Anda di halaman 1dari 25

Nama Dosen : Sulfianti, S.SiT.,M.

Keb
Tugas : Kelompok

MANAJEMEN LAKTASI ( PRAKTIKUM )

Di Susun Oleh:
KELOMPOK III
ANDI DELI HERONI BSN 18952
DIANA MARIANA BSN 18955
FITRIANI BSN 18957
INDY FIANI BSN 18962
JUSNANI ANTI BSN 18963
NURAISYAH BSN 18966
RITA GUSNA FERIANTI BSN 18978
SILFI LESTARI KUSUMA BSN 18979

AKADEMI KEBIDANAN BINA SEHAT NUSANTARA BONE


TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyang, kami
memenjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Karena atas rahamat, dan hidayah
– Nyalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Begitu pula selawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sedikit mengalami kesulitan dan
rintangan, namun berkat bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, sehinga
kesulitan-kesulitan tersebut bisa teratasi dengan baik. Dengan demikian, melalui
lembaran ini penyusun hendak menyampaikan ucapan terimakasih yang setinggi-
tingginya kepada mereka, teriring doa agar segenap bantuannya dalam penyelesaian
makalah ini, sehingga bernilai ibadah disisi Allah SWT.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses
akhir dari segalanya, melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak
koreksi, olehnya itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini selanjutnya. Amiin.

Bone, 13 Februari 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Laktasi....................................................................2
B. Perawatan Payudara.....................................................................................2
C. Proses Menyusui..........................................................................................2
D. Produksi ASI................................................................................................3
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI......................................5
F. Refleks-Refleks Menyusui pada Ibu Halil...................................................8
G. Manfaat Menyusui.......................................................................................9
H. Teknik Menyusui yang Benar......................................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak sangat dipengaruhi oleh
ibu. Sejak masa kehamilan janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta.pada
masa bayi didalam tubuh ibu secara alami telah disediakan makanan yang
dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa
ASI.Banyak ahli sepakat ASI lebih unggul daripada susu formula atau susu sapi.
Pada abad ke-19 beberapa studi kedokteran yang dilakukan di Eropa
menunjukkan angka kematian dan kesakitan bayi – bayi yang diberikan ASI
ternyata lebih rendah daripada yg diberisusu formula.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Laktasi ?
2. Bagaimana Perawatan Payudara ?
3. Bagaimana proses menyusui ?
4. Bagaimana produksi ASI ?
5. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI ?
6. Apa Saja Refleks-refleks menyusui pada ibu ?
7. Apa Manfaat menyusui ?
8. Bagaimana teknik menyusui yang benar ?

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi menejemen laktasi termasuk cara menyusui yang benar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Laktasi


Manajemen laktasi adalah suatu upaya agar proses laktasi atau menyusui
dapat berjalan dengan lancar dan baik. Manajemen laktasi meliputi perawatan
payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah laktasi dan
cara mengatasinya.

B. Perawatan Payudara
Pada masa kehamilan, payudara akan mengalami perubahan seperti
pembesaran payudara, terasa lebih kencang dan padat, sering kali bunda merasa
sakit atau nyeri. Daerah aerola tampak menojol dan berwarna lebih gelap.
Pemilihan bra juga penting agar dapat menopang perkembangan payudara , lebih
baik hindari bra berkawat dan pilih bra menyusui. Hal penting lain dalam
perawatan payudara adalah breast care. Menjaga kebersihan sehari – hari terutama
membersihkan daerah puting dan aerola dengan baby oil sehingga bebas dari
kotoran yang menyumbat. Hindari membersihkan daerah puting menggunakan
sabun, karena akan membuat payudara kering dan kaku akibat hilangnya
'pelumas' yang dihasilkan kelenjar Montgomery.

C. Proses Menyusui
Masa laktasi adalah periode sesudah bayi lahir saat ASI terbentuk dan
dikeluarkan. Lama masa laktasi tergantung motivasi dan kemampuan penerapan
manajemen laktasi. Disadari atau tidak, motivasi bunda untuk menyusui
menentukan keberhasilan proses menyusui seperti positive thinking bahwa bunda
dapat memberikan ASI kepada bayi. Apabila bayi sehat dan ASI belum keluar
selama 2-3 hari, bunda tidak perlu kuatir karena bayi cukup menghisap kolostrum
yang dihasilkan payudara.

