Anda di halaman 1dari 54

BAKTERIOLOGI

“ANALISIS MIKROBIOLOGI SPECIMEN URIN”

KELOMPOK 8
ANGGOTA :
NI PUTU DIANA SUKMA DEWI (P07134017008)
NI LUH MADE ANDRIYANI (P07134017015)
I GST A. A. MAS INDRAYANI (P07134017018)
NI WAYAN SHANTI SAVITRI (P07134017022)
NI PUTU CHANDRA HARUM (P07134017036)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengenal organisme-organisme yang menyebabkan
infeksi traktus genitourinarius.
2. Mahasiswa dapat memahami metode-metode laboratorium untuk
mendeteksi bakteriuria dan mengidentifikasi mikroorganisme-
mikroorganisme yang terdapat dalam saluran kemih
3. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur berbagai uji biokimia untuk
mengidentifikasi mikroorganisme specimen urin.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur berbagai uji biokimia untuk
mengidentifikasi mikroorganisme specimen urin.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami prosedur analisis mikroorganisme specimen
urin.
2. Mahasiswa dapat memahami prosedur berbagai uji biokimia untuk
mengidentifikasi mikroorganisme specimen urin.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kuman hingga ke tingkat spesies.
4. Mahasiswa mampu memahami sifat dan aktivitas enzim yang dihasilkan
oleh bakteri.
5. Mahasiswa mampu menentukan kemampuan bakteri menguraikan dan
memfermentasi karbohidrat yang disertai dengan produksi asam dan gas
pada uji gula-gula.
6. Mahasiswa mampu memahami prosedur skrinning cepat untuk
membedakan antara mikroorganisme specimen urin dan basilus intestinal
lainnya pada uji TSIA.
7. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil reaksi pada uji TSIA.
8. Mahasiswa mampu menentukan kemampuan mikroorganisme
menguraikan asam amino tritofan pada uji produksi indol.
9. Mahasiswa mampu menentukan kemampuan mikroorganisme
memfermentasi glukosa dengan disertai pembentukan dan stabilitasi
produk akhir asam berkonsentrasi tinggi.
10. Mahasiswa mampu membedakan semua organisme specimen urin
fermenter glukosa.
11. Mahasiswa mampu membedakan organisme yang terdapat pada specimen
urin berdasarkan kemampuan organisme itu memfermentasi sitrat sebagai
satu satunya sumber karbon.

1.2 Prinsip
A. Analisis Mikroorganisme specimen urin
Evauasi klinis specimen membutuhkan suatu penentuan kuantitatif jumlah
mikroorganisme per ml urin. Urin yang mengandung jumlah hitungan bakteri
per ml melebihi 100.000 (105) menunjukkan bakteriuria yang signifikan dan
merupakan penanda terjadinya infeksi saluran kemih. Urin yang mengandung
jumlah hitungan bakteri pada rentang 0 hingga 1000 per ml umumnya normal.
Pada metode konvensional, suatau sampel urin digoreskan pada permukaan
suatu media agar dengan ose khusus yang telah dikalibrasi untuk
menginokulasikan sejumlah volume inoculum yang diketahui. Setelah
inkubasi, jumlah koloni-koloni terpisah yang ada pada lempeng dihitung dan
dikalikan dengan suatu faktor yang mengonversikan volume urin menjadi 1
ml. Perhitungan akhir sebanding dengan jumlah organisme per ml sampel.
B. Uji Biokimia
1. Uji Gula-Gula
Bakteri menggunakan karbohidrat secara berbeda-beda, tergantung pada
komplemen enzim yang dihasilkan. Fermentasi tersebut akan
menghasilkan asam-asam organik (asam laktat, asam format, atau asa,
asetat) yang kemungkinan disertai dengan pembentukan gas seperti
hidrogen atau karbondioksida.
2. Uji TSIA
TSIA mengandung laktosa dan sukrosa berkonsentrasi 1% serta glukosa
berkonsentrasi 0,1%. Pada media terdapat indikator fenol merah untuk
mendeteksi fermentasi karbohidrat yang ditandai perubahan warna dari
merah jingga menjadi kuning (asam). TSIA juga mengandung natrium
thiosulfate, substrat untuk pembentukan H2S (hydrogen sulfida), dan fero
sulfat untuk mendeteksi hasil akhir. Hanya bakteri yang menghasilkan
H2S yang akan menunjukkan penghitaman yang pekat di dasar media
kaena terjadi pengendapan ferosulfat yang tidak larut.
3. Uji IMVIC
a. Uji Produksi Indol
Triptofan merupakan asam amino esensial, pengubahannya menjadi
produk-produk metabolic dimediasi oleh triptofanase. Indol
dihasilkan melalui hidrolisis triptofan dapat dideteksi dengan
menambahkan reaksi kovac, yang akan menghasilkan suatu lapisan
pereaksi berwarna merah ceri. Reaksi tersebut menunjukkan uji indol
positif.
b. Uji Metil Merah/MR
Produk-produk akhir dari metabolisme glukosa akan beragam
tergantung pada jalur enzimatik spesifik yang ada dalam bakteri. Pada
uji ini, indikator ph metil merah akan mendeteksi terbentuknya produk
akhir asam berkonsentrasi tinggi. Pada E.coli produk akhir asam stabil
sampai akhir reaksi (indikator merah, reaksi positif), sedangkan pada
E. aerogenes produk akhir asam diubah secara enzimatis menjadi
produk non-asam (indikator menjadi kuning, reaksi negatif).
c. Uji Voges-Proskauer
Uji Voges-Proskauer untuk menentukan kemampuan bakteri
membentuk produk akhir non-asam atau netral, seperti
asetilmetilkarbinol dari asam-asam organik yang dihasilkan dari
metabolisme karbohidrat. Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi
barrit (alkohol α-naftol dan kalium hidroksida 40%). Uji VP positif
ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna merah muda,
setelah penambahan pereaksi barrit pada biakan. Warna merah muda
terbentuk karena dihasilkan asetilmetilkarbinol yang dioksidasi
menjadi senyawa asetil. Reaksi ini dikatalisis oleh adanya α-naftol
dan gugus guanidine pepton dalam media MR-VP.
d. Uji Sitrat (Citrat)
Dalam media tidak ada glukosa atau laktosa. Enzim sitrat permease
yang dihasilkan bakteri akan mentranspor sitrat ke dalam sel. Sitrat
selanjutnya diaktifkan oleh enzim sitrase menjadi asam oksaloasetat
dan asetat. Selanjutnya produk-produk tersebut diubah menjadi asam
piruvat dan karbondioksida. Reaksi selanjutnya yang terjadi adalah
sebagai berikut:
CO2 + 2Na + H2O  Na2CO3  pH basa
Kondisi basa menyebabkan indikator bromnitol biru bekerja, warna
media akan berubah dari hijau menjadi biru
1.3 Manfaat
a. Bagi Pemerintah
Membantu pemerintah menggalakan akan pentingnya menjaga kebersihan
diri dan lingkungan termasuk makanan dan minuman agar tidak memberi
kesempatan pada mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit.
b. Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tentang bahwa sebagian besar
mikrooganisme specimen urin dapat menimbukan penyakit ISK jika jumlah
bakteri yang melebihi batas.
c. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang metode diagnosis bakteriuria mikroskopis
langsung untuk mendeteksi adanya ISK. Menambah ketrampilan untuk
melakukan pemeriksaan mikroskopis urin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urin
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra (Risna, 2014).
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang
ginjal dan saluran urine, tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh
seperti: hati, saluran empedu, pancreas, cortex adrenal, dll. Urin normal
berwarna jernih transparan, warna kuning muda pada urin berasal dari zat
bilirubin dan biliverdin. Urin normal manusia terdiri dari air, urea, asam urat,
ammonia, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida,dan garam,
sedangkan pada kondisi tertentu dapat ditemukan zat-zat yang belebihan
misalnya vitamin C, obat-obatan (Rahmat, 2015)
Komposisi urine yang paling utama adalah terdiri dari air, urine pada
kondisi normal umumnya mengandung 90% air. Kandungan lainnya urea,
asam urat dan ammonia yang merupakan zat sisa dari pembongkaran protein,
zat warna empedu yang membuat warna urine kita menjadi kuning,
bermacam-macam garam / NaCl, dan terdapat beberapa zat yang beracun
(Rahmat, 2015).
2.2 Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah sebuah kondisi medis umum yang mengakibatkan angka morbiditas
dan mortalitas yang signifikan. Jenis Infeksi Saluran Kemih ada 2 yaitu :
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender. Pada perempuan,
terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu sistitis dan sindrom
uretra akut. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih
disertai bakteriuria bermakna. Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah
presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering
dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA disebabkan
mikroorganisme anaerob. Pada pria, presentasi klinis ISK bawah
mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
1. Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat
lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau
tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor
predisposisi tidak pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal.
Dengan 50-60% dari wanita akan mengalami ISK setidaknya satu kali
dalam hidup mereka. Mencapai 10% dari wanita postmenopause mengalami sekali
ISK setiap tahun. Pria mempunyai insidensi ISK yang jauh lebih rendah (5 per
10.000 per tahun). Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra, ureter, dan
ginjal. Urin biasanya merupakan cairan steril, tetapi ketika terinfeksi, mengandung
bakteri. Ketika infeksi terjadi berulang-ulang, ini disebut ISK berulang. ISK secara
umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang melibatkan saluran kemih bagian atas
atau bawah dan lebih lanjut diklasifikasikan sebagai ISK dengan atau tanpa
komplikasi bergantung pada apakah ISK tersebut berulang dan durasi infeksi. ISK
bawah termasuk sistitis, prostatitis dan uretritis. ISK atas termasuk pielonefritis,
nefritis interstisial dan abses renal. Penemuan bakteriuri yang bermakna,
merupakan diagnosis pasti ISK, walaupun tidak selalu disertai dengan gejala
klinis, dan merupakan “Bakuan Emas” untuk menetapkan proses infeksi di saluran
kemih. Dikatakan bakteriuri bermakna bila ditemukan bakteri patogen ≥10 5 /mL
urin porsi tengah (UPT).
Enterobacteriaceaea (termasuk Escherichia coli) dan Enterococcus faecalis
merupakan agen penyebab yang mencakup >95% dari ISK. Antibiotika
merupakan terapi utama pada penyakit infeksi saluran kemih. Hasil uji kultur dan
tes sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat.
Efektivitas terapi antibiotika pada infeksi saluran kemih dapat dilihat dari
penurunan angka lekosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah
terapi dan perbaikan status klinis pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk
pengobatan ISK harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: dapat diabsorpsi
dengan baik, ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin,
serta memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai.

2.3 Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient)
yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-
macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis
dan perhitungan jumlah mikroba. Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran nutrisi atau zat-zat hara (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroba (Susanti, 2014). Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan
yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan
mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul
kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan
dapat dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga
memanipulasi komposisi media pertumbuhannya sesuai kebutuhan bakteri. Oleh
karena bakteri yang berbeda memerlukan kebutuhan akan nutrisi yang berbeda
pula, sehingga dikembangkan berbagai macam media pertumbuhan untuk
digunakan dalam diagnosa mikrobiologi. Media pertumbuhan bakteri atau media
kultur bakteri adalah cairan atau gel yang di design untuk mendukung
pertumbuhan mikroorganisme dan sel. Terdapat dua jenis utama media
pertumbuhan yaitu media yang digunakan untuk kultur pertumbuhan sel tumbuhan
atau binatang dan jenis yang kedua yaitu kultur mikrobiologi yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Dapat
disimpulkan media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient)
yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba.
Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka media
tersebut harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
a. Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh
mikrobab. Harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan
pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan
b. Harus mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan
mikrobad.Harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar
mikroba yang diinginkan dapat tumbuh baik.
Faktor –faktor yang menyebabkan berhentinya pertumbuhan mikroba
antara lain:
a. Penyusutan konsentrasi nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
mikroba karena habis terkonsumsi.
b. Produk akhir metabolisme yang menghambat pertumbuhan mikroba
karena terjadinya inhibisi dan represi. Medium dapat dibuat beracam-
macam bergantung kepada keperluannya. Bahan yang paling umum
digunakan untuk membuat medium menjadi padat dapat dipakai agar.
Praktisnya semua media yang digunakan untuk penyediaan medium
mikrobia sudah secara komersial dalam bentuk bubuk dan juga dalam
bentuk siap pakai.
Dalam penyediaan media, kebanyakan bersifat alamiah sudah mengandung
semua nutrien yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dalam pembuatan medium
mikroba dalam lingkup mikrobiologi sangat berkaitan dengan sterilisasi. Hal ini
agar medium yang dibuat dapat berhasil. Jadi, proses sterilisasi pun perlu dipelajari
lebih dalam.
a. BAP
Media Blood Agar merupakan media pertumbuhan bakteri yang dapat
membedakan bakteri pathogen berdasarkan efek exotoksin hemolitik bakteri
pada sel darah merah. Media Blood Agar bukan merupakan media selektif
murni. Suatu media dikatakan media selektif apabila hanya ditumbuhi
beberapa jenis mikroba sementara menghambat pertumbuhan mikroba jenis
lain. Media Blood Agar adalah media yang diperkaya dengan nutrisi
tambahan yang kaya untuk mikroba. Oleh karena itu, media Blood Agar
merupakan media pertumbuhan diperkaya dan selektif diferensial, karena
mendukung pertumbuhan berbagai organisme serta dapat memberi ciri yang
khas untuk bakteri golongan tertentu.Blood Agar Plate (BAP) merupakan
media padat dan media diferensial. Media diferensial adalah media yang
ditambah zat kimia tertentu sehingga suatu mikroorganisme membentuk
pertumbuhan untuk mengklasifikasikan suatu kelompok jenis bakteri. Blood
Agar Plate (BAP) membedakan bakteri hemolitik dan nonhemolitik yaitu
berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah.
Komposisi Blood Agar Plate (BAP) yaitu mengandung trypton 15 gram, soy
peptone 5 gram, sodium khloride 5 gram, lithium khloride 10 gram,
magnesium sulphate 3,8 gram, dan agar 15 gram.Ada tiga jenis hemolisis
yaitu beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma hemolisis. Beta hemolisis
merupakan lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin. Alfa hemolisis
mengacu pada lisis parsial/lisis sebagian dari sel darah merah dan
hemoglobin. Hal ini menghasilkan perubahan warna disekitar menjadi abu-
abu kehijauan. Gamma hemolisis yaitu tidak terjadi hemolisis dimana tidak
ada perubahan warna dalam media. ( Anonim, 2015)

b. MCA
Media Mac Conkey agar termasuk salah satu media isolasi primer.
Mac Conkey merupakan medium selektif differensial yang mengandung zat
warna khusus dan karbohidrat untuk membedakan koloni yang
memfermentasikan laktosa (bewarna merah jambu) dengan yang tidak
memfermentasikan laktosa (tidak bewarna), ukuran dan bentuk koloni
bervariasi tergantung species. Kelompok laktosa fermenter seperti
Klebsiella sp. menghasilkan koloni bewarna merah jambu pada media
isolasi primer. Koloni Klebsiella sp. membentuk koloni yang mukoid,
kapsul polisakarida yang besar, kurang motil dan menunjukan positif untuk
lisin dekarbosilase dan sitrat. Media Mac Conkey memungkinkan
identifikasi persumtif secara cepat pada bakteri interik.
c. NA
Media yang digunakan dalam peremajaan bakteri adalah media NA
(nutrient agar), dimana media ini mengandung nutrisi yang dapat
mendukung pertumbuhan bakteri, semua organisme termasuk bakteri
membutuhkan nutrisi untuk memenuhi kehidupan yang diperlukan dalam
pertumbuhan organisme tersebut. Adapun komponen-komponen nutrisi
yang ada pada media NA adalah karbohidrat, nitrogen, vitamin dan garam,
serta pepton dan agar. Pepton merupakan sumber utama nitrogen. Sebagai
bahan pemadat, dalam media NA digunakan agar, namun agar disini tidak
merupakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan bakteri.
d. TSIA
TSIA merupakan media yang dapat mengidentifikasi bakteri sesuai
dengan karakter spesifik yang ditunjukan oleh bakteri. Media TSIA
mengandung 0,1% glukosa, 1% sukrosa, 1% laktosa, ferosulfat (untuk
mendeteksi produksi H2S), ekstrak jaringan (substrat pertumbuhan protein),
dan indikator pH (fenol merah). Zat tersebut dimasukkan kedalam tabung
reaksi sehingga menghasilkan agar miring dengan bagian pangkal yang
dalam dan diinokulasi dengan menusukkan pertumbuhan bakteri ke dalam
bagian pangkal. Jika memfermentasikan glukosa bagian miring dan pangkal
akan berubah warna kuning akibat sejumlah kecil asam yang dihasilkan.
Apabila produk fermentasi kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O dan
dilepaskan dari agar miring serta dekarbosilasi oksidatif protein masih
berlanjut dengan pembentukan amino ,bagian miring berubah menjadi
alkalin (merah). Reaksi oleh Klebsiella sp. pada TSIA yaitu asam/asam
bewarna kuning pada bagian pangkal dan miring, dapat terdeteksi gas, tidak
dihasilkan H2S.
e. SIM
Uji Sulfur bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menguraikan asam amino menjadi sulfur. Sulfur dihasilkam oleb bbeerapa
jenis mikroba melalui pemecahan asam amino yang mengandung sulfur
belerang (S) seperti lisin dan metionin. Hasil peruraian silfur dapat diamati
dengan penambahan garam-garam logam berat ke dalam medium. Hasil
positif apabila H2S beraksi dengan senyawa-senyawa ini yang ditandai
dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Kandungan NA
semisolid dalam media SIM memungkinkan bakteri yang memiliki flagel
melakukan pergerakan dalam emdia tersebut. Apabila dalam media terdapat
pertumbuhan bakteri yang menyebar maka dinyatakan bakteri yang
diindentifikasikasi tersebut adalah golongan enterobacter.
f. SITRAT
Bakteri diinoklulasi kedalam medium yang mengandung sodium sitrat
dan sebuah indikator pH yaitu bromthymol blue, inokolum yang tipis
kemudian diinkubasi pada suhu 350 selama 48 jam. Jika hasil positif terjadi
perubahan warna indikator dari hijau menjadi biru yang bermakna
pertumbuhan bakteri pada medium sitrat menghasilkan keadaan alkalis dan
bakteri telah menggunakan sitrat. tes ini mendeteksi kemampuan bakteri
dalam menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tunggal dan energi.
Medium tersebut juga mengandung inorganic sodium amonium salts, yang
mana akan digunakan sebagai sumber karbon utama.
g. Media GULA-GULA
Media Gula-Gula termasuk media Identifikasi, media identifikasi
adalah perbenihan yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri.
Biasanya digunakan beberapa media bersama-sama. Disebut media gula-
gula karena terbuat dari beberapa gula seperti, glukosa, laktosa,
mannosa, maltosa, sakarosa. Media gula-gula adalah air pepton yang
ditambah gula tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakteri
memfermentasi karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan
warna pada media gula-gula yang berubah menjadi warna kuning, artinya
bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pada media gula-
gula juga terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakan terbalik
didalam tabung media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas
h. Uji IMVIC
Bakteri dapat diidentifikasi dengan mengetahui reaksi biokimia dari
bakteri tersebut. Dengan menanamkan bakteri pada medium, maka akan
diketahui sifat-sifat suatu koloni bakteri. Sifat-sifat suatu koloni tersebut
ialah sifat-sifat yang ada sangkut pautnya dengan bentuk, susunan,
permukaan, pengkilatan, dan sebagainya. Identifikasi bakteri dapat
diketahui dengan menanamkan sampel bakteri dalam media seperti media
gula-gula dan penanaman dalam IMVIC. Uji IMVIC ini merupakan
singkatan dari uji Indol, Metil Red, Voges Proskauer, dan Citrate.
Bakteri yang tergolong dalam grup fekal dapat memecah asam amino
triptofan dan menghasilkan suatu senyawa berbau busuk yang disebut indol.
Bakteri yang telah ditumbuhkan dalam medium yang mengandung
triptofan, kemudian diberi 3-5 tetes pereaksi Kovacs yang mengandung
amil alkohol atau diberi kristal asam oksalat. Adanya indol akan
menyebabkan amil alkohol berubah warnanya menjadi merah tua atau
warna kristal asam oksalat menjadi merah muda. Uji yang menggunakan
penunjuk amil alkohol disebut metode Kovacs.
Metil Red adalah indikator asam-basa yang berubah menjadi merah
dalam medium yang sedikit asam. Jadi, jika metil merah ditambahkan pada
medium biakan yang mengandung glukosa yang di dalamnya organisme
telah tumbuh selama 18 sampai 24 jam, warna merah menunjukkan bahwa
asam organik telah terbentuk sebagai akibat fermentasi glukosa. etil merah
adalah suatu indicator yang akan menunjukan warna merah bila pH ada di
bawah 4. Hasil test positif ditandai dengan terbentuknya warna merah,
sedangkan warna kuning menunjukan hasil negative
Uji Voges-Proskueur digunakan untuk mengidentifikasi
mikroorganisme yang melakukan fermentase dengan hasil akhir 2,3
butanadiol. Bila bakteri memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3
butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut
dalam media pertumbuhan. Pada uji VP ini dilakukan penambahan 40%
KOH dan 5% larutan alfa naftol pada saat pengamatan. Hal ini dapat
menentukan adanya asetoin (asetil metil karbinol), suatu senyawa pemula
dalam sintesis 2,3 butanadiol
.
2.4 Uji Identifikasi Bakteri
2.4.1 Uji Gula-gula
Media gula-gula. Secara umum bakteri memfermentasi beberapa
karbohidrat tertentu dan penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik
bakteri. Pada pembuatan media gula-gula biasanya dilengkapi dengan tabung
Durham kedalam media untuk mengetahui adanya produksi gas sebagai hasil
dari proses fermentasi. Beberapa contoh media gula-gula glukosa, laktosa,
maltosa, manitol, dan sakarosa (Tito, 2014).
Media Gula-Gula termasuk media Identifikasi, media identifikasi
adalah perbenihan yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya
digunakan beberapa media bersama-sama. Disebut media gula-gula karena
terbuat dari beberapa gula seperti, glukosa, laktosa, manitol, maltosa, sakarosa.
Media gula-gula adalah air pepton yang ditambah gula tertentu. Tujuannya
adalah untuk mengetahui bakteri memfermentasi karbohidrat. Pada uji gula-
gula hanya terjadi perubahan warna pada media gula-gula yang berubah
menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi
glukosa. Pada media gula-gula juga terbentuk gelembung pada tabung durham
yang diletakan terbalik didalam tabung media, artinya hasil fermentasi
berbentuk gas.Untuk medium ini dipakai air pepton, jenis gula tertentu 1%, dan
indikator fenol red (indikator yang digunakan tidak harus fenol red, indikator
lain yang bisa digunakan seperti BTB, warna yang dihasilkan tergantung dari
indikator yang digunakan. Jika menggunakan fenol red maka media akan
berwarna merah, jika menggunakan BTB maka media akan berwarna biru.)
Indikator berguna untuk melihat ada atau tidaknya pembentukan asam.
Sebelum ditanami oleh bakteri medium tersebut berwarna merah (jika
menggunakan indikator fenol red). Apabila sudah ditanami atau terbentuk asam
maka akan berwarna kuning. Media tersebut masih steril karena berwarna
merah. Selain itu juga, dipergunakan tabung Durham untuk mengetahui ada
tidaknya pembentukan gas sebagai hasil penguraian gula dalam medium.
Tabung Durham diletakan terbalik di dalam tabung gula sehingga gas yang
terbentuk akan tertampung di dalam tabung tersebut. Sebelum dipakai, media
gula-gula ini harus selalu diperiksa apakah masih steril atau tidak. Bila telah
keruh atau kuning berarti media tidak dapat dipergunakan lagi. Sifat penguraian
terhadap gula dari setiap mikroba adalah berlainan, dengan demikian hasil
penguraian (reaksi) ini dapat dipakai untuk determinasi suatu jenis bakteri
sehingga dapat ditentukan spesiesnya (Harijani, 2013).

2.4.2 Uji TSIA


TSIA merupakan media yang dapat mengidentifikasi bakteri sesuai
dengan karakter spesifik yang ditunjukan oleh bakteri. Media TSIA
mengandung 0,1% glukosa, 1% sukrosa, 1% laktosa, ferosulfat (untuk
mendeteksi produksi H2S), ekstrak jaringan (substrat pertumbuhan protein),
dan indikator pH (fenol merah). Zat tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi
sehingga menghasilkan agar miring dengan bagian pangkal yang dalam dan
diinokulasi dengan menusukkan pertumbuhan bakteri ke dalam bagian pangkal.
Jika memfermentasikan glukosa bagian miring dan pangkal akan berubah
warna kuning akibat sejumlah kecil asam yang dihasilkan. Apabila produk
fermentasi kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O dan dilepaskan dari
agar miring serta dekarbosilasi oksidatif protein masih berlanjut dengan
pembentukan amino ,bagian miring berubah menjadi alkalin (merah). Reaksi
oleh Klebsiella sp. pada TSIA yaitu asam/asam bewarna kuning pada bagian
pangkal dan miring, dapat terdeteksi gas, tidak dihasilkan H2S.
Penambahan sukrosa dalam TSIA memungkinkan deteksi sebelumnya
dari bakteri coliform yang memfermentasi sukrosa lebih cepat daripada laktosa.
Menambahkan sukrosa juga membantu identifikasi bakteri gram negatif
tertentu yang dapat memfermentasi sukrosa tetapi tidak laktosa. Prosedur untuk
Triple Sugar Iron Agar test. Dengan ose steril langsung menyentuh bagian atas
koloni yang terisolasi dengan baik. Inokulasi TSI Agar dengan terlebih dahulu
menikam melalui pusat media ke bagian bawah tabung dan kemudian melesat
di permukaan kemiringan agar. Biarkan tutup dengan longgar dan inkubasi
tabung pada 35 ° C di udara sekitar selama 18 hingga 24 jam. Interpretasi Uji
Gula TSIA.
Jika laktosa (atau sukrosa) difermentasi, sejumlah besar asam
diproduksi, yang mengubah indikator merah fenol kuning baik di pantat dan
miring. Beberapa organisme menghasilkan gas, yang menghasilkan gelembung
/ retakan pada medium. Jika laktosa tidak difermentasi tetapi jumlah glukosa
yang sedikit, maka kekurangan oksigen akan menjadi kuning (ingat bahwa
bokong memiliki lebih banyak glukosa dibandingkan dengan kemiringan yaitu
lebih banyak media lebih banyak glukosa), tetapi pada kemiringan asam
(kurang asam sebagai media dalam kemiringan sangat kurang) akan teroksidasi
menjadi karbondioksida dan air oleh organisme dan kemiringannya akan
berwarna merah (basa atau pH netral).
Jika tidak ada laktosa / sukrosa atau glukosa yang difermentasi, baik
pantat dan kemiringannya akan berwarna merah. Kemiringan dapat menjadi
lebih merah-ungu (lebih basa) sebagai hasil dari produksi amonia dari
deaminasi oksidatif asam amino (ingat peoptone adalah konstitusi utama dari
TSI Agar). jika H2S diproduksi, warna hitam sulfida besi terlihat.

2.4.3 Uji IMVIC


2.4.3.1 Uji SIM
Sulfide indol motility (SIM). Media sim bentuknya semisolid yang
digunakan untuk mengetahui produksi H2S, indol dan motilitas atau
pergerakan suatu bakteri. Produksi indol dapat diketahui dengan
meneteskan 1-3 tetes reagen kovacs atau Erlich ke dalam biakan bakteri.
Hasil positif indol akan ditandai warna merah pada permukaan biakan.
a. Sulfur
Sulfur dapat direduksi menjadi H2S (Hidrogen Sulfida) baik
oleh katabolisme asam amino sistem oleh desulfurase sistem enzim atau
dengan pengurangan thiosulphate dalam respirasi anaerobik. Jika
hidrogen sulfida diproduksi maka warna hitam akan terbentuk dimedia.
b. Indol
Uji indol bertujuan mengidentifikasi kemampuan bakteri
menghasilkan indol dengan menggunakan enzim tryptophanase.
Produksi indol di dalam media dimungkinkan karena adanya
tryptophan. Tryptophan adalah asam amino esensial, yang teroksidasi
oleh beberapa bakteri yang mengakibatkan pembentukan indol, asam
piruvat, dan amonia. Hasil uji Indol pada bakteri Escherichia coli adalah
positif yang ditunjukan adanya cincin merah pada bagian atas, hal ini
disebabkan karena indol bereaksi dengan aldehid. Namun karena cincin
mudah memudar oleh gerakan yang tiba-tiba cincin menjadi pecah dan
menghasilkan warna merah muda.
c. Motiliti
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid
dengan kandungan agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengetahui gerak kuman, bisa memakai media MO (Motilitas Ornitin)
atau SIM (Sulfida Indol Motility). Pada media SIM selain untuk melihat
motilitas bisa juga untuk test indol dan pembentukan H2S. Interpretasi
hasil : negatif (-) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih
seperti akar hanya pada bekas tusukan inokulasi. positif (+) : terlihat
adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi.
Hal ini menunjukan adanya pergerakan dari bakteri yang
diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki flagel.

2.4.3.2 Uji MRVP


a. Uji Methyl Red/MR
Uji Methyl Red (MR), bertujuan untuk mendeteksi kemampuan
organisme dalam memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam
stabil dari fermentasi glukosa. Methyl red adalah indikator pH, yang tetap
berwarna merah pada pH 4,4 atau kurang.25 Hasil pengamatan untuk uji
MR pada isolate bakteri Escherichia coli adalah positif yang ditunjukkan
dengan larutan berwarna merah. Uji methyl red digunakan untuk
menentukan adanya fermentasi asam campuran. Beberapa bakteri
memfermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk yang
bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media pertumbuhannya
menjadi 5.0 atau lebih rendah (Mahatmi, 2017).
Penambahan indikator pH ”methyl red” dapat menunjukkan adanya
perubahan pH menjadi asam. Methyl Red berwarna merah pada
lingkungan dengan pH 4.4 dan berwarna kuning dalam lingkungan
dengan pH 6.2. Fermentasi asam campuran ditentukan dengan cara
menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu yang mengandung glukosa,
dan setelah masa inkubasi menambahkan reagens methyl red. .Bila terjadi
fermentasi, biakan akan tetap berwarna merah. Bila tidak terjadi
fermentasi, biakan berubah menjadi kuning setelah penambahan reagen
methyl red.
Uji ini sangat berguna dalam identifikasi kelompok bakteri yang
menempati saluran pencernaan. Hasil pengamatan memperlihatkan satu
tabung bernilai positif dan satu tabung lainnya bernilai negatif karena
sampel yang telah diberi reagen methylred tidak terbentuk cincin yang
berwarna merah melainkan membentuk cincin berwarna orange yang
mengindikasikan bahwa pada medium tersebut tidak terdapat bakteri
Escherichia coli. Artinya, bakteri ini tidak mengahasilkan asam campuran
(metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam
medium MR-VP.
b. Uji Voges – Proskauer/VP
Uji Voges Proskauer (VP) adalah tes yang digunakan untuk
mendeteksi acetonin dalam kultur cair bakteri. Pengujian ini dilakukan
dengan menambahakan alphanaftol dan kalium hidroksida dengan kaldu
voges Proskauer yang telah diinokulasi dengan bakteri. Warna merah
menunjukkan hasil yang positif, sedangkan warna kuningcoklat atau tidak
berwarna merupakan hasil negative. Uji ini negatif untuk Escherichia coli
karena Escherichia coli memfermentasikan karbohidrat menjadi produk
asam dan tidak menghasilkan produk netral seperti asetonin.

2.4.3.3 Uji Sitrat


`Media ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri dengan
mempergunakan citrat sebagai karbon organik. Uji Citrat digunakan untuk
melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini dapat digunakan medium
sitrat–koser berupa medium cair. Bila mikroorganisme mampu
menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan,
sehingga menyebabkan peningkatan pH dan mengubah warna medium dari
hijau menjadi biru. Perubahan warna dari hijau menjadi biru menunjukan
bahwa mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon. Sedangkan para medium sitrat-Koser kemampuan
menggunakan sitrat ditunjukan oleh kekeruhan yang menandakan adanya
pertumbuhan.
Uji sitrat bertujuan mendeteksi kemampuan suatu organisme untuk
memanfaatkan sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Jika bakteri
mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya maka akan
menaikan pH dan mengubah warna medium biakan dari hijau menjadi biru.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 1 – 9 Oktober 2018 dan kegiatan
pelaksanaan praktikum ini dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan
Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar sebagai lokasi pemeriksaan
specimen Urine.
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum ini dari proses penyiapan sampel
hingga proses pengujian, diantaranya sebagai berikut :
1. Tabung reaksi
2. Ose bulat
3. Ose jarum
4. Ose Disposible
5. Api Bunsen
6. Inkubator
7. Autoklaf
8. Neraca analitik
9. Hotplate dan stirrer
10. Gelas ukur
11. Rak tabung reaksi
12. BSC
13. Autoklaf
14. Plate
b. Bahan Praktikum
1. Bahan Pemeriksaan yaitu Urine
2. Bahan / Reagen, diantaranya sebagai berikut ;
a. Aquades
b. Alkohol
c. Kapas
d. Alummunium foil
e. Tissue
3. Media, diantaranya sebagai berikut :
a. MCA (Mac Conkey Agar)
b. BAP (Blood Agar Plate)
c. NA (Nutrient Agar)
d. TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
e. SS (Simon Sitrat)
f. MRVP (Methyl Red Voges Proskauer)
g. SIM (Sulfide Indol Motility)
h. Gula-gula (Glukosa, Maltosa, Laktosa, Manitol dan Sukrosa)

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan Media
1. Pembuatan media MCA
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan aquadest dari
gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media MCA ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca analitik
d. Bahan media MCA yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer. Aquadest ditambahkan sampai tanda batas
e. Bahan media MCA di homogenkan menggunakan hotplat dan stirer
sampai larut. Setelah larut, larutan diautoklaf.
f. Larutan ditunggu hingga sedingin kuku sambil digoyangkan.
Kemudian dituang ke dalam plate setril. Ditunggu sampai media
padat.
2. Pembuatan media BAP
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan aquadest dari
gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media BAP ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca analitik.
d. Bahan media BAP yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer. Aquadest ditambahkan sampai tanda batas.
e. Media BAP di homogenkan menggunakan hotplat dan stirer sampai
larut.
f. Larutan ditunggu hingga sedingin kuku sambil digoyangkan. Media
BAP ditambahkan 7ml darah dengan golongan darah 0. Pembuatan
media ini khusus di lakukan di BSC karena bersifat infeksius.
g. Kemudian dituang ke dalam plate setril. Ditunggu sampai media
padat
3. Pembuatan media NA
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan aquadest dari
gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media NA ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca analitik.
d. Bahan media NA yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Aquades ditambahkan sampai tanda batas.
e. Media NA di homogenkan menggunakan hotplat dan stirer sampai
larut. Setelah larut, larutan diautoklaf.
f. Larutan ditunggu hingga sedingin kuku sambil digoyangkan.
Kemudian dituang ke dalam plate setril. Ditunggu sampai media
padat
4. Pembutan media TSIA
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan aquadest dari
gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media TSIA ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca
analitik.
d. Bahan media TSIA yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Aquadest ditambahkan sampai tanda batas.
e. Media TSIA dihomogenkan menggunakan hotplat dan stirer
sampai larut. Setelah larut, larutan diautoklaf.
f. Larutan ditunggu hingga sedingin kuku sambil digoyangkan.
Kemudian dimasukkan ke dalam tabung setril dengan pipet steril
sebanyak 5ml.
g. Media diletakan pada posisi miring. Ditunggu hingga media padat
5. Pembutan media Simon Sitrat
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan aquadest dari
gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media Simon Sitrat ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca
analitik.
d. Bahan media Simon Sitrat yang sudah ditimbang dimasukan ke
dalam Erlenmeyer berisi tanda. Aquadest ditambahkan sampai tanda
batas.
e. Media Simon Sitrat dihomogenkan menggunakan hotplat dan stirer
sampai larut. Setelah larut, larutan diautoklaf.
f. Larutan ditunggu hingga sedingin kuku sambil digoyangkan.
Kemudian dimasukkan ke dalam tabung setril dengan pipet steril
sebanyak 5ml.
g. Media diletakan pada posisi miring. Tunggu hingga media padat.
6. Pembutan media SIM
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan aquadest dari
gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media SIM ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca analitik.
d. Bahan media SIM yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Aquadest ditambahkan sampai tanda batas.
e. Media SIM dihomogenkan menggunakan hotplat dan stirer sampai
larut. Setelah larut, larutan agar diautoklaf.
f. Larutan ditunggu hingga sedingin kuku sambil digoyangkan.
Kemudian dimasukkan ke dalam tabung setril dengan pipet steril
sebanyak 5 ml.
g. Media diletakan pada posisi tegak lurus. Tunggu hingga media
padat.
7. Pembutan media MRVP
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan aquadest dari
gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media MRVP ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca
analitik.
d. Bahan media MRVP yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Aquadest ditambahkan sampai tanda batas.
e. Media MRVP dihomogenkan menggunakan hotplat dan stirer
sampai larut.
f. Setelah larut, larutan MRVP dimasukkan ke dalam tabung setril
dengan pipet steril sebanyak 5 ml.
g. Larutan MRVP yang sudah masuk ke dalam tabung di setril
diautoklaf.
8. Pembutan media Glukosa
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan pelarut APW
dari gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media Glukosa ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca
analitik.
d. Bahan media Glukosa yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Pelarut APW ditambahkan sampai tanda
batas.
e. Media Glukosa dihomogenkan menggunakan hotplat dan stirer
sampai larut.
f. Setelah larut, larutan Glukosa dimasukkan ke dalam tabung setril
dengan pipet steril sebanyak 5 ml.
g. Larutan Glukosa yang sudah masuk ke dalam tabung di setril
diautoklaf.
9. Pembutan media Laktosa
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan pelarut APW
dari gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media Laktosa ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca
analitik.
d. Bahan media Laktosa yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Pelarut APW ditambahkan sampai tanda
batas.
e. Media Laktosa dihomogenkan menggunakan hotplat dan stirer
sampai larut.
f. Setelah larut, larutan Laktosa dimasukkan ke dalam tabung setril
dengan pipet steril sebanyak 5 ml.
g. Larutan Laktosa yang sudah masuk ke dalam tabung setril
diautoklaf.
10. Pembutan media Sakarosa
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan pelarut APW
dari gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media Sakarosa ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca
analitik.
d. Bahan media Sakarosa yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Pelarut APW ditambahkan sampai tanda
batas.
e. Media Sakarosa dihomogenkan menggunakan hotplat dan stirer
sampai larut.
f. Setelah larut, larutan Sakarosa dimasukkan ke dalam tabung setril
dengan pipet steril sebanyak 5 ml.
g. Larutan Sakarosa yang sudah masuk ke dalam tabung di setril
diautoklaf.
11. Pembutan media Manitol
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan pelarut APW
dari gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media Manitol ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca
analitik.
d. Bahan media Manitol yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Pelarut APW ditambahkan sampai tanda
batas.
e. Bahan media Manitol dihomogenkan menggunakan hotplat dan
stirer sampai larut.
f. Setelah larut, larutan Manitol dimasukkan ke dalam tabung setril
dengan pipet steril sebanyak 5 ml.
g. Larutan Manitol yang sudah masuk ke dalam tabung di setril
diautoklaf.
12. Pembutan media Maltosa
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Pada Erlenmeyer diberi tanda dengan menambahkan pelarut APW
dari gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
c. Bahan media Maltosa ditimbang sesuai kebutuhan pada neraca
analitik.
d. Bahan media Maltosa yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam
Erlenmeyer berisi tanda. Pelarut APW ditambahkan sampai tanda
batas.
e. Media Maltosa dihomogenkan menggunakan hotplat dan stirer
sampai larut.
f. Setelah larut, larutan Maltosa dimasukkan ke dalam tabung setril
dengan pipet steril sebanyak 5 ml.
g. Larutan Maltosa yang sudah masuk ke dalam tabung setril
diautoklaf.
3.3.2 Tahap Analisis Mikrobiologi Specimen Urin
1. Spesimen berupa urin diambil 1-2 ose, dimasukkan ke dalam media
MCA, BAP dan NA. Pada media NA menggunakan ose khusus yaitu
Ose Disposible yang steril. Media diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24
jam: specimen berupa rectal swab dapat langsung ditanam pada media
selekktif dan diferensiasi seperti MCA dan BAP.
2. Dilakukan pembacaan pada hari kedua praktikum. Dilihat ciri-ciri
koloni bakteri yang tumbuh pada media MCA, BAP, dan NA. Dilakukan
identifikasi terhadap bakteri yang tumbuh pada media tersebut.
3. Bakteri yang tumbuh pada media MCA disubkultur dengan teknik
goresan empat kuadran pada media NA diinkubasi pada suhu 37ºC
selama 24 jam.
4. Koloni yang tumbuh pada media – media tersebut diidentifikasi ukuran,
bentuk, tekstur, dan warna (parameter penting) untuk menentukan
kemampuannya dalam fermentasi lactose.
5. Dipilih salah satu koloni tunggal pada media NA, diambil 1 ose, ditanam
pada media SIM, TSIA dan Simon sitrat.
6. Dilakukan uji biokimia, antara lain uji IMVIC (Indol, Metil Red, Vogea-
Proskaur, Sitrat), fermentasi karbohidrat, motilitas, dan urease.
3.3.3 Pemeriksaan Lanjutan, Uji Biokimia
a. Uji Gula – Gula
1. Koloni diinokulasikan dari biakan kuman ke masing – masing media
gula – gula.
2. Diinkubasi pada suhu 37ºC, selama 24 jam.
3. Diamati reaksi yang terjadi.
b. Uji TSIA
1. Koloni diinokulasikan dari biakan kuman ke TSIA dengan cara
penusukan dengan ose lurus mulai dari pangkal kemiringan sampai
ke dasar tabung, saat menarik ose kembali permukaan miring media
digores.
4. Kultur diinkubasi pada suhu 37ºC, selama 24 - 48 jam.
5. Diamati perubahan warna yang terjadi.
c. Uji IMVIC
1. Uji Produksi Indol
 Koloni dari biakan kuman diinokulasikan ke media SIM,
dinkubasi pada suhu suhu 37ºC, selama 24 – 48 jam
 Reagen kovac ditambahkan di atas permukaan media SIM,
diamati reaksi yang terjadi.
2. Uji Metil Merah / MR
 Koloni dari biakan kuman diinokulasikan ke media MR-VP,
dinkubasi pada suhu suhu 37ºC, selama 24 – 48 jam.
 Ditambahkan indikator metal merah pada biakan.
 Diamati reaksi yang terjadi.
3. Uji Voges – Proskauer / VP
 Koloni dari biakan kuman diinokulasikan ke media MR-VP,
dinkubasi pada suhu suhu 37ºC, selama 24 – 48 jam.
 Ditambahkan pereaksi Barrit A dan B pada biakan.
 Diamati reaksi yang terjadi.
4. Uji Sitrat (Citrat)
 Koloni diinokulasi dari biakan kuman ke simon sitrat.
 Diinkubasi pada suhu suhu 37ºC, selama 24 – 48 jam.
 Diamati perubahan warna media.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Pada praktikum Bakteriologi “Analisis Mikrobiologi Specimen Urin” yang
dilaksanakan pada tanggal 1-9 oktober 2018 didapatkan hasil dibawah ini :

Identifikasi Probandus
Nama Probandus : I KOMANG ARNIATA
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Umur : 47 Tahun
Riwayat Penyakit :-

Identifikasi Sampel
Warna Urine : Kuning Tua (Pekat)
Viskositas : Cair
Kekeruhan : Jernih

GAMBAR

No Media SEBELUM SESUDAH KETERANGAN

1 Koloni di
media MCA
Tidak terdapat
koloni bakteri
yang tumbuh.

2 Kolini di
Media BAP
Tidak terdapat
koloni bakteri
yang tumbuh.

3 Koloni di Tumbbuh koloni


media NA bakteri
Escherichia
coli..

Ciri – cirri :

Koloni kecil

Cembung

4 Peremajaan Tumbbuh koloni


biakan dari bakteri
media MCA Escherichia
ke media coli..
NA
Ciri – cirri :

Koloni kecil

Cembung

5 Penanaman Uji Sulfur Terdapat bakteri


bakteri pada Escherichia coli
media SIM pada media
sitrat.

Ciri – cirri :
Terjadi
perubahan warna
dimana dasar
berwarna kuning
keruh dan bagian
atas merah uda

Uji Indol

6 Penanaman Tumbuh bakteri


bakteri pada Escherichia coli
media TSIA pada media
TSIA

Ciri – cirri :

Terdapat
gelembung gas

7 Penanaman Tidak terdapat


bakteri pada bakteri
media sitrat Escherichia coli
pada media
sitrat.

Ciri – cirri :
Tidak terjadi
perubahan
warna.

8 a. Glukosa Terdapat bakteri


Escherichia coli
Penanaman
yang mengurai
bakteri pada
glukosa untuk
media gula
proses
– gula
metabolisme.

Ciri – cirri :

Terjadi
perubahan
warana dari
warna biru
menjadi kuning.

Terdapat
gelembung.

b. Sakarosa Tidak terdapat


bakteri
Escherichia coli
pada media
sakarosa.

Ciri – cirri :

Tidak terjadi
perubahan warna
atau tetap biru.

c. Laktosa Tumbuh bakteri


Escherichia coli
yang
memfermentasi
media Laktosa.

Ciri – cirri :

Terjadi
perubahan warna
dari biru
menjdadi warna
kuning.

d. Maltosa Tumbuh bakteri


Escherichia coli
yang
memfermentasi
media Maltosa.

Ciri – cirri :

Terjadi
perubahan warna
dari biru
menjdadi warna
kuning.

e. Manitol Tumbuh bakteri


Escherichia coli
yang membentuk
asam pada media
manitol.

Ciri – cirri :

Terjadi
perubahan warna
dari warna biru
menjadi warna
kuning.

9 Uji MR

Bakteri tidak
dapat
memfermentasi
glukosa pada
MR.

10 Uji VP Bakteri tidak


dapat
memfermentasi
glukosa pada
VP.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Isolasi Bakteri dari Urine
Struktur antomi perkemihan manusia sedemikian sehingga struktur
genetal eksternal dan bagian bawah uretra secara normal terkontaminasi
oleh berbagai populasi mikroorganisme. Ketika pathogen-patogen
memperoleh jalan masuk ke dalam sistem ini, pathogen-patogen ini dapat
menyebabkan infeksi salah satunya infeksi saluran kemih. Infeksi Saluran
kemih (ISK) dapat disebabkan oleh kelompok bakteri Enterobacteriaceae.
Enterobacteriaceae adalah kelompok batang gram negatif yang besar dan
heterogen, dengan habitat alaminya di saluran cerna manusia. Kebanyakan
Enterobacteriaceae merupakan flora normal pada saluran pencernaan
meskipun ada juga yang beberapa tersebar luas di lingkungan sekitar.
Sebagain besar kuman enterik tidak menimbulkan penyakit pada
host bila kuman tetap berada di dalam usus besar, tetapi pada keadaan-
keadaan dimana terjadi perubahan ada host atau bila ada kesempatan
memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman enterik ini
menimbulkan berbagai macam penyakit pada tiap jaringan di tubuh
manusia. Dalam praktikum kali ini dilakukan analisa mikrobiologi dengan
sampel urine. Penggunaan urine pada praktikum ini yaitu karena jaringan-
jaringan dan organ-organ yang menyusun bagian lain dari sitem
perkemihan, yaitu kandung kemih, ureter, dan ginjal merupakan bagian
yang steril sehingga urine yang melalui struktur-struktur ini juga steril atau
tidak terkontaminasi. Jika terdapat kontaminasi pada sampel urine maka
kemungkinan terinfeksi saluran kemih. Untuk mendeteksi bakteriuria dan
mengidentifikasi mikroorganisme-mikroorganisme yang terdapat di dalam
saluran kemih dilakukan penanaman pada media selektif dan diferensial
yang dapat menumbuhkan dan membedakan berbagai kelompok bakteri.
Media yang digunakan yaitu media MCA, BAP, dan NA. Pada media
tersebut kuman enterik akan menampilkan karakteristik koloni yang khas.
Mac Conkey Agar (MCA) adalah suatu jenis media yang digunakan
untuk identifikasi mikroorganisme, yang merupakan medium kultur yang
dirancang untuk tumbuhnya bakteri gram negatif yang memfermentasi
laktosa, serta menghambat pertumbuhan mikroorganisme gram positif. Mac
Conkey Agar termasuk dalam media selektif diferensial bagi mikroba. Jenis
mikroba tertentu akan membentuk koloni dengan ciri tertentu yang khas
apabila ditumbuhkan pada media ini. Persenyawaan utama dalam media ini
adalah laktosa, garam empedu, dan neutral red sebagai indikator warna.
Media ini akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan
adanya garam empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri gram
negatif yang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya
memfermentasikan laktosa. Koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa
berwarna merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu.
Endapan ini disebabkan oleh penguraian laktosa menjadi asam yang akan
bereaksi dengan garam empedu. Bakteri yang tidak memfermentasikan
laktosa biasanya bersifat patogen. Golongan bakteri ini tidak
memperlihatkan perubahan pada media. Hal ini menyebabkan warna
koloninya sama dengan warna media. Dimana warna koloni dapat dilihat
pada bagian koloni yang terpisah. Berdasarkan hasil praktikum setelah
dilakukan isolasi bakteri dari sampel urine dan diinkubasi selama 24 jam
dalam suhu 370C didapatkan koloni bakteri dengan ciri ciri koloni sedang,
merah bata, cembung, lembut dan berkabut sehingga tergolong bakteri gram
negative karena mampu memfermentasi laktosa.
Isolasi selanjutnya iatu pada media BAP (Blood Agar Plate). Blood
Agar Plate merupakan media pertumbuhan bakteri yang dapat membedakan
bakteri pathogen berdasarkan efek exotoksin hemolitik bakteri pada sel
darah merah. Blood Agar Plate bukan merupakan media selektif murni.
Suatu media dikatakan media selektif apabila hanya ditumbuhi beberapa
jenis mikroba sementara menghambat pertumbuhan mikroba jenis lain.
Blood Agar Plate adalah media yang diperkaya dengan nutrisi tambahan
yang kaya untuk mikroba. Oleh karena itu, media Blood Agar merupakan
media pertumbuhan diperkaya dan selektif diferensial, karena mendukung
pertumbuhan berbagai organisme serta dapat memberi ciri yang khas untuk
bakteri golongan tertentu. Blood Agar Plate (BAP) membedakan bakteri
hemolitik dan nonhemolitik yaitu berdasarkan kemampuan mereka untuk
melisiskan sel-sel darah merah. Komposisi Blood Agar Plate (BAP) yaitu
mengandung trypton 15 gram, soy peptone 5 gram, sodium khloride 5 gram,
lithium khloride 10 gram, magnesium sulphate 3,8 gram, dan agar 15 gram.
Ada tiga jenis hemolisis yaitu beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma
hemolisis. Beta hemolisis merupakan lisis lengkap sel darah merah dan
hemoglobin. Alfa hemolisis mengacu pada lisis parsial/lisis sebagian dari
sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini menghasilkan perubahan warna
disekitar menjadi abu-abu kehijauan. Gamma hemolisis yaitu tidak terjadi
hemolisis dimana tidak ada perubahan warna dalam media. Dan pada media
BAP praktikum terjadi gamma hemolysis dimana tidak ada perubahan
warna dalam media.
Media selanjutnya yaitu Nutrient Agar. Nutrient Agar digunakan
untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan
salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti
uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur,
untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi
organisme dalam kultur murni. Untuk komposisi nutrien agar adalah eksrak
beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Pada
media NA koloni yang tumbuh tidak hanya pathogen namun juga non
pathogen. Hasil isolasi dari media NA yaitu terdapat koloni berukuran bulat
kecil yang berwarna putih. Pada media NA tidak dilakukan kultur bakteri
ke langkah selanjutnya namun media ini digunakan untuk hitung koloni
yang terdapat pada media.

4.2.2 Hitung Koloni


Perhitungan jumlah koloni yang muncul pada cawan mengandung
indeks bagi jumlah mikroorganisme yang dapat terkandung dalam sampel.
Teknik yang harus dikuasai adalah mengencerkan sampel dan
mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah masing-
masing koloni pada media diamati. Untuk memenuhi persyaratan statistik,
media pada cawan petri yang dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang
mengandung antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam
sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-
kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang
memenuhi persyaratan tersebut, harus dilakukan sederetan pengenceran dan
pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan
dengan menggunakan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor
pengenceran. Pada praktikum analisis mikrobiologi specimen urin ini
dilakukan perhitungan bakteri per ml dengan menggunakan koloni counter
dan di dapatkan 72 koloni bakteri yang tumbuh pada media NA.

Jumlah Organisme = Jumlah Koloni x Faktor Konversi 0,01 ml menjadi 1 ml

= 72 x 100

= 7200 organisme per ml


Jumlah dari koloni ini sangat menentukan sampel probandus mengandung
lebih dari 25 koloni bakteri atau jumlah bakteri lebih dari 100.000 per ml.
Jika koloni lebih dari 25 atau jumlah bakteri lebih dari 100.000 per ml maka
probandus positif mengalami banteriuria yang dapat menyebabkan infeksi
saluran kencing (ISK). Jadi urin sampel probandus yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu Diduga bakteriuria.
4.2.3 Peremajaan Bakteri
Selanjutnya dilakukan pengasingan dari koloni bakteri media MCA
ke media NA (Nutrient Agar). Media Nutrient agar adalah media
pertumbuhan mikrobiologi yang umum digunakan untuk budidaya
mikroba. Media ini biasanya mengandung 0,5% Peptone, 0,3% ekstrak
daging sapi / ekstrak ragi, 1,5% agar, dan 0,5% NaCl. Medium NA dengan
tambahan beberapa bahan seperti amilum (pati), serum, dan darah,
medium nutrient agar juga dapat digunakan sebagai medium pengayaan
dan selektif bagi mikroorganisme tertentu serta bermanfaat dalam uji
serologi dan biokimia untuk mengidentifikasi bakteri. Dari media NA akan
didaptkan koloni tunggal dari populasi koloni pada media selektif
diferensial. Dalam medium NA terkandung pepton, yeast dan beef extract
yang berfungsi sebagai sumber nitrogen dan sumber karbon, sumber
vitamin dan beberapa senyawa lain untuk menyokong pertumbuhan
bakteri. Pada medium ini terkadang juga ditambah dengan garam (NaCl)
untuk menyeimbangkan tekanan osmotik sel bakteri dan medium, agar
bakteri yang akan ditumbuhkan tidak mati.Koloni yang tumbuh pada
media NA diidentifikasi ukuran, bentuk, tekstur dan warna untuk melihat
kemampuan dari bakteri tersebut dalam memfermentasi laktosa. Koloni
Escherichia coli pada agar biasanya berwarna putih, kadang
kadang kuning putih. Bentuknya entire sampai endulate,kelembaban
homogen, tembus cahaya, bersifat aerobik sampai fakultatif anaerobik
Berdasarkan hasil praktikum didaptkan koloni bakteri dengan ciri-ciri
Koloni Kecil, Cembung,
Selanjutnya dilakukan uji Biokimia untuk dapat membedakan
bakteri sampai tingkat spesies. Pada uji biokimia reaksi bersifat spesifik
karena melibatkan enzim-enzim yang dihasilkan bakteri. Bakteri yang
menghasilkan enzim tertentu akan bereaksi positif ketika diberi substrat
yang sesuai. Dengan memberikan indikator tertentu hasil reaksi dapat
dilihat secara kasat mata, misalnya melalui perubahan warna yang terjadi
pada media. Uji biokimia terdiri dari uji Gula-gula, uji TSIA, uji IMVIC,
uji MR, uji VP, uji Sitrat dan uji SIM.

4.2.4 Uji Biokimia


a. Uji Gula-Gula
Media gula-gula. Secara umum bakteri memfermentasi beberapa
karbohidrat tertentu dan penting dilakukan untuk mengetahui
karakteristik bakteri. Pada pembuatan media gula-gula biasanya
dilengkapi dengan tabung Durham kedalam media untuk mengetahui
adanya produksi gas sebagai hasil dari proses fermentasi.
Bakteri memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menggunakan karbohidrat untuk metabolisme. Penggunaan laktosa menjadi
salah satu parameter penentu pada uji fermentasi karbohidrat. Hasil akhir
dari fermentasi karbohidrat ditentukan oleh sifat mikroba, media yang
digunakan, serta faktor lingkungan berupa pH dan suhu. Fermentasi
merupakan proses oksidasi biologi dengan karbohidrat sebagai substratnya.
Beberapa jenis karbohidrat yang digunakan pada uji fermentasi karbohidrat
antara lain, laktosa, maltosa, manitol, glukosa dan sukrosa. Berbeda dengan
glukosa yang dapat langsung masuk jalur fermentasi tahap pertama, laktosa,
maltosa, mannitol, dan sukrosa harus dihidrolisis terlebih dahulu agar
menjadi monosakarida penyusunnya. Laktosa akan menjadi glukosa dan
galaktosa, maltosa menjadi dua molekuk glukosa, mannitol menjadi manosa
atau galaktosa, serta sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Hasil positif
pada uji fermentasi karbohidrat terlihat pada perubahan warna media
menjadi kuning dan adanya gas yang terlihat pada tabung durham.
Hasil uji fermentasi karbohidrat didapatkan seluruh jenis koloni
positif pada seluruh karbohidrat seperti glukosa, laktosa, maltosa, dan
sukrosa kecuali manitol. Menurut Risna (2016) perubahan warna media
menjadi kuning karena adanya indikator phenol red akibat terbentuknya
asam pada media uji fermentasi karbohidrat. Akan tetapi sesuai dengan hasil
kultur pada media MCA dengan warna koloni yang terbentuk bergantung
pada kemampuan bakteri dalam fermentasi laktosa, sehingga perubahan
warna pada media uji karbohidrat juga bervariasi antara kuning pekat
hingga kuning terang.
Selain perubahan warna pada uji gula-gula, hasil positif juga disertai
dengan pembentukan gas pada seluruh karbohidrat seperti glukosa, laktosa,
maltose dan sukrosa kecuali manitol. Menurut Connie R. Mahon et al (2015)
apabila bakteri mampu memfermentasi semua karbohidrat maka artinya
terjadi proses glikolisis yang menghasilkan produk akhir berupa piruvat
yang akan dikonversi sehingga membentuk asam. Asam tersebut kemudian
diubah menjadi H2 dan CO2 melalui mekanisme enzim hidrogen lyase
sehingga menghasilkan gas, gas yang terbentuk akan terperangkap ke dalam
tabung durham.
Tabung Durham diletakan terbalik di dalam tabung gula sehingga
gas yang terbentuk akan tertampung di dalam tabung tersebut. Adanya
gelembung pada tabung durham menandakan bahwa hasil fermentasi dari
bakteri Escherichia coli berbentuk gas dan dikarenakan oleh bakteri
Escherichia coli membutuhkan oksigen dalam proses metabolismenya.
Komposisi medium glukosa, yaitu : Pepton, BTB dan glukosa. Dari
kandungan inilah Escherichia coli mengurai glukosa untuk proses
metabolismenya.
Pada medium laktosa diperoleh hasil positif, yaitu adanya perubahan
warna, dari warna merah menjadi warna kuning. Hal ini menandakan bahwa
bakteri Escherichia coli membentuk asam dari fermentasi laktosa.
Komposisi medium laktosa, yaitu : Pepton, BTB dan laktosa. Dari
kandungan inilah Escherichia coli mengurai laktosa untuk proses
metabolismenya.
Pada medium maltosa diperoleh hasil positif, yaitu adanya
perubahan warna merah menjadi warna kuning, hal ini menandakan bahwa
bakteri Escherichia coli membentuk asam dari fermentasi maltosa.
Komposisi medium maltosa, yaitu : Pepton, BTB dan manosa. Dari
kandungan inilah Escherichia coli mengurai glukosa untuk proses
metabolismenya.
Pada medium manitol diperoleh hasil positif, yaitu adanya
perubahan warna merah menjadi warna kuning muda, hal ini menandakan
bahwa bakteri Escherichia coli membentuk asam dari fermentasi manitol.
Komposisi medium manitol, yaitu : Pepton, BTB dan manitol. Dari
kandungan inilah Escherichia coli mengurai manitol untuk proses
metabolismenya.
Pada medium sakarosa diperoleh hasil negative yaitu warna media
tetap biru. Menurut Connie R. Mahon et al (2015) bahwa bakteri
Escherichia coli membentuk asam dari fermentasi sakarosa. Komposisi
medium sakarosa, yaitu : Pepton, BTB dan sukrosa. Dari kandungan inilah
Escherichia coli mengurai sakarosa untuk proses metabolismenya. Pada
hasil uji sakarosa menunjukkan hasil yang negative dapat disebabkan karena
kesalahan dalam prosedur pengujian. Sebelum dipakai, media gula-gula ini
harus selalu diperiksa apakah masih steril atau tidak. Bila telah keruh atau
kuning berarti media tidak dapat dipergunakan lagi. Sifat penguraian
terhadap gula dari setiap mikroba adalah berlainan, dengan demikian hasil
penguraian (reaksi) ini dapat dipakai untuk determinasi suatu jenis bakteri
sehingga dapat ditentukan spesiesnya.

