Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN FISIK URINE DAN MASSA JENIS URINE

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. LATANIYA AULIYA RIZKY (1914301051)


2. YENI NUR JAMIL AZIZAH (1914301052)
3. SHINTIA LEGA UTAMI (1914301053)
4. DHIMAS OKTHAVIAN ARISANDHI (1914301054)
5. ELVA NUR SYAKINAH (1914301055)
6. TASYA DWINTA (1914301056)
7. SELPI TIARA ARISKA (1914301057)
8. PUTRI LESMANA (1914301058)
9. SERLI DIANI (1914301059)
10.GUSTIA MEGA NANDA (1914301060)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seluruh alam semesta, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami sebagai tim penyusun laporan prktikum yang berjudul “PEMERIKSAAN
FISIK URINE DAN MASSA JENIS URINE” dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Di dalam pembuatan Laporan Praktikum ini selain berkat bantuan dan tuntunan Allah Swt,
tetapi juga bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat dengan mudah dimengerti,
dapat menjadi sarana memperoleh ilmu serta mampu memberikan manfaat bagi para
pembacanya. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini
terdapat banyak kesalahan serta perkataan yang tidak berkenan di hati.

Bandar Lampung, 16 Maret 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Tujuan.........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2

BAB III METODE KERJA ....................................................................................

3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................8

3.2 Alat dan Bahan .........................................................................................8

3.3 Langkah kerja ...........................................................................................8

BAB IV Hasil dan Pembahasan ............................................................................

4.1 Hasil .......................................................................................................10

4.2 Pembahasan ..........................................................................................10

BAB V PENUTUP ...................................................................................................

5.1 Kesimpulan ............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

LAMPIRAN .........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudianakan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untukmembuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untukmenjaga homeostasis cairan tubuh.Urin disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui uretermenuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra.Sistem urinaria bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-
macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor
untukmempertahankan homeostasis, yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari
lingkunganinternal di dalam tubuh, yang mencakup faktor-faktor seperti
keseimbangan air, pH,tekanan osmotik, tingkat elektrolit, konsentrasi zat terlarut
dalam plasma. Pengendalianini dilanjutkan dengan penyaringan sejumlah besar
plasma dan molekul-molekul kecilmelalui glomerulus. Jumlah yang bervariasi dari
setiap zat kemudian diabsorpsi baiksecara pasif dan difusi atau secara aktif oleh
transpor sel tubuler.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui hasil dari pemeriksaan fisik urine yang meliputi warna, bau,
gelembung.
2. Mengetahui derajar keasaman urine.
3. Menghitung massa jenis urine.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Urin

a. Pengertian

Urine atau air seni adalah sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine
diperlukan untuk membuang molekul- molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan
homeostasis tubuh, peran urine sangat penting karena sebagai pembuang cairan
oleh tubuh adalah melalui proses sekresi urine (Wahyundari, 2016). Sehingga
komposisi urine dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk menahan dan
menyerap bahan-bahan yang penting untuk metabolisme dasar dan
mempertahankan homeostasis tubuh. Normalnya jumlah bahan yang terdapat
dalam urine selama 24 jam adalah 35 gram bahan organik dan 25 gram bahan
anorganik (Ma’arufah, 2004).

b. Proses Pembentukan

Organ yang berperan dalam pembentukan urine yaitu ginjal. Di dalam ginjal, zat
sisa metabolisme akan dipilah-pilah kembali. Hasil pemilahan tersebut berupa zat
yang sudah tidak berguna dan zat yang masih bisa dipergunakan kembali. Zat
yang tidak berguna tersebut akan dikeluarkan dari tubuh, sedangkan zat-zat yang
masih dapat dipergunakan lagi akan dikembalikan ke sirkulasi (Riswanto, dan
Rizki, 2015).
Nefron terdiri atas seperangkat glomerulus dan tubulus. Glomerulus mempunyai
fungsi filtrasi, sedangkan tubulus mempunyai fungsi sekresi dan reabsorbsi.

2
Setidaknya salah satu dari tiga proses berikut akan dialami suatu zat ketika
diangkut melalui darah ke sistem filtrasi kompleks ginjal, yaitu filtrasi
glomerular, sekresi tubular dan reabsorbsi tubular (Riswanto, dan Rizki, 2015).
Filtrat glomerulus memiliki zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh, sehingga
filtrat akan berpindah dari dalam tubulus ke plasma kapiler peritubulus.
Perpindahan ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang direabsorpsi
tidak keluar sebagai urine, tetapi akan diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem
vena dan kembali ke jantung untuk diedarkan. Zat-zat yang akan diserap kembali
adalah glukosa, sodium, klorida fosfat, dan beberapa ion bikarbonat yang terjadi
secara pasif di tubulus proksimal. Jika tubuh masih membutuhkan sodium dan ion
bikarbonat maka terjadi penyerapan kembali secara aktif pada tubulus distal
(reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan ke papilla renalis (Lauralee, 2011).
Tubulus proksimal berfungsi menahan ion-ion (K+, Na+, Cl-, HCO3-), reabsorbsi
glukosa dan asam amino, serta mengeliminasi ureum dan kreatinin. Ansa Henle
berperan dalam pembentukan tekanan osmotik (Sudiono, Iskandar, Halim, et al.,
2006). Setelah zat yang masih dibutuhkan tubuh diserap kembali, proses
selanjutnya adalah sekresi tubulus yaitu perpindahan selektif zat- zat dari darah
kapiler peritubulus ke lumen tubulus. Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi
di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar tubuh
dalam bentuk urine (Lauralee, 2011).

c. Kandungan di dalam urine

Komposisi zat didalam urine bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang
diminumnya. Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin,
asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam- garam terutama garam
dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam darah misalnya vitamin C dan obat-
obatan. Semua cairan dan pembentuk urine trsebut berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa diserap kembali ke dalam tubuh
melalui molekul pembawa (Halander, dkk., 2000).

3
2. Urinalisis

Urinalisis adalah pemeriksaan spesimen urine secara fisik, kimia dan mikroskopik
(Hardjoeno, dan Fitriyani, 2007). Urinalisis tidak hanya menggambarkan gangguan
keadaan intrinsik ginjal, tetapi juga memberi bukti yang penting tidak hanya pada
kondisi kerusakan primer dari ginjal dan taktus urinearius. Perubahan pada urine
mungkin menjadi pertanda yang pertama kali muncul pada penyakit vaskuler yang
serius (Bishop dkk, 1996). Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang sering
dikerjakan pada praktik dokter sehari-hari, apalagi kasus urologi. Pemeriksaan ini
menurut Purnomo tahun 2011 meliputi:
a. Makroskopik dengan menilai warna, bau dan berat jenis urine.
b. Kimiawi meliputi pemeriksaaan derajat keasaman/ Ph, protein, dan gula Dalam
urine.
c. Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel- sel, cast (silinder), atau
bentukan lain didalam urine.

3. Wadah Spesimen Urine

Botol penampung urine harus bersih dan kering. Adanya air dan kotoran dalam wadah
berarti adanya kuman-kuman yang kelak berkembang biak dalam urine dan mengubah
susunannya. Wadah urine yang terbaik adalah yang berupa gelas dengan mulut lebar
yang dapat disumbat rapat dan sebaiknya urine dikeluarkan langsung ke wadah
tersebut. Jika hendak memindahkan urine dari wadah ke wadah lain, kocoklah terlebih
dahulu, supaya endapan ikut terpisah. Berikan keterangan yang lengkap tentang
identitas sampel pada wadah spesimen (Gandasoebrata, 2013).

4. Identitas spesimen

4
Identitas spesimen ditulis dalam wadah yang mudah dibaca. Label ini memuat
setidaknya nama pasien dan nomor identifikasi, tanggal dan waktu pengumpulan, dan
informasi tambahan seperti usia pasien dan lokasi dan dokter, seperti yang
dipersyaratkan oleh protokoler institusional (Strasinger dan Lorenzo, 2008).

5. Pengiriman spesimen urine

Pemeriksaan urinalisis yang baik harus dilakukan pada saat urine masih segar (kurang
dari 1 jam), atau selambat-lambatnya dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan.
Penundaan ketika berkemih dan pemeriksaan urine dapat mempengaruhi stabilitas
spesimen dan validitas hasil pemeriksaan. Spesimen urine yang tidak dapat dikirim
dan diuji dalam waktu 2 jam harus didinginkan atau diberi bahan pengawet yang tepat
(Riswanto, dan Rizki, 2015).

6. Penanganan sampel

Fakta bahwa spesimen urine begitu mudah diperoleh atau dikumpulkan sering
menyebabkan penanganan spesimen setelah pengumpulan menjadi kelemahan dalam
urinalisis. Perubahan komposisi urine terjadi tidak hanya invivo tetapi juga invitro,
sehingga membutuhkan prosedur penanganan yang benar. Penanganan spesimen
meliputi prosedur penampungan urine dalam wadah spesimen, pemberian identitas
spesimen, pengiriman atau penyimpanan spesimen. Penanganan yang tidak tepat dapat
menyebabkan hasil pemeriksaan yang keliru (Riswanto, dan Rizki, 2015).
Metode yang paling rutin digunakan untuk pengawetan spesimen urine adalah
pendinginan 2-8°C yang dapat mengurangi pertumbuhan dan metabolisme bakteri.
Urine akan dilakukan uji biakan kuman harus didinginkan selama transit dan
didinginkan sampai dilakukan kultur hingga 24 jam. Perlu diperhatikan bahwa
pendinginan dapat meningkatkan berat jenis bila diukur dengan urinometer.
Pendinginan juga akan mengakibatkan pengendapan fosfat amorf dan urat yang akan
mengaburkan analisis sedimen mikroskopis. Spesimen harus dikembalikan di suhu

5
kamar sebelum pengujian kimia dengan strip reagen. Upaya ini dapat mengoreksi
berat jenis dan dapat melarutkan amorf urat (Strasinger dan Lorenzo,2008).
7. Jenis pemeriksaan

Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan penyaring, yaitu beberapa macam, pemeriksaan


yang dianggap sebagai dasar bagi pemeriksaan selanjutnya dan yang menyertai
pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus (Gandasoebrata, 2013). Pemeriksaan rutin
mencakup pemeriksaan : a. fisik/ maksroskopik, seperti warna, kejernihan dan berat
jenis; b. kimia, meliputi glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, darah, keton,
nitrit, dan leukosit esterase; dan c. mikroskopis struktur dalam sedimen. Sampel yang
digunakan untuk urinalisis rutin setidaknya harus 15 mL (Riswanto, dan Rizki, 2015)

a. Pemeriksaan fisik/ maksroskopik

Pemeriksaan fisik urine meliputi penentuan warna, kejernihan, bau dan berat
jenis. Pemeriksaan ini memberikan informasi awal mengenai gangguan seperti
perdarahan gromerulus, penyakit hati, gangguan metabolisme bawan dan infeksi
saluran kemih (ISK) (Strasinger dan Lorenzo, 2008).

b. Pemeriksaan kimia

Pemeriksaan kimia urine memberikan informasi mengenai ginjal dan fungsi hati,
metabolisme karbohidrat, dan asam-basa. Test kimia konvensional dilakukan
menggunakan tabung reaksi dan hasil ujinya dengan mengamati adanya endapan
atau kekeruhan atau perubahan warna setelah penambahan bahan kimia cair
dengan atau tanpa pemanasan. Tes yang paling umum diigunakan sekarang ini
adalah test carik celup menggunakan strip reagen, dimana reagen ini tersedia
dalam bentuk kering siap pakai, relatif stabil, murah, volume urine yang
dibutuhkan sedikit, serta tidak memerlukan persiapan reagen (Riswanto, dan
Rizki, 2015).

6
c. Pemeriksaan sedimen

Pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urine adalah bagian yang paling standar
dan paling memakan waktu dari urinalisis rutin. Pemeriksaan mikroskopis
membutuhkan banyak penanganan dalam mempersiapkan sampel dan melakukan
analisis sedimen. Nilai dari pemeriksaan mikroskopis tergantung pada dua faktor
utama, yaitu pemeriksaan spesimen yang sesuai, dan pengetahuan dari orang yang
melakukan pemeriksaan (Strasinger dan Lorenzo, 2008).

7
BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu Dan Tempat


A. Waktu
Rabu, 11 maret 2020.
B. Tempat
Laboratorium Biokimia Jurusan Teknik Laboratorium Medik Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang.

3.2 Alat Dan Bahan


A. Alat
1. Termometer.
2. Gelas ukur.
3. Sputum Pot.
4. Urinometer.
5. Gelas beker.
B. Bahan
1. Urine.
2. Kertas PH
3. Sabun cair
4. Tisu

3.3 Langkah Kerja


1. Cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir.
2. Siapkan alat dan bahan.
3. Siapkan dua sampel urine dari orang yang berbeda, lalu ukur suhu tiap-tiap
urine menggunakan termometer, kemudian catat suhu yang di dapatkan.

8
4. Kemudian amati warna tiap—tiap urine, dan apakah terdapat gelembung
dalam urine, lalu catat hasil yang didapatkan.
5. Selanjutnya pemeriksaan bau urine dengan cara dicium bau yang ditimbulkan
urine apakah Amonia,ureum, makanan, buah-buahan dan lain-lain, lalu catat
hasil yang didapatkan.
6. Selanjutnya celupkan kertas PH universal lalu amati perubahan warna yang
terjadi kemudian cocokan warna dengan PH kemudian dokumentasikan.
7. Lalu masukan urine di gelas ukur kemudian ukur volume urin dan
dokumentasikan.
8. Yang terakhir pemeriksaan massa jenis urine, urine diamsukan kedalam gelas
beker ¾ nya, lalu masukan urinometer dengan cara memutar sumbunya jangan
sampai menyentuh pinggir gels beker, kemudian baca dan catat hasil
urinometer.
9. Bersihkan alat-alat menggnakan sabun lalu rapihkan kembali.
10. Memcuci tangan.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Sampel Urine x Urine y

Suhu 300 290


Warna Kuning Bening Kuning Keruh
Gelembung Ada Ada
Bau Amonia Amonia
Volume 24 ml 15 ml
PH 5 6
Massa jenis 1,68 2,01

4.2 Pembahasan
Sampel urine x memiliki suhu 300 c berwarna kuning bening, terdapat
gelembung

10
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah kami laksanakan bisa disimpulkan bahwa pada
sampel urin baik x maupun y , semua parameter menunjukkan nilai normal dan
berungsi dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1059/4/4.%20chapter2.pdf

https://www.academia.edu/34900876/Laporan_Praktikum_Kimia_Klinik_Dasar_Urin

https://www.academia.edu/19716997/LAPORAN_BIOKIMIA_URINE_

https://id.scribd.com/doc/246124836/Laporan-Praktikum-Biokimia-Klinis-Analisa-Urin

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1058/3/Chapter2.pdf

12
LAMPIRAN

1. Suhu

2. Volume

13
3. PH

14
4. Massa jenis

15
Hormat Kami, 16 Maret 2020
Pembimbing Ketua Kelompok

RODHIANSYAH DJAYASINGA, S.Pd., M.Si YENI NUR JAMIL AZIZAH

19141301052

Mengetahui

TORI RIHIANTORO, S. Kp., M.kes.

16

Anda mungkin juga menyukai