Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KELOMPOK GINEKOLOGI

PERTOLONGAN PERTAMA PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. Abroratun Hidayati 8. Neti Septiana


2. Baiq Adelia Antika 9. Kadek Erna Rustiana D.
3. Cahya Maulidaty M. 10. Rizka Apriani
4. Erni Ayu 11. Sarya Yustika Ningsih
5. Hana Anbartsani 12. Sofia Quratul Aini saqdiah
6. Kadek Indah Verent D.L. 13. Sri Muliani
7. Laila Hidayati 14. Yuli Sulistina

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PRODI DIV KEBIDANAN
2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah kelompok mata kuliah Ginekologi dengan bahan kajian yang


berjudul “Pertolongan Pertama Pada Gangguan Sistem Reproduksi” telah disetujui
dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Dosen matakuliah Ginekologi

dr. Wiriana Rambu, Sp.OG

Page ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
segala rahmat-Nya, maka penyusun dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah
Ginekologi yang berjudul ”Pertolongan Pertama Pada Gangguan Sistem Reproduksi”
dapat selesai dengan tepat waktu.
Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penyusun dalam menyelesaikan tugas makalah ini hingga mencapai titik akhir
maksimal yang dapat penyusun sajikan.
Penyusun sangat menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini, sangat
jauh dari sempurna. Penyusun sangat membutuhkan segala kritik dan saran yang
membangun guna menghasilkan tugas makalah yang jauh lebih baik lagi dari
makalah saat ini.

Mataram, 4 April 2018

Penyusun

Page iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan .............................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
A. Perlukaan Pada Alat genetalia ........................................................
B. Kelainan dalam Letak Alat-alat Genetalia ........................................
C. Permasalahan Dalam Sistem Urologi ..............................................
III. PEMBAHASAN .....................................................................................
IV. PENUTUP ..............................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Page iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis perlukaan pada alat genetalia ?
2. Apa saja kelainan dalam letak alat-alat genital ?
3. Apa saja masalah dalam sistem urologi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis perlukaan pada alat genetalia
2. Untuk mengetahui kelainan dalam letak alat-alat genetalia
3. Untuk mengetahui masalah dalam sistem urologi

D. Manfaat.
Agar pembaca lebih mengerti dan memahami tentang bagaiman pertolongan
pertama dalam gangguan sistem reproduksi

Page 1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perlukaan Pada Alat Genetalia


Perlukaan pada alat – alat genital dapat ditimbulkan oleh beberapa macam sebab
antara lain: 1) Perlukaan akibat persalinan, 2) Perlukaan akibat coitus, 3)
Perlukaan akibat pembedahan ginekologik, 4) Perlukaan akibat trauma
aksidental, 5) Perlukaan akibat benda asing, 6) Perlukaan akibat bahan kimia.
1. PERLUKAAN AKIBAT PERSALINAN
Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan
uterus. Jenis perlukaan ringan berupa lecet, yang berat berupa robekan yang
diserta perdarahan hebat. Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup
bulan perlukaan jalan lahir tidak dapat dihindarkan.
a. Vagina
Pada dinding depan vagina seringkali terjadi di sekitar orifisium uretra
eksternum dan klitoris. Perlukaan klitoris biasanya tidak dapat diatasi
hanya dengan menjahit karena dapat menimbulkan perdarahan yang hebat
sehingga perlu dilakukan penjepitan dengan cunam selama beberapa hari.
Robeknya vagina seperriga atas umumnya merupakan lanjutan dari serviks
uteri. Pada umumnya robekan vagina terjadi karena regang jalan lahir yang
berlebih – lebihan dan tiba – tiba ketika janin dilahirkan baik kepala maupun
vagina. Kadang – kadang robekan lebar terjadi akibat ekstraksi dengan
forceps. Bila terjadi perlukaan pada dinding vagina, perdarahan segera
terjadi setelah lahir. Perdarahan demikian umumnya adalah perdarahan
arterial sehingga harus segera dijepit. Penjahitan secara simpul dilakukan
dengan benang chatgut chromic no 0 atau OO, dimulai dari ujung luka terus
sampai luka terjahit rapi.

Page 2
b. Perineum
Tempat yang paling sering mengalami perlukaan akibat persalinan ialah
perineum. Tingkat perlukaan pada perineum dibagi menjadi :
Tingkat I : Terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum.
Tingkat II : Lebih dalam dan luas ke vagina serta perineum dengan
melukai fasia serta otot – otot diafragma urogenital.
Tingkat III : Perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang
menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus di
depan.
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral.
Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani yang
terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat, dapat
terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga tidak
kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul,
sehingga mudah terjadi prolapses genetalis.
Umumnya perlukaan perineum terjadi pada tempat dimana muka
janin menghadap. Robekan perineum dapat mengakibatkan pula robekan
jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas dari jaringan sekitarnya.
Diagnosis rupture perinei ditegakkan dengan pemeriksaan langsung. Pada
tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan yang bersifat arterial
atau yang merembes. Dengan dua jari tangan kiri luka dibuka, bekuan
darah diangkat, lalu lika dijahit secara rapi.
Pada perlukaan tingkat I, bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan
penjahitan. Pada perlukaan tingkat II, hendaknya luka dijajit kembali secara
cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan chatgut chromic No.0 atau 00
dengan mencegah terjadinya ruang matiu. Adanya ruang mati antara
jahitan – jahitan memudahkan tertimbunnya darah beku dan terjadinya
radang. Lapisan kulit dapat dijahit dengan benang chatgut atau sutera
secara simpul. Jahitan hendaknya jangan terlalu ketat, sebab beberapa jam
kemudian ditempat perlukaan akan timbul edema. Penanganan pelukaan
perineum tingkat III memerlukan teknis penjahitan khusus. Langkah

Page 3
pertama yang terpenting adalah menemukan kedua ujung muskulus sfingter
ani eksternus yang terputus. Kedua ujung otoit dijepit dengan cunam Allis,
kemudian dijahit dengan benang chatgut chromic No.0 atau 00, sehingga
kontinuitas sfingter terbentuk kembali. Simpul jahitan pada ujung – ujung
otot sfingter hendaknya kearah mukosa rektum. Selanjutnya, penjahitan
jaringan dilakukan seperti pada penjahitan luka perineum tingkat II.
Ketegangan sfingter dinilai dengan memasukkan jari ke dalam rektum.
Perlukaan perineum pada waktu pesalinan sebenarnya dapat dicegah atau
dijadikan sekecil mungki. Perlukaan ini umumnya terjadi pada saat lahirnya
kepala. Oleh karena itu, keterampilan melahirkan kepala janin dangat
menentukan sampai seberapa jauh terjadi perlukaan pada perineum. Untuk
mencegah terjadinya perlukaan perineum yang tidak terarah dengan bentuk
yang tuidak teratur, dianjurkan melakukan episiotomy. Pada perlukaan
perineum tingkat III, yang tidak dijahit misalnya pada persalinan yang
ditolong dukun akan terjadi inkontinensia alvi. Pada keadaan ini diperlukan
waktu sekurang – kurangnya 3 – 6 bulan pascapersalinan, sebelum luka
perineum yang tua ini dapat dijahit.
c. Serviks Uteri
Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami
perlukaan pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis
uteri pada seorang multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang.
Robekan serviks bisa menimbulkan perdarahan banyak, khususnya bila
jauh ke lateral sebab di tempat itu terdapat ramus desendens dari arteria
uterine. Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, tetapi yang
paling sering ialah akibat tindakan pada persalinan buatan dengan
pembukaan yang belum lengkap. Selain itu, dapat terjadi pada persalinan
presipitatus dimana kontraksi otot kuat dan sering yang mendorong anak
keluar terjadi saat pembukaan belum lengkap. Diagnosis perlukaan serviks
dapat diketahui dengan pemeriksaan inspekulo. Bibir serviks dijepit dengan
cunam atraumati, kemudian diperiksa dengan cermat sifat – sifat robekan
tersebut. Bila ditemukan robekan serviks yang memanjang, maka luka

Page 4
dijahit dari ujung yang paling atas, terus ke bawah. Pada robekan serviks
yang terbentuk melingkar, diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari
serviks sudah lepas atau tidak.
d. Korpus uteri
Merupakan perlukaan yang paling berat, dapat terjadi selama kehamilan
atau persalinan, namun yang paling sering terjadi ialah robekan ketika
persalinan. Mekanisme terjadinya robekanm uterus bermacam – macam.
Ada yang terjadii secara spontan da nada yang terjadi akibat ruda paksa.
Robekan dapat terjadi pada segmen bawah rahim, korpus uteri, dinding
uterus yang lemah pada bekas SC atau miomektomi. Persalinan buatan
seperti ekstraksi cunam, versi dan ekstraksi. Dorongan Kristeller bila tidak
dikerjakan sebagaimana mestinya, dapat menimbulkan robekan uterus.
Secara anatomic, robekan uterus dapat dibagi menjadi dia jenis, yaitu :
- Robekan inkomplit terjadi pada endometrium dan miometriun
sedangkan perimetriumnya utuh. Umumnya lebih ringan, anemis,
syok, perdarahan keluar tidak banyak dan adanya tumor di
parametrium. Untuk lebih memastikan hal ini, dianjurkan melakukan
eksplorasi dengan memasukkan rangan didalam rongga uterus.
Demikian pula sesudah selesainya melakukan persalinan buatan
yang sulit, hendaknya secara rutin dilakukan eksplorasi jalan lahir
serta rongga uterus untuk mengetahui sedini mungkin adanya
robekan didalamnya.
- Robekan komplit terjadi pada endometrium, myometrium, perimetrium
robek dan ada hubunga langsung antara cavum uteri dengan rongga
perut. Umumnya nyeri mendadak, anemis, syok, kontraksi hilang,
kontraksi menghilang, bagian janin mulai diraba dibawah dinding
perut ibu.
Penanganan pada robekan uterus ialah pemberian transfuse darah
segera, kemudian laparotomy. Jenis operasi yang dilakukan ialah
penjahitan luka pada dinding uterus atau pengangkatan uterus.

Page 5
Pilihan yang akan dikerjakan tergantung pada lokasi dan bentuk
robekan, tanda – tanda radang dan paritas.

e. Nekrosis jalan lahir akibat tekanan pada persalinan lama


Pada waktu berlangsungnya persalinan, bila kepala janin sudah
masuk ke dalam rongga tengah panggul, kandung kencing terdorong ke
atas. Oleh karena itu, vagina, dasar kandung kencing dan uretra
mengalami tekanna oleh kepala janin tersebut. Apabila tekanan itu
berlangsung lama misalnya pada persalinan dengan kala II lama, vagina
serta dasar kandung kencing yang tertekan akan mengalami iskemia dan
akhirnya terjadi nekrosis. Kadang – kadang tempat yang ditekan oleh
kepala janin agak lebih tinggi, yaitu pada dinding depan serviks uteri dan
daerah trigonum kandung kencing. Dapat juga terjadi tekanan pada daerah
belakang jalan lahit, sehingga dinding belakang vagina dan rektum
mengalami iskemia dan nekrosis.
Pada tempat yang mengalami iskemia dan nekrosis pada hari ke – 3
sampai hari ke 10 pasca persalinan, jaringan melepaskan diri dan
terbentuklah suatu fistel. Jika fistel terdapat antara kandung kencing dan
vagina, dinamakan fistula vesikovaginalis. Bila terdapat antara rektum dan
vagina dinamakan fistula rektovaginalis. Nekrosis semacam ini dapat
dihindarkan bila persalinan dipimpin dengan baik. Yang penting ialah dalam
memimpin persalinan demikian harus dijaga supaya kala pengeluaran
jaringan jangan berlangsung terlalu lama melainkan persalinan hendaknya
diselesaikan pada saat yang tepat.
Pada persalinan dengan kemungkinan nekrosis karena kala
pengeluaran lama, sebaiknya diusahakan supaya dalam puerperium
kandung kencing tetap kosong, dengan pemasangan kateter tetap (dower
kateter) dan pemberian antibiotika, untuk sedapat mungkin mencegah
terjadinya fistula. Klateter dipasang untuk waktu yang lebih lama, apabila
terjadi fistel. Fistula vesikovaginalis kecil kadnag – kadnag dengan cara
demikian bisa menutup sendiri, dan fistel besar bisa mengecil. Penutupan

Page 6
fistula yang tertinggal baru dapat dilaksankaan paling sedikit 3 bulan pasca
perslainan, setelah tanda – tanda radang hilang.

2. PERLUKAAN AKIBAT COITUS


Perlukaan yang terjadi pertama adalam robeknya selaput hymen.
Biasanya terjadi pada dinding belakang dan menimbulkan sedikit perdarahan
dan dapat berhenti spontan walaupun tidak jarang memerlukan pertolongan
untuk menghentikannya.
Pada keadaan tertentu perlukaan dapat lebih berat, hal ini terjadi
pada coitus secara kasar dan keras, misalnya oleh lelaki yang psikopat
seksual, mabuk sehingga menimbulkan perlukaan vulva dan vagina yang
luas dengna perdarahan yang banyak.
Terutama pada wanita yang menolak melakukan hubungan seksual.
Perdarahan disertai dengan adduksi pada kedua paha, lodorse lumbal, dan
ketegangan pada otot – otot pelvis. Wanita sendiri mempunyai faktor resiko
untuk mengalami trauma pada coitus adalah hypoplasia genitalis,
penyempitan introitus vagina, vagina kaku dan hymen yang tebal. Tidak
adanya pengalaman, sedang mabuk, memiliki penis yang besar merupakan
faktor – faktor dari pihak laki yang memudahkan terjadinya trauma pada
waktu coitus.
Robekan fornik posterior vagina tidak jarang terjadi. Apabila wanita
mengalami orgasme ketika coitus, bisa terjadi kenaikan tekanan intra
abdomen, sehingga kavum douglas menonjol. Tekanan penis yang berulang
pada cavum douglas dan terjadilah robekan fornik posterior.
Wanita yang telah mengalami histerektomi total, vagina bagian atas
menjadi kaku dan pendek, sehingga lebih mudah terjadi perlukaan fornik
posterior. Faktor predisposisi lainnya antara lain coitus pada kala nifas dan
pascamenopause. Perlukaan akibat coitus di fornik posterior umumnya
melintang. Perlukaan ini walaupun jarang dapat menembus cavum douglas,
sehingga usus – usus halus bisa keluar.

Page 7
Bahwa perdarahan – perdarahan terjadi segera setelah coitus, dan
dengan pemeriksaan inspekulo. Pada pemeriksaan segera tampak tempat,
bent7k dan besarnya luka. Karena ada kemungkinan terputusnya pembuluh
– pembuluh darah arterial, penjahitan luka harus dilakukan dengan teliti.

3. PERLUKAAN AKIBAT PEMBEDAHAN GINEKOLOGIC


Perlukaan alat – alat didalam pelvis pada waktu pembedahan
ginekologik merupakan penyulit yang agak sering dijumpai. Khususnya hal
itu terjadi. Bila melakukan pembedahan pada kelainan – kelainan ginekologik
dengan banyak perlekatan antara alat genital dan alat – alat disekitarnya.
Oleh sebab itu, seorang ahli ginekologi yang melakukan pembedahan harus
mampu mencegah terjadinya perlukaan pada kandung kencing, ureter, dan
usus atau jika hal itu tidak dapat dihindarkan, maka ia harus sanggup
mengatasinya.
Bila perlukaan kandung kencing diketahui, maka segera dilakukan
penjahitan luka kembali. Penjahitan ini dilakukan dalam dua lapisan dengan
memperhatikan supaya ostium dan ureter tidak ikut terjadhit dan dupaya
jahitan lapisan dalam tidak menembus dinding, sehingga benang tidak
terletak dalam rongga kandung kencing. Jahitan diletakkan ekstraperitoneal
dan kateter tetap dipasang, agar kandung kending kosong untuk seminggu.
a. Pelukaan ureter
Letak ureter yang dekat dengan genetalia interna menyebabkan saluran
kencing itu mudah mengalami perlukaan pada waktu pembedahan
ginekologik, terutama jika lokasi ureter berubah karena desakan tumor.
Ada lima tempat didalam pangguk, dimana ureter mudah mengalami
perlukaan pada pembedahan ginekologik. Pertama, ditempat ureter
memasuki ruang panggul dan menyilang diatas percabangan dengan
arteria iliaka. Tumor yang tumbuh dalam ligamentum latum dan
ligamentum infundibulopelvikum akan menyebabkan ureter melekat pada
tumor tersebut, sehingga bila tidak hati – hati, ureter dapat terpotong atau
mengalami perlukaan. Kedua, pada vasa ovarika, dimana ureter berada

Page 8
dekat dengan alat adneks. Ketiga, didalam ligamentum latum, perlukaan
ureter dapat terjadi pada saat diangkatnya tumor yang tumbuh didalam
ligamentum latum. Keempat, pada tempat yang dekat dengan serviks
bagian atas. Pembedahan pada tempat ini selain dapat menimbulkan
perlukaan langsung pada ureter, dapat pula menimbulkan perlukaan
pada pembuluh – pembuluh darah disekitar ureter yang dapat
menim,bukan nekrosis segmen ureter setempat dan akhirnya terjadi
fistula. Kelima, pada tempat ureter mulai masuk kedalam kandung
kencing. Perlukaan pada daerah ini cukup sering terjadi jika dilakukan
pembedahan – pembedahan vaginal.
Penanganan perlukaan ureter dimana kontinuitas saluran kemih
masih baik, misalnya karena terjepit oleh cunam atau terikat oleh jahitan,
tidak membutuhkan tindkana khusus, kecuali melepaskan jepitan atau
jehitan. Untuk menghindari tertutupnya saluran ureter akibat oedema
pada tempat tersebut, dapat dipasang kateter selama 10 hari.
Tetapi, pada ureter yang terpotong diperlukan tindakan – tindakan
khusus. Jenis tindakan pembedahan yang akan dipilih tergantung pada
tempat terjadinya perlukaan ureter itu. Pada dasarnya tindakan –
tindakan yang dikerjakan pada ureter yang terpotong ialah :
1) Implantasi ke dalam kandung kencing
2) Anastomosis uretero-ureteral
3) Implantasi ureter ke dalam sigmoid
4) Implantasi pada permukaan kulit
5) Ureter diikat
Implantasi ureter ke dalam kandung kencing dikerjakan bila tempat
terpotongnya ureter dekat dengan kandung kencing. Bila tempat
terpotongnyaa ureter jauh dari kandung kencing apat dilakukan
anastomosis. Implantasi ureter ke dalam sigmoid dilakukan bila suatu
segmenn ureter yang cukup panjang terpotong. Namun, tindakan ini
sudah tidak dianjurkan lagi karena akan timbul radnag berat pada ginjal
dikemudian hari. Pada keadaan gawat, dimana pembedahan harus

Page 9
secepat mungkin diselesaikan, ureter yang terpotong diikat saja, atau
dibawa ke permukaan kulit untuk diimplantasi disitu. Akibat pengikatan
ureter, fungsi ginjal yang bersangkutan akan berhenti.
b. Perlukaan usus
Tindakan pembedahan ginekologik yang dapat menimbulkan perlukaan
usus ialah :
1) Kerokan (curettage)
Pada kerokan bisa terjadi perforasi uterus. Jika hal ini tidak diketahui,
cunam dimasukkan melalui lubang perforasi itu, alat tersebut dapat
menjepit usus dan menariknya ke luar sampai vagina. Pada keadaan
ini harus dilakukan laparotomy.
2) Laparokopy
Jarang timbul luka pada usus ketika troika dimasukkan kedalam perut.
Lebih sering terjadi perlukaan usus pada kauterisasi dengan jalan
laparokopi dalam jangka sterilisasi. Luka disebabkan oleh karena
perlindungan kauterisasi tidak sempurna dalam system perlindungan
aliran listrik, atau oleh karena pembedah melakukan kesalahan.
3) Kuldoskopi atau kolpotomi
Tindakan ini dapat menyebabkan perlukaan pada rektum atau pada
kandung kencing.
4) Pembedahan ginekologik lewat abdomen
Pada pembedahan abdominal dengan banyak perlekatan antara usus
dengan uterus dapat terjadi perlukaan usus. Untuk mencegah hal
tersebut, keterampilan dan kesabaran pembedah sangat diperlukan.

4. PERLUKAAN AKIBAT TRAUMA AKSIDENTAL


Letak jalan lahir yang terlindung menyebabkan jarang terjadi perlukaan
langsung. Perlukaan langsung terjadi akibat patah tulang panggul, atau jatuh
duduk dengan genetalia eksterna terkena suatu benda.

Page 10
a. Hematoma
Bentuk tersering adalah hematoma vulva. Hematoma berukuran kecil
untuk kemudian menjadi cepat membesar. Hematoma yang terlihat kecil
belum berarti bekuan didalamnya sedikit. Perdarahan dapat menjalar
sekitar vagina dan mengumpul didalam ligamentum latum. Bila
hematoma besar maka dapat terjadi syok dan anemia, kulit permukaan
hematom berwarna kebiruan, mengkilat, tipis dan mudah robek.
Hematoma yang kecil cukup diberi kompres dan analgetik sambil
diobservasi apakah hematoma bertambah besar. Jika bertambah besar,
hematoma hendaknya segera dibuka dan dilakukan pengeluaran bekuan
darah, pengikatan arterial yang terputus dan pemasangan tamponade
pada ruang luka yang sebelumnya darah diisi oleh bekuan darah.
b. Perlukaan
Vagina dan vulva dapat terjadi perlukaan bila alat – alat tersebut terkena
benda secara langsung. Kadang perlukaan ini dapat menegnai alat – alat
sekitar seperti uretra, kandung kemih, rectum atau cavum douglas.
Khusus bila dijumpai perlukaan yang multiple, perlu dipikirkan
kemungkinan adanya benda – benda asing yang tertinggal didalam luka.
Penanganan ditujukan kepada memulihkan bentuk anatomic.
Sebelumnya, dilakukan pemeriksaan yang teliti, untuk mengetahui luas
luka dan alat – alat apa yang terkena.

5. PERLUKAAN AKIBAT BENDA ASING


Seringkali penderita dengan psikopat seksualitas memasukkan benda –
benda kedalam vagina atau uretra. Benda asing ini bisa tetap tinggal di vagina
karena kelupaan, atau karena memang penderita sendiri tidakl ingin
mengeluarkannya.pengaruh benda asing dalam vagina tergantung dariu
bentuk dan jenis benda ini. Benda – benda yang terbuat dari kain dengan
cepat menimbulkan infeksi disertai lockhea yang berbau.
Pesarium yang dipasang untuk prolapses uteri dapat pula menimbulkan iritasi
dan perlukaan, apabila tidak berulang dikeluarkan dan dibersihkan. Pesarium

Page 11
yang terlalu lama divagina dapat untukl sebagian terbenam dalam dinding
vagina.
Perlukaan pada vagina atau uterus bisa terjadi apabila digunakan benda
untuk melakukan abortus provokatus. Karena benda yang asing tidak steril
tersebut dapat terjadi infeksi septic dengan segala akibatnya selain
perdarahan yang ditimbulkan.

6. PERLUKAAN AKIBAT BAHAN KIMIA


Terutama disebabkan oleh :
a. Pembilasan dengan cairan panas dapat menimbulkan luka bakar yang
superfisialis. Kemudian lepasnya kulit dan mukosa sehingga terjadi ulkus,
yang jika sembuh menyebabkan timbulnya sikatrik dan stenosis pada
vagina.
b. Kesalahan tehnik dapat pemakaian elektrokauter untuk pengobatan
erosio pada porsio uteri, jika kurang hati – hati dapat menyebabkan
stenosis/atresia pada ostium uteri eksternum.
c. Bahan – bahan kimia
Bahan – bahan asam dibagi menjadi :
- Asam anorganik (asam sulfat, asam nitrat dan asam klorida)
- Asam organic (asam oksalat dan asam asetat)

Bahan – bahan ini umumnya dipakai dalam usaha menggugurkan


kehamilan. Asam – asam anorganik bila dimasukkan kedalam vagina, sangat
berbahaya karena mempunyai daya korosif yang sangat kuat. Akibat
pemakaiannya ialah perlukaan yang parah pada vagina dan serviks uteri.
Bahaya – bahaya lain dari asam anorganik ialah diserapnya oleh tubuh, dan
timbulnya gangguan keseimbangan elektrolit. Asam anorganik umumnya
mempunyai daya korosif yang kurang kuat, tetapi dapat menimbulkan
gangguan dalam pembekuan darah.

Suatu hal yang sering diabaikan ialah perlukaan – perlukaan jalan lahir
akibat bahan – bahan terapeutik yang dipakai di rumah sakit, seperti lisol,

Page 12
tinktura jodii, permanganas kalikus. Bisa terjadi pelrukaan – perlukaan jika
bahan – bahan itu dipakai dalam konsentrasi terlalu tinggi. Bahan- bahan
tersbeut dapat menyebabkan luka bakar di vulva dan vagina dengan segala
akibatnya.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis. Pada pemeriksaan


ginekologik akan ditemukan tempat yang terkena berwarna merah dengan
edema, dan pada beberaoa tempat yang banyak tampak gelembung dan
ulkus.

Perawatan penderita dengan luka bakar karena bahanm kimia ialah


istirahat baring dan pemberian paraffinum pada tempat luka. Sebagai
pengobatan tambahan hendaknya diberikan kortison, analgetika, serta
antibiotika. Bagi penderita yang sembuh dengan jaringan parut, pelru
dilakukan pembedahan plastic.

c. Kelainan Dalam Letak Alat-Alat genetalia


Kelainan letak alat-alat genitalia sudah dikenal sejak 2000 tahun SM. Dalam ilmu
kedokteran Hindu Kuno, menurut Chakberty, dijumpai keterangan–keterangan
mengenai kelainan letak alat genital:dipakai istilah mahati untuk vagina yang
lebar dengan sistokel, rektokel, dan laserasi perinum. Hippocrates adalah orang
orang yang menerangkan bahwa kemandulan disebabkan oleh kelainan letak alat
genital, misalnya uterus dalam retrofleksi, dan prolapsus uteri. Juga di Indonesia
sejak zaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun dan peranakan
terbalik.
Dewasa ini penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam letak alat
gental bertambah penting artinya, karena diagnosis yang tepat perlu sekali guna
penatalaksanaannya yang baik sehingga tidak timbul penyulit kembali
pascaoperasi di kemudian hari.
1. Kelainan Letak uterus
Posisi seluruh uterus dalam rongga panggul dapat mengalami
perubahan. Uterus seluruhnya dapat terdorong kekanan (dekstroposisi),
kekiri (sinistroposisio), kedepan(anteroposisio), kebelakang (retroposisio),

Page 13
keatas (elevasio), dan ke bawah (desensus). Umumnya kelainan posisi
disebabkan oleh tumor, yang mendorong uterus kesebelah yang
berlawanan, atau perlekatan yang kuat yang menarik uterus kesebelah yang
berlawanan, atau perlekatan yang kuat yang menarik uterus kesebelah yang
sama.
2. Rertrofleksi Uteri Fiksata
Umumnya disebabkan oleh radang pelvik yang menahun atau
endometriosis yang mengakibatkan perlekatan korpus uteri disebelah
belakang dengan adneks, sigmoid serta rektum, dan/atau omentum. Terapi
tergantung dari penyebabnya. Pada radang menahun terapi gelombang
pendek (short wave theraphy) dalam beberapa seri kadang-kadang dapat
memberi perbaikan, akan tetapi jika dengan therapi tersebut keluhannya
tidak menghilang sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari perlu
dilakukan terapi pembedahan.
3. Prolapsus Genetalia
Pada dasarnya prolapsus genitalia digolongkan dalam dua golongan
yaitu inversio vagina atas dan enversio vagina bawah. Inversio dan enversio
ini dapat terjadi bersama-sama atau berbeda waktu, akan tetapi faktor
penyebabnya cukup berbeda. Eversio vagina terjadi karena hilangnya
penyokong atau lemahnya otot-otot vagina bawah, terutama karena
kerusakan diafragma pelvis dan urogenital, biasanya kerusakan ini akibat
traumapersalinan, atau karena atrofi jaringan-jaringan penyokong pelvis
pasca menopouse, dimana hormon estrogen sudahberkurang. Secara klinik
kita dapat mengetahui apakah inversio dulu yang timbul atau eversio.
a. Pengobatan medis
Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita
masih ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi,
atau kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi.
1) Latihan-latihan dasar otot panggul
2) Stimulasi otot dengan listrik
3) Pengobatan dengan Pesserium

Page 14
b. Pengobatan Operatif
1) Sistokel
2) Retrokel
3) Enterokel
4) Prolapsus Uteri

d. Permasalahan Dalam Sistem Urologi


Urologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sistem urin pada wanita
dan traktus genitourinoria pada laki-laki.
1. Beberapa aspek urologi pada wanita
Antara traktus genitalis dan traktus urinarius pada wanita ada
hubungan yang erat, berhubungan dengan pertumbuhan alat-alat tersebut
dalam masa embrional dan fetal, dan berhubung dengan lokasi alat-alat
genital dan beberapa bagian traktus urinarius berdekatan di pelvis maka
gangguan dan penyakit pada sistem yang satu dapat mempengaruhi
keadaan sistem yang lain.
2. Kelainan anatomik pada sistem urologi bagian bawah
Kelainan anatomik yang ditemukan sebagian ada kaitannya dengan
embriologi,seperti hipospadi,dan yang paling berat ekstropi vesika, ini semua
disebabkan oleh gangguan pertumbuhan pada sinus urogenitalis. Pada
urethrokel terdapat suatu benjolan sebagian urethra kearah lumen vagina
yang berisi air kemih,yang mudah mengalami infeksi dan dapat menimbulkan
sistitis. Pengobatan urethrokel ini terdiri atas membuat sayatan pada dinding
vagina untuk membebaskan penonjolan dari vagina;bila kecil cukup dengan
jahitan-jahitan catgut kromik pada jaringan paraurethral sambil memasukkan
benjolan kedalam,bila besar mungkin sebaian benjolan perlu diangkat dan
dinding urethra yang terbuka dijahit dengan muskularis dan fasianya.
Divertikal di urethra; disamping urethrokel dapat ditemukan di vertikel
pada urethra yang mudah pula kena infeksi.pengobatannyaaa pada
umumnya terdiri atas mengangkat di vertikel tersebut.
3. Benda asing dalam vesika urinaria

Page 15
Jahitan luka pada dinding vesika dengan sutera dan nilon dan lain-
lain yang tidak diresorbs, dapat tetap ada di vesika urinaria dan terjadi
instruktasi dengan garam-garam urin sehingga membatu. Fotorongen dapat
menolong, bila batunya masih ada.pengobatan terdiri atas sistoskopis
pengancuran batu yang kecil-keci.Bila batunya terlalu besar maka dapat
dikerjakan sistoskolpotomi dan sekalian memperbaiki sistokel jika ada,atau
seksio alta bila batunya amat besar.
4. Radang Pada saluran kencing
Urethra wanita selalu mengandung kuman(eskheresia koli,Streptokokkus,
Basillus Doderlein). Kuman-kuman yang ada di introitus vaginae sesuai
dengan yang ada di sekitarnya. Pada saluran kencing radang di cegah oleh
karena adanya sfingter kandung kencing, asamnya air kencing yang
mencegah tumbuhnya mikroorganismus dan pengeluaran urin yang cukup
deras.
Contoh-contoh radang pada saluran kencing
a) ethritis
b) Sistitis
Jenis-Jenis Sitistis

- Sistitis kolli atau trigoli

- Sistitis pascaoperasi

- Sistitis tuberkulosa

5. Tumor bagian bawah saluran urin


a. Tumor urethra
b. Tumor vesika urinaria
Tumor jinak vesika urinaria yang terbanyak adalah papiloma yang
menyerupai jonjot-ionjot yang bertangkai dengan lokasinya biasanya
didasar vesika , dan sering menimbulkan perdarahan.Umumnya diagnosis
ditentukan dengan melakukan sistescopi. Cara pengobatan : papiloma
diangkat secara sistoscopik dengan elektrokuagulasi

Page 16
6. Inkontenensia Urine
Ketidakmampuan menahan air kencing atau inkontinensia urine mempunyai
berbagai sebab yang dapat dikembalikan pada spingter vesika urinariayang
tidak berfungsih baik, atau pada fistula urin.
Inkontinensia urine dapatdibagi dalam beberapa tingkat untuk memudahkan
membuat diagnosis da terapinya.
Tingkat I : adanya air kemih keluar meskipun sedikir pada waktu batuk
atau bersin, atau ketawa dan kerja berat.
Tingkat II : telah keluar air kemih bila kerja ringan, naik tangga, atau
jalan-jalan.
Tingkat III : terus keluar air kemih tidak tergantung dari berat ringannya
bekerja malahan pada waktu berbaring juga keluar air kemih
Inkontinensia urine tingkat 1 dan 2 dinamika pula stress-incontinence. Untuk
membuat diagnosis yang tepat, agar pengobatannya juga tepat maka perlu
difikirkan hal-hal yang telah diuraian diatas. Dengan anamnesis terarah
pemerikaan-pemeriksaan yang rumit dan memakan waktu dan biaya dapat
dhindrkan.
Pengobatan
pengobatan diarahkan pada apa yang dijumpainya. Bila hanya ditemukan
urethrokel maka kolporrhafia anterior dengan memperkuat otot-otot dileher
vesika dan urethra mungkin sudah cukup. Bila disamping itu ada desensus
uteri dan biasanya ini juga terjadi, maka operasi mnchester-forthergill, pada
mana ligamentum kardinale kenan kiridijahitkan kedepan serviks, dapat
mengatasi kesulitan. Dengan pengangkatan sebagian dari porsio dan jahitan
tersebut diatas maka timbul suatu jaringan yang menjadi penunjang vesika
dan urethra bagian atas.
Bila sama sekali tidak ada densus uteri maka dapat dipikirkan operasi
marshall-marchetti-kranzt yang terdiri atas menggantungkan urethra ke
periost simfisis pubis dan bagian bawah vesika kemuskulus rektus abdominis.
Tujuannya adalah untuk memperbaiki sudut antara urethra dan vesika. Hasil
operasi tersebut bila diagnosisnya benar-benar betul, adalah baik. Bila dasar

Page 17
inkontinensia neurogen atau mental maka pengobatan hendaknya
disesuaikan dengan apa yang ditemukan.misalnya pada sfina bifida okkulta
dapat pula ditemukan inkontinensia. Enuresis nokturna perlu ditangani secara
psikologik, bila tidak ada sfina bifida.
7. Fistula Urin
Tiap penderita fistula urine seharusnya dianggap sebagai manusia
yang amat menderita dan harus dikasihani. Bila kebersihan kurang atau tidak
ada maka mudah timbul vulvitis dan vaginitis . pada vulva dan sekitar anus
timbul eksoriasi, ulserasi, dan kondiloma. Pada fistula lama kulit disekitarnya
menjadi tebal dan kaku. Air kencing yang terus-menerus mengalir
menimbulkan bau pesing dan genitalia eksterna selalu basah. Penderita ini
tidak dapat berfungsi lagi sebagai wanita dan mengalami tekanan lahir batin.
Haidnya tidak jarang berbulan-bulan tidak datang, atau penderita terus
mengalami amenore sekunder. Keadaan demikian ini harus segera
ditangani. Sekurang-kurangnya suami isteri perlu diberi penerangan dan
pengertian bahwa penyakitnya dapat ditangani. Bila tidak maka perceraian
niscaya terjadi.
a) Etiologi
Sebagian besar fistula urinae, terutama dinegara-negara berkembang,
disebabkan oleh karena persalinan, apat terjadi langsung pada waktu
diadakan tindakan operatif seperti sc, perforasi dan kranioklasi, dekapitasi,
ekstraksi dengan cunam , seksio-histerektomi, atau dapat timbul beberapa
hari sesudah partus lama. Hal yang akhir ini disebabkan oleh karena
tekanan kepala janin terlalu lama pada jaringan jalan lahir di os pubis dan
simfisis, sehingga menimbulkan iskhemia dan kematian jaringan didalam
lahir. Pengawasan kehamilan yang baik diertai pimpinan penanganan da
persalinan yang baik pula dan akan mengurangi jumlah fistel akibat
persalinan. Operasi ginekologi sperti hiterektomia abdominal dan vagina,
operasi plastik pervaginam operasi radikal untuk karsinoma servisis uteri,
semuanya dapat menimbulkan fistula taraumatik. Begitu pula pada
kecelakaan lalu lintas, dan sbagainya.Akhirnya radiasi pada pengobatan

Page 18
keganasan dapat menimbulkan fistula karena nekrosis jaringan. Fistula
karena trauma operasi atau trauma lainnya menyebabkan inkontinensia
urine dengan segera, sedangkan fistula karena nekrosis (partus lama).
Baru bermanefestasi setelah lewat beberapa hari.
b) Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan ginekologik dengan spekulum dapat
menetapkan jenis dan tempat fistula yang berukuran besar. Bila fistula itu
kecil, kadang-kadang sulit menemukannya oleh karena berada
dicekungan atau pada lipatan divagina, lebih-lebih bila visualisasi sulit
atau tidak mungkin dikerjakan. Suatu cara yang sederhana mampu
membuat diagnosa ialah dengan memasukkan methilen biru keluar dari
fistula kedalam vagina.bila telah dijumpai satu fistula, perlu diusahakan
apakah itu ada fistula lain. Khususnya pada histerektomi radikal dimana
ureter dilepaskan dari jaringan disekitarnya, perlu difikirkan adanya fistula
ureterovaginal.
c) Pengobatan
Untuk memperbaiki fistula vesikovaginalis umumnya dilakukan operasi
melalui vagina (transvaginal), karena lebih mudah dan mempunyai
komplikasi kecil untuk penderita, seperti dikemukakan oleh Moir.Hanya
fistula yang kecil sekali dapat sembuh sendiri. Perlu dilakukan tindakan
bila terjadi fistula pasca tindakan dengan cunam, sc, histerektomi dan
sebagainya. Dalam hal ini fistula segera ditutup dan dipasang dauer
kateter. Tujuan pemasangan kateter tersebut ialah untuk
menginstirahatkan vesika sehingga luka dapat sembuh kembali. Jika
timbul inkontinensia urinae sesudah partus lama, perlu dipasang dauer
kateter. Dengan tindakan ini fistula kecil dapat sembuh dan fistula yang
lebih besar, dapat mengecil.
Bila ditemukan fistula yang terjadi pasca persalinan atau beberapa hari
pasca pembedahan, maka penanganannya harus ditunda 3 bulan. Bila
jaringan-jaringan sekitar fistula sudah tenang dan normal kembali operasi
dapat dilakukan dengan harapan dan sukses. Andai kata operasi

Page 19
penutupan fistula gagal, penutupan ulang harus ditunda 3 bula lagi. Pada
umumnya residif fistula lebih sulit ditanganinya. Bila tidak waspada dapat
timbul residif lagi.

BAB III

Page 20
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Page 21
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo.2009. Ilmu Kandungan. PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo:Jakarta

Page 0

Anda mungkin juga menyukai