Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK MATERNITAS I

PENGKAJIAN SIKLUS HAID

DOSEN FASILITATOR :
BINA MELVIA GIRSANG, S.Kep, Ns.,M.Kep

OLEH :
Annisa Rahmah
201101065
Kelas A
Semester 3
Kelompok 2

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Tuhan yang Maha Esa , yang masih
memberikan saya kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
dengan judul “PENGKAJIAN SIKLUS HAID” .Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Praktikum Klinik Maternitas I.
Adapun makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan
makalah, yang berisi tentang hasil pengkajian pasien. Bab 2 berupa pembahasan dari siklus
haid atau menstruasi . Dan Bab 3 yang berisi daftar pustaka.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini. Terimah kasih kepada ibu dosen Bina Melvina
Girsang.S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah banyak membimbing penulis dalam perkuliahan
maupun dalam penulisan makalah ini . Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 27 Agustus 2021

Penulis

2i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR………………………………………………………………………...i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii


BAB I HASIL PENGKAJIAN

A. Data pasien.............................................................................................................................. 1

B. Data Objektif ........................................................................................................................... 1

1. Keadaan Umum Pasien ........................................................................................................ 2

2. Tanda Tanda Vital ............................................................................................................... 2

C. Pemeriksaan
Fisik…………………………………………………………………………………….............. 2
D. Pemeriksan Penunjang
Laboratorium…………………………………………………………………………………….3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Siklus Menstruasi ................................................................................................... 4

B. Proses terjadinya Menstruasi ................................................................................................... 5


C. Hormon yang Berperan Dalam Menstruasi .............................................................................. 7
D. Faktor Faktor yang mempengaruhi siklus Menstruasi............................................................... 8
E. Gangguan yang Terjadi Selama Menrtruasi ........................................................................... 10

BAB III REFERENSI

Referensi .................................................................................................................................... 12

ii3
BAB I
HASIL PENGKAJIAN

A. DATA PASIEN :
1. Nama : Khairani
2. Usia : 24 tahun
3. Status Perkawinan : Belum Kawin
4. Pekerjaan : Belum Bekerja
5. Pendidikan : Kuliah
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum pasien dengan dimenorea primer
a. Siklus haid teratur setiap bulan?
 Ya , teratur setiap bulan
b. Setiap mengalami periode haid sampai berapa hari?
 5-7 Hari
c. Terakhir haid pada tanggal ?
 7 Agustus 2021
d. Apakah selama masa haid klien ada mengalami keluhan?
 Rasa sakit atau keram diperut, kemudian sakit dibagian
pinggang
e. Rasa sakit yang klien rasakan terjadi setiap mau haid , pada saat
haid atau setelah haid ?
 2 hari sebelum haid
f. Apakah pada saat haid mengalami masalah?
 Ya , rasa sakit yang dirasakan semakin sakit
g. Pada hari keberapa klien mengalami hal tersebut?
 Hari ke-1 sampai 3
h. Pada saat haid klien mengganti pembalut berapa kali dalam sehari?
 3-4 kali dalam sehari

1
4
2. Tanda Tanda Vital (TTV)

Normal Abnormal Tabel 1. Rentang normal


Suhu 36°-38° C 40° C (104° dan abnormal tanda
(96.8°-100.4° F) tanda vital orang dewasa
F)
Nadi 60-100 <dari 45
denyut/menit denyut/menit
atau
>dari 130
denyut/ menit
Pernafasan 12-20 <10
nafas/menit nafas/menit,
>26
nafas/menit
Tekanan Darah 90-130 mm <80 mm Hg,
Sistolik Hg >200 mm Hg
Tekanan Darah 60-90 mm Hg <55 mm Hg,
Diastolik >120 mm Hg

Hasil Pengkajian :

1. Tekanan darah : 110/80 mmHg (Normal)


2. Frekuensi pernapasan : 22 kali/menit (Normal)
3. Frekuensi denyut nadi : 60 kali/menit(Normal)
4. Suhu :36.0 derajat celcius (Normal)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala : Normal ,kulit kepala Klien bersih dan tidak ada
ketombe , warna rambut klien adalah hitam
2. Muka : Normal , tidak ada pembengkakan pada wajah
3. Mulut : Normal , tidak terdapat gusi yang berdarah atau
pun mengalami pembengkakan , kemudian gigi klien juga bersih tidak ada yang
berlubang .
4. Hidung : Normal , terdapat sekeret dalam jumlah normal
, dan klien tidak sedang mengalami flu
5. Telinga : Normal , terdapat sedikit serumen
6. Leher : Normal, Tidak terjadi pembengkakan kelenjar
tiroid , dan tidak ada benjolan

5
2
7. Payudara : Normal , payudara klien normal karena tidak
ada benjolan , payudara klien tidak merasaka nyeri , keadaan putting pasien tidak
mengeluarkan cairan , dan bentuknya simetris.
8. Abdomen : Normal , tidak ada bekas luka , kemudian ketika
bagian abdomen klien dipalpasi pada empat kuadran tidak terdapat rasa nyeri
9. Genitalia : Normal, bagian genitalia klien tidak pernah
mengalami keputihan yang disertai dengan warna yang kehijaun , berbau dan dalam
jumlah yang banyak
10. Ekstermitas atas : Normal, tidak ada memar , kemudian kedua
tangan klien simetris , dan tidak ada bekas luka
11. Ekstermitas bawah : terdapat varises pada kaki sebelah kiri pasien ,
dan untuk gerak reflek pada lutut pasien , tidak mengalami gangguan reklek pada kaki
pasien tidak lemah atau berlebihan.
12. Mata : Mata klien normal , konjungtiva mata tidak
mengalami Anemis dan berwarna merah muda , kemudian seklera mata klien juga
normal berwarna putih dan bersih , kemudian reflek pupil merespon saat diberikan
cahaya.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
pemeriksaan tidak dilakukan karena klien tidak menunjukkan kelainan saat
pemeriksaan.

6
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perngertian Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah peristiwa kerja sama kompleks yang terjadi secara
simultan di endometrium, hipotalamus, kelenjar hipofesis, dan ovarium. Menstruasi
adalah perdarahan uterus secara periodik, yang terjadi kira-kira 14 hari setelah terjadi
ovulasi. Lama siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari namun ini semua bervariasi
usia wanita, status fisik dan emosional, serta lingkungan juga mempengaruhi regularitas
siklus menstruasinya (Lowdermilk 2012).

Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10
hingga 19 tahun dan belum kawin. Masa remaja atau puber adalah suatu tahap
perkembangan kematangan fisik, alat-alat seksual dan tercapainya kemampuan
reproduksi (Siswosudarmo, 2008). Kematangan fisik remaja putri ditandai dengan
adanya perubahanperubahan siklik pada organ reproduksinya yang dimaksudkan
sebagai persiapan untuk terjadinya kehamilan. Perubahan siklik yang dialami remaja
khususnya remaja putri menuju kematangan fisik tersebut adalah menstruasi (Smeltzer,
2008). Menarche merupakan tanda bahwa seorang remaja telah mengalami pubertas,
pada masa pubertas kadar lutainizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone
(FSH) akan meningkat sehingga merangsang pembentukan hormon seksual. Siklus ini
secara teratur berlangsung jika seorang remaja telah menginjak usia 17 – 18 tahun (Patil
et al, 2013) namun dapatjuga terjadi setelah 3 – 5 tahun dari usia menarche (Rigon et
al.,2012).

