Anda di halaman 1dari 9

PERLUKAAN ALAT – ALAT GENITAL

Perlukaan pada alat – alat genital dapat ditimbulkan oleh beberapa macam sebab antara lain: 1) Perlukaan
akibat persalinan, 2) Perlukaan akibat coitus, 3) Perlukaan akibat pembedahan ginekologik, 4) Perlukaan
akibat trauma aksidental, 5) Perlukaan akibat benda asing, 6) Perlukaan akibat bahan kimia.

1. PERLUKAAN AKIBAT PERSALINAN


Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan uterus. Jenis perlukaan
ringan berupa lecet, yang berat berupa robekan yang diserta perdarahan hebat. Pada primigravida yang
melahirkan bayi cukup bulan perlukaan jalan lahir tidak dapat dihindarkan.
A. Vagina
Pada dinding depan vagina seringkali terjadi di sekitar orifisium uretra eksternum dan klitoris.
Perlukaan klitoris biasanya tidak dapat diatasi hanya dengan menjahit karena dapat menimbulkan
perdarahan yang hebat sehingga perlu dilakukan penjepitan dengan cunam selama beberapa hari.
Robeknya vagina seperriga atas umumnya merupakan lanjutan dari serviks uteri. Pada
umumnya robekan vagina terjadi karena regang jalan lahir yang berlebih – lebihan dan tiba – tiba
ketika janin dilahirkan baik kepala maupun vagina. Kadang – kadang robekan lebar terjadi akibat
ekstraksi dengan forceps. Bila terjadi perlukaan pada dinding vagina, perdarahan segera terjadi
setelah lahir. Perdarahan demikian umumnya adalah perdarahan arterial sehingga harus segera
dijepit. Penjahitan secara simpul dilakukan dengan benang chatgut chromic no 0 atau OO, dimulai
dari ujung luka terus sampai luka terjahit rapi.
B. Perineum
Tempat yang paling sering mengalami perlukaan akibat persalinan ialah perineum. Tingkat
perlukaan pada perineum dibagi menjadi :
Tingkat I : Terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum.
Tingkat II : Lebih dalam dan luas ke vagina serta perineum dengan melukai fasia serta otot – otot
diafragma urogenital.
Tingkat III: Perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang menyebabkan muskulus sfingter ani
eksternus terputus di depan.
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral. Perlukaan pada
diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani yang terjadi pada waktu persalinan normal atau
persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga
tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah
terjadi prolapses genetalis.
Umumnya perlukaan perineum terjadi pada tempat dimana muka janin menghadap. Robekan
perineum dapat mengakibatkan pula robekan jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas dari
jaringan sekitarnya. Diagnosis rupture perinei ditegakkan dengan pemeriksaan langsung. Pada
tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan yang bersifat arterial atau yang merembes.
Dengan dua jari tangan kiri luka dibuka, bekuan darah diangkat, lalu lika dijahit secara rapi.
Pada perlukaan tingkat I, bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Pada perlukaan
tingkat II, hendaknya luka dijajit kembali secara cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan chatgut
chromic No.0 atau 00 dengan mencegah terjadinya ruang matiu. Adanya ruang mati antara jahitan
– jahitan memudahkan tertimbunnya darah beku dan terjadinya radang. Lapisan kulit dapat dijahit
dengan benang chatgut atau sutera secara simpul. Jahitan hendaknya jangan terlalu ketat, sebab
beberapa jam kemudian ditempat perlukaan akan timbul edema. Penanganan pelukaan perineum
tingkat III memerlukan teknis penjahitan khusus. Langkah pertama yang terpenting adalah
menemukan kedua ujung muskulus sfingter ani eksternus yang terputus. Kedua ujung otoit dijepit
dengan cunam Allis, kemudian dijahit dengan benang chatgut chromic No.0 atau 00, sehingga
kontinuitas sfingter terbentuk kembali. Simpul jahitan pada ujung – ujung otot sfingter hendaknya