3
Dianjurkan hanya memberikan ASI saja pada bayi hingga umur 6 bulan
(ASI Ekslusif). Setelah 6 bulan, secara bertahap bunda dapat memberikan
makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2
tahun.

D. Produksi Asi
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar 
payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi
dan  non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir
menyusui  kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada
awal menyusui.  Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi.
Keberhasilan laktasi  dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan.
Kondisi sebelum  kehamilan  ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir
dan saat pubertas. Pada saat  kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami
pembesaran karena pertumbuhan  dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel
payudara. Pada saat pembesaran  payudara ini hormon prolaktin dan laktogen
placenta aktif bekerja yang berperan  dalam produksi ASI
Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin 
menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi  oleh
lama dan frekuensi pengisapan ( suckling). Hormon oksitosin disekresi  oleh
kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan  menstimulasi sel-sel
mioepitel untuk mengeluarkan ( ejection) ASI. Hal ini  dikenal dengan milk
ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya ASI dari simpanan alveoli
ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi  melaluiputingsusu.
Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda
yaitu  kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan
yang  dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang
berbeda  karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume
150 – 300  ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-

4
20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral
lebih rendah.
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan ³ 21 hari setelah melahirkan
dengan  volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya
stimulasi saat  laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24
jam, tahun kedua  200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara
industri rata-rata  volume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari
dengan kisaran 450 –  1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi Nasution.A
(2003) volume ASI bayi  usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan
adalah 400 – 600 gr/hari,  dan bayi usia 6 bulan adalah 350 – 500 gr/hari.
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada  stimulasi
pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.
Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat
badan  bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva
berat badan  bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya
produksi ASI  (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada
3 sumber zat gizi  dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara
dari precursor yang ada  di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam
payudara; 3) ditransfer secara langsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein,
karbohidrat, dan lemak berasal  dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer
dari plasma ke ASI, sedangkan  vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma
ke ASI. Semua fenomena fisiologi  dan biokimia yang mempengaruhi komposisi
plasma dapat juga mempengaruhi  komposisi ASI. Komposisi ASI dapat
dimodifikasi oleh hormon yang  mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara
(Vaughan, 1999).
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah
intik  pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi.
Perubahan  status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak
positif, netral, atau  negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu

5
berkurang tetapi kadar zat  gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka
zat gizi untuk sintesis ASI  diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu.
Komposisi ASI tidak konstan dan  beberapa faktor fisiologi dan faktor non
fisiologi berperan secara langsung dan tidak  langsung. Faktor fisiologi meliputi
umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi  ibu, penyakit akut, dan pil
kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek  lingkungan, konsumsi rokok dan
alkohol (Matheson, 1989).

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi


1. Frekuensi Penyusuan 
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama 
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi 
prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 
1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 
minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang 
cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini 
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal 
setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan 
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume
ASI.  Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama
penyusuan  dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan
usia 1 bulan sangat  erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang
mengakibatkan perbedaan intik  yang besar dibanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho (1982) menemukan  hubungan positif berat lahir bayi
dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14

6
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai
kemampuan  mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir
normal (> 2500 gr).  Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini
meliputi frekuensi dan lama  penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi
berat lahir normal yang akan  mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini
disebabkan  bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan  tidak mampu mengisap secara efektif sehingga
produksi ASI lebih rendah daripada  bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur  dapat disebabkan berat
badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan 
produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al
(1985)  dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia
remaja dengan  gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran
pertumbuhan 22 bayi dari  25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu
kali, produksi ASI pada hari  keempat setelah melahirkan lebih tinggi
dibanding ibu yang melahirkan pertama kali  (Zuppa et al, 1989 dalam
ACC/SCN, 1991), meskipun oleh Butte et al (1984) dan  Dewey et al (1986)
dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat  hubungan nyata
antara paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
5. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga
mempengaruhi  produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI akan  berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan
nyaman. Studi lebih lanjut  diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai

7
tipe stres ibu khususnya  kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi
ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu
proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.
6. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon  prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan  adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Studi  Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan
adanya hubungan antara merokok dan  penyapihan dini meskipun volume ASI
tidak diukur secara langsung. Meskipun  demikian pada studi ini dilaporkan
bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah
melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak  perokok dari kelompok
sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai  insiden sakit
perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa  ibu
yang merokok lebih dari 15 batang   rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% 
lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding
dengan  yang tidak merokok.
7. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat
ibu  merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun
disisi lain  etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat
penyusuan  merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8
gr/kg berat badan  ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari
normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg  mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari
normal (Matheson, 1989).
8. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan  dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan
Lonerdal, 1986  dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya

8
mengandung progestin maka  tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO
Task Force on Oral Contraceptives,  1988 dalam ACC/SCN, 1991).
Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil  progestin untuk ibu
menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.

F. REFLEKS-REFLEKS MENYUSUI PADA IBU DAN BAYI


Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an bayi yang
penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Refelks yang terjadi pada
ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu
diantaranya:
1. Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon
prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk
memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin
yang lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik
mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalh menyusui bayi sesering
mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi
untuk bisa dihisap bayinya.
2. Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon
oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan
kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu
keluar menuju putting susu. ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena
kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari
putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.Refleks oksitosin
dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu
bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga
menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin
misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat
menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu
mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada

9
bayinya berada jauh. manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu
lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.
Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:
a. Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh
kearah sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan
membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
b. Sucking Refleks, atau refleks menghisap. refleks ini terjadi bila ada
sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika putting susu
menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap
dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-
langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada
payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
c. Refleks Menelan, bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks
menelan.

G. Manfaat Menyusui
1. Manfaat bagi bayi:
a. Komposisi sesuai kebutuhan . Air susu setiap spesies makhluk hidup yang
menyusui itu berbeda-beda sesuai dengan laju pertumbuhan dan kebiasaan
menyusu anaknya. Jadi, ASI memang dirancang sedemikan rupa untuk
bayi manusia.
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan .
Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI cukup sebagai
makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi normal sampai usia enam
bulan.
c. ASI mengandung zat pelindung . Antibodi (zat kekebalan tubuh) yang
terkandung dalam ASI akan memberikan perlindungan alami bagi bayi
baru lahir. Antibodi dalam ASI ini belum bisa ditiru pada susu formula.

10
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat . Berdasarkan penelitian, bayi
yang mendapat ASI bisa berjalan dua bulan lebih cepat bila dibandingkan
dengan bayi yang diberi susu formula.
e. Menunjang perkembangan kognitif . Daya ingat dan kemampuan bahasa
bayi yang mendapat ASI lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang diberi
susu formula.
f. Menunjang perkembangan penglihatan . Hal ini antara lain karena ASI
mengandung asam lemak omega 3.
g. Memperkuat ikatan batin ibu-anak . Rasa aman dalam diri bayi akan
tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit
yang lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah
dikenalnya selama dalam kehamilan.
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat . Melalui proses menyusui,
anak akan belajar berbagi dan memberikan kasih sayang pada orang-orang
di sekitarnya.
i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri . Terjalinnya
komunikasi langsung antara ibu dan bayinya selama proses menyusui akan
meningkatkan kelekatan di antara mereka. Rasa lekat dan percaya bahwa
ada seseorang yang selalu ada apabila dibutuhkan lambat laun akan
berkembang menjadi percaya pada diri sendiri.
2. Manfaat bagi ibu:
a. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula . Hal ini karena hormon progesteron yang
merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI sehingga ASI terperah
keluar juga akan merangsang kontraksi rahim. Jadi, susuilah bayi segera
setelah lahir, agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan dan proses
pengerutan rahim berlangsung lebih cepat.

11
b. Mencegah anemia defisiensi zat besi . Bila perdarahan pasca persalinan
tidak terjadi atau berhenti lebih cepat, maka risiko kekurangan darah yang
menyebabkan anemia pada ibu akan berkurang.
c. Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil . Dengan menyusui,
cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang disiapkan sebagai sumber
energi selama kehamilan untuk digunakan sebagai energi pembentuk ASI
akan menyusut. Penurunan berat badan ibu pun akan terjadi lebih cepat.
d. Menunda kesuburan . Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan; dan ibu
belum haid.
e. Menimbulkan perasaan dibutuhkan . Rasa bangga dan bahagia karena
dapat memberikan sesuatu dari dirinya demi kebaikan bayinya akan
memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayinya.
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium . Penelitian
membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki
risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil bila
dibandingkan ibu yang tidak menyusui secara eksklusif.
3. Manfaat bagi keluarga:
a. Mudah pemberian . ASI selalu tersedia dalam suhu yang sesuai, dan dapat
diberikan kapan saja saat bayi merasa lapar.
b. Mengurangi biaya rumah tangga . ASI tidak perlu dibeli, seperti halnya
susu formula. Uang untuk membeli susu bisa dialihkan untuk membiayai
kebutuhan rumah tangga yang lain.
c. Mengurangi biaya pengobatan . Bayi yang mendapat ASI jarang sakit,
sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.

12
4. Manfaat bagi negara:
a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan . Angka
kematian dan kesakitan bayi yang mendapat ASI akan berkurang. Selain
itu, dengan tertundanya masa suibur ibu, penggunaan obat/alat KB dapat
dihemat untuk beberapa bulan.
b. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula dan perlengkapan
menyusu . Pemerintah dapat menghemat biaya pengeluaran untuk
membeli susu formula, botol, dot, dan bahan bakar minyak/gas yang
diperlukan dalam mempersiapkan air panas untuk membuat susu formula.
c. Mengurangi polusi . Pemberian ASI tidak akan menyebabkan terjadinya
tumpukan kaleng/karton susu dan pencemaran udara.
d. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas . Anak yang
jarang sakit dan tumbuh-kembang dengan optimal akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang bertanggung jawab dan berpotensi sebagai SDM yang
berkualitas.

H. Teknik Menyusui Yang Benar


1. Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia,
1994).
2. Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.
Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta
berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan
sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan
persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar,
puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola

13
mamae makin menghitam. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang
lepastidak menumpuk.
b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan
jalan operasi.
3. Posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
a. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar 1.
b. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar 2.

14
c. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Gambar 3.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti
ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan 
posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
sepertimemegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan.
Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu,
tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak
tersedak.
d. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar 4

15
e. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar 5.
f. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

. Gambar 6
g. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Gambar 7

16
h. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

Gambar 8.
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan
disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.

Gambar 9. Cara meletakan bayi

Gambar 10. Cara memegang payudara

17
b. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke
puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi


c. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah
bayi terletak di bawah puting susu.Cara melekatkan mulut bayi dengan
benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar
dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 12. Perlekatan benar

18
Gambar 13. Perlekatan salah
5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai
berikut :
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak
yang masuk.
f. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
g. Puting susu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala bayi agak menengadah.

19
Gambar 14. Teknik menyusui yang benar
6. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau
sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola
tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan
menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya
masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui
pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu
produksi ASI.

20
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka
sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan
kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar
produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan
payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak
terlalu ketat.

Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manajemen laktasi adalah suatu upaya agar proses laktasi atau menyusui
dapat berjalan dengan lancar dan baik. Manajemen laktasi meliputi perawatan
payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah laktasi dan
cara mengatasinya.
2. Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

B. Saran
Adapun saran yang kami berikan kepada pembaca adalah bahwa didalam
mempelajari MANAJEMEN LAKTASI, perlu adanya pemahaman tentang
Pengertian manajemen laktasi, Perawatan payudara, proses menyusui, produksi
ASI, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI, Refleks-refleks menyusui
pada ibu dan bayi, manfaat menyusui, Teknik menyusui yang benar. dan
memahami setiap bagian-bagiannya dibutuhkan kesabaran dan ketekunan di
dalam mempelajari segala formula yang ada, kemudian lebih dari pada itu bahwa
setiap dari kita di tuntut menjadi seseorang yang kritis akan sebuah ilmu, oleh
kami selaku penulis, berharap ada kritik dan saran yang membangun yang dapat
diberikan,demi perbaikan pembuatan Makalah kami selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Roesli,U.2005.Petunjuk Praktis Menyusui. Jakarta : Trubus Agriwidya


Roesli,U.2000. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya
http://creasoft.wordpress.com/category/keperawatankesehatanmasyarakatkebidanan/
manajemen- laktasi/
http://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.com/2010/10/manajemen-laktasi.html

23

Anda mungkin juga menyukai