Usia menarche biasanya terjadi pada remaja putri yang berumur 12 hingga 13 tahun
dalam rentang umur 10 hingga 16 tahun. Perbedaan umur saat menarche ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Frida Susanti (2017) satgas Remaja Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) dalam berita liputan 6 mengungkapkan bahwa faktor yang
mempengaruhi anak mengalami masa menstruasi pada umur tertentu yaitu polusi udara,
penggunaan botol air minum dalam kemasan yang terlalu sering dan hormon dalam
otak yang yang aktif terlalu dini. Seorang perempuan akan sering mengalami keluhan-
keluhan menjelang menstruasi atau disebut premenstrual syndrome yang biasanya

7
4
dimulai satu minggu sampai dengan beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan
menghilang sesudah menstruasi datang walaupun kadang terus berlanjut sampai
menstruasi berhenti (Proverawati dan Misaroh, 2009). Siklus menstruasi merupakan
waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya mensturasi periode berikutnya.

Siklus menstruasi terjadi selama 28 hari. Rata-rata siklus menstruasi normal terjadi
sekitar 21-35 hari sedangkan yang temasuk gangguan siklus menstruasi meliputi
polimenorrhea (35 hari), dan amenorrhea (>3 bulan) (4). Siklus menstruasi normal
bergantung pada tindakan dan interaksi hormon yang dilepaskan dari hipotalamus-
hipofisis-ovarium dan efeknya pada endometrium (5). Pemendekan siklus menstruasi
yang menyebabkan siklus menstruasi lebih singkat (polimenore) berhubungan dengan
penurunan kesuburan dan keguguran sedangkan pemanjangan siklus menstruasi
(oligomenore) berhubungan dengan kejadian anovulasi, infertilisasi, dan keguguran (6)

B. Proses Terjadinya Menstruasi


Menstruasi adalah proses keluarnya darah melalui saluran vagina yang terjadi
secara alami pada tubuh perempuan. Siklus ini merupakan proses organ reproduksi
yang berfungsi untuk mempersiapkan terjadinya kehamilan apabila terjadi
pembuahan. Persiapan tersebut dapat ditandai dengan penebalan dinding rahim
(endometrium) yang berisi banyak pembuluh darah. Apabila tidak terjadi
pembuahan, endometrium akan meluruh melalui vagina. Siklus tersebut berjalan
selama selama 3-4 minggu. Awal siklus dimulai dari waktu hari pertama menstruasi
hingga pada hari pertama menstruasi berikutnya.
Siklus menstruasi diatur oleh lima jenis hormon, di antaranya adalah hormon
estrogen, progesteron, FSH (folice stimulating hormone), GnRH (gonadotropin
relasing hormon), dan LH (luteinizing hormine). Menurut Marianti (2017)
berdasarkan perubahan kondisi rahim dan konsentrasi hormon, siklus mentruasi
dibagi menjadi empat fase di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Fase Menstruasi
Fase mesntruasi merupakan fase pertama dari siklus menstruasi. Fase ini
ditandai dengan peluruhan dinding rahim yang berisi banyak pembuluh darah
dan lendir dengan presentase 2/3 darah kotor dan 1/3 berupa lendir.
2. Fase Folikular
Fase folikular terjadi ketika hipotalamus di otak mengeluarkan hormon GnRH
yang berfungsi untuk mernagsang kelenjar hipofisis (pituitari) untuk

