Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HEMATOLOGI

PENENTUAN KADAR NILAI HEMATOKRIT

OLEH:

NI KADEK DIAH TRI YUNITA DEWI

P07134018078

KELAS 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2019
I. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetepan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan nilai hematokrit (Hct)
darahn probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah
probandus.
3. Mahasiswa dapat mengintepretasikan hasil penetapan nilai Hematokrit
(Hct) darah probandus.

II. METODE
Makrometode dan Mikrometode

III. PRINSIP

Apabila darah disentrifuge dengan microhematocrit centrifuge, se-sel


yang lebih berat (Eritrosit) akan turun ke dasar tabung (mampat), sedangkan
sel-sel yang lebih ringan (Leukosit dan Trombosit) berada diatas sel-sel yang
berat tadi. Kemudian Eritrosit yang sudah mampat dibaca pada chart.

IV. DASAR TEORI


Hematokrit adalah presentase seluruh volume eritrosit yang ada di dalam
darah dan diambil dalam volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan
cara memutarnya didalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan tertentu
yang nilainya dinyatakan dalam persen (%), nilai untuk pria 40-48 vol % dan
untuk wanita 37-43 vol %. (Sadikin. M, 2008). Hematokrit merupakan satuan
perbandingan (rasio) antara jumlah sel darah merah dan total volume darah
dalam tubuh.
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus
yang sering dikerjakan di laboratorium yang berguna untuk membantu
diagnosa berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD),
anemia, polisitemia. Nilai hematokrit adalah volume dalam semua eritrosit
dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume darah itu. Penetapan
nilai hematokrit dilakukan dengan cara makro dan mikro. Cara makro
digunakan tabung Wintrobe, sedangkan pada mikro digunakan tabung kapiler.
Penetapan hematokrit dengan cara Wintrobe menggunakan darah vena
dengan antikoagulan yang disentrifus dengan kecepatan 3000 selama 5 menit.
Metode ini tidak terlalu sering digunakan di laboratorium klinik karena
penentuan memerlukan waktu yang lama dan darah yang digunakan cukup
banyak.
Penetapan hematokrit dengan cara mikro menggunakan tabung
mikrokapiler, metode ini paling sering digunakan karena hasil penentuannya
tidak memerlukan waktu yang lama darah yang digunakan lebih sedikit
dibandingkan dengan metode makro. (Gandasoebrata, R. 2007).

V. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Tabung hematokrit Wintrobe
 Heparinized microhematocrit tube atau tabung mikrokapiler
 Centrifuge mikrohematokrit
 Seal (malam)

b. Bahan
 Darah vena (antikoagulan EDTA)
 Readacrit / Chart / Hematokrit Reader (Pembaca Hematokrit)
VI. CARA KERJA

A. Makrometode menurut Wintdrobe


1. Darah dicampur dengan seksama sehingga homogen.
2. Dengan menggunakan pipet Pasteur atau pipet Wintrobe darah
dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe hingga mencapai garis tanda 100,
mulai dari dasar tabung dan dihindari tejadinya gelembung udara
didalam tabung.
3. Tabung yang telah berisi darah dipusing selama 5 menit pada kecepatan
3000 g. Untuk mengkonversikan kecepatan kecepatan pemusingan dari
satuan g ke satuan rpm.
4. Hasil penetapan Hematokrit dibaca dengan memperhatikan:
a) Tinggi kolom eritrosit yang dibaca sebagai nilai hematokrit yang
dinyatakan dalam %.
b) Tebalnya lapisan eritrosit yang tersusun dari leukosit dan trombosit.
Lapisan ini disebut sebagai buffy coat dan dinyatakan dalam mm.
c) Warna kuning dari lapisan plasma yang disebut indeks ikterus. Warna
kuning tersebut dibandingkan dengan warna larutan kalium bikromat
yang intensitas warnanya dinyatakan dalam satuan (S). Satu satuan
dengan warna larutan 1 g kalium bikromat dalam 10.000 ml air.
d) Bila nilai hematokrit melenihi 50%, pusinglah tabung tersebut 5 menit
lagi.

B. Mikrometode :
1. Tabung micro Hematocrit diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3 bagian.
2. Salah satu ujung (yang tertutup darah) ditutup dengan seal.
3. Tempatkan tabung micro Hematocrit tadi pada centrifuge mikro
Hematokrit.
(perhatikan : ujung pipet kapiler yang diseal menghadap keluar)
4. Pusingkan dengan kecepatan 12000 rpm atau lebih
5. Pusingkan selama 10 menit.
6. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan Chart.
7. Bila nilai hematokrit melebihi 50%, pemusingan ditambah 5 menit lagi.

VII. NILAI RUJUKAN


Pria : 40 – 50 %
Wanita : 38 – 47 %

Kadar hematokrit berbeda-beda pada setiap orang. Kisaran normal


hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengarungi kadar nilai hematokrit yang normal diantaranya adalah usia
dan jenis kelamin, kehamilan, ketinggian tempat tinggal, dan metode tes
hematokrit.

VIII. HASIL PENGAMATAN


Probandus: Yusrina Ayu Safitri
Usia: 19 tahun
Jenis kelamin: Perempuan

Dari hasil penetapan nilai hematokrit pasien dengan menggunakan 2


metode didapatkan nilai hematokritnya sebagai berikut:

Metode Hasil

Makro 42%

Mikro 39%
IX. PEMBAHASAN

Hematokrit dalam kamus kedokteran Webster’s new world (2010)


didefinisikan sebagai jumlah volume darah merah terhadap volume seluruh
darah yang dinyatakan dalam % yang tergantung pada jenis kelamin.
Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang mengandung
eritrosit terhadap volume seluruh darah yang dihitung dalam % (Sutedjo,
2009).
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang paling
teliti dan simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia. Untuk
mengetahui adanya ikterus yang dapat diamati dari warna plasma. Dimana
plasma terbentuk warna kuning atau kuning tua (Gandasoebrata, 2008). Nilai
hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut
dengan % dari volume darah itu. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan
dengan cara makro dan mikro.
Kadar hematokrit juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit
rata-rata. Nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler
(Gandasoebrata, 2007). Hematokrit adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sedimentasi sel darah merah. Peningkatan viskositas nilai
hematokrit berarti jumlah sel darah merah meningkat per satuan volume darah
total, sehingga peningkatan nilai hematokrit akan meningkatkan agregasi sel
darah merah. Sebaliknya peningkatan hematokrit akan menurunkan
kecepatan sedimentasi darah karena peningkatan viskositas darah.
Untuk mengukur hematokrit, eritrosit dalam darah dipadatkan dalam
sebuah tabung dengan cara diputar dalam kecepatan dan waktu tertentu
sehingga membentuk kolom pada bagian bawah tabung. Kolom yang
terbentuk terdiri dari plasma darah, buffy coat dan eritrosit. Tinggi dari kolom
eritrosit, buffi coat dan plasma harus diperhatikan. Dalam buffy coat terdiri
dari trombosit dan leukosit. Plasma berwarna oranye atau hijau yang
menunjukkan peningkatan terjadinya hemoglobinemia yaitu suatu kondisi
dimana hemoglobin berada bebas di plasma darah akibat spesimen
mengalami hemolisis.
Penurunan nilai hematokrit merupakan indikator anemia, reaksi
hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah, dan hipertiroid.
Peningkatan nilai hematokrit dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi,
kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok.
Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum penetapan kadar nilai
hematokrit dengan menggunakan metode makro dan metode mikro.
Penetapan hematokrit dengan cara Wintrobe menggunakan darah vena
dengan antikoagulan EDTA yang disentrifus dengan kecepatan 3000 selama
5 menit. Penetapan hematokrit dengan cara mikro menggunaka tabung
mikrokapiler, metode ini paling sering digunakan karena hasil penentuannya
tidak memerlukan waktu yang lama darah yang digunakan lebih sedikit
dibandingkan dengan metode makro. (Gandasoebrata, R. 2007).

a. Metode Makro

Pada metode makro sampel darah dimasukkan ke dalam tabung ungu


yaitu tabung yang mengandung antikoagulan EDTA, selanjutnya sampel
darah dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe mengunakan pipet tetes atau
pipet Wintrobe. Hal terpenting yang perlu dilakukan sebelum darah
dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe adalah menghomogenkan sampel
darah. Darah yang sudah dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe kemudian
di sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Selanjutnya
pembacaan dilakukan terhadap eritrosit yang akan menunjukkan nilai
hematokrit dengan nilai menggunakan satuan %, buffy coat yang
menunjukkan jumlah leukosit dan trombosit dalam tubuh dengan satuan
milimeter (mm), dan indeks ikterus atau plasma ( í g ). Untuk pembacaan
indeks ukterus pada praktikum makrometode ini digunakan pengamatan
secara langsung tanpa pembanding karena ketidaktersediaan larutan
pembanding Kalium Bikromat.
Hasil nilai hematokrit, buffy coat, dan plasma darah probandus atas
nama Yusrina Ayu Safitri, usia 19 tahun dan berjenis kelamin perempuan
adalah sebagai berikut:

Jenis Kolom Darah Nilai Rujukan Hasil

Hematokrit 38 - 47% 42%


Buffy Coat 0.5 - 1 mm 1 mm
Indeks Ikterus Bening kekuningan Bening kekuningan

Jadi dari hasil pemeriksaan di atas dapat dinyatakan bahwa probandus atas
nama Yusrina Ayu Safitri sedang dalam keadaan normal.

Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit dengan cara


konvensional metode makro adalah waktu yang digunakan untuk sentrifus rata-
rata 30 menit dan sampel darah yang digunakan juga cukup banyak.
Kelebihannya adalah tidak perlu menutup salah satu ujung tabung dengan
nyala api, karena disini menggunakan tabung Wintrobe (Gandasoebrata, 2007).

b. Metode Mikro
Penentapan kadar hematokrit dengan metode mikro ini digunakan sampel
darah vena yang telah dihomogenkan dengan antikoagulan EDTA agar darah
tidak mengalami koagulasi sebelum dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya darah
dimasukkan dari tabung ungu (EDTA) ke tabung mikrokapiler sebanyak 2/3
tabung, kemudian salah satu ujung tabung ditutup rapat dengan menggunakan
malam (seal), penutupan ini bertujuan untuk menyumbat darah supaya volume
darah tidak berkurang saat dilakukan pemusingan pada sentrifuge, kemudian
tabung mikrokapiler yang sudah berisi sampel darah tadi ditempatkan pada
sentrifuge mikro (ujung pipet yang diseal menghadap keluar). Kemudian
dipusingkan dengan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit. Selanjutnya nilai
hematokrit dibaca pada chart. Apabila nilai hematokrit yang di dapat >50% maka
disarankan untuk melakukan pemusingan lagi selama 5 menit.
Hasil nilai hematokrit probandus atas nama Yusrina Ayu Safitri, usia 19 tahun
dan berjenis kelamin perempuan yang diperiksa dengan menggunakan metode
mikro ini adalah 39%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai hematokrit
probandus dalam keadaan normal.

Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit dengan cara


konvensional metode mikro adalah penutupan ujung tabung mikrokapiler yang
tidak rapat, karena hal tersebut dapat menyebabkan kebocoran tabung kapiler saat
disentrifus dan dapat menyebabkan nilai hematokrit menurun. Kelebihannya
adalah tekniknya lebih sederhana, sampel yang digunakan lebih sedikit dan nilai
hematokrit dari tabung kapiler variabilitasnya hanya 1-2% (Mahode, 2011).

Dari praktikum diatas ada beberapa faktor yang mempengaruhi


pemeriksaan hematokrit. Beberapa faktor tesebut adalah sebagai berikut:

1) Faktor Invivo
a. Eritrosit

Faktor ini sangat penting dalam pemeriksaan hematokrit karena eritrosit


merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan. Hematokrit dapat meningkat
pada polisitemia yaitu peningkatan jumlah sel darah merah dan kadar
hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas sel-sel
darah merah dalam sirkulasi.

b. Viskositas Darah
Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah semakin besar presentase
sel darah merah maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak
pergeseran diantara lapisan-lapisan darah, pergeseran inilah yang menentukan
viskositas.
2) Faktor Invitro
a. Pemusingan / Sentrifugasi
Penempatan tabung kapiler pada snetrifus yang kurang tepat dan penutup
yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan hematokrit tinggi
palsu. Putar sentrifus dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit
memadat secara maksimal. Pengaturan waktu dan kecepatan harus tepat.
b. Antikoagulan
Pemeriksaan hematokrit menggunakan dua macam antokoagulan yaitu
Heparin dan EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetat). EDTA adalah jenis
antikoagulan yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium
hematologi.
c. Suhu dan Penyimpanan Sampel
Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, tetapi jika dilakukan
penundaan pemeriksaan, sampel disimpan pada suhu ruang dapat ditunda
selama 6 jam.
d. Bahan pemeriksaan tidak tercampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan.
e. Tabung hematokrit yang digunakan tidak bersih dan kering.
f. Pembacaan yang tidak tepat.

X. KESIMPULAN
Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang
mengandung eritrosit terhadap volume seluruh darah yang dihitung dalam %
(Sutedjo, 2009). Untuk mengukur hematokrit, eritrosit dalam darah
dipadatkan dalam sebuah tabung dengan cara diputar dalam kecepatan dan
waktu tertentu sehingga membentuk kolom pada bagian bawah tabung.
Pada praktikum penetapan nilai hematokrit pada probandus atas nama
Yusrina Ayu Safitri didapatkan nilai hematokrit dengan metode makro adalah
42% dan dengan metode mikro adalah 39%. Berdasarkan nilai rujukan
hematokrit untuk wanita yang berkisar antara 38% - 47%, maka kadar
hematokrit probandus normal.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian,Kevin. 2017. Waspada Eritrosit Tinggi Penyebab Gangguan


Kesehatan.
https://aladokter.com/waspada-eritrosit-tinggi-penyebab-gangguan-
kesehatan (diakses pada 21 Agustus 2019)
Artini,Puri. 2015. Penetapan Nilai Hematokrit (HCT) atau Pack Cell
Volume (PCV)
https://www,google.co.id//amp/s/dokumen.tips/amp/documents/laporan-
hematokrit.html (diakes pada 22 Agustus 2019)
Mayangsari,S. 2017. Hemoglobin dan Hematokrit.
(http://repository.unimus.ac.id/457/3/12%20BAB%20ll,pdf)
Sarihati Dewi, dkk. 2019. Penuntun Pratikum Hematologi. Poltekkes
Denpasar
Tumpuk, Sri, dkk. 2018. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Mikro Hematokrit
Menggunakan Makrosentrifus Dengan Mikrosentrifus.
http://ejournal.poltekkes-pontianak,ac,id/index.pjp/JLK/article/view/152
(diakses pada 21 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai