Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI

Penetapan Nilai Hematrokrit

( Metode Makromethode dan Mikromethode )

Oleh:

Nama : I Wayan Doni

NIM : P07138018 053

Semester : III

Kelas : II A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

2019
I. JUDUL : Penetapan Nilai Hematokrit (Metode Makromethode dan
Mikromethode)

II. TUJUAN:
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan nilai Hematokrit
(Hct) darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai Hematokrit
(Hct) darah probandus.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan nilai Hematokrit
(Hct) darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml
darah probandus.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil penetapan nilai
Hematokrit (Hct) dara probandus.

III. METODE
Makrometode dan Mikrometode

IV. PRINSIP
Apabila darah disentrifuge dan mikrohematocrit centrifuge, sel-sel yang lebih
berat (eritrosit) akan turun ke dasar tabung (mampat), sedangkan sel – sel yang lebih
ringan ( Leukosit dan Trombosit ) berada diatas sel – sel yang berat tersebut.
Kemudian Eritrosit yang sudah mampat dibaca pada chart.
V. DASAR TEORI
Darah adalah media kompleks non-Newtonian yang terdiri dari plasma darah dan
sel-sel darah. Sel darah merah (eritrosit) menempati 30-50% dari volume darah dan
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan sifat mekanik darah sebagai
media partikulat. (Anal Chem, 2012)
Hematokrit atau bagian volume darah yang ditempati oleh sel darah merah
adalah salah satu penentu utama vsikositas darah. Peningkatan hematokrit dikaitkan
dengan peningkatan vsikositas darah, berkurangnya aliran darah menuju vena, dan
peningkatan kerekatan platelet. Hal ini juga diketahui bahwa orang yang memiliki
kadar hematokrit di atas kisaran normal cenderung memiliki penyakit kardiovaskuler.
(Haematologica, 2010)
Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai tes skrining sederhana untuk anemia,
sebagai refrensi kalibrasi untuk metode otomatis hitung sel darah, dan secara kasar
untuk membimbing keakuratan pengukuran hemoglobin. Nilai hematokrit yang
dinyatakan g/l adalah sekitar tiga kali kadar Hb ( Kiswari,2014).
Nilai hematokrit dari sampel adalah perbandingan antara volume eritrosit dengan
volume darah secara keseluruhan. Nilai hematokrit dapat dinyatakan sebagai
presentasi (konvensional) atau sebagai pecahan desimal (unit SI), Liter/Liter (L/L).
Asam heparin kering dan etiln diamin tetra asetat (EDTA) adalah antikoagulan yang
memuaskan untuk tujuan tes ini (Kiswari, 2014).
Penentuan hematokrit dilakukan dengan sentrifugasi. Tinggi dari kolom eritrosit,
buffy coat, dal kolom plasma harus diperhatikan. Buffy coat adalah lapisan merah
keabu abuan antara eritrosit dengan plasma. Dalam buffy coat terdiri dari trombosit
dan leukosit. Plasma berwarna orange atau hijau yang menunjukan peningkatan
terjadinya hemoglobinemia akibat spesima mengalami hemolisis.
VI. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
 Tabung hematokrit wintrobe
 Heparinized microhematocrit tube atau tabung
mikrokapiler
 Centrifuge Mikrohematokrit
 Seal (malam)
 Pipet pastur
b. Spesimen
 Darah kapiler atau darah vena (antikoagulan EDTA)
 Readacrit / Chart / Hematokrit Reader ( Pembaca Hematokrit)

VII. PROSEDUR KERJA


a. Metode Makrometode
1. Darah dicampur dengan seksama hingga homogen.
2. Dengan menggunakan pipet Pasteur atau pipet wintrobe darah
dimasukan ke dalam tabung wintrobe hingga mencapai batas 100,
mulai dari dasar tabung dan hindari terjadinya gelembung udara di
dalam tabung.
3. Tabung yang telah berisi darah dipusing selama 30 menit pada
kecepatan 2.000-2.300 g. untuk mengkonversi kecepatan
pemusingandari satuan g ke satuan rpm.
4. Hasil penetapan hematokrit dibaca dengan memperhatikan :
a. Tinggi kolom eritrosit dibaca sebagai nilai hematokrit yang
dinyatakan dalam %
b. Tebalnya lapisan putih di atas eritrosit yang tersusun dari
leukosit dan trombosit. Lapisan ini disebut sebagai buffy
coat dan dinyatakan dalam mm.
c. Warna kuning dari lapisan plasma yang disebut indeks
icterus. Warna kuning tersebut dibandingkan dengan warna
larutan kalium bikromat yang intensitas warnanya
dinyatakan dalam satuan (S). Satu satuan dengan warna
larutan 1 g kalium bikromat dalam 10.000 ml air.
5. Bila nilai hematokrit melebihi 50% , pusinglah tabung tersebut 30
menit lagi.
b. Metode Mikrometode
1. Tabung micro Hematokrit diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3
bagian.
2. Salah satu ujung (yang tertutup darah) ditutup dengan seal.
3. Tempatkan tabung mikro Hematokrit tadi pada centrifuge
mikrohematokrit. (perhatikan : ujung pipet kapiler yang diseal
menghadap keluar)
4. Pusingkan dengan kecepatan 16.000 rpm atau lebih.
5. Pusingkan selama 3 - 5 menit.
6. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan chart.
7. Bila nilai hematokrit melebihi 50% , pemusingan ditambang 5
menit lagi.

VIII. INTERPRETASI HASIL


Nilai normal hamatokrit :
Wanita (dewasa) : 38 – 47 %
Pria (dewasa) : 40 – 50 %
IX. HASIL PENGAMATAN
 Metode Makrometode
Nama Probandus : Kadek Dhea Lenny Sagita
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Kadar Hematokrit :
a. Nilai HCT : 46,5 %
b. Buffy Coat : 1 mm
c. Icterus : ( - ) plasma warna kuning jernih

 Metode Mikrometode
Nama Probandus : Kadek Dhea Lenny Sagita
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Kadar Hematokrit : 41 %

X. PEMBAHASAN
Pada praktikum hari Jumat, 23 Agustus 2019 dilakukan praktikum mengenai
penetapan kadar Hematokrit (Hct) atau volume sel dikemas (VCP). Hematokrit
adalah volume sel darah merah (eritrosit) yang mengendap dalam 100 ml darah
yang dinyatakan dalam persen (%), tujuan dari penetapan nilai hematokrit adalah
untuk membantu diagnosis penyakit anemia dan polisitemia, serta monitor
perjalanan penyakit dalam pengobatan. Metode yang dilakukan pada praktikum
iniyaitu metode makrometode dan mikrometode.
Makrometode adalah metode yang menggunakan tabung hematokrit wintrobe
serta centrifuge untuk melakukan pemusingan sehingga eritrosit menjadi mampat
atau mengendap. Sedangkan mikrometode adalah metode yang menggunakan
tabung mikrokapiler, mikrohematokrit centrifuge, dan readecrit / chart /
hematokrit reader sebagai pembacanya.
Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah darah vena dengan
antikoagulan EDTA dari probandus perempuan dewasa yang berumur 19 th atas
nama Kadek Dhea Lenny Sagita. EDTA digunakan karena sebagian garam
natrium atau kaliumnnya dapat mengubah ion kalsium (Ca2+) dari darah menjadi
bentuk yang bukan ion sehingga mencegah terjadinya penggumpalan.
Penetapan nilai hematokrit dengan makrometode dilakukan dengan
menggunakan tabung haemoglobin wintrobe, pipet pastur, dan centrifuge. Dalam
metode ini menggunakan darah vena (dengan antikoagulan) sebagai sampel.
Darah yang telah dihomogenkan akan dimasukan kedalam tabung haemoglobin
wintrobe menggunakan pipet tetes, mencapai batas 100 yang berwarna merah,
setelah itu sampel dimasukan kedalam centrifuge atur kecepatan tersebut 3000
rpm selama 10 menit.
Penetapan nilai hematokrit dengan mikrometode dilakukan dengan
menggunakan tabung mikrokapiler, seal (malam), mikrohematokrit centrifuge,
dan readacrit. Dalam mikrometode ini menggunakan darah vena (dengan
antikoagulan) sebagai sampel. Darah yang telah dihomogenkan dimasukan
kedalam tabung mikrokapiler dengan cara memiringkan tabung vacuntainer dan
tabung mikro kapiler ketuk ketu bagian ujung mikrokapiler sampai darah terisi ke
tabung 2/3 bagian tabung. Kemudian tusukan tabung ke seal atau malam sehingga
menutupi darah supaya tidak keluar. Masukan sampel kedalam mikrohematokrit
centrifuge dengan malam menghadap ke luar, kemudian pusingkan
mikrohematokrit centrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit.
Berdasarkan hasil praktikum menggunakan metode markrometode saya
mendapatkan hasil dari darah probandus perempuan dewasa atas nama Kadek
Dhea Lenny Sagita berusia 19 th ini adalah Hct sebesar 46,6 % yang menunjukan
bahwa nilai hematokrit probandus berada dalam batas normal jika dibandingkan
dengan nilai rujukan yaitu 38 – 47 % , sedangkan untuk nilai buffy coatnya yaitu
1 mm dan ikterusnya negatif (-) plasma darah yang dimiliki probandus kuning
jernih atau kuning bening. Selanjutnya hasil praktikum menggunakan metode
mikrometode, saya mendapatkan hasil dari darah probandus perempuan dewasa
atas nama Kadek Dhea Lenny Sagita berusia 19 th ini adalah Hct sebesar 41 %
yang menunjukan bahwa nilai hematokrit probandus berada dalam batas normal
jika dibandingkan dengan nilai rujukan yaitu 38 – 47 %.
Perbedaan nilai antara makrometode dan mikrometode dipengaruhi oleh
centrifuge yang digunakan, pada centrifuge makrometode menggunakan
centrifuge yang tempat sampelnya berdiri sehingga mampat atau endapan akan
membentuk lereng dan tidak sejajar dengan sekala tabung haemoglobin wintrobe
tersebut ini menyebabkan pemeriksaan harus menggunakan rumus yaitu lereng
atas ditambah lereng bawah dibagi 2, tetapi mikrohematokrit centrifuge
menempatkan sampel secara tertidur hinggan mampat atau endapan eritrosit juga
akan sejajar dengan sekala readacrit yang digunakan.
Pemeriksaan Hct menggunakan makrometode terdapat beberapa kesalahan
yang mungkin terjadi yaitu :
1. Konsentrasi antikoagulan yang tidak sesuai.
2. Bahan pemeriksaan tidak dikocok hingga homogen.
3. Bahan pemeriksaan tidak mengandung bekuan.
4. Pemeriksaan ditunda lebih dari 6 jam.
5. Pengisian tabung wintrobe tidak mecapai batas 100
6. Kecepatan dan lama pemusingan tidak sesuai.
7. Terjadinya hemolisis waktu pemusingan.
8. Pembacaan yang salah.
Pemeriksaan Hct menggunakan mikrometode terdapat beberapa kesalahan
yang mungkin terjadi yaitu :
1. Bila memakai darah kapiler , tetes pertama harus dibuang karna
mengandung cairan itertisial.
2. Penggunaaan antikoagulan lebih dari kadar 1,5 mg/ml menyebabkan
eritrosit mengkerut hingga hematokrit akan rendah.
3. Pemeriksaan ditunda 6 jam akan meningkatkan hematokrit.
4. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogeny.
5. Darah yang digunakan tidak boleh mengandung bekuan.
6. Di daerah tropis, pipet kapiler yang mengandung heparin cepat rusak
karena disimpan dilemari es
7. Kecepatan dan lama pemusingan harus sesuai.
8. Pemakaian centrifuge dalam waktu lama akan menjadi panas sehingga
sampel jadi hemolisis.
9. Lapisan buffy coat tidak turut dibaca tetapi hal ini sulit diawasi, selain
bacaan juga harus menghindari paralaks.
10. Endapan atau lisis dari eritrosit dapat terjadi bila salah satu ujung pepet
kapiler disumbat atau dibakar.
11. Penguapan plasma dapat terjadi selama pemusingan.
12. Pembacaan yang salah.

XI. SIMPULAN
Probandus perempuan dewasa atas nama Kadek Dhea Lenny Sagita 19
tahun setelah dihitung penetapan kadan hematokritnya pada pemeriksaan
menggunakan metode makrometode mendapat hasil Hct sebesar 46,5 %,
buffy coat sebesar 1 mm, dan icterus negatif (-). Sedangkan menggunakan
metode mikrometode mendapatkan hasil Hct sebesar 41 % ini menunjukan
bahwa kadar hematokrit dalam darah probandus dalam keadaan normal.
Perbedaan hasil dari kedua metode tersebut dipengaruhi oleh alat
centrifuge itu sendiri.
XII. DAFTAR PUSTAKA

Anal Chem. 2012. Computational Analysis of Microfluidic Immunomagnetic Rare


Cell Separation from a Particulate Blood Flow. [online]. Tersedia :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3359653/. [Diakses pada
hari Jumat, 23 Agustus 2019, pukul 19.00 WITA]

Anonym, 2017. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hemoglobin dan Hematokrit 1,


[ online ]. Tersedia : http://repository.unimus.ac.id/457/3/12%20BAB
%20II.pdf . [Diakses pada hari Jumat, 23 Agustus 2019, pukul 19.00 WITA]

Haematologica. 2010. Hematocrit and Risk of Venous Thromboembolism in a


General Population. [online]. Tersedia :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2817030/. [Diakses pada
hari Jumat, 23 Agustus 2019, pukul 19.00 WITA]

Kiswari, dr. Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga, 2014.

Anda mungkin juga menyukai