Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

SITOHISTOTEKNOLOGI
DEHIDRASI DAN PENJERNIHAN JARINGAN

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Hayati, M.Farm

DISUSUN OLEH :
Maulidya Juliane (1804034064)
6C

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 DEFINISI DEHIDRASI DAN PENJERNIHAN

I.1.1 DEFINISI DEHIDRASI

Tahap pertama pematangan jaringan adalah dehidrasi.


Dehidrasi adalah proses menghilangkan air dan zat fiksatif dari komponen
jaringan. Reagen dehidrasi bersifat hidrofilik (suka air), memiliki kutub yang
kuat berinteraksi dengan molekul air dengan cara mengikat hidrogen.
Dehidrasi harus dilakukan secara perlahan. Jika gradien konsentrasi reagen
terlalu berlebihan, maka arus difusi melintasi membran sel dapat
meningkatkan kemungkianan terjadi kerusakan pada sel. Oleh karena itu,
spesimen diproses menggunakan reagen dengan konsentrasi meningkat.
Dehidrasi berlebihan dapat menyebabkan jaringan menjadi keras, rapuh dan
kusut. Dehidrasi yang tidak sempurna akan mengganggu penetrasi reagen
pembening ke dalam jaringan, sehingga spesimennya lunak dan tidak bisa
dilakukan proses infiltrasi. Hal yang penting lainnya yaitu, sebelum dilakukan
proses ini, jaringan harus dipastikan sudah difiksasi dengan baik sehingga
tidak terjadi artifak oleh karena terjadi fiksasi alkohol.
Dehidrasi merupakan metode yang digunakan untuk
mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan setelah dilakukan
proses fiksasi sehingga nantinya dapat diisi dengan paraffin untuk membuat
blok preparat (Rina, 2013).
Dehidrasi adalah proses yang dilakukan setelah proses fiksasi,
dengan tujuan untuk menarik molekul air dari dalam suatu jaringan. Setiap sel
dalam jaringan hidup mengandung air kira-kira 85% dari sitoplasmanya.
Jaringan yang yang akan diproses dengan parafin harus didehidrasi terlebih
dahulu untuk menarik molekul air yang terdapat dalam jaringan, karena
parafin tidak dapat bercampur dengan air. Proses dehidrasi ini sangat
menentukan bagus atau tidaknya kualitas sediaanhistologi. Proses dehidrasi
yang tidak sempurna menandakan molekul air masih tertinggal dan parafin
tidak dapat menembus jaringan tersebut, akibatnya akan diperoleh irisan
jaringan yang sulit dipotong dan tidak sesuai seperti yang diharapkan
(Prahanarendra, 2015).

I.1.2 DEFINISI PENJERNIHAN

Penjernihan adalah metode yang digunakan mengeluarkan


alkohol dari jaringan dan menggantikannya dengan suatu larutan yang
berikatan dengan parafin. Pada proses clearing ini sangat penting karena
apabila dijaringan masih tersisa alkohol walaupun sedikit, parafin tidak akan
bisa masuk kedalam jaringan. Sehingga jaringan nantinya tidak akan
sempurna dalam pembuatan blocking, pemotongan dan pewarnaan. Proses
clearing ini menggunakan bermacam-macam zat penjernih yaitu xylol atau
xylene dan toluol atau toluene (Waheed, 2012).
Proses penjernihan (clearing) adalah untuk membuat jaringan
menjadi jernih dan transparan agar lebih mudah diidentifikasi pada
mikroskop. Waktu yang dibutuhkan pada proses ini tergantung dari tebal atau
besarnya jaringan dan larutan penjernih yang digunakan. Larutan penjernih
yang digunakan di laboratorium antara lain, xylol atau xylene, toluol atau
toluene, minyak cedar, chloroform, minyak cengkeh, minyak anilin, dan n-
butyl alcohol. Setiap larutan penjernih memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
I.2 TUJUAN DEHIDRASI DAN PENJERNIHAN

I.2.1 TUJUAN DEHIDRASI

Proses dehidrasi menggunakan dehidran bertujuan untuk


menghilangkan air dan larutan fiksatif yang ada di dalam jaringan, dan
mencuci dan memperkokoh jaringan yang keras dan rapuh.

I.2.2 TUJUAN PENJERNIHAN

Proses pembeningan menggunakan agen pembeningan, hal ini


bertujuan untuk menghilangkan dehidran dari dalam jaringan dan
mempermudah parafin masuk ke dalam jaringan.

I.3 LARUTAN YANG DIGUNAKAN UNTUK DEHIDRASI

a. Ethanol (C2H5OH)

Pemilihan yang sering dilakukan untuk larutan dehidrasi adalah etanol.