8
5
mengeluarkan hormon FSH. Follicle stimulating hormone (FSH, hormon
perangsang folikel) dan luteinizing hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan
oleh otak menuju ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20
sel telur di dalam ovarium. Setelah itu, hormon FSH akan merangsang ovarium
(indung telur)untuk membentuk folikel-folikel yang berisi sel telur yang belum
matang. Folikel tersebut akan berkembang selama kurang lebih 16-20 hari.
Folikel yang telah matang akan mengeluarkan hormon estrogen yang kemudian
terjadilah penebalan pada dinding rahim.
3. Fase Ovulasi
Fase ovulasi terjadi ketika ovarium melepaskan sel telur yang telah matang. Sel
telur akan keluar dari ovarium pada saat kadar LH dalam tubuh mencapai
optimal. Sel telur yang telah keluar akan menuju rahim untuk yang siap
dibuahin oleh sel sperma. Apabila tidak dibuahi, sel telur akan melebur dalam
waktu 24 jam. Waktu ovulasi biasanya berkisaran 13- 15 hari setelah masa
menstruasi. Fase ini adalah titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode
menstruasi berikutnya akan dimulai sekitar 2 minggu kemudian. Peristiwa di
bawah ini terjadi di fase ovulasi:
a) Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH
yang diproduksi oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan
melepaskan sel telur dari dalam ovarium.
b) Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap
oleh ujung-ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria).
Fimbria kemudian menyapu telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur
akan melewati tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi.
c) Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir
serviks. Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini,
lendir yang kental akan menangkap sperma pria, memeliharanya, dan
membantunya bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan
fertilisasi
4. Fase Luteal
Fase ini terjadi ketika folikel yang telah mengeluarkan sel telur matang berubah
menjadi jaringan korpus luteum. Korpus luteum akan mengeluarkan hormon
estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk menjaga dinding rahim tetap
dalam keadaan tebal. Sehingga, uterus tetap kuat untuk menampung sel telur
9
6
jika dibuahi. Jika terjadi pembuahan, tubuh akan memproduksi hormon HCG
(Hormon Chorionic Gonadotropin) yang bertugas untuk mencegah terjadinya
peluruhan korpus luteum pada dinding rahim. Namun, apabila tidak terjadi
pembuahan, korpus luteum akan meluruh. Akibatnya, kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh mengalami penurunan. Penurunan kedua kadar
tersebut akan menyebabkan dinding uterus mengalami peluruhan dan terjadilah
menstruasi. Fase luteal biasanya terjadi dalam kurun waktu 11- 17 hari dengan
rata-rata 14 hari lamanya. Maka masa menstruasi normal berkisar dalam kurun
waktu 3-7 hari. Akan tetapi, siklus menstruasi antara satu dengan lainnya
berbeda. Siklus menstruasi dapat datang lebuh cepat atau lebih lambat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor umur, gaya hidup (lifestyle), hormon dan pola makan.

C. Hormon yang berperan dalam menstruasi


Ada empat hormon yang menegendalikan siklus menstruasi yakni estrogen,
progesteron, FSH, dan SH. Berikut adalah penjelasan masing-masing hormon
tersebut:
a. Estrogen adalah hormon yang secara terus menerus meningkat sepanjang dua
minggu pertama siklus menstruasi. Estrogen mendorong penebalan dinding
rahim atau endometrium. Estrogen juga menyebabkan perubahan sifat dan
jumlah lendir serviks.
b. Progensteron adalah hormon yang diproduksi selama pertengahan akhir siklus
menstruasi. Progesteron menyiapkan uterus sehingga memungkinkan telur yang
telah dibuahi untuk melekat dan berkembang. Jika kehamilan tidak terjadi, level
progesteron akan turun dan uterus akan meluruhkan dindingnya, menyebabkan
terjadinya pendarahan menstruasi.
c. Follicle stimulating hormone (FSH) terutama berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan folikel ovarium, sebuah kista kecil di dalam ovarium yang
mencengkram sel telur.
d. Luteinizing hormone (LH) adalah hormon yang dilepaskan oleh otak dan
bertanggung jawab atas pelepasan sel telur dari ovarium, atau ovulasi. Ovulasi
biasanya terjadi sekitar 36 jam setelah peningkatan LH. Alat prediksi-ovulasi
mengetes peningkatan level LH (Sinaga et al., 2017).

7
10
D. Faktor – faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan siklus
menstruasi yakni :
1. Stress
Rata-rata usia menarche di indonesia yaitu, usia 11,2-13,4 tahun.
Dengan umur terendah 9 tahun dan tertinggi 15 tahun. Berdasarkan status
sosial ekonomi, pada golongan sosial ekonomi rendah rata-rata usia
menstruasi pertama (menarche) 9,6-15,6 tahun, sedangkan golongan sosial
ekonomi tinggi rata-rata usia menstruasi pertama (menarche) 9,8-13,8 tahun
(Ginarhayu, 2002:65). Perubahan sikap premenstruasi pertama
(premenarche) yang terjadi sebelum berlangsungnya masa menstruasi
pertama (menarche) diantaranya stres, cemas, ketegangan dan kegugupan,
cepat marah, berat badan bertambah, oedema pada ekstremitas, payudara
sakit, abdomen terasa penuh, nafsu makan, ingin makan yang manis, depresi,
cepat lupa, cepat menangis dan bingung (Baradero 2007:10)
Penyebab stress pada perempuan yang mengalami menstruasi pertama
(menarche) adalah kecemasan, ketakutan dan nyeri sehingga dapat
menimbulkan pengalaman yang traumatis. Angka kejadian nyeri menstruasi
di dunia sangat besar rata-rata lebih dari 59% perempuan disetiap Negara
mengalami nyeri menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi
berkisar 45-95% dikalangan wanita usia produktif. Walaupun umumnya
tidak berbahaya, namun seringkali dirasakan mengganggu bagi wanita yang
mengalaminya. Derajat nyeri dan gangguan tentu tidak sama pada setiap
wanita. Ada yang masih bisa beraktifitas (sesekali sambil menahan sakit) dan
ada pula yang tidak bisa beraktifitas karena menahan nyeri (Proverawati,
2009:21).
2. Aktivitas fisik

Siklus menstruasi yang terganggu dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor seperti usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres,
genetik dan gizi.Aktivitas fisik yang memerlukan gerakan tubuh yang
terstruktur seperti olahraga dapat mengurangi gejalayang timbul sebelum
hingga selesai menstruasi [4]. Saat ini, kurangnya aktivitas fisik pada
remajaterjadi karena penggunaan teknologi modern yang menawarkan

11
8
kepraktisan dan kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti remote control, komputer, lift dan tangga berjalan. Selain itu
olahraga yang terlalu berat juga mampu menyebabkan gangguan pada
fisiologi siklus menstruasi.

Remaja dengan aktivitas fisik yang berat akan mengganggu siklus


menstruasi. Ketika melakukan aktivitas tinggi/berat, tubuh mengalami
defisit energi (hipermetabolik) yang akan menekan siklus ovulasi,
menghambat sekresi Gonadotrophin-Releasing Hormone (GnRH), serta
mengurangi pulsalitas LH. Hal ini yangakan menyebabkan siklus
menstruasi terganggu. Aktivitas fisik dengan intensitas yang terlalu
tinggi/beratjuga akan menurunkan jumlah hormon leptin dalam tubuh.
Ketika tubuh mengalami defisit energi maka hormone leptin akan
memegang peranan penting. Hormon leptin berperan untuk memberi
sinyal ketersediaan energi sehingga terjadi perubahan rangsang lapar
dalam sumbu neuroendokrin, dan ketika kadar hormone leptin menurun
maka tubuh kesulitan untuk mendapatkan sinyal kekurangan energi
sehingga sulit untuk kembali ke bentuk homoestasis.

3. Status Gizi
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-
anak menuju dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan
psikososial. Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan
menstruasi (menarche). Pada remaja putri dibutuhkan status gizi yang baik
dalam membantu pertumbuhan remaja termasuk keteraturan siklus
menstruasi. Remaja putri yang mengalami asupan gizi kurang atau lebih
dapat menyebabkan gangguan fungsi reproduksi dan berdampak pada
gangguan menstruasi.
Faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja, yaitu kebiasaan
makan yang buruk, pemahaman mengenai gizi yang keliru oleh remaja
dimana tubuh yang langsing menjadi idaman bagi remaja putri sehingga
mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Serta
masuknya produkproduk makanan siap saji (fast food) yang menjadi trend di
kehidupan modern remaja saat ini menyebabkan remaja tidak lagi
memperhatikan asupan gizi mereka.

12
9
Seorang wanita yang mengalami kekurangan maupun kelebihan gizi
akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus yang tidak memberikan
rangsangan kepada hipofisa anterior untuk menghasilkan FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Dimana FSH ini
berfungsi merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing
mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang
lainnya hancur. Sedangkan LH (luteinizing hormone) berfungsi dalam
pematangan sel telur atau ovulasi (fase sekresi) yang nantinya jika tidak
dibuahi akan mengalami peluruhan (menstruasi), sehingga apabila produksi
FSH dan LH terganggu maka siklus menstruasi juga akan terganggu.
Berhubungan dengan menstruasi, secara khusus jumlah wanita anovulasi
akan meningkat apabila berat badannya mengalami perubahan (meningkat
atau menurun) (Francin, 2004, dalam Anggarini, 2012).
4. Berat badan
Remaja cenderung memiliki persepsi negatif terhadap tubuhnya dan
sangat memperhatikan penampilan sehingga pada umumnya kelompok ini
membatasi dietnya dengan melakukan penurunan berat badan dengan cara
ekstrim, yang tidak jarang berujung pada anorexia nervosa. 6 Di sisi lain
remaja juga punya kebiasaan mengonsumsi junk food yang tinggi kandungan
lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi sehingga beresiko obesitas. 7
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu ukuran untuk memprediksi
presentase lemak di dalam tubuh manusia yang diperoleh dari perbandingan
berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter persegi. 8
Lemak merupakan salah satu senyawa di dalam tubuh yang mempengaruhi
proses pembentukan hormon estrogen, dan salah satu faktor dominan
penyebab gangguan menstruasi adalah hormon estrogen.
E. Gangnguan yang terjadi selama menstruasi

Dhysmenorhea adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat
prostaglandin. Seringkali dimulai segera setelah mengalami menstruasi pertama (menarche).
Biasanya masa menstruasi pertama terjadi sekitar umur 12 atau 13 tahun, atau kadang-kadang
lebih awal atau kemudian. Irregular periods biasanya untuk pertama atau dua tahun.

Banyak wanita yang mengalami gangguan menstruasi sebelum menstruasi, selama


menstruasi dan sesudah menstruasi. Mulai dari pusing, mual, pegal-pegal, sakit perut bahkan

13
10
ada sampai pingsan. Sakit perut yang dirasakan sebenarnya disebabkan oleh kontraksi rahim
untuk mengeluarkan endometrium yang dipengaruhi oleh hormon prostaglandin. Wanita
merasa tidak nyaman karena hormon progesterone dan estrogen mengalami kekacauan
keseimbangan menjelang menstruasi. (Aguilar, 2010). Pada beberapa kasus gangguan ini
biasanya hilang seiring dengan pertumbuhan tubuh termasuk aktivitas yang dilakukan. Namun,
pada beberapa wanita gangguan menstruasi dapat berdampak terlambatnya aktivitas dan
mempengaruhi produktivitas meskipun pada waktu yang tidak lama (Corwin, Elizabeth J,
2009). Gangguan menstruasi yang paling muncul adalah amenorea, dismenorea, premenstruasi
sindrom, endometriosis, dan pendarahan uterus abnormal (Joeh, 2008).

Dismonorea adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus.
Dismonorea biasanya timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche (Soetjiningsih. 2010).
Dismonorea diklasifikasikan menjadi 2 yaitu dismonorea primer dan dimonorea sekunder.
Dismonorea primer adalah menstruasi tanpa kelainan alat genitalia yang nyata sedangkan
dismonorea sekunder adalah nyeri menstruasi dimana ada kaitannya dengan penyebab fisik
seperti penyakit pelvis dengan gejala nyeri selama beberapa hari sebelum menstruasi.
Dismonorea primer disebabkan karena pembentukan prolagladine yang berlebihan dengan
gejala perasaan kram kuat/tajam pada hari pertama atau hari kedua menstruasi (Bobak, 2005).

Penanganan nyeri haid (dismenore) dapat dilakukan dengan mengurangi atau


menghambat stimulus nyeri agar tidak sampai keotak. Tindakan apapun yang dilakukan dalam
mengatasi nyeri haid bertujuan untuk mengurangi ketegangan uterus melalui mekanisme
fisiologis yaitu memperlancar pembuluh darah,menghambat sensasi nyeri dan memberikan
kenyamanan pada mahasiswi (Kusmiyati,2011).Penanganan nyeri haid (dismenore) yaitu dapat
dilakukan melalui tindakan farmakologi dan non farmakologi. Tindakan farmakologi bisa
dilakukan dengan mengkonsumsi sedative yang berfungsi untuk mengurangi kecemasan dan
merangsang untuk tidur, dan mengkonsumsi obat analgesic dengan tujuan untuk
menghilangkan nyeri dengan mencegah impuls saraf ke otak meliputi anti nyeri, relaksasi dan
aktivitas rilekssedangkan untuk tindakan non farmakologi antara lain dapat dilakukan dengan
tindakan masase yang merupakan pijatan lembut pada bagian tubuh yang mengalami nyeri,
tindakan kompres hangat yang merupakan tindakan untuk meningkatan aliran darah dan
menurunkan ketegangan otot (Kusmiyati,2011).

11
14
BAB III
REFERENSI

Hidayatul Munawaroh, Supriyadi, Tingkat Stres Dan Aktivitas Fisik Berhubungan Dengan
Siklus Menstruasi Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 501 - 512, Desember 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Aesthetica Islamy , Farida, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi Pada
Remaja Putri Tingkat III ,jurnal Keperawatan Jiwa,Volume 7 No 1 Hal 13 – 18, Mei 2019
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 1, Januari 2019 ISSN 2614-4719
Laras Sitoayu, dkk: Kecukupan zat gizi makro, status gizi, stres, dan siklus menstruasi pada
remaja.Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 13, No. 3, Januari 2017: 121-128
Jurnal Preventia: Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,vol 2, No.2,2017, ISSN: 2528-3006
Cheppy F & Didi Nur J, Journal of Biology Education Vol 2 No 2 (2019) hal. 186 E-ISSN
2656-3436
Anessa Faradise Inonu.Peran Hormon Estrogen Pada Siklus Menstruasi Sebagai Faktor
Pencetus Migrain. Medical Journal Of Lampung University. Vol 5, No 4 (2016) .
Ai Kholifah.Gambaran Tingkat Stres Pada Anak Usia Sekolah Menghadapi Menstruasi
Pertama (Menarche) Di Sdn Gegerkalong Girang 2.Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia
Vol.1 No. 2 Desember 2015
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi pada Siswi MA Ma’ahid Kudus Dewi
Kusumawati1, Indanah2, Umi Faridah3, Rizka Ayu Ardiyati .2021-05-27, Proceeding of The
13th University Research Colloquium 2021: Kesehatan dan MIPA. Universitas
Muhammadiyah Kudus. ISSN:2621-0584
Felicia ,dkk, HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA
REMAJA PUTRI DI PSIK FK UNSRAT MANADO,ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3.
Nomor 1. Februari 2015
Setiawan, Lilik ,dkk,Pengalaman Remaja Saat Menghadapi Manarche ,Jurnal Penelitian
Keperwatan.Volume 5, No. 1, Januari 2019. ISSN 2407-7232
Purnama Simbolon, Asep Sukohar, Catur Ariwibowo, & Susianti | Hubungan Indeks Massa
Tubuh Dengan Lama Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Angkatan 2016 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Umaiyah, Fadillah. Penanganan Nyeri Haid (Dismenore) Pada Mahasiswi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara
(RI-USU).2020 (http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/28870)
Melyana, Afrias Sarotama.Jurnal UMJ. Implementasi Peringatan Abnormalitas Tanda-Tanda
Vital pada Telemedicine Workstation Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta ,
16 Oktober 2019, e - ISSN : 2460 – 8416

12
15

Anda mungkin juga menyukai