Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

OVARIUM - EMBRIOLOGI dan PERKEMBANGAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Reproduksi Wanita

Oleh:
Dewi Lestari NIM P102202002
Erni Agit Ekawati NIM P102202015
Nining Ariesti NIM P102202030
A.Rahayu Wahyudi NIM P102202036
Sri Aryati Arta NIM P102202058

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ILMU KEBIDANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“OVARIUM - EMBRIOLOGI dan PERKEMBANGAN”, yang mana makalah ini
disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fisiologi Reproduksi Wanita.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan
dan arahan dari Prof.Dr.dr.Andi Wardihan Sinrang,MS, selaku dosen pengampu mata
kuliah Fisiologi Reproduksi Wanita.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada Beliau yang telah banyak
membimbing dan banyak membantu terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyajian materi dalam makalah ini, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dalam Teknik pengetikan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR TABEL v

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan2

1.4 Manfaat Penulisan 3

1.5 Metode Penulisan 3

1.6 Ruang Lingkup 3

1.7 Sistematika Penulisan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Embriologi Alat Kelamin 4

2.2 Perkembangan embriologi Ovarium 4

2.3 Morfologi Ovarium 5

2.4 Fisiologi Ovarium 8

2.5 Steriogenesis di Ovarium 11


BAB III PENUTUP 18
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18
Daftar Pustaka

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Ovarium 6


Gambar 2.2. Morfologi Ovarium 8
Gambar 2.3.Ovarium wanita 11
Gambar 2.4. Siklus ovulasi pada wanita normal 15
Gambar 2.5. Regulasi steroid dan peptida gonad atas fungsi ovarium. 16

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Harga normal hormon estrogen pada wanita 13


Tabel 2.2 Harga normal hormon progesteron wanita 14
Tabel 2.3 Kadar prolaktin wanita pada serum 17

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.
Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium. Ovum
merupakan oosit sekunder yang belum melakukan pembelahan meiosis kedua.
Untuk dapat menjadi ovum yang matang, oosit memerlukan beberapa tahapan
yang dikenal dengan maturasi oosit (Sherwood, 2011).
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk buah kenari yang mempunyai
panjang sekitar 1,5 inchi atau 4 cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 1 cm, terletak di kiri
dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium melekat pada
lapisan belakang ligamentum latum dengan mesovarium. Selain mesovarium,
ovarium juga mempunyai dua perlekatan lain, ligamentum infundibulopelvikum
(ligamentum suspensorium ovarii), yang merupakan tempat melintasnya
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan persarafan ovarium dari dinding pelvis,
dan ligamentum ovarii, yang menghubungkan ovarium dan uterus (Utara, 2012
).
Maturasi oosit merupakan permulaan dan penyelesaian tahap
pembelahan meiosis pertama dari tahap germinal vesicle sampai pada tahap
metafase II yang diikuti dengan maturasi sitoplasma yang diperlukan untuk
fertilisasi dan perkembangan awal embrio. Maturasi oosit terdiri dari dua proses
yang saling tergantung satu sama lain, yaitu maturasi inti dan maturasi
sitoplasma (Krisher, 2004). Maturasi inti dan sitoplasma terjadi pada waktu yang
bersamaan. Karena jika sitoplasma masih immatur, maka hal tersebut akan
berdampak pada perkembangan embrio (Sherwood, 2011).
Kerusakan ovarium akan mempengaruhi fungsi reproduksi wanita karena
akan menyebabkan menopause dan infertil. Kerusakan ovarium sering dikaitkan
dengan pengobatan kanker karena penggunaan kemoterapi dan radiasi. Akan
tetapi, kerusakan ovarium juga dapat dialami kondisi medis lain, seperti wanita
dengan gangguan autoimun yaitu Systemic Lupus Erythematosus (SLE),
glomerulonephritis, myelodysplasia serta wanita dengan kondisi terkait
gangguan kromosom dan kegagalan ovarium prematur seperti turner sindrom

1
(Jensen et al, 2011).

Beberapa kondisi yang diperkirakan dapat menyebabkan terganggunya


pertumbuhan, perkembangan dan maturasi oosit adalah usia wanita yang terlalu
muda, stres, body mass index (BMI), kadar follicle stimulating hormone (FSH)
dan luteinaizing hormone (LH) yang tidak dalam rentang normal serta respon
ovarium terhadap stimulasi ovarium yang diberikan (Jensen et al, 2011).
Kerusakan folikel primordial pada ovarium, akan menyebabkan
menopause dan infertil. Infertil meningkatkan burden of life, karena
menyebabkan kecemasan, depresi, gangguan fungsi seksual dan tekanan sosial
(Jensen et al, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan embriologi alat kelamin ?
2. Bagaimana perkembangan embriologi ovarium?
3. Bagaimana morfologi ovarium?
4. Bagaimana fisiologi perkembangan ovarium dari konsepsi sampai
dewasa?
5. Bagaimana proses terjadinya steroidogenesis di ovarium?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mengetahui perkembangan embriologi pada ovarium
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui perkembangan embriologi alat kelamin ?
2. Mengetahui perkembangan embriologi ovarium?
3. Mengetahui morfologi ovarium?
4. Mengetahui fisiologi perkembangan ovarium dari konsepsi sampai
dewasa?
5. Mengetahui proses terjadinya steroidogenesis di ovarium?

2
1.2 Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah
1. Memberikan kemudahan dalam mengetahui fisiologis dalam ovarium
agar kedepannya lebih mudah memahami definisi dari ovarium
2. Memberikan kemudahan untuk mengetahui hormone apa saja yang
berfungsi dalam ovarium
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dibidang Kesehatan serta
dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya.
1.3 Metode Penulisan
Makalah ini di ambil dari berbagai sumber materi text book dan jurnal
tentang Embriologi dan Perkembangan Ovarium.
1.4 Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas seputar perkembangan embriologi pada
ovarium.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan : latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, ruang lingkup
penulisan, sistematika penulisan.
BABII :Pembahasan: Perkembangan embriologi alat kelamin,
perkembangan embriologi ovarium, morfologi ovarium,
fisiologi perkembangan embriologi dari konsepsi sampai
dewasa dan terjadinya steroidgenesis di ovarium.
BAB III : Penutup : Kesimpulan dan saran

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Alat Kelamin


Pada masa prenatal, yaitu pada stadium indiferen di mana kedua jenis
kelamin embrio belum dapat dibedakan, di dalam tubuh embrio terdapat
sepasang calon gonad. Calon gonad ini disebut anlage atau primordium dari
kelenjar gonad (Tita Damayanti Lestari, 2014).
Tempat calon gonad ini di lereng medial dari pronepros kelamin. Bagian
utama dari gonadal ini disebut genital ridge yang terdiri dari cortex di bagian
luar dan medulla di bagian dalam (Tita Damayanti Lestari, 2014).
Fungsi gonad yang terbentuk akan menjadi normal bila genital ridge
memperoleh apa yang disebut sebagai Premordial Germ Cell (PGC) atau sering
disebut primary sex cell (Tita Damayanti Lestari, 2014).
Bilamana dalam perjalanannya mengalami hambatan, misalnya karena
radiasi maka terjadi kerusakan pada PGC dan gonad yang terjadi nantinya
menjadi steril. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya PGC yang masuk ke
dalam gonad akan berakibat tidak berkembangnya gonad menjadi kelenjar
kelamin, yaitu testes atau ovarium (Tita Damayanti Lestari, 2014).
2.2 Perkembangan Embriologi Ovarium
Perkembangan alat kelamin wanita meliputi 3 unsur pokok yaitu gonad,
premordial germ cell (PGC) dan duktus paramesonephricus. Terbentuknya
ovarium terjadi setelah PGC mengalami migrasi dan masuk ke bagian korteks
dari gonad (Tita Damayanti Lestari, 2014).
Pada awal terbentuknya, ovarium menyerupai testes yang kemudian pada
bagian korteksnya terjadi proliferasi sel-sel epitel korteks yang disebut germinal
epitelium yang nantinya membentuk sejumlah oogonia (Tita Damayanti Lestari,
2014).
Selanjutnya pada bagian medula gonad terlihat suatu anyaman jaringan
ikat, pembuluh darah, syaraf dan pembuluh limfe. Saluran kelamin betina
berkembang dari saluran Muller (duktus paramesonephrikus) yang nantinya

4
berkembang menjadi tuba falopii, uterus, serviks dan bagian proksimal vagina.
Sedangkan bagian distal vagina dan kelenjar-kelenjar Bartholini terbentuk dari
sinus urogenitalis (Tita Damayanti Lestari, 2014).
Alat kelamin luar pada wanita pada perkembangan embrionalnya
sama dengan pada pria, hanya terdapat perbedaan yaitu genital tubercle akan
berkembang menjadi clitoris; genital fold akan menjadi labia minora dan
genital swelling akan menjadi labia mayora. Sedangkan selaput hymen
(selaput dara), tumbuh dan berkembang dari hasil invaginasi dinding dorsal
sinus urogenitalis dan sinus urogenitalis sendiri akan berkembang menjadi
urethra, vestibulum vagina dan vulva (Tita Damayanti Lestari, 2014).

2.3 Morfologi Ovarium


Ovarium adalah sepasang organ berbentuk buah kenari yang mempunyai
panjang sekitar 1,5 inchi atau 4 cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 1 cm, terletak di kiri dan di
kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika (Utara, 2012).
Ovarium melekat pada lapisan belakang ligamentum latum dengan
mesovarium. Selain mesovarium, ovarium juga mempunyai dua perlekatan lain,
ligamentum infundibulopelvikum (ligamentum suspensorium ovarii), yang merupakan
tempat melintasnya pembuluh darah, pembuluh limfe, dan persarafan ovarium dari
dinding pelvis, dan ligamentum ovarii, yang menghubungkan ovarium dan uterus
(Utara, 2012).
Ovarium menerima aliran darah dari arteri ovarii yang merupakan percabangan
dari aorta. Pada aliran darah balik, vena ovarii kanan menuju ke vena cava inferior,
sedangkan vena ovarii kiri menuju ke vena renal. Pembuluh limfe ovarium melewati
aortic nodes di level yang sama dengan pembuluh ginjal, mengikuti peraturan umum
bahwa aliran pembuluh limfe suatu organ sama seperti aliran pembuluh vena organ
tersebut. Untuk persarafan, ovarium menerima persarafan dari aortic plexus (T10)
(Utara, 2012).

Pemberian darah pada ovarium berasal dari arteria ovarii, yang


merupakan cabang dari arteria utero-ovarii. Sedangkan inervasi saraf
dilakukan oleh syaraf-syaraf autonom dari plexus ovarii yang berasal dari

5
plexus-plexus renalis dan aorticus (Utara, 2012).

Gambar 2.1. Anatomi Ovarium (F Martini, 2012)


Setiap ovarium mempunyai morfologi sebagai berikut :
1. Germinal Epithelium atau epitel germinativum adalah epitel selapis gepeng atau
selapis kuboid yang menutupi permukaan ovarium.
2. Tunica Albuginea atau tunika albuginea adalah selapis jaringan ikat padat yang
menyebabkan warna ovarium menjadi keputihan dan terletak di bawah epitel
germinativum.
3. Ovarian Cortex atau daerah korteks terletak dibawah tunika albuginea, merupakan
daerah yang terutama ditempati folikel ovarium dan oositnya. Folikel ini terbenam
dalam jaringan ikat (stroma) di daerah korteks. Stroma ini terdiri atas fibroblas
berbentuk kumparan khas yang berespon dengan berbagai cara terhadap
rangsangan hormon dari fibroblas organ lain.
4. Ovarian Medulla atau daerah medula yang terletak dibawah daerah korteks,
merupakan bagian terdalam ovarium. Tidak ada batas tegas antara daerah korteks
dan medulla, tetapi daerah medulla tersusun dari jaringan ikat longar dan berisi
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.