b. Uji TSIA
Media TSIA pada umumnya digunakan sebagai tahap awal untuk
melakukan identifikasi bakteri terutama yang tergolong Enterobacteriaceae.
Dalam pembuatannya media TSIA pada tabung reaksi terdiri dari bagian
tegak dan miring. Tujuan penanaman pada media TSIA yaitu untuk
mengetahui sifat fermentasi, produksi H2S dan gas (Suarjana.dkk.2017). Uji
TSIA (triple sugar iron agar) digunakan untuk membedakan kelompok atau
genus Enterobacter, perbedaan tersebut didasarkan atas perbedaan dalam
fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida oleh beberapa
kelompok bakteri intestinal (Febriani,Triadna.2012). Pada uji TSIA warna
media lereng (slant) berubah menjadi merah karena bakteri bersifat basa
menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa.
Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi H2 dan CO 2 dapat dilihat
dari pecahnya dan terangkatnya agar. Pembentukan H2S positif ditandai
dengan adanya endapan berwarna hitam, endapan ini terbentuk karena
bakteri mampu mendesulfurasi asam amino dan methion yang akan
menghasilkan H2S, dan H2S akan bereaksi dengan Fe+ yang terdapat pada
media dan menghasilkan endapan hitam (Febriani,Triadna.2012) Pada
media daerah dasar (butt) media berubah berwarna kuning ini menandakan
bakteri memfermentasi glukosa. Untuk pengamatan pola-pola pengunaan
karbohidrat. TSIA agar mengandung laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi
1%, glukosa 0,1% dan phenol red sebagai indicator yang menyebabkan
perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam.
TSIA juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk
penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), berwarna hitam
untuk membedakan bakteri H 2S dengan bakteri-bakterinya
(Febriani,Triadna.2012). Pada pengujian dengan menggunakan media TSIA
menunjukkan hasil yang positif dimana terbentukknya gas pada media, ini
dibuktikan dengan H2 dan CO 2 dapat dilihat dari pecahnya dan
terangkatnya agar. Namun tidak ada perubahan warna pada media mungkin
dikarenakan Escherichia coli membentuk basa yang menandakan tidak
memfermentasi laktosa dan sukrosa.
c. Uji IMVIC
1. Uji SIM
Sulfide indol motility (SIM). Media sim bentuknya semisolid
yang digunakan untuk mengetahui produksi H2S, indol dan motilitas
atau pergerakan suatu bakteri.
a. Sulfur
Sulfur dapat direduksi menjadi H2S (Hidrogen Sulfida) baik oleh
katabolisme asam amino sistem oleh desulfurase sistem enzim atau
dengan pengurangan thiosulphate dalam respirasi anaerobik. Jika
hidrogen sulfida diproduksi maka warna hitam akan terbentuk
dimedia. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil negative pada
uji sulfur karena tidak didapatkan endapan hitam
b. Indol
Uji indol bertujuan mengidentifikasi kemampuan bakteri
menghasilkan indol dengan menggunakan enzim tryptophanase.
Produksi indol di dalam media dimungkinkan karena adanya
tryptophan. Tryptophan adalah asam amino esensial, yang teroksidasi
oleh beberapa bakteri yang mengakibatkan pembentukan indol, asam
piruvat, dan amonia. Adanya indol dapat diketahui dengan
penambahan reagen Kovac’s. Interpretasi Hasil: Negatif (-) : Tidak
terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan biakan,
artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari triptophan sebagai
sumber karbon. Positif (+): Terbentuk lapisan cincin berwarna merah
pada permukaan biakan, artinya bakteri ini membentuk indol dari
triptophan sebagai sumber karbon. Berdasarkan praktikum uji indol
menunjukkan hasil positif. Hasil uji Indol pada bakteri E.Coli adalah
positif
c. Motiliti
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid dengan
kandungan agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengetahui gerak kuman, bisa memakai media MO (Motilitas
Ornitin) atau SIM (Sulfida Indol Motility). Pada media SIM selain
untuk melihat motilitas bisa juga untuk test indol dan pembentukan
H2S. Interpretasi hasil : positif (+) : terlihat adanya penyebaran yang
berwarna putih seperti akar hanya pada bekas tusukan inokulasi.
negatif (-) : tidak terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih
seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya
pergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti bahwa
bakteri ini memiliki flagel. Berdasarkan hasil praktikum uji molitiy
menunjukkan hasil yang negatif.
2. Uji MRVP
a. Uji Methyl Red
Uji ini sangat berguna menentukan kemampuan mikroorganisme
dalam memfermentasi glukosa disertai dengan pembentukan dan
stabilisasi produk akhir asam berkonsentrasi tinggi. Uji Methyl Red
(MR), bertujuan untuk mendeteksi kemampuan organisme dalam
memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam stabil dari
fermentasi glukosa. Prinsip kerja uji metil merah yaitu produk-produk
akhir dari metabolisme glukosa akan beragam tergantung pada jalur
enzimatik spesifik yang ada dalam bakteri. Pada uji ini, indikator ph
metil merah akan mendeteksi terbentuknya produk akhir asam
berkonsentrasi tinggi. Pada E.coli produk akhir asam stabil sampai
akhir reaksi (indikator merah, reaksi positif), sedangkan pada E.
aerogenes produk akhir asam diubah secara enzimatis menjadi produk
non-asam (indikator menjadi kuning, reaksi negatif).
Methyl red adalah indikator pH, yang tetap, berwarna merah pada
pH 4,4 atau kurang (Susi, 2017). Media yang digunakan adalah pepton
glukosa phosphat. Interpretasi hasil: negatif (-): tidak terjadi
perubahan warna media mejadi merah setelah ditambah methyl red
positif (+) : terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah
ditambahkan methyl red artinya bakteri menghasilkan asam campuran
(metilenglikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung
dalam media.
Dalam praktikum dilakukan pemisahan media MRVP menjadi 2
bagian yaitu 6 mL untuk uji Methyl Red dan 4 mL untuk uji VP. Pada
tabung uji methyl red setelah ditambahkan reagen methyl red dan
diinkubasi selama 15 menit uji methyl red menunjukkan hasil yang
positif yaitu terbentuk warna merah. Tujuan dari inkubasi agar
mikroba yang telah diinokulasi pada media, mendapat suhu optimum
untuk tumbuh dengan baik sehingga nantinya didapatkan mikroba
yang diinginkan.Dalam pratikum yang telah kami lakukan
menunjukkan hasil negative, yang berarti bakteri yang sedang kami
identifikasi tidak memproduksi dan mempertahankan produk asam,
c. Uji Voges – Proskauer/VP
Uji Voges Proskauer (VP) adalah tes yang digunakan untuk
mendeteksi acetonin dalam kultur cair bakteri. Uji ini dilakukan untuk
membedakan mikroorganisme enterik, seperti E.coli , E. Aerogenes,
serta K.pneumonia. Pengujian ini dilakukan dengan menambahakan
alphanaftol dan kalium hidroksida dengan kaldu voges Proskauer
yang telah diinokulasi dengan bakteri. Warna merah menunjukkan
hasil yang positif, sedangkan warna kuning coklat atau tidak berwarna
merupakan hasil negative..
Pada pratikum yang kami lakukan, hasil yang didapat menunjukkan
negatif, hal ini karena isolat bakteri tidak terdapat 2,3-butanadiol. Bila
bakteri memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol
sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut pada
media pertumbuhan. larutan 40% KOH dan 5% larutan alphanapthol
dalam etanol dapat menentukan adanya asetilmetilkarbonil, yang
berupa senyawa pemuka dalam sintesis 2,3-butanadiol. Pada
penambahan 40% KOH, adanya asetoin ditunjukan oleh perubahan
warna kaldu menjadi merah muda. Perubahan warna kaldu biakan
lebih jelas pada bagian yang berhubungan dengan udara, karena
sebagian 2,3-butanadiol dioksidasikan kembali menjadi asetoin
sehingga memperjelas hasil reaksi. (Rafiah. 2016)

3. Uji Sitrat
Media citrate merupakan medium padat yang terdiri dari mono
ammonium fosfat, Na citrate, NaCl, air, agar-agar, dan indicator
Bromtymol blue. Pada uji ini medium yang tadinya berwarna hijau
kebiruan, bila bereaksi positif maka akan berubah menjadi berwarna biru
terang. Bila rekasi negative, maka akan tetap berwarna hijau kebiruaan
(Febriani,Triadna.2012). Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan
mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon
dan energi. Untuk uji ini digunakan medium Simmon’s citrate agar yang
merupakan medium sintetik dengan trinatrium sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon, amonium (NH4+) sebagai sumber nitrogen dan brom timol
biru sebagai indikator pH. Bila mikroorganisme mampu menggunakan
sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan, sehingga
menyebabkan peningkatan pH dan mengubah warna medium dari hijau
menjadi biru. (Febriani,Triadna.2012). Pada uji sitrat media menunjukkan
hasil yang negatif dimana tidak ada perubahan warna pada media, hal ini
menandakan bahwa bakteri Escherichia coli tidak membutuhkan sitrat
dalam proses metabolismenya dan dikarenakan bakteri Escherichia coli
tidak mempunyai enzim sitrat permiase yang merupakan enzim pembawa
sitrat. Komposisi medium sitrat, yaitu : Fermentasi menggunakan
mikroorganisme, Aspergillus niger, sumber nitrogen dan fosfat. Dari
kandungan inilah Escherichia coli tidak dapat mengurai sitrat untuk
metabolisme.
Dalam praktikum ini terdapat faktor-fator yang mempengaruhi dari
tumbuh atau tidaknya bakteri pada media yang ditanam. Adapun faktor faktor
tersebut yaitu :
1. Kurang sterilnya alat-alat yang digunakan saat melakukan
penanaman bakteri dan pembuatan media sehingga terdapat
media yang terkontaminasi oleh jamur.
2. Pada saat pembuatan media volume aquadest yang digunakan
tidak tepat , hal ini dapat mengakibatkan perbandingan pelarut
dan media tidak seimbang sehingga media gagal dibuat.
3. Suhu dan temperature penyimpanan bahan dan media tidak
sesuai dengan suhu yang dianjurkan, hal ini dapat
mempengaruhi dari pekembangan bakteri.
4. Koloni tidak terambil atau sedikit terambil saat menggoreskan
ose, perlu ketelitian dalam pengambilan koloni ini, apabila salah
pengambilan koloni maka bakteri yang tumbuhakan tidak sesuai
dengan bakteri yang ingin diujikan, karena disetiap media tidak
hanya 1 jenis bakteri yang tumbuh.
5. Reagen yang digunakan sudah lewat batas tahun pemakaian
(kadaluarsa), ini sangat mempengaruhi keakuratan dari uji yang
akan dilakukan. Jika reagen kadaluarsa maka hasil uji tidak
100% akan akurat.

Menurut hasil penelitian (Riskawati, 2016) faktor faktor yang dapat


mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu :
1. pH
pH medium biakan juga mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, untuk
pertumbuhan bakteri juga terdapat rentang pH dan pH optimal. Pada
bakteri patogen pH optimalnya 7,2 – 7,6. Meskipun medium pada
awalnya dikondisikan dengan pH yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tetapi, secara bertahap besarnya pertumbuhan akan dibatasi oleh produk
metabolit yang dihasilkan mikroorganisme tersebut
2. Suhu
Setiap bakteri memiliki temperatur optimal dimana mereka dapat
tumbuh sangat cepat dan memiliki rentang temperatur dimana mereka
dapat tumbuh. Temperatur optimal biasanya mencerminkan lingkungan
normal mikroorganisme. Jadi, bakteri patogen pada manusia biasanya
tumbuh baik pada temperatur 37oC
3. Zat Gizi
a. Bakteri membutuhkan sumber energi yang berasal dari energi
cahaya (fototrof) dan senyawa kimia (kemotrof).
b. Bakteri membutuhkan sumber karbon berupa karbon anorganik
(karbon dioksida) dan karbon organik (seperti karbohidrat).
c. Bakteri membutuhkan sumber nitrogen dalam bentuk garam
nitrogen anorganik (seperti kalium nitrat) dan nitrogen organik
(berupa protein dan asam amino).
d. Bakteri membutuhkan beberapa unsur logam (seperti kalium,
natrium, magnesium, besi, tembaga).
e. Bakteri membutuhkan air untuk fungsi – fungsi metabolik dan
pertumbuhannya.
4. Ketersediaan oksigen
Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya.
5. Kelembapan
Konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik di dalam sel bakteri,
umumnya lebih tinggi dari konsentrasi di luar sel. Sebagian besar
bakteri, kecuali pada Mycoplasma dan bakteri yang mengalami
kerusakan dinging selnya, tidak toleran terhadap perubahan osmotik dan
akan mengembangkan sistem transpor kompleks dan alat pengatur
sensor-osmotik untuk memelihara keadaaosmotik
konstat dalam.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik simpulan yaitu
sebagai berikut :
1) Identifikasi bakteri dengan menggunakan sampel Urine. Penggunaan
Urine pada praktikum ini yaitu karena Urine merupakan cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi pada saluran kencing. Pada saluran kencing manusia dapat
terjadi Infeksi saluran kencing (ISK) apabila bakteri yang di dapatkan
lebih dari 100.000 bakteri per ml.
2) Pada hasil isolasi bakteri pada media NA didapatkan media dengan ciri-
ciri koloni kecil dan cembung diinterpretasikan sebagai bakteri E.Coli
3) Uji biokimia digunakan untuk mengidentifikasi bakteri hingga ke tingkat
spesies, diantaranya yaitu uji gula-gula, uji TSIA, dan uji MRVP.
4) Pada uji biokimia didaptkan hasil positif pada uji gula gula kecuali
Sukrosa, hasil positif pada uji SIM, hasil negatif pada uji MR, hasil negatif
pada uji VP dan hasil negatif pada uji sitrat sehingga dapat
diinterpretasikan sebagai bakteri E.Coli dengan persentase 71,46%.
DAFTAR PUSTAKA

Ifnawati K, 2013 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Peremajaan Bakteri
Pseusomonas pseudomallei dan Klebsiella ozaenae. Serta Jamur
Fusarium oxysporum. diakses pada http://etheses.uin-
malang.ac.id/531/9/09620083%20Bab%204.pdf pada tanggal 29
September 2018
Adam, Rahmad. 2013. PEMBUATAN LABEL CERDAS PENDETEKSI
ESHERICHIA COLI diakses pada
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/67556/1/F13ial.pdf
pada tanggal 29 September 2018
Harijani, Nenny., Ekaning Rahadi ,Utut Sylvia., Soegianto Nazar ,Dady 2013
Isolasi Escherichia coli pada Daging yang Diperoleh dari Beberapa
Pasar Tradisional di Surabaya Selatan diakses pada
http://journal.unair.ac.id/downloadfullpapersVETMED%20EDISI%20%
2016%202013-08.pdf pada tanggal 29 September 2018
Jenkins, Claire.,dkk. 2017. Enterobacteriaceae. Tersedia pada :
https://www.sciencedirect.com/sdfe/pdf/download/eid/3-s2.0-
B9780702062858001805/first-page-pdf. Diakses pada tanggal 27
September 2018.
Mahatmi, Hapsari dkk. 2017. MODUL ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI.
Tersedia pada
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/72be8d6f4c3edc
1ec4fb976960f3a7b5.pdf. Diakses pada tanggal 29 September 2018
Paterson, David L. 2013. Infections Due To Other Members Of The
Enterobacteriaceae, Including Management Of Multidrug-Resistant
Strains. Tersedia pada:
https://www.sciencedirect.com/sdfe/pdf/download/eid/3-s2.0-
B9781437716047003134/first-page-pdf. Diakses pada tanggal 27
September 2018.
Tika Inas T , Nimas,. Agung F K, Sri,. 2017. ETEKSI BAKTERI Klebsiella
pneumonia diakses pada
http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/viewFile/13173/pdf pada
tanggal 29 September 2018
Tito, Istikhara. 2014. ISOALSI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI KITINOLITIK
YANG TERDAPAT PADA CANGKANG LOBSTER AIR TAWAR (Cherax
quadricarinatus).Tersedia pada
http://repository.unair.ac.id/26336/1/TITO%2C%20ISTIKHARA%20M
ENTARI.pdf. Diakses pada tanggal 29 September 2018
Afrianti Rahayu,Susi. , Muhammad Hidayat Gumilar. 2017. UJI CEMARAN AIR
MINUM MASYARAKAT SEKITAR MARGAHAYU RAYA BANDUNG
DENGAN IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli Diakses dari
https://www.scribd.com/document/373504970/13112-32227-1-PB pada
tanggal 14 Oktober 2018
Mahmumad, Rafiah., Maswati Baharuddin., Sappewali. 2016. IDENTIFIKASI
ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK DARI SUMBER AIR PANAS LEJJA,
KABUPATEN SOPPENG diakses dari pada tanggal 14 Oktober 2018.
Connie R. Mahon, Donald C. Lehman, George Manuselis .2015. Textbook of
Diagnostic Microbiology. Saunders : Fifth Edition
Risna Wahyu Ananda Putri. Identifikasi Bakteri Eschericia Coli Dan Salmonella
Sp. Pada Jajanan Batagor Di Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Pisangan,
Cirendeu, Dan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Tersedia Di
Http://Repository.Uinjkt.Ac.Id/Dspace/Bitstream/123456789/34228/1/Ris
na% 20wahyu%20an Anda%20putri-Fkik.Pdf. Diakses Pada 12 Oktober
2018
Anonim. 2015. Tersedia pada https://dokumen.tips/documents/media-
pertumbuhan-bakteri.html. Diakses pada tanggal 14 oktober 2018
Suarjana.dkk. 2017. 1 MEDIA BIAKAN BAKTERI DAN JAMUR. Tersedia pada
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/72be8d6f4c3edc1
ec4fb976960f3a7b5.pdf. Diakses pada tanggal : 13 Oktober 2018.
Febriani,Triadna. 2012. Laporan Mikroling. Tersedia pada :
http://www.academia.edu/9133093/laporan_mikroling. Diakses pada
tanggal : 13 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai