Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Page ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
segala rahmat-Nya, maka penyusun dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah
Ginekologi yang berjudul ”Pertolongan Pertama Pada Gangguan Sistem Reproduksi”
dapat selesai dengan tepat waktu.
Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penyusun dalam menyelesaikan tugas makalah ini hingga mencapai titik akhir
maksimal yang dapat penyusun sajikan.
Penyusun sangat menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini, sangat
jauh dari sempurna. Penyusun sangat membutuhkan segala kritik dan saran yang
membangun guna menghasilkan tugas makalah yang jauh lebih baik lagi dari
makalah saat ini.
Penyusun
Page iii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan .............................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
A. Perlukaan Pada Alat genetalia ........................................................
B. Kelainan dalam Letak Alat-alat Genetalia ........................................
C. Permasalahan Dalam Sistem Urologi ..............................................
III. PEMBAHASAN .....................................................................................
IV. PENUTUP ..............................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis perlukaan pada alat genetalia ?
2. Apa saja kelainan dalam letak alat-alat genital ?
3. Apa saja masalah dalam sistem urologi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis perlukaan pada alat genetalia
2. Untuk mengetahui kelainan dalam letak alat-alat genetalia
3. Untuk mengetahui masalah dalam sistem urologi
D. Manfaat.
Agar pembaca lebih mengerti dan memahami tentang bagaiman pertolongan
pertama dalam gangguan sistem reproduksi
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
Page 2
b. Perineum
Tempat yang paling sering mengalami perlukaan akibat persalinan ialah
perineum. Tingkat perlukaan pada perineum dibagi menjadi :
Tingkat I : Terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum.
Tingkat II : Lebih dalam dan luas ke vagina serta perineum dengan
melukai fasia serta otot – otot diafragma urogenital.
Tingkat III : Perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang
menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus di
depan.
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral.
Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani yang
terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat, dapat
terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga tidak
kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul,
sehingga mudah terjadi prolapses genetalis.
Umumnya perlukaan perineum terjadi pada tempat dimana muka
janin menghadap. Robekan perineum dapat mengakibatkan pula robekan
jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas dari jaringan sekitarnya.
Diagnosis rupture perinei ditegakkan dengan pemeriksaan langsung. Pada
tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan yang bersifat arterial
atau yang merembes. Dengan dua jari tangan kiri luka dibuka, bekuan
darah diangkat, lalu lika dijahit secara rapi.
Pada perlukaan tingkat I, bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan
penjahitan. Pada perlukaan tingkat II, hendaknya luka dijajit kembali secara
cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan chatgut chromic No.0 atau 00
dengan mencegah terjadinya ruang matiu. Adanya ruang mati antara
jahitan – jahitan memudahkan tertimbunnya darah beku dan terjadinya
radang. Lapisan kulit dapat dijahit dengan benang chatgut atau sutera
secara simpul. Jahitan hendaknya jangan terlalu ketat, sebab beberapa jam
kemudian ditempat perlukaan akan timbul edema. Penanganan pelukaan
perineum tingkat III memerlukan teknis penjahitan khusus. Langkah
Page 3
pertama yang terpenting adalah menemukan kedua ujung muskulus sfingter
ani eksternus yang terputus. Kedua ujung otoit dijepit dengan cunam Allis,
kemudian dijahit dengan benang chatgut chromic No.0 atau 00, sehingga
kontinuitas sfingter terbentuk kembali. Simpul jahitan pada ujung – ujung
otot sfingter hendaknya kearah mukosa rektum. Selanjutnya, penjahitan
jaringan dilakukan seperti pada penjahitan luka perineum tingkat II.
Ketegangan sfingter dinilai dengan memasukkan jari ke dalam rektum.
Perlukaan perineum pada waktu pesalinan sebenarnya dapat dicegah atau
dijadikan sekecil mungki. Perlukaan ini umumnya terjadi pada saat lahirnya
kepala. Oleh karena itu, keterampilan melahirkan kepala janin dangat
menentukan sampai seberapa jauh terjadi perlukaan pada perineum. Untuk
mencegah terjadinya perlukaan perineum yang tidak terarah dengan bentuk
yang tuidak teratur, dianjurkan melakukan episiotomy. Pada perlukaan
perineum tingkat III, yang tidak dijahit misalnya pada persalinan yang
ditolong dukun akan terjadi inkontinensia alvi. Pada keadaan ini diperlukan
waktu sekurang – kurangnya 3 – 6 bulan pascapersalinan, sebelum luka
perineum yang tua ini dapat dijahit.
c. Serviks Uteri
Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami
perlukaan pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis
uteri pada seorang multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang.
Robekan serviks bisa menimbulkan perdarahan banyak, khususnya bila
jauh ke lateral sebab di tempat itu terdapat ramus desendens dari arteria
uterine. Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, tetapi yang
paling sering ialah akibat tindakan pada persalinan buatan dengan
pembukaan yang belum lengkap. Selain itu, dapat terjadi pada persalinan
presipitatus dimana kontraksi otot kuat dan sering yang mendorong anak
keluar terjadi saat pembukaan belum lengkap. Diagnosis perlukaan serviks
dapat diketahui dengan pemeriksaan inspekulo. Bibir serviks dijepit dengan
cunam atraumati, kemudian diperiksa dengan cermat sifat – sifat robekan
tersebut. Bila ditemukan robekan serviks yang memanjang, maka luka
Page 4
dijahit dari ujung yang paling atas, terus ke bawah. Pada robekan serviks
yang terbentuk melingkar, diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari
serviks sudah lepas atau tidak.
d. Korpus uteri
Merupakan perlukaan yang paling berat, dapat terjadi selama kehamilan
atau persalinan, namun yang paling sering terjadi ialah robekan ketika
persalinan. Mekanisme terjadinya robekanm uterus bermacam – macam.
Ada yang terjadii secara spontan da nada yang terjadi akibat ruda paksa.
Robekan dapat terjadi pada segmen bawah rahim, korpus uteri, dinding
uterus yang lemah pada bekas SC atau miomektomi. Persalinan buatan
seperti ekstraksi cunam, versi dan ekstraksi. Dorongan Kristeller bila tidak
dikerjakan sebagaimana mestinya, dapat menimbulkan robekan uterus.
Secara anatomic, robekan uterus dapat dibagi menjadi dia jenis, yaitu :
- Robekan inkomplit terjadi pada endometrium dan miometriun
sedangkan perimetriumnya utuh. Umumnya lebih ringan, anemis,
syok, perdarahan keluar tidak banyak dan adanya tumor di
parametrium. Untuk lebih memastikan hal ini, dianjurkan melakukan
eksplorasi dengan memasukkan rangan didalam rongga uterus.
Demikian pula sesudah selesainya melakukan persalinan buatan
yang sulit, hendaknya secara rutin dilakukan eksplorasi jalan lahir
serta rongga uterus untuk mengetahui sedini mungkin adanya
robekan didalamnya.
- Robekan komplit terjadi pada endometrium, myometrium, perimetrium
robek dan ada hubunga langsung antara cavum uteri dengan rongga
perut. Umumnya nyeri mendadak, anemis, syok, kontraksi hilang,
kontraksi menghilang, bagian janin mulai diraba dibawah dinding
perut ibu.
Penanganan pada robekan uterus ialah pemberian transfuse darah
segera, kemudian laparotomy. Jenis operasi yang dilakukan ialah
penjahitan luka pada dinding uterus atau pengangkatan uterus.
Page 5
Pilihan yang akan dikerjakan tergantung pada lokasi dan bentuk
robekan, tanda – tanda radang dan paritas.
Page 6
fistula yang tertinggal baru dapat dilaksankaan paling sedikit 3 bulan pasca
perslainan, setelah tanda – tanda radang hilang.
Page 7
Bahwa perdarahan – perdarahan terjadi segera setelah coitus, dan
dengan pemeriksaan inspekulo. Pada pemeriksaan segera tampak tempat,
bent7k dan besarnya luka. Karena ada kemungkinan terputusnya pembuluh
– pembuluh darah arterial, penjahitan luka harus dilakukan dengan teliti.
Page 8
dekat dengan alat adneks. Ketiga, didalam ligamentum latum, perlukaan
ureter dapat terjadi pada saat diangkatnya tumor yang tumbuh didalam
ligamentum latum. Keempat, pada tempat yang dekat dengan serviks
bagian atas. Pembedahan pada tempat ini selain dapat menimbulkan
perlukaan langsung pada ureter, dapat pula menimbulkan perlukaan
pada pembuluh – pembuluh darah disekitar ureter yang dapat
menim,bukan nekrosis segmen ureter setempat dan akhirnya terjadi
fistula. Kelima, pada tempat ureter mulai masuk kedalam kandung
kencing. Perlukaan pada daerah ini cukup sering terjadi jika dilakukan
pembedahan – pembedahan vaginal.
Penanganan perlukaan ureter dimana kontinuitas saluran kemih
masih baik, misalnya karena terjepit oleh cunam atau terikat oleh jahitan,
tidak membutuhkan tindkana khusus, kecuali melepaskan jepitan atau
jehitan. Untuk menghindari tertutupnya saluran ureter akibat oedema
pada tempat tersebut, dapat dipasang kateter selama 10 hari.
Tetapi, pada ureter yang terpotong diperlukan tindakan – tindakan
khusus. Jenis tindakan pembedahan yang akan dipilih tergantung pada
tempat terjadinya perlukaan ureter itu. Pada dasarnya tindakan –
tindakan yang dikerjakan pada ureter yang terpotong ialah :
1) Implantasi ke dalam kandung kencing
2) Anastomosis uretero-ureteral
3) Implantasi ureter ke dalam sigmoid
4) Implantasi pada permukaan kulit
5) Ureter diikat
Implantasi ureter ke dalam kandung kencing dikerjakan bila tempat
terpotongnya ureter dekat dengan kandung kencing. Bila tempat
terpotongnyaa ureter jauh dari kandung kencing apat dilakukan
anastomosis. Implantasi ureter ke dalam sigmoid dilakukan bila suatu
segmenn ureter yang cukup panjang terpotong. Namun, tindakan ini
sudah tidak dianjurkan lagi karena akan timbul radnag berat pada ginjal
dikemudian hari. Pada keadaan gawat, dimana pembedahan harus
Page 9
secepat mungkin diselesaikan, ureter yang terpotong diikat saja, atau
dibawa ke permukaan kulit untuk diimplantasi disitu. Akibat pengikatan
ureter, fungsi ginjal yang bersangkutan akan berhenti.
b. Perlukaan usus
Tindakan pembedahan ginekologik yang dapat menimbulkan perlukaan
usus ialah :
1) Kerokan (curettage)
Pada kerokan bisa terjadi perforasi uterus. Jika hal ini tidak diketahui,
cunam dimasukkan melalui lubang perforasi itu, alat tersebut dapat
menjepit usus dan menariknya ke luar sampai vagina. Pada keadaan
ini harus dilakukan laparotomy.
2) Laparokopy
Jarang timbul luka pada usus ketika troika dimasukkan kedalam perut.
Lebih sering terjadi perlukaan usus pada kauterisasi dengan jalan
laparokopi dalam jangka sterilisasi. Luka disebabkan oleh karena
perlindungan kauterisasi tidak sempurna dalam system perlindungan
aliran listrik, atau oleh karena pembedah melakukan kesalahan.
3) Kuldoskopi atau kolpotomi
Tindakan ini dapat menyebabkan perlukaan pada rektum atau pada
kandung kencing.
4) Pembedahan ginekologik lewat abdomen
Pada pembedahan abdominal dengan banyak perlekatan antara usus
dengan uterus dapat terjadi perlukaan usus. Untuk mencegah hal
tersebut, keterampilan dan kesabaran pembedah sangat diperlukan.
Page 10
a. Hematoma
Bentuk tersering adalah hematoma vulva. Hematoma berukuran kecil
untuk kemudian menjadi cepat membesar. Hematoma yang terlihat kecil
belum berarti bekuan didalamnya sedikit. Perdarahan dapat menjalar
sekitar vagina dan mengumpul didalam ligamentum latum. Bila
hematoma besar maka dapat terjadi syok dan anemia, kulit permukaan
hematom berwarna kebiruan, mengkilat, tipis dan mudah robek.
Hematoma yang kecil cukup diberi kompres dan analgetik sambil
diobservasi apakah hematoma bertambah besar. Jika bertambah besar,
hematoma hendaknya segera dibuka dan dilakukan pengeluaran bekuan
darah, pengikatan arterial yang terputus dan pemasangan tamponade
pada ruang luka yang sebelumnya darah diisi oleh bekuan darah.
b. Perlukaan
Vagina dan vulva dapat terjadi perlukaan bila alat – alat tersebut terkena
benda secara langsung. Kadang perlukaan ini dapat menegnai alat – alat
sekitar seperti uretra, kandung kemih, rectum atau cavum douglas.
Khusus bila dijumpai perlukaan yang multiple, perlu dipikirkan
kemungkinan adanya benda – benda asing yang tertinggal didalam luka.
Penanganan ditujukan kepada memulihkan bentuk anatomic.
Sebelumnya, dilakukan pemeriksaan yang teliti, untuk mengetahui luas
luka dan alat – alat apa yang terkena.
Page 11
yang terlalu lama divagina dapat untukl sebagian terbenam dalam dinding
vagina.
Perlukaan pada vagina atau uterus bisa terjadi apabila digunakan benda
untuk melakukan abortus provokatus. Karena benda yang asing tidak steril
tersebut dapat terjadi infeksi septic dengan segala akibatnya selain
perdarahan yang ditimbulkan.
Suatu hal yang sering diabaikan ialah perlukaan – perlukaan jalan lahir
akibat bahan – bahan terapeutik yang dipakai di rumah sakit, seperti lisol,
Page 12
tinktura jodii, permanganas kalikus. Bisa terjadi pelrukaan – perlukaan jika
bahan – bahan itu dipakai dalam konsentrasi terlalu tinggi. Bahan- bahan
tersbeut dapat menyebabkan luka bakar di vulva dan vagina dengan segala
akibatnya.
Page 13
keatas (elevasio), dan ke bawah (desensus). Umumnya kelainan posisi
disebabkan oleh tumor, yang mendorong uterus kesebelah yang
berlawanan, atau perlekatan yang kuat yang menarik uterus kesebelah yang
berlawanan, atau perlekatan yang kuat yang menarik uterus kesebelah yang
sama.
2. Rertrofleksi Uteri Fiksata
Umumnya disebabkan oleh radang pelvik yang menahun atau
endometriosis yang mengakibatkan perlekatan korpus uteri disebelah
belakang dengan adneks, sigmoid serta rektum, dan/atau omentum. Terapi
tergantung dari penyebabnya. Pada radang menahun terapi gelombang
pendek (short wave theraphy) dalam beberapa seri kadang-kadang dapat
memberi perbaikan, akan tetapi jika dengan therapi tersebut keluhannya
tidak menghilang sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari perlu
dilakukan terapi pembedahan.
3. Prolapsus Genetalia
Pada dasarnya prolapsus genitalia digolongkan dalam dua golongan
yaitu inversio vagina atas dan enversio vagina bawah. Inversio dan enversio
ini dapat terjadi bersama-sama atau berbeda waktu, akan tetapi faktor
penyebabnya cukup berbeda. Eversio vagina terjadi karena hilangnya
penyokong atau lemahnya otot-otot vagina bawah, terutama karena
kerusakan diafragma pelvis dan urogenital, biasanya kerusakan ini akibat
traumapersalinan, atau karena atrofi jaringan-jaringan penyokong pelvis
pasca menopouse, dimana hormon estrogen sudahberkurang. Secara klinik
kita dapat mengetahui apakah inversio dulu yang timbul atau eversio.
a. Pengobatan medis
Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita
masih ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi,
atau kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi.
1) Latihan-latihan dasar otot panggul
2) Stimulasi otot dengan listrik
3) Pengobatan dengan Pesserium
Page 14
b. Pengobatan Operatif
1) Sistokel
2) Retrokel
3) Enterokel
4) Prolapsus Uteri
Page 15
Jahitan luka pada dinding vesika dengan sutera dan nilon dan lain-
lain yang tidak diresorbs, dapat tetap ada di vesika urinaria dan terjadi
instruktasi dengan garam-garam urin sehingga membatu. Fotorongen dapat
menolong, bila batunya masih ada.pengobatan terdiri atas sistoskopis
pengancuran batu yang kecil-keci.Bila batunya terlalu besar maka dapat
dikerjakan sistoskolpotomi dan sekalian memperbaiki sistokel jika ada,atau
seksio alta bila batunya amat besar.
4. Radang Pada saluran kencing
Urethra wanita selalu mengandung kuman(eskheresia koli,Streptokokkus,
Basillus Doderlein). Kuman-kuman yang ada di introitus vaginae sesuai
dengan yang ada di sekitarnya. Pada saluran kencing radang di cegah oleh
karena adanya sfingter kandung kencing, asamnya air kencing yang
mencegah tumbuhnya mikroorganismus dan pengeluaran urin yang cukup
deras.
Contoh-contoh radang pada saluran kencing
a) ethritis
b) Sistitis
Jenis-Jenis Sitistis
- Sistitis pascaoperasi
- Sistitis tuberkulosa
Page 16
6. Inkontenensia Urine
Ketidakmampuan menahan air kencing atau inkontinensia urine mempunyai
berbagai sebab yang dapat dikembalikan pada spingter vesika urinariayang
tidak berfungsih baik, atau pada fistula urin.
Inkontinensia urine dapatdibagi dalam beberapa tingkat untuk memudahkan
membuat diagnosis da terapinya.
Tingkat I : adanya air kemih keluar meskipun sedikir pada waktu batuk
atau bersin, atau ketawa dan kerja berat.
Tingkat II : telah keluar air kemih bila kerja ringan, naik tangga, atau
jalan-jalan.
Tingkat III : terus keluar air kemih tidak tergantung dari berat ringannya
bekerja malahan pada waktu berbaring juga keluar air kemih
Inkontinensia urine tingkat 1 dan 2 dinamika pula stress-incontinence. Untuk
membuat diagnosis yang tepat, agar pengobatannya juga tepat maka perlu
difikirkan hal-hal yang telah diuraian diatas. Dengan anamnesis terarah
pemerikaan-pemeriksaan yang rumit dan memakan waktu dan biaya dapat
dhindrkan.
Pengobatan
pengobatan diarahkan pada apa yang dijumpainya. Bila hanya ditemukan
urethrokel maka kolporrhafia anterior dengan memperkuat otot-otot dileher
vesika dan urethra mungkin sudah cukup. Bila disamping itu ada desensus
uteri dan biasanya ini juga terjadi, maka operasi mnchester-forthergill, pada
mana ligamentum kardinale kenan kiridijahitkan kedepan serviks, dapat
mengatasi kesulitan. Dengan pengangkatan sebagian dari porsio dan jahitan
tersebut diatas maka timbul suatu jaringan yang menjadi penunjang vesika
dan urethra bagian atas.
Bila sama sekali tidak ada densus uteri maka dapat dipikirkan operasi
marshall-marchetti-kranzt yang terdiri atas menggantungkan urethra ke
periost simfisis pubis dan bagian bawah vesika kemuskulus rektus abdominis.
Tujuannya adalah untuk memperbaiki sudut antara urethra dan vesika. Hasil
operasi tersebut bila diagnosisnya benar-benar betul, adalah baik. Bila dasar
Page 17
inkontinensia neurogen atau mental maka pengobatan hendaknya
disesuaikan dengan apa yang ditemukan.misalnya pada sfina bifida okkulta
dapat pula ditemukan inkontinensia. Enuresis nokturna perlu ditangani secara
psikologik, bila tidak ada sfina bifida.
7. Fistula Urin
Tiap penderita fistula urine seharusnya dianggap sebagai manusia
yang amat menderita dan harus dikasihani. Bila kebersihan kurang atau tidak
ada maka mudah timbul vulvitis dan vaginitis . pada vulva dan sekitar anus
timbul eksoriasi, ulserasi, dan kondiloma. Pada fistula lama kulit disekitarnya
menjadi tebal dan kaku. Air kencing yang terus-menerus mengalir
menimbulkan bau pesing dan genitalia eksterna selalu basah. Penderita ini
tidak dapat berfungsi lagi sebagai wanita dan mengalami tekanan lahir batin.
Haidnya tidak jarang berbulan-bulan tidak datang, atau penderita terus
mengalami amenore sekunder. Keadaan demikian ini harus segera
ditangani. Sekurang-kurangnya suami isteri perlu diberi penerangan dan
pengertian bahwa penyakitnya dapat ditangani. Bila tidak maka perceraian
niscaya terjadi.
a) Etiologi
Sebagian besar fistula urinae, terutama dinegara-negara berkembang,
disebabkan oleh karena persalinan, apat terjadi langsung pada waktu
diadakan tindakan operatif seperti sc, perforasi dan kranioklasi, dekapitasi,
ekstraksi dengan cunam , seksio-histerektomi, atau dapat timbul beberapa
hari sesudah partus lama. Hal yang akhir ini disebabkan oleh karena
tekanan kepala janin terlalu lama pada jaringan jalan lahir di os pubis dan
simfisis, sehingga menimbulkan iskhemia dan kematian jaringan didalam
lahir. Pengawasan kehamilan yang baik diertai pimpinan penanganan da
persalinan yang baik pula dan akan mengurangi jumlah fistel akibat
persalinan. Operasi ginekologi sperti hiterektomia abdominal dan vagina,
operasi plastik pervaginam operasi radikal untuk karsinoma servisis uteri,
semuanya dapat menimbulkan fistula taraumatik. Begitu pula pada
kecelakaan lalu lintas, dan sbagainya.Akhirnya radiasi pada pengobatan
Page 18
keganasan dapat menimbulkan fistula karena nekrosis jaringan. Fistula
karena trauma operasi atau trauma lainnya menyebabkan inkontinensia
urine dengan segera, sedangkan fistula karena nekrosis (partus lama).
Baru bermanefestasi setelah lewat beberapa hari.
b) Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan ginekologik dengan spekulum dapat
menetapkan jenis dan tempat fistula yang berukuran besar. Bila fistula itu
kecil, kadang-kadang sulit menemukannya oleh karena berada
dicekungan atau pada lipatan divagina, lebih-lebih bila visualisasi sulit
atau tidak mungkin dikerjakan. Suatu cara yang sederhana mampu
membuat diagnosa ialah dengan memasukkan methilen biru keluar dari
fistula kedalam vagina.bila telah dijumpai satu fistula, perlu diusahakan
apakah itu ada fistula lain. Khususnya pada histerektomi radikal dimana
ureter dilepaskan dari jaringan disekitarnya, perlu difikirkan adanya fistula
ureterovaginal.
c) Pengobatan
Untuk memperbaiki fistula vesikovaginalis umumnya dilakukan operasi
melalui vagina (transvaginal), karena lebih mudah dan mempunyai
komplikasi kecil untuk penderita, seperti dikemukakan oleh Moir.Hanya
fistula yang kecil sekali dapat sembuh sendiri. Perlu dilakukan tindakan
bila terjadi fistula pasca tindakan dengan cunam, sc, histerektomi dan
sebagainya. Dalam hal ini fistula segera ditutup dan dipasang dauer
kateter. Tujuan pemasangan kateter tersebut ialah untuk
menginstirahatkan vesika sehingga luka dapat sembuh kembali. Jika
timbul inkontinensia urinae sesudah partus lama, perlu dipasang dauer
kateter. Dengan tindakan ini fistula kecil dapat sembuh dan fistula yang
lebih besar, dapat mengecil.
Bila ditemukan fistula yang terjadi pasca persalinan atau beberapa hari
pasca pembedahan, maka penanganannya harus ditunda 3 bulan. Bila
jaringan-jaringan sekitar fistula sudah tenang dan normal kembali operasi
dapat dilakukan dengan harapan dan sukses. Andai kata operasi
Page 19
penutupan fistula gagal, penutupan ulang harus ditunda 3 bula lagi. Pada
umumnya residif fistula lebih sulit ditanganinya. Bila tidak waspada dapat
timbul residif lagi.
BAB III
Page 20
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Page 0