6
5. Ovarian Follicles atau folikel ovarium terdapat di daerah korteks dan terdiri atas
oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih sel folikel, atau sel granulosa. Ketika sel
folikel membentuk selapis sel kuboid, folikel ini sekarang disebut folikel primer
unilaminar. Sel folikel terus berproliferasi dan membentuk epitel folikel berlapis,
atau lapisan granulosa, dengan sel- sel yang saling berkomunikasi melalui taut
rekah. Folikel ini kini disebut folikel primer multilaminar atau preantrum.
Sewaktu folikel tumbuh, terutama karena sel granulosa bertambah besar dan
bertambah banyak, folikel ini berpindah ke daerah korteks yang lebih dalam.
Cairan (liquor folliculi) mulai mengumpul di antara sel-sel folikel. Celah-celah
kecil yang mengandung cairan ini menyatu, dan sel-sel granulosa
mengatur diri membentuk rongga yang lebih besar, yaitu antrum. Folikel ini
sekarang disebut folikel sekunder atau folikel antrum.
6. Mature (Graafian) Follicle atau folikel matang, pra-ovulasi, atau folikel Graaf,
sangat besar (berdiameter sekitar 2,5 cm) sehingga dapat menonjol dari
permukaan ovarium dan dapat dideteksi dengan ultrasonografi. Folikel ini
merupakan folikel dominan yang dapat mengalami ovulasi dan biasanya hanya
satu untuk setiap siklus menstruasi. Sedangkan folikel lainnya mengalami atresia.
7. Corpus Luteum atau korpus luteum (badan kuning) merupakan folikel matang
setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesterone, estrogen, relaxin, dan
inhibin akibat rangsangan LH (Luteinizing Hormone). Nasib korpus luteum
ditentukan oleh ada tidaknya kehamilan. Setelah dirangsang LH, korpus luteum
terprogram untuk bersekresi selama 10-12 hari. Jika tidak ada rangsangan hormon
lain dan tidak ada kehamilan, sel-sel korpus luteum akan berdegenerasi melalui
apoptosis. Fibroblas di dekatnya memasuki daerah ini dan membentuk parut
jaringan ikat padat yang disebut korpus albikans atau badan putih (karena
banyaknya kolagen) (Utara, 2012).

7
Gambar 2.2. Morfologi Ovarium (Utara, 2012)
2.4 Fisiologi Ovarium
Ovarium mempunyai dua fungsi utama yaitu :
1. Fungsi Reproduktif dalam hal menghasilkan sel telur (ovarium)
2. Fungsi Endokrinologis dalam menghasilkan hormon estrogen, Progesteron
dan Relaxin.
Dua komponen penting yang terdapat pada ovarium yaitu :
1. Folikel
2. Korpus luteum
Folikel pada ovarium berasal dari epithel benih yang melapisi permukaan
ovarium. Dalam mencapai berkembangannya, folikel melalui tingkatan-
tingkatan perkembangan yakni :
1. Folikel primer
2. Foliker sekunder
3. Foliker tersier (yang sedang bertumbuh)
4. Folikel de Graaf (yang matang) (Tita Damayanti Lestari, 2014).

8
Fisiologi ovarium dari konsepsi sampai dewasa
1. Tahapan pertama perkembangan folikel terjadi pertumbuhan pada
waktu wanita masih berada di dalam kandungan dan setelah lahir.
Dalam tahap ini terjadi folikel primer yang berasal dari satu sel
epithel benih yang membelah diri. Sel yang nantinya menjadi sel
telur berada di tengah-tengah dikelilingi oleh sel-sel kecil hasil
pembelahan tadi. Sel- sel kecil ini merupakan lapisan sel yang tebal
yang disebut membrana granulosa. Folikel primer ini kebanyakan
berada langsung di bawah kulit ovarium yang tipis dan disebut
tunika albugenia. Folikel primer selain letaknya yang berada di
permukaan juga ovariumnya belum terbungkus oleh membrana
viteline (Tita Damayanti Lestari, 2014),
2. Pertumbuhan pada tahap kedua meliputi pertumbuhan folikel primer
menjadi sekunder ini terjadi pada waktu wanita telah lahir dan
menjalani proses pendewasaan tubuh. Tidak semua folikel primer
berkembang menjadi sekunder tetapi hanya sebagian saja, menurut
perkiraan kurang dari sepertiga jumlah folikel primer. Folikel
sekunder dapat dibedakan secara mikroskopis, selain lebih besar
bentuknya karena jumlah sel-sel granulosanya telah lebih banyak,
juga terletak agak jauh dari permukaan ovarium. Ovumnya telah
mempunyai pembungkus tipis yang disebut membrana viteline, serta
terdapatnya membran yang lebih tebal yang disebut zona pelucida
(Tita Damayanti Lestari, 2014).
3. Pada tahap ketiga terjadi perkembangan selanjutnya folikel sekunder
menjadi folikel tertier yang ditandai dengan lebih banyaknya sel-sel
granulosa, sehingga folikel tampak lebih besar dan letaknya lebih jauh
dari permukaan. Pertumbuhan sel-sel granulosa yang terdapat pada
permukaan folikel lebih cepat, sehingga di bagian dalam terjadi ruangan
yang disebut Antrum Folliculi yang berisi cairan folikel yang disebut
sebagai Liquor Folliculi yang kaya akan protein dan estrogen.
Perkembangan folikel sekunder menjadi folikel tertier ini terjadi pada
waktu wanita menjadi dewasa dan dilanjutkan pada waktu hewan

9
mengalami siklus ovulasi (Tita Damayanti Lestari, 2014).
4. Pertumbuhan folikel tertier menjadi folikel de Graaf oleh beberapa
peneliti dikatakan hanya terjadi proses pematangan folikel saja. Pada
folikel de Graaf, sel telur terbungkus oleh masa sel yang disebut cumulus
oophorus (discus poligerus). Diameter folikel de Graaf berbeda-beda pada
setiap wanita. Karena ukurannya bertambah besar, folikel de Graaf yang
matang menonjol keluar melalui cortex ke permukaan ovarium.
Beberapa lapisan yang membentuk folikel de Graaf dari dalam keluar
yaitu:
a. Sel-sel granulosa
Sel-sel ini melapisi dinding antrum, juga menjadi cumulus oophorus,
masa sel yang membungkus dan terletak paling dekat dengan sel
telur disebut Corona radiata. Diduga sel-sel ini berfungsi untuk
memperluas permukaan sel telur, guna memudahkan penangkapan
spermatozoa (Tita Damayanti Lestari, 2014).
b. Lapisan theca folikuli
Lapisan theca folikuli yang terdiri dari theca externa yang fibrous
dan theca interna yang vaskuler, selapis membran basal dan selapis
tenunan pengikat. Diduga estrogen disekresikan langsung oleh sel
-sel theca interna ke dalam folikel melalui suatu lapisan dasar,
membrana propria, yang memisahkan theca interna dari membrana
granulosa.
Jumlah folikel de Graaf yang terbentuk per siklus ovulasi, bergantung
pada faktor keturunan dan faktor lingkungan. Jumlah dan derajat
kematangan folikel dipengaruhi oleh sekresi hormon gonadotropin dari
hipofisis. Pemberian hormon gonadotropin dari luar dapat merangsang
jumlah folikel yang menjadi matang, fenomena ini dipergunakan untuk
melakukan superovulasi (Tita Damayanti Lestari, 2014).
5. Jumlah oosit pada waktu wanita dilahirkan banyak, tetapi setelah
mencapai pubertas terjadi penurunan jumlah oosit tersebut. Hal ini
disebabkan karena kegagalan folikel menjadi matang, tidak berovulasi
tetapi malahan berdegenerasi disebut folikel atresi. Folikel atresi adalah

10
folikel tertier yang besar dan mendekat menjadi folikel de Graaf atau
telah menjadi folikel de Graaf tetapi tidak berhasil pecah pada waktu
ovulasi. Pada gambaran histologis folikel atresi ini ditandai dengan
afinitas terhadap zat warna lebih besar daripada folikel yang normal.
(Tita Damayanti Lestari, 2014).

Gambar 2.3. Ovarium wanita (Tita Damayanti Lestari, 2014)


Keterangan: (A.f) F.a, folikel atretik; (C.a) K.a, Korpus albicans; (C.L) K.l,
Korpus Luteum; G.e, Germinal epitel; (G.f)F.g, Folikel de Graaf; (T.f) F.t,
Folikel tersier; H, hilus; I.s, Interstitiel sel; (P.f) F.p, Folikel primer; (S.f) F.s,
Folikel Sekunder; T.a, Tunika albugenia.
2.5 Steriogenesis di Ovarium
Steroidogenesis adalah proses pembentukan hormon steroid baik itu di kelenjar
adrenal, testes dan ovarium (Wardana, 2016).
Hormonsteroid disintesis dari kolesterol yang berasal dari sintesis asetat, dari
kolesterol ester pada janingan steroidogenik, dan sumber makanan. Sekitar 80%
kolesterol digunakan untuk sintesis hormon seks steroid (Rahmanisa, 2014)
Pada wanita, ovum yang matang akan mensintesis dan mensekresi hormon
steroid aktif. Ovarium yang normal merupakan sumber utama dari pembentukan. Pada
wanita menopause dan kelainan ovarium, estrogen dihasilkan dari prekursor androgen
pada jaringan lain. Selain itu ovariurn juga memproduksi progesteron selama fase

11
luteal pada siklus menstruasi, testoteron dan androgen dalam jumlah sedikit. Korteks
adrenal juga memproduksi hormon testoteron dan androgen dalam jumlah yang sedikit
yang digunakan bukan hanya untuk prekursor estrogen tetapi langsung dikeluarkan ke
jaringan perifer (Rahmanisa, 2014).
Steroidogenesis di ovarium menghasilkan hormon-hormon sebagai berikut :
1. Estrogen
Estrogen terdiri dari tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu estron,
estradiol, dan estriol. Pada wanita normal, estrogen banyak diproduksi oleh
folikel selama proses ovulasi dan korpus luteum selama kehamilan (Nader
Rifai, Andrea Rita Horvath, 2018).
Pada saat keluar dari sirkulasi, hormon steroid berikatan dengan protein
plasma. Estradiol berikatan dengan transpor globulin yang dikenal dengan seks
hormonebinding globulin (SHBG) dan berikatan lemah dengan albumin,
sedangkanestrone berikatan kuat dengan albumin. Sirkulasi estradiol secara
cepat diubah menjadi estron di hepar dengan bantuan 17 - hidroksisteroid
dehidrogenase. Sebagian estrone masuk kernball ke sirkulasi, dan sebagian lagi
dimetabolisme menjadi - hidroksiestrone yang dikonversi menjadi estriol
(David G. Gardner, 2017).
Pada awal siklus ovulasi - produksi estradiol akan menurun sampai titik
terendah, tetapi karena pengaruh hormon FSH estradiol akan mulai meningkat.
Sebelum fase mid cycle kadar estradiol dibawah 50 pg/mL, tetapi akan terus
meningkat sejalan dengan pematangan ovum. Estradiol akan mencapai
puncaknya sebesar 250-500 pg/mL pada hari ke 13-15 siklus ovulasi. Pada fase
luteal, kadar estrogen akan menurun sampai 125 pg/mL. Progesteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum bersarna-sarna dengan estrogen akan
memberikan umpanbalik negatif pada hipotalamus dan hipofise antenior.
Kadar dibawah 30 pg/mL menunjukan keadaan oligomenore atau amenore
sebagai indikasi kegagalan gonad. Hormon estradiol dipenganihi oleh ritme
sirkadian yaitu adanya variasi diurnal pada wanita pasca menopause yang
diperkirakan karena adanya variasi pada kelenjar adrenal (David G. Gardner,
2017).
Hormon estrogen yang dapat diperiksa yaitu estrone (El), estradiol

12
(E2), dan estriol (E3). Pemeriksaan estadiol dipakal , untuk mengetahui aksis
hipotalamus-hipofise-gonad (ovarium dan testis), penentuan waktu ovulasi,
menopause dan monitoring pengobatan fertilitas. Waktu pengambilan sampel
untuk pemeriksaan estradiol adalah pada fase folikular (preovulasi) dan fase
luteal (David G. Gardner, 2017).
Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas
prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium., dan tumor adrenal.
Kadarnya akan menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium,
infertilitas, sindroma turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa,
keadaan stres, dan sindroma testikular ferninisas pada wanita. Faktor
interfensir yang meningkatkan estrogen adalah preparat estrogen, kontrasepsi
oral, dan kehamilan. Serta yang menurunkan kadarnya yaitu obat clomiphene
(Nader Rifai, Andrea Rita Horvath, 2018).
Tabel 2.1 Harga normal hormon estrogen pada wanita
Hormon Jenis kelamin Unit
konvensional
Estradiol Wanita (pg/mL)
< 8 thn <7
8 - 12 thn 8- 18
12 - 14 thn 16- 34
14 – 16 thn 20- 68
Fase folikular 20- 100
Preovulasi 100- 350
Luteal 100- 350
Pasca menopause 10 - 30
Estriol Kehamilan (ng/mL)
30 - 32 mgg 2 – 12
33 - 35 mgg 3 – 19
36 - 38 mgg 5 – 27
39 - 40 mgg 10 - 30
Tdk hamil <2
Estrone Wanita (ng/mL)
Fase 30 - 100
folikular >150
Ovulasi 90 - 150
Luteal
Pascamenopause 20 - 40
Sumber : (David G. Gardner, 2017)
2. Progesteron

13
Progesteron bersama-sama dengan estrogen memegang peranan
penting di dalam regulasi seks hormon wanita. Pada wanita, pregnenolon
diubah menjadi progesteron atau 17α hidroksipregnenolone dan perubahan ini
tergantung dari fase ovulasi dimana progesteron disekresi oleh korpus luteum
dalam jumlah yang besar. Progesteron juga merupakan prekursor untuk
testoteron dan estrogen, pada saat terjadi metabolisme 17αhidroksiprogesteron
menjadi dehidroepiandrosteron yang dikonversi menjadi 4 androstenedion
dengan bantuan enzim 17α hidroksilase pregnenolon (Taraborrelli, 2015).
Pada awal menstruasi dan fase folikular kadar progesteron sekitar 1
ng/mL. Pada saat sekresi LH, konsentrasi progesteron dapat bertahan selama 4-
5 hari di dalam plasma dan mencapai puncaknya yaitu sebesar 10-20 ng/mL
selama fase luteal. Pengukuran progesteron di dalam plasma dapat digunakan
ntuk memonitor keadaan ovulasi. Jika konsentrasi progesteron lebih dari 4-5
ng/mL mungkin sudah terjadi ovulasi (Taraborrelli, 2015).
Progesteron berperan di dalam organ reproduksi termasuk kelenjar
mamae dan endometrium serta peningkatkan suhu tubuh manusia. Organ target
progesteron yang lain adalah uterus, dimana progesteron membantu implantasi
ovum. Selama kehamilan progesteron mempertahankan plasenta, menghambat
kontraktilitas uterus dan mempersiapkan mamae untuk proses laktasi
(Taraborrelli, 2015).
Pada umumnya pemeriksaan kadar progesteron dilakukan untuk
pemeriksaan fungsi plasenta selama kehamilan, fungsi ovarium pada fase
luteal, dan monitoring proses ovulasi. Pada pemeriksaaan ini sampel diambil
satu sampai dua kali pada fase luteal (Plaut, 1999).
Kadamya meningkat pada kehamilan, ovulasi, kista ovarium, tumor
adrenal, tumor ovarium, mola hidatidosa. Dan menurun pada keadaan
amonorea, aborsi mengancarn, dan kematian janin. Faktor yang mempengaruhi
pemeriksaanhormon progesteron adalah penggunaan steroid, progesteron, dan
kontrasepsi oral (Nader Rifai, Andrea Rita Horvath, 2018).

Tabel 2.2 Harga normal hormon progesteron wanita


Hormon Jenis Kelamin Unit Konversional
Progesteron Wanita (ng/mL)

14
Fase Folikular 0.3-0.8
Fase Luteal 4-20
Sumber : (David G. Gardner, 2017)

3. Testoteron (Androgen)
Pada wanita yang normal, ovarium akan memproduksi testoteron dalam
jumlah yang sedikit yaitu kurang dari 300 g selama 24 jam. Testoteron
berperandalam proses pertumbuhan rambut selama masa pubertas. Peningkatan
testoteron yang berlebih akan menyebabkan amenorea, pertumbuhan rambut
dan kelenjar sebasea yang berlebih (Rahmanisa, 2014).
Berikut gambar yang akan menjelaskan tentang sintesis hormon steroid
dan siklus ovulasi pada wanita normal.

Gambar 2.4 Siklus ovulasi pada wanita normal

15
Hubungan umpan balik hormon gonadotropin dan hormon steroid pada wanita
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.5 Regulasi steroid dan peptida gonad atas fungsi ovarium.
Hypothalamus menghasilkan GnRH, yang merangsang pelepasan LH dan
FSH hypofise. Peptida hypofise ini merangsang steroidogenesis dan
pematangan folikel.

4. Prolaktin
Prolaktin terdiri dari 199 pasang asam. amino hormon polipeptida dengan
berat molekul 23.000 Dalton dan disintesis serta disekresi oleh laktotrop yang
terdapat pada hipofise anterior. Sama seperti hormon hipofise anterior yang lain,

16
prolaktin juga dikontrol oleh hypothalamic- releasin .factors. Sekresi prolaktin
terutama dihambat oleh dopamin yang disekresi oleh neuron dopaminergik
tuberoinfundibular (David G. Gardner, 2017).
Prolaktin akan merangsang pengeluaran ASI pada saat sesudah melahirkan.
Selama kehamilan prolaktin akan banyak disekresi dan dipengaruhi oleh bormon
lain seperti estrogen, progesteron, human placenta lactogen (HPL), dan cortisol
untuk merangsang pertumbuhan mamae. Setelah melahirkan, kadar estrogen dan
progesteron akan menurun sehingga kadar prolaktin akan meningkat dan
merangsang mamae untuk mengeluarkan ASI. Kadar prolaktin akan meningkat
pada fetus dan bayl baru lahir terutama pada usla bulan pertama. Dalam keadaan
fisiologis, prolaktinemia dapat terjadi pada saat kehamilan, ibu menyusui, tidur,
stres, dan, konsumsi protein tinggi dan olah raga. Keadaan patologis yang
menyebabkan hiperprolaktinemi adalah tumor pituitari, adenomapituitari, - gagal
ginjal, akromegali, dan anoreksia nervosa. Dan kadarnya menurun dalam keadaan
osteoporosis, ginekomasti, nekrosis hipofise, dan hirsutism. Pada wanita, hiper-
protaktinemia dapat menyebabkan memendeknya fase luteal sehingga dapat
menyebabkan anovulasi, amenorea, bahkan infertil. Fluktuasi prolaktin lebih
nyata pada wanita premenopause dibandingkan pasca menopause (David G.
Gardner, 2017).
Pemeriksaan prolaktin akan memberikan fluktuasi hasil yang berbeda pada
masing-masing individu. Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan 3-4 jam
setelah pasien bangun tidur. Faktor interferensi yang mempengaruhi pemeriksaan
prolaktin adalah penggunaan steroid, kontrasepsi oral, progesteron, metil dopa,
fenotoazid, antidepresan, morfin, haloperidol, levodopa, dan ergot alkaloid
(Nader Rifai, Andrea Rita Horvath, 2018).
Tabel 2.3 Kadar prolaktin wanita pada serum
Jenis Kelamin Usia, Keadaan Konservasional Unit (ng/mL)
Wanita Bayi Baru Lahir < 500
Bayi 1-5 Bulan 6-14
Anak-anak 4-8
Dewasa
Fase Folikular < 20
Fase Luteal < 40
Sumber : (David G. Gardner, 2017)

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah tersebut dapat kami simpulkan bahwa ovarium merupakan salah satu
organ reproduksi utama bagi wanita dan berisi yang akan dirilis untuk tujuan reproduksi
yang mempunyai beberapa bagian diantaranya germinal epithelium, tunica albugenia,
ovarium cortex,ovarium medulla, ovarium follicles, mature, dan corpus luteum dan
memiliki fungsi Reproduktif dalam hal menghasilkan sel telur (ovarium) dan
fungsi endokrinologis dalam menghasilkan hormon estrogen, Progesteron dan
Relaxin.
3.2 Saran
penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis mengharapkan bagi pembaca bahwa
makalah ini bisa dijadikan sebagai tambahan referensi khususnya dalam bidang kesehatan
organ reproduksi wanita dalam rangka mencegah bertambahnya AKI.

18
DAFTAR PUSTAKA

David G. Gardner DS. Greenspan’s Basic and Clinical Endocrinology, Tenth Edition
(Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology) 10th Edition. English: McGraw-
Hill Education / Medical; 2017.

F Martini. Fundamentals of Anatomy & Physiology (9 ed.). San Fransisco: 2012.

Nader Rifai, Andrea Rita Horvath CTW. Tietz Textbook of Clinical Chemistry and
Molecular Diagnostics 6th Edition. Edition, E, English: Saunders; 2018.

Plaut DS. Immunoassays in the clinical chemistry laboratory. Lab Med 1999;30:728–
31. https://doi.org/10.1093/labmed/30.11.728.

Rahmanisa S. Steroid sex hormone and it’s implementation to reproductive function.


Juke 2014;4:97–105.

Taraborrelli S. Physiology, production and action of progesterone. Acta Obstet Gynecol


Scand 2015;94:8–16. https://doi.org/10.1111/aogs.12771.

Tita Damayanti Lestari I. Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya: Airlangga University


Press; 2014.

Utara US. aortic nodes 2012.

Wardana ING. Menurunnya steroidogenesis pada proses penuaan 2016.

Sherwood . Ilmu Reproduksi. Fakultas Kedokteran Andalas 2011

Jansen . http://scholar.unand.ac.id 2011

19

Anda mungkin juga menyukai