahapan
reproduksi (oogenesis, folikulogenesis dan maturasi oosit) ternak terkait oleh pengaturan gen,
dimana pengaturan gen terekspresikan mulai pada fase prenatal sampai postnatal seekor individu.
Dalam makalah ini selain akan menjelaskan tentang tahapan-tahapan embrio, periode
perkembngan embrio, serta pengaruh hormonal dalam setiap tahapan reproduksi seekor ternak.
Melihat betapa pentingnya proses reproduksi bagi suatu usaha peternakan bila mengingat
bahwa tanpa adanya reproduksi, mustahil produksi ternak dapat diharapakan menjadi maksimal.
Oleh sebab itu pengelolaan reproduksi merupakan bagian yang amat
penting dalam suatu usaha peternakan.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang fase perkembangan
embrio, periode perkembangan embrio, pembentukan embrio atau organogenesis, tahap-tahap
embriogenik, serta hormon yang berpengaruh dalam perkembangan embrio.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah diketahuinya fase perkembangan embrio,
periode perkembangan embrio, pembentukan embrio atau organogenesis, tahap-tahap
embriogenik, serta hormon yang berpengaruh dalam perkembangan embrio pada sapi.
C. Rumusan Masalah
II TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot. Satu sel zigot
akan tumbuh dan berkembang dengan tahap "zigot-morula-blastula-gastrula" hingga terbentuk
embrio. Embrio akan berdiferensi sehingga terbentuk berbagai macam jaringan dan organ.
Organ-organ akan menyatu dan bergabung menjadi organisme. Kemudian, organisme tumbuh
dan berkembang menjadi organisme dewasa (Wikipedia, 2012).
Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel
sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa FERTILISASI. Fertilisasi akan
menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan
diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Setelah
peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan
tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-
sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau
human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan.
HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal, membuat proses
kehamilan jadi berlanjut (Kusmandanu, 2009).
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini
merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis
disebut sebagai sel embriogenik (Anonim, 2010).
Hafez (2000) menyatakan bahwa kebuntingan adalah suatu periode fisiologis pasca
perkawinan ternak betina yang menghasilkan konsepsi yang diikuti proses perkembangan embrio
kemudian fetus hingga terjadinya proses partus yang berlangsung sekitar 278 hari.
Perkembangan individu baru selama periode kebuntingan dibagi dalam (1) periode ovum yaitu
periode dari sejak terbentuknya zigote, morula dan blastula hingga implantasi yang berlangsung
antara 0-13 hari, (2) periode embrio yaitu periode dari perkembangan blastula hingga
pembentukan sistem organ termasuk plasenta yang berlangsung antara 13-45 hari dan (3) periode
fetus yaitu periode dari pembentukan sistem organ dan plasenta hingga partus yang berlangsung
dari 45 hari hingga partus (McDonald, 1975; Peters dan Ball 1987).
Keberhasilan kebuntingan sangat ditentukan oleh beberapa proses penting di antaranya
(1) folikel harus memiliki kemampuan menghasilkan sel telur yang mampu dibuahi dan
mengalami perkembangan embrionik, (2) lingkungan oviduk dan uterus harus memiliki
kelayakan untuk pengangkutan gamet, fertilisasi dan perkembangan embrio dan (3) corpus
luteum harus mampu memelihara kebuntingan (Breuel, dkk., 1993). Sesaat setelah ovulasi maka
sel telur akan segera masuk ke tuba fallopii melalui infundibulum. Secara berangsur-angsur
perubahan fisiologi akan terjadi yaitu 8 jam setelah ovum mengalami fertilisasi dan embrio akan
menuju uterus untuk menyiapkan perkembangan selanjutnya. Pembentukan membran plasenta
sudah mulai terbentuk pada 15-17 hari setelah fertilisasi yang merupakan periode Maternal
Recognation of Pregnancy dan bertujuan untuk mencegah pelepasan prostaglandin F2α dalam
melisiskan corpus luteum sehingga keberadaan progesteron dapat dipertahankan dalam
memelihara kebuntingan (Call, 1989; Beverly dan Sprott, 2004).
Beverly dan Sprott (2004) menyatakan bahwa kebuntingan dapat ditentukan dalam tiga
tahap. Tahap pertama meliputi tahap kebuntingan 30-35 hari; 45 hari; 60 hari dan 90 hari.
Kondisi embrio 30-35 hari kebuntingan memiliki panjang sekitar ½ inchi dan terdapat
gelembung seperti balon yang berisi cairan dengan diameter ¾ inchi menyelimuti embrio. Usia
kebuntingan 45 hari, cornua uteri berisi fetus yang memiliki panjang sekitar 1 inchi. Membran
luar dari dinding uterus berisi cairan dan adanya pertautan antara karunkula dengan kotiledon
dari membran fetus. Usia kebuntingan 60 hari, cornua uteri yang dihuni oleh fetus nampak
membesar hingga mencapai diameter 2½-3½ inchi dan panjang 8-10 inchi. Hal tersebut akan
menarik uterus ke dalam rongga tubuh hingga mencapai bagian pinggir dari pelvis.
Saat kepala sperma menembus dinding telur, dan ekornya tertinggal di luar, dan
selanjutnya inti telur dan inti sperma bersatu. Setelah bersatu inilah ovum telah menjadi zigot.
Zigot merupakan sel diploid (2n) dengan jumlah kromosom 23 pasang. Sambil zigot bergerak
kearah uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Zigot akan membelah diri menjadi
dua, empat, delapan, enambelas, dan seterusnya, Pada saat embrio mencpai 32 sel disebut
morula. Morula ini nanti akan berkembang menjadi blastula. Pada blastula, sel-sel bagian dalam
akan membentuk bakal janin atau embrioblas, sedangkan bagian luarnya membentuk trofoblas.
Trofoblas ini merupakan dinding yang berfungsi untuk menyerap makanan dan yang pada
nantinya akan membentuk plasenta. Selanjutnya blastula bergerak menuju ke uterus, pada dan
selama proses ini korpus luteum menghasilakn hormone progesterone. Hormon ini berfungsi
untuk implantasi atau perlekatan embrio dengan merangsang pertumbuhan endometrium.
Blastula setelah melakukan implantasi juga akan meleoaskan hormone korionik gonadotropin,
hormone ini akan melindungi kebuntingan dengan cara menstimulasi hormone estrogen dan
progesterone sehingga menstruasi pada primate tidak dapat terjadi. Proses selanjutnya adalah
membentuk gastrula atau disebut gastrulasi, yaitu proses proses dimana bagian embrioblas
membentuk dua lapisan, yaitu lapisan luar atau ektodermis dan lapisan dalam atau endodermis.
Dan pada bagian permukaan dari lapisan ektodermis melakukan invaginasai kedalam
membentuk lapisan mesodermis ( Imamabror, 2010).
Proses yang selanjutnya adalah organogenesis atau pembentukan organ. Pembentukan
terjadi dari ketiga lapisan dasar. yang akan membentuk organ, jaringan, dan sistem organ.
(Syamsuri, 2003).
Setalah proses embryogenesis selesai, maka setelah ini adalah masa fetus perkembangan
fetus. Masa ini ditandai dengan penyempurnaan jaringan-jaringan dan organ-organ dalam, serta
pertumbuhan tubuh yang pesat. Perkembangan fetus ada tiga tahapan. Tahapan pertama akan
terpusat pada perkembnagan fungsi-fungsi organ seperti otak, jantung dan paru-paru. Tahapan
kedua adalah pertumbuhan yang terpusat pada alat-alat gerak, dan pada tahapan ketiga bias
dikatakan pertumbuhan sudah lengkap (Syamsuri, 2003).
III PEMBAHASAN
Periode Embrio / organogenesis merupakan suatu periode ketika sel-sel berada dalam
proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio. Merupakan periode dimulainya
implantasi sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar
hari ke 12-45, kucing 6-24, dan kuda 12-50 setelah fertilisasi. Selama periode ini akan terbentuk
lamina germinativa selaput embrionik dan organ tubuh (Toelihere,1979).
Periode perkembangan embrio adalah sebagai berikut:
a. Periode Persiapan
Kedua parent disiapkan untuk melakukan perkawinan. Gamet mengalami proses
pematangan sehingga mampu melakukan pembuahan.
b. Periode Pembuahan
Kedua parent kawin, gamet melakukan perjalanan ke tempat pembuahan, kemudian
kedua jenis gamet pun melakukan pembuahan.
c. Periode Pertumbuhan Awal
Pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan berulang kali sampai saat embrio
memiliki bentuk primitif yaitu bentuk dan susunan tubuh embrio masih sederhana dan kasar.
Periode ini terdiri dari empat tingkat:
1) Tingkat Pembelahan
Cleavage atau disebut juga segmentasi terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah
berulang kali samapai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomere. Pembelahan itu
bisa meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pada umumnya
pembelahan itu secara mitosis. Pada akhir pembelahan akan terbentuk morula yang masif,
dalamnya tidak berongga.
2) Tingkat Blastula
Sementara sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus, terbentuklah rongga di
tengah, atau pada ayam di bawah germinal disc. Rongga ini makin lama makin besar, berisi
cairan. Embrio yang memiliki rongga itu kini disebut blastula, rongganya disebut blastocoel.
Pasa Eutheria ini blastula memiliki dua kelompok sel atau jaringan yang jelas dapat
dibedakan:
a) Embrioblast atau gumpalan sel dalam (inner cell mass), akan tumbuh menjadi embrio.
b) Tropoblast, akan menyalurkan makanan dari uterus induk.
Ada pula yang memberi nama dua daerah utama blastula, yaitu:
a) Epiblast, bagi blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah kutub animalus. Sebagian besar
akan menumbuhkan ectoderm.
b) Hypoblast, bagi blastomere yang terletak sebelah bawah atau daerah kutub vegetativus. Sebagian
besar menumbuhkan endoderm.
Blastula memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi bakal pembentuk alat. Pada
embryogenesis berikutnya daerah-daerah itu akan bergerak menyusun diri untuk menjadi
lapisan-lapisan atau jejeran sel tersendiri. Dikenal lima daerah bakal pembentuk alat, yaitu:
Bakal ectoderm epidermis,
Bakal ectoderm saraf,
Bakal notochord,
Bakal mesoderm, dan
Bakal endoderm (entoderm).
3) Tingkat Gastrula
Pada gastrula akan terbentuk tiga lapisan: ectoderm, endoderm, dan mesoderm. Dalam
proses gastrulasi disamping terus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel terjadi pula berbagai
macam gerakan sel dalam usaha untuk mengatur dan menderetkan sesuai dengan bentuk dan
susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan. Ada dua kelompok gerakan, yaiu:
a) Epiboli
Gerakan melingkup, terjadi di sebelah luar embrio. Berlangsung pada bakal ectoderm
epidermis dan saraf. Sementara bakal endoderm dan mesoderm bergerak, epiboli menyesuaikan
diri sehinggak ectoderm terus menyelaputi seluruh embrio.
b) Emboli
Gerakan menyusup, terjadi di sebelah dalam embrio. Berlangsung pada daerah-daerah
bakal mesoderm, notochord, pre-chorda, dan endoderm. Daerah-daerah itu bergerak kea rah
blastocoel. Dibagi atas tujuh macam, yaitu:
Involusi, gerakan membelok ke dalam,
Konvergensi, gerakan menyempit,
Invaginasi, gerakan melipat suatu lapisan,
Evaginasi, gerakan menjulur suatu lapisan,
Delaminasi, gerakan memisahkan diri sekelmpok sel dari kelompok utama atau lapiasan asal,
Divergensi, gerakan memencar,
Extensi, gerakan meluas.
4) Tingkat Tubulasi
a) Pertumbuhan panjang dan lebar di bagian kepala, sehingga terangkat dari bagian bawahnya,
b) ertumbuhan panjang dan besar bagian badan embrio,
c) Pertumbuhan bagian ekor,
d) Pertumbuhan melengkung bagian dorsal embrio, sehingga terangkat dari bawahnya,
e) Periode antara (transisi)
Perantara periode awal dan akhir. Di sini embrio mengalami transformasi bentuk dan
susunan tubuh secara berangsur sehingga akhirnya mencapai bentuk efinitive yaitu embrio sudah
seperti bentuk dewasa, bentuk dan susunan tubuh merupakan efinitiv setiap spesies hewan.
Bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk efinitiv mengalami deferensiasi terperinci dan lengkap
(Yatim, 1990).
f) Periode pertumbuhan akhir
Pertumbuhan penyempurnaan bentuk efinitive sampai kelahiran. Bagi hewan yang tidak
berberudu sukar membuat batas antara periode antara dengan periode akhir sehingga digabung
menjadi tingkat organogenesis, yakni proses pembentukan alat tubuh serat
mengkoordinasikannya dalam berbagai sistem (Yatim, 1990).
Periode Kebuntingan Tiap spesies, yaitu
Spesies Lama Kebuntingan
Kuda 11 bulan
Sapi 9 bulan 10 hari
Domba 5 bulan
Babi 3 bulan 3 minggu dan 3 hari
Anjing 2 bulan
Tahap – tahap proses perkembangan embrio yaitu melalui tahap awal perkembangan
manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang
dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut
dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/ pembelahan sel (cleavage) menuju
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.
Bulan pertama: Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang
berbentuk pipa, system saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit embrio
berukuran 0,6 cm.
Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan
(cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar.
Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janinmencapai
berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras
dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG
(Ultra Sonographi).
Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan
badan (posisi).
Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin
semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 –
3000m.
Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk
dilahirkan.
Mekanisme kerja hormon yang sangat berperan dalam kebuntingan salah satunya adalah
progesterone yang berfungsi menormalkan/ menekan kerja hormon estrogen sehingga semua
organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan) (Toelihere,1979).
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium, sedangkan progesteron
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan
tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
2. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Yang disebut sebagai sel
embriogenik.
3. Tahapan fase embrionik yaitu morula, blastula, dan gastrula.
4. Periode perkembangan embrio terdiri dari periode persiapan, periode pembuahan, dan periode
pertumbuhan awal.
5. Pembentukan embrio atau organogenesis terdiri dari lapisan-lapisan lembaga? germ layer
(endoderm, mesoderm, dan ektoderm), trofoblast (amnion, yolk sac,allantois dan korion).
6. Hormon progesterone berfungsi menormalkan/ menekan kerja hormon estrogen sehingga
semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan).
DAFTAR PUSTAKA
Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.
McDonald, L.E. 1971. Veterinary Endocrinology and Reproduction. Philadelphia : Lea &
Febiger.
LAPORAN PRATIKUM
“PERKEMBANGAN EMBRIO
AYAM”
Oleh :
Kelompok I
ANA FARIDA
NELLY
KARTIKA DEBY
NOVITA A CUT
ERIKA
TRIMARSIDAH
AHLUL KARMI
FAKULTAS KEDOKTERAN
HEWAN UNIVERSITAS SYIAH
KUALA BANDA ACEH
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan terhadap kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan paratikum "PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM" tanpa ada
halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam Penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada
1. Drh. Dian masyitah,M.P sebagai kepala laboratorium embriologi
2. Awaluddin sebagai coordinator asisten laboratorium embriologi
3. Ira khubaira sebagai asisten laboratorium embriologi
4. Teman-teman yng telah berpatisiasi dalam prtaikum embriologi
Penulis sadar laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis berharap
kritik dan saran semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan seluruh pembaca
pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
punggung). Pada embrio pratikum III kami mengamati proses perkembangan embrio
ayam. Ayam termasuk merupakan hewan yang termasuk jenis unggas, yang
perlindungan dari telur berupa kuning telur, albumen dan kerabang telur. Itulah
penyebab telur unggas relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat
seluruhnya dilihat.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion dan
alantois. Pola dasar perkembangan embrio ayam yaitu melalui tahapan pembelahan,
morula, blastula,gastrula
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Agar kita dapat mengetahui lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dikenal tiga fase perkembangan yolk, yaitu fase cepat antara 4-7 hari sebelum
ovulasi dan fase lambat pada 10-8 hari sebelum ovulasi, serta pada 1-2 hari sebelum
ovulasi. Akibat perkembangan cepat tersebut maka akan terbentuk gambaran
konsentris pada kuning telur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar xantofil dan
karotenoid pada pakan yang dibelah oleh latebra yang menghubungkan antara inti yolk
dan diskus germinalis. Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian
stigma. Apabila ovum masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya
stigma ini dikontrol oleh hormon LH. Melalui pembuluh darah ini, ovarium mendapat
suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut melalui sistem
vaskularisasi ke dalam ovarium harus melalui beberapa lapisan, antara lain theca layer
yang merupakan lapisan terluar yang bersifat permeabel sehingga memungkinkan
cairan plasma dalam menembus ke jaringan di sekelilingnya. Lapisan kedua berupa
lamina basalis yang berfungsi sebagai filter untuk menyaring komponen cairan plasma
yang lebih besar. Lapisan ketiga sebelum sampai pada oocyte adalah lapisan
perivitellin yang berupa material protein bersifat fibrous (berongga) (Anonim, 2010).
Dalam membran plasma, oocyte (calon folikel) berikatan dengan sejumlah
reseptor yang akan membentuk endocitic sehingga terbentuklah material penyusun
kuning telur. Sehingga besar penyusutan kuning telur adalah material granuler berupa
high density lipoprotein (HDL) dan lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH
tinggi akan membentuk kompleks fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium, dan ion besi.
Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin, yaitu prekursor protein yang disintesis di
dalam hati sebagai respon terhadap estradiol. Komponen vitelogenin lebih mudah larut
dalam darah dalam bentuk kompleks lipida kalsium dan besi. Oleh adanya reseptor
pada oocyte, akan terbentuk material kuning telur. proses pembentukan vitelogenin ini
dinamakan vitelogenesis (Anonim 2010).
Penyusun utama kuning telur adalah air, lipoprotein, protein, mineral, dan pigmen.
Protein kuning telur diklasifikasikan menjadi dua kategori:
1. Livetin, yakni protein plasmatik yang terakumulasi pada kuning telur dan disintesis di
hati hampir 60% dari total kuning telur.
2. Phosvitin dan lipoprotein yang terdiri dari high density lipoprotein (HDL) dan low
density lipoprotein (LDL) yang disebut pula dengan granuler dan keduanya disintesis
dalam hati. Pada ayam dewasa bertelur setiap hari disintesis 2,5 g protein/hari melalui
hati. Sintesis ini dikontrol oleh hormon estrogen. Hasil sintesis bersama-sama dengan
ion kalsium, besi dan zinc membentuk molekul kompleks yang mudah larut kemudian
masuk ke dalam kuning telur.
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Incubator
2. Scalpel
4. Pinset
5. Cawan Petri
1. Sediakan telur ayam yang akan ditetaskan secukupnya, guna melihat perbedaan
2. Pada waktu pengamatan, telur dipecahkan 2 sampai 3 butir untuk melihat perbedaan
3. Telur yang akan diamati, dipecahkan dengan scalpel dan dituangkan isinya kedalam
cawan Petri. Diamati perubahan yang terjadi setiap hari yang ditentukan.
Pada hari selanjutnya perhatikan perubahan atau pembentukan telur tersebut mulai hari
pertama sampai menetas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
hari kedua
hari ketiga
hari keempat
hari kelima
hari keenam
hari ketujuh
kedelapan
kesepuluh
ketiga belas
keempat belas
ketujuhbelas
kedua puluh
keterangan
hari pertama
hari kedua
hari ketiga
hari keempat
hari kelima
keenam
ketujuh
kedelapan
kesembilan
kesepuluh
kesebelas
keduabelas
ketiga belas
keempatbelas
kelimabelas
keenambelas
ketujuh belas
kedelapan belas
kesembilan belas
keduapuluh
keduapuluhsatu
4. 2 PEMBAHASAN
· Umur 9 hari
Umur sembilan hari ini lipatan dan pembuluh darahnya sudah bertambah seta jari
kakinya mulai terbentuk.
· Umur 10 hari
Umur sepuluh hari ini biasanya paruhnya sudah mulai keras. Dengan menggunakan
mikroskop dapat dilihat folikel bulu embrio yang mulai terbentuk.
· Umur 11 hari
Embrio pada hari kesebelas sudah tampak seperti ayam. embrio ini menjadi
semakin besar sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya sudah mulai terlihat jelas.
· Umur 12 hari
Embrio umur dua belas hari sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk
sehingga yolk semakin kecil. Mata sebelah kanan mulai membuka sedikit, sedangkan
telinganya sudah terbentuk dan sudah tampak permulaan pertumbuhan bulu bagian
bawah.
· Umur 13 hari
Pada hari ke 13, sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas.
· Umur 14 hari
Perkembahan embrio pada hari keempat belas ini, punggung telah tampak
meringkuk atau melengkung. Sementara bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya
· Umur 15 hari
Pada umur 15 hari , biasanya kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul
bagian telur .
· Umur 16 hari
Embrio pada umur enam belas hari sudah mengambil posisi yang baik didalam
kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah mulai mengeras dan bertanduk.
· Umur 17 hari
Pada umur tujuh belas hari ini, paruh embrio sudah mengarah kekantung udara.
· Umur 18 hari
Pada umur delapan belas hari ini, embrio yang sudah tampak jelas seperti ayam
akan mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya berkembang
dengan baik.
· Umur 19 hari
Pada umur 19 hari , biasanya paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk
selaput kerabang dalam.
· Umur 20 hari
Pada umur 20 hari, kantong kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga
perut . embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali
kantung udara. Pada hari kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang
dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam
menggunakan paruhnya dengan cara mematuk. Semakin lama, kerabang akan
semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban
sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada
kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan
dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya, keadaan pecahnya kerabang semakin
besar.
· Umur 21 hari
Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum
seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu 12 – 18 jam
untuk keluar dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar
kering, diperlukan waktu sekitar 6 – 12 jam, bila sudahkering, ayam tersebut dapat
dikeluarkan dari dalam ruang mesin penetas.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
· Masa normal waktu perkembangan embrio ayam sejak keluar dari tubuh induknya
· Embrio itu akan mengalami rangsangan gerak ketika mendengar suara ayam
· Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan lanjut embrio telur ayam yaitu: o
Suhu lingkungan
o Intensitas cahaya
o Medium
DAFTAR PUSTAKA
Embrio serta Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) Pasca Chorion Puncture.