kearah mukosa rektum. Selanjutnya, penjahitan jaringan dilakukan seperti pada penjahitan luka
perineum tingkat II. Ketegangan sfingter dinilai dengan memasukkan jari ke dalam rektum.
Perlukaan perineum pada waktu pesalinan sebenarnya dapat dicegah atau dijadikan sekecil mungki.
Perlukaan ini umumnya terjadi pada saat lahirnya kepala. Oleh karena itu, keterampilan melahirkan
kepala janin dangat menentukan sampai seberapa jauh terjadi perlukaan pada perineum. Untuk
mencegah terjadinya perlukaan perineum yang tidak terarah dengan bentuk yang tuidak teratur,
dianjurkan melakukan episiotomy. Pada perlukaan perineum tingkat III, yang tidak dijahit misalnya
pada persalinan yang ditolong dukun akan terjadi inkontinensia alvi. Pada keadaan ini diperlukan
waktu sekurang – kurangnya 3 – 6 bulan pascapersalinan, sebelum luka perineum yang tua ini dapat
dijahit.
C. Serviks uteri
Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami perlukaan pada waktu
persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis uteri pada seorang multipara terbagi dalam bibir
depan dan belakang. Robekan serviks bisa menimbulkan perdarahan banyak, khususnya bila jauh
ke lateral sebab di tempat itu terdapat ramus desendens dari arteria uterine. Perlukaan ini dapat
terjadi pada persalinan normal, tetapi yang paling sering ialah akibat tindakan pada persalinan
buatan dengan pembukaan yang belum lengkap. Selain itu, dapat terjadi pada persalinan
presipitatus dimana kontraksi otot kuat dan sering yang mendorong anak keluar terjadi saat
pembukaan belum lengkap. Diagnosis perlukaan serviks dapat diketahui dengan pemeriksaan
inspekulo. Bibir serviks dijepit dengan cunam atraumati, kemudian diperiksa dengan cermat sifat –
sifat robekan tersebut. Bila ditemukan robekan serviks yang memanjang, maka luka dijahit dari
ujung yang paling atas, terus ke bawah. Pada robekan serviks yang terbentuk melingkar, diperiksa
dahulu apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak.
D. Korpus uteri
Merupakan perlukaan yang paling berat, dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan, namun
yang paling sering terjadi ialah robekan ketika persalinan. Mekanisme terjadinya robekanm uterus
bermacam – macam. Ada yang terjadii secara spontan da nada yang terjadi akibat ruda paksa.
Robekan dapat terjadi pada segmen bawah rahim, korpus uteri, dinding uterus yang lemah pada
bekas SC atau miomektomi. Persalinan buatan seperti ekstraksi cunam, versi dan ekstraksi.
Dorongan Kristeller bila tidak dikerjakan sebagaimana mestinya, dapat menimbulkan robekan
uterus. Secara anatomic, robekan uterus dapat dibagi menjadi dia jenis, yaitu :
- Robekan inkomplit terjadi pada endometrium dan miometriun sedangkan perimetriumnya utuh.
Umumnya lebih ringan, anemis, syok, perdarahan keluar tidak banyak dan adanya tumor di
parametrium. Untuk lebih memastikan hal ini, dianjurkan melakukan eksplorasi dengan
memasukkan rangan didalam rongga uterus. Demikian pula sesudah selesainya melakukan
persalinan buatan yang sulit, hendaknya secara rutin dilakukan eksplorasi jalan lahir serta
rongga uterus untuk mengetahui sedini mungkin adanya robekan didalamnya.
- Robekan komplit terjadi pada endometrium, myometrium, perimetrium robek dan ada hubunga
langsung antara cavum uteri dengan rongga perut. Umumnya nyeri mendadak, anemis, syok,
kontraksi hilang, kontraksi menghilang, bagian janin mulai diraba dibawah dinding perut ibu.

Penanganan pada robekan uterus ialah pemberian transfuse darah segera, kemudian laparotomy.
Jenis operasi yang dilakukan ialah penjahitan luka pada dinding uterus atau pengangkatan uterus.
Pilihan yang akan dikerjakan tergantung pada lokasi dan bentuk robekan, tanda – tanda radang dan
paritas.

E. Nekrosis jalan lahir akibat tekanan pada persalinan lama


Pada waktu berlangsungnya persalinan, bila kepala janin sudah masuk ke dalam rongga tengah
panggul, kandung kencing terdorong ke atas. Oleh karena itu, vagina, dasar kandung kencing dan
uretra mengalami tekanna oleh kepala janin tersebut. Apabila tekanan itu berlangsung lama
misalnya pada persalinan dengan kala II lama, vagina serta dasar kandung kencing yang tertekan
akan mengalami iskemia dan akhirnya terjadi nekrosis. Kadang – kadang tempat yang ditekan oleh
kepala janin agak lebih tinggi, yaitu pada dinding depan serviks uteri dan daerah trigonum kandung
kencing. Dapat juga terjadi tekanan pada daerah belakang jalan lahit, sehingga dinding belakang
vagina dan rektum mengalami iskemia dan nekrosis.
Pada tempat yang mengalami iskemia dan nekrosis pada hari ke – 3 sampai hari ke 10 pasca
persalinan, jaringan melepaskan diri dan terbentuklah suatu fistel. Jika fistel terdapat antara
kandung kencing dan vagina, dinamakan fistula vesikovaginalis. Bila terdapat antara rektum dan
vagina dinamakan fistula rektovaginalis. Nekrosis semacam ini dapat dihindarkan bila persalinan
dipimpin dengan baik. Yang penting ialah dalam memimpin persalinan demikian harus dijaga
supaya kala pengeluaran jaringan jangan berlangsung terlalu lama melainkan persalinan hendaknya
diselesaikan pada saat yang tepat.
Pada persalinan dengan kemungkinan nekrosis karena kala pengeluaran lama, sebaiknya
diusahakan supaya dalam puerperium kandung kencing tetap kosong, dengan pemasangan kateter
tetap (dower kateter) dan pemberian antibiotika, untuk sedapat mungkin mencegah terjadinya
fistula. Klateter dipasang untuk waktu yang lebih lama, apabila terjadi fistel. Fistula vesikovaginalis
kecil kadnag – kadnag dengan cara demikian bisa menutup sendiri, dan fistel besar bisa mengecil.
Penutupan fistula yang tertinggal baru dapat dilaksankaan paling sedikit 3 bulan pasca perslainan,
setelah tanda – tanda radang hilang.j
2. PERLUKAAN AKIBAT COITUS
Perlukaan yang terjadi pertama adalam robeknya selaput hymen. Biasanya terjadi pada dinding
belakang dan menimbulkan sedikit perdarahan dan dapat berhenti spontan walaupun tidak jarang
memerlukan pertolongan untuk menghentikannya.
Pada keadaan tertentu perlukaan dapat lebih berat, hal ini terjadi pada coitus secara kasar dan keras,
misalnya oleh lelaki yang psikopat seksual, mabuk sehingga menimbulkan perlukaan vulva dan
vagina yang luas dengna perdarahan yang banyak.
Terutama pada wanita yang menolak melakukan hubungan seksual. Perdarahan disertai dengan
adduksi pada kedua paha, lodorse lumbal, dan ketegangan pada otot – otot pelvis. Wanita sendiri
mempunyai faktor resiko untuk mengalami trauma pada coitus adalah hypoplasia genitalis,
penyempitan introitus vagina, vagina kaku dan hymen yang tebal. Tidak adanya pengalaman, sedang
mabuk, memiliki penis yang besar merupakan faktor – faktor dari pihak laki yang memudahkan
terjadinya trauma pada waktu coitus.
Robekan fornik posterior vagina tidak jarang terjadi. Apabila wanita mengalami orgasme ketika
coitus, bisa terjadi kenaikan tekanan intra abdomen, sehingga kavum douglas menonjol. Tekanan
penis yang berulang pada cavum douglas dan terjadilah robekan fornik posterior.
Wanita yang telah mengalami histerektomi total, vagina bagian atas menjadi kaku dan pendek,
sehingga lebih mudah terjadi perlukaan fornik posterior. Faktor predisposisi lainnya antara lain coitus
pada kala nifas dan pascamenopause. Perlukaan akibat coitus di fornik posterior umumnya melintang.
Perlukaan ini walaupun jarang dapat menembus cavum douglas, sehingga usus – usus halus bisa
keluar.
Bahwa perdarahan – perdarahan terjadi segera setelah coitus, dan dengan pemeriksaan inspekulo.
Pada pemeriksaan segera tampak tempat, bent7k dan besarnya luka. Karena ada kemungkinan
terputusnya pembuluh – pembuluh darah arterial, penjahitan luka harus dilakukan dengan teliti.
3. PERLUKAAN AKIBAT PEMBEDAHAN GINEKOLOGIC
Perlukaan alat – alat didalam pelvis pada waktu pembedahan ginekologik merupakan penyulit yang
agak sering dijumpai. Khususnya hal itu terjadi. Bila melakukan pembedahan pada kelainan –
kelainan ginekologik dengan banyak perlekatan antara alat genital dan alat – alat disekitarnya. Oleh
sebab itu, seorang ahli ginekologi yang melakukan pembedahan harus mampu mencegah terjadinya
perlukaan pada kandung kencing, ureter, dan usus atau jika hal itu tidak dapat dihindarkan, maka ia
harus sanggup mengatasinya.
Bila perlukaan kandung kencing diketahui, maka segera dilakukan penjahitan luka kembali.
Penjahitan ini dilakukan dalam dua lapisan dengan memperhatikan supaya ostium dan ureter tidak
ikut terjadhit dan dupaya jahitan lapisan dalam tidak menembus dinding, sehingga benang tidak
terletak dalam rongga kandung kencing. Jahitan diletakkan ekstraperitoneal dan kateter tetap
dipasang, agar kandung kending kosong untuk seminggu.
A. Pelukaan ureter
Letak ureter yang dekat dengan genetalia interna menyebabkan saluran kencing itu mudah
mengalami perlukaan pada waktu pembedahan ginekologik, terutama jika lokasi ureter berubah
karena desakan tumor.
Ada lima tempat didalam pangguk, dimana ureter mudah mengalami perlukaan pada pembedahan
ginekologik. Pertama, ditempat ureter memasuki ruang panggul dan menyilang diatas
percabangan dengan arteria iliaka. Tumor yang tumbuh dalam ligamentum latum dan ligamentum
infundibulopelvikum akan menyebabkan ureter melekat pada tumor tersebut, sehingga bila tidak
hati – hati, ureter dapat terpotong atau mengalami perlukaan. Kedua, pada vasa ovarika, dimana
ureter berada dekat dengan alat adneks. Ketiga, didalam ligamentum latum, perlukaan ureter
dapat terjadi pada saat diangkatnya tumor yang tumbuh didalam ligamentum latum. Keempat,
pada tempat yang dekat dengan serviks bagian atas. Pembedahan pada tempat ini selain dapat
menimbulkan perlukaan langsung pada ureter, dapat pula menimbulkan perlukaan pada pembuluh
– pembuluh darah disekitar ureter yang dapat menim,bukan nekrosis segmen ureter setempat dan
akhirnya terjadi fistula. Kelima, pada tempat ureter mulai masuk kedalam kandung kencing.
Perlukaan pada daerah ini cukup sering terjadi jika dilakukan pembedahan – pembedahan
vaginal.
Penanganan perlukaan ureter dimana kontinuitas saluran kemih masih baik, misalnya karena
terjepit oleh cunam atau terikat oleh jahitan, tidak membutuhkan tindkana khusus, kecuali
melepaskan jepitan atau jehitan. Untuk menghindari tertutupnya saluran ureter akibat oedema
pada tempat tersebut, dapat dipasang kateter selama 10 hari.
Tetapi, pada ureter yang terpotong diperlukan tindakan – tindakan khusus. Jenis tindakan
pembedahan yang akan dipilih tergantung pada tempat terjadinya perlukaan ureter itu. Pada
dasarnya tindakan – tindakan yang dikerjakan pada ureter yang terpotong ialah :
1) Implantasi ke dalam kandung kencing
2) Anastomosis uretero-ureteral
3) Implantasi ureter ke dalam sigmoid
4) Implantasi pada permukaan kulit
5) Ureter diikat

Implantasi ureter ke dalam kandung kencing dikerjakan bila tempat terpotongnya ureter dekat
dengan kandung kencing. Bila tempat terpotongnyaa ureter jauh dari kandung kencing apat
dilakukan anastomosis. Implantasi ureter ke dalam sigmoid dilakukan bila suatu segmenn ureter
yang cukup panjang terpotong. Namun, tindakan ini sudah tidak dianjurkan lagi karena akan
timbul radnag berat pada ginjal dikemudian hari. Pada keadaan gawat, dimana pembedahan harus
secepat mungkin diselesaikan, ureter yang terpotong diikat saja, atau dibawa ke permukaan kulit
untuk diimplantasi disitu. Akibat pengikatan ureter, fungsi ginjal yang bersangkutan akan
berhenti.

B. Perlukaan usus
Tindakan pembedahan ginekologik yang dapat menimbulkan perlukaan usus ialah :
1) Kerokan (curettage)
Pada kerokan bisa terjadi perforasi uterus. Jika hal ini tidak diketahui, cunam dimasukkan
melalui lubang perforasi itu, alat tersebut dapat menjepit usus dan menariknya ke luar sampai
vagina. Pada keadaan ini harus dilakukan laparotomy.
2) Laparokopy
Jarang timbul luka pada usus ketika troika dimasukkan kedalam perut. Lebih sering terjadi
perlukaan usus pada kauterisasi dengan jalan laparokopi dalam jangka sterilisasi. Luka
disebabkan oleh karena perlindungan kauterisasi tidak sempurna dalam system perlindungan
aliran listrik, atau oleh karena pembedah melakukan kesalahan.
3) Kuldoskopi atau kolpotomi
Tindakan ini dapat menyebabkan perlukaan pada rektum atau pada kandung kencing.
4) Pembedahan ginekologik lewat abdomen
Pada pembedahan abdominal dengan banyak perlekatan antara usus dengan uterus dapat
terjadi perlukaan usus. Untuk mencegah hal tersebut, keterampilan dan kesabaran pembedah
sangat diperlukan.
4. PERLUKAAN AKIBAT TRAUMA AKSIDENTAL
Letak jalan lahir yang terlindung menyebabkan jarang terjadi perlukaan langsung. Perlukaan langsung
terjadi akibat patah tulang panggul, atau jatuh duduk dengan genetalia eksterna terkena suatu benda.
A. Hematoma
Bentuk tersering adalah hematoma vulva. Hematoma berukuran kecil untuk kemudian menjadi
cepat membesar. Hematoma yang terlihat kecil belum berarti bekuan didalamnya sedikit.
Perdarahan dapat menjalar sekitar vagina dan mengumpul didalam ligamentum latum. Bila
hematoma besar maka dapat terjadi syok dan anemia, kulit permukaan hematom berwarna
kebiruan, mengkilat, tipis dan mudah robek. Hematoma yang kecil cukup diberi kompres dan
analgetik sambil diobservasi apakah hematoma bertambah besar. Jika bertambah besar,
hematoma hendaknya segera dibuka dan dilakukan pengeluaran bekuan darah, pengikatan arterial
yang terputus dan pemasangan tamponade pada ruang luka yang sebelumnya darah diisi oleh
bekuan darah.
B. Perlukaan
Vagina dan vulva dapat terjadi perlukaan bila alat – alat tersebut terkena benda secara langsung.
Kadang perlukaan ini dapat menegnai alat – alat sekitar seperti uretra, kandung kemih, rectum
atau cavum douglas. Khusus bila dijumpai perlukaan yang multiple, perlu dipikirkan
kemungkinan adanya benda – benda asing yang tertinggal didalam luka. Penanganan ditujukan
kepada memulihkan bentuk anatomic. Sebelumnya, dilakukan pemeriksaan yang teliti, untuk
mengetahui luas luka dan alat – alat apa yang terkena.
5. PERLUKAAN AKIBAT BENDA ASING
Seringkali penderita dengan psikopat seksualitas memasukkan benda – benda kedalam vagina
atau uretra. Benda asing ini bisa tetap tinggal di vagina karena kelupaan, atau karena memang
penderita sendiri tidakl ingin mengeluarkannya.pengaruh benda asing dalam vagina tergantung dariu
bentuk dan jenis benda ini. Benda – benda yang terbuat dari kain dengan cepat menimbulkan infeksi
disertai lockhea yang berbau.
Pesarium yang dipasang untuk prolapses uteri dapat pula menimbulkan iritasi dan perlukaan,
apabila tidak berulang dikeluarkan dan dibersihkan. Pesarium yang terlalu lama divagina dapat untukl
sebagian terbenam dalam dinding vagina.
Perlukaan pada vagina atau uterus bisa terjadi apabila digunakan benda untuk melakukan abortus
provokatus. Karena benda yang asing tidak steril tersebut dapat terjadi infeksi septic dengan segala
akibatnya selain perdarahan yang ditimbulkan.
6. PERLUKAAN AKIBAT BAHAN KIMIA
Terutama disebabkan oleh :
a. Pembilasan dengan cairan panas dapat menimbulkan luka bakar yang superfisialis. Kemudian
lepasnya kulit dan mukosa sehingga terjadi ulkus, yang jika sembuh menyebabkan timbulnya
sikatrik dan stenosis pada vagina.
b. Kesalahan tehnik dapat pemakaian elektrokauter untuk pengobatan erosio pada porsio uteri, jika
kurang hati – hati dapat menyebabkan stenosis/atresia pada ostium uteri eksternum.
c. Bahan – bahan kimia
Bahan – bahan asam dibagi menjadi :
- Asam anorganik (asam sulfat, asam nitrat dan asam klorida)
- Asam organic (asam oksalat dan asam asetat)

Bahan – bahan ini umumnya dipakai dalam usaha menggugurkan kehamilan. Asam – asam
anorganik bila dimasukkan kedalam vagina, sangat berbahaya karena mempunyai daya korosif
yang sangat kuat. Akibat pemakaiannya ialah perlukaan yang parah pada vagina dan serviks uteri.
Bahaya – bahaya lain dari asam anorganik ialah diserapnya oleh tubuh, dan timbulnya gangguan
keseimbangan elektrolit. Asam anorganik umumnya mempunyai daya korosif yang kurang kuat,
tetapi dapat menimbulkan gangguan dalam pembekuan darah.

Suatu hal yang sering diabaikan ialah perlukaan – perlukaan jalan lahir akibat bahan – bahan
terapeutik yang dipakai di rumah sakit, seperti lisol, tinktura jodii, permanganas kalikus. Bisa
terjadi pelrukaan – perlukaan jika bahan – bahan itu dipakai dalam konsentrasi terlalu tinggi.
Bahan- bahan tersbeut dapat menyebabkan luka bakar di vulva dan vagina dengan segala
akibatnya.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis. Pada pemeriksaan ginekologik akan


ditemukan tempat yang terkena berwarna merah dengan edema, dan pada beberaoa tempat yang
banyak tampak gelembung dan ulkus.
Perawatan penderita dengan luka bakar karena bahanm kimia ialah istirahat baring dan
pemberian paraffinum pada tempat luka. Sebagai pengobatan tambahan hendaknya diberikan
kortison, analgetika, serta antibiotika. Bagi penderita yang sembuh dengan jaringan parut, pelru
dilakukan pembedahan plastic.

Anda mungkin juga menyukai