Hal ini dikarenakan etanol bisa memastikan dehidrasi terjadi secara
total. Etanol bersifat bening, tidak berwarna, mudah terbakar. Etanol bersifat
hidrofilik, tercampur dengan air dan pelarut organik lainnya, bekerja cepat
dan stabil. Konsentrasi etanol yang digunakan untuk dehidrasi dilakukan
secara berdegradasi (meningkat konsentrasinya). Dehidrasi pertama yang
sering dilakukan dengan cara merendam jaringan di dalam 70% etanol,
kemudian dilanjutkan ke larutan 95% dan 100% (Absolut). Namun untuk
kasuk-kasus tertentu awal dari tahap dehidrasi dapat dilakukan dengan
menaikkan atau menurunkan konsentrasi larutan etanol. Untuk jaringan keras
dapat dimulai dari alcohol 95 sedangkan untuk jaringan halus dianjurkan agar
pengolahannya mulai dari etanol 30%.

b. Aseton (CH3COCH3)

Aseton merupakan pilihan kedua dari larutan dehidrasi. Aseton


bersifat bening, tidak berwarna, dan mudah terbakar. Aseton dapat bercampur
dengan air, etanol dan juga sebagian pelarut organik. Aseton cepat bereaksi,
namun memiliki penetrasi yang buruk dan menyebabkan kerapuhan dalam
jaringan jika penggunaannya terlalu lama. Aseton menghilangkan lipid dari
jaringan selama proses dehidrasi.

c. Metanol (CH3OH)

Metanol adalah cairan yang bening, tidak berwarna dan mudah


terbakar. Metanol dapat bercampur dengan air, etanol dan sebagian pelarut
organik. metanol sangat toksik, tetapi dapat diganti dengan etanol sebagai
dehidran.

d. Isopropil alkohol (CH3CHOHCH3)

Isopropil alkohol dapat larut dengan air, etanol dan sebagian pelarut
organik. Reagen ini digunakan jika pemrosesan menggunakan microwave.
Isopropil alkohol tidak menyebabkan penyusutan jaringan.
e. Butil alkohol (butanol) (C4H9OH)

Digunakan terutama untuk histologi tanaman dan hewan. Butil alkohol


adalah dehidran yang lambat sehingga menyebabkan penyusutan dan
pengerasan jaringan lebih sedikit.

f. Alkohol terdenaturasi

Cairan ini memiliki sifat fisik yang sama seperti etanol. Alkohol
terdenaturasi terdiri dari etanol, dengan penambahan metanol (sekitar 1%),
isopropil alkohol atau kombinasi alkohol. Untuk keperluan pengolahan
jaringan digunakan dengan cara yang sama seperti etanol.

I.4 LARUTAN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENJERNIH JARINGAN

a. Xilol

Xilol adalah cairan yang mudah terbakar dan tidak berwarna dengan
aroma khas minyak bumi, larut dengan sebagian pelarut organic dan lilin
parafin. Cocok digunakan untuk dijadikan cairan pembening pada blok
dengan ketebalan kurang dari 5 mm dan cepat menggantikan alkohol dari
jaringan. Xilol dapat mengeraskan jaringan. Xilol paling sering digunakan di
laboratorium histologi rutin.

b. Toluen

Toluen memiliki sifat yang mirip dengan xilol, tetapi jaringan tidak
rusak meskipun waktu perendaman jaringan berlangsung lama. Toluen lebih
mudah terbakar dan mudah menguap darpada xilol.
c. Kloroform

Kloroform lebih lambat beraksi daripada xilol dan menyebabkan


kerapuhan yang kurang. Jaringan yang ketebalannya lebih dari 1 mm bisa
diolah. Kloroform tidak membuat jaringan menjadi bening dan tembus
cahaya. Kloroform tidak mudah terbakar tapi mempunya toksisitas yang
tinggi dan menghasilkan gas fosgen beracun ketika dipanaskan. Kloroform
biasanya paling sering digunakan untuk mengolah spesimen system saraf
pusat.

d. Xilol Substitusi

Xilol Substitusi adalah hidrokarbon alifatik yang ada dalam bentuk


rantai panjang dan rantai pendek. Dibedakan dalam jumlah atom karbon
dalam rantai karbonnya. Alifatik rantai pendek memiliki sifat penguapan yang
sama seperti xilol, dan tidak memiliki afinitas terhadap air. Alifatik rantai
panjang tidak menguap dengan cepat dan dapat menyebabkan kontaminasi
terhadap lilin parafin pada pematangan jaringan.

e. Citrus Fruit Oil (Reagen Limonene)

Reagen limonene adalah ekstrak dari kulit jeruk dan lemon. Reagen ini
tidak beracun dan mudah bercampur dengan air. Kelemahan reagen ini adalah
memiliki bau tajam yang menyebabkan sakit kepala dan juga endapan mineral
kecil seperti tembaga atau kalsium dapat larut dan terlepas dari jaringan.
Reagen limonene ini sangat berminyak dan tidak bisa didaur ulang.
BAB II
PROSEDUR DEHIDRASI

II.1 ALAT YANG DIBUTUHKAN

1. Wadah untuk dehidrasi


2. Cassette tissue

II.2 BAHAN YANG DIBUTUHKAN

1. Alcohol 70%, 80%, 90%, dan 95% , alcohol absolut

II.3 PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan


2. Cassette Tissue yang berisi jaringan direndam dengan alcohol sampai
seluruh jaringan terendam.
3. Perendaman dilakukan dengan menggunakan alcohol dari konsentrasi
rendah ke tinggi (70%, 80%, 90%, dan 95% atau alcohol absolut) masing-
masing selama 24 jam.
4. Proses perendaman dilanjutkan dengan alkohol 100% I (12 jam), 100% II
(6 jam), dan 100% III (3 jam).
5. Dirapihkan kembali meja kerja setelah digunakan
DAFTAR PUSTAKA

Bancroft J.D, Gamble M. (2008). Theory and Practice of Histological Techniques.


Philadhelphia: Elsivier

Gamble M, Bancroft JD. Bancroft’s theory and practice of histological techniques.


6th Edisi ke-6. Philadelphia: Churcill Livingstone; 2013. hlm 536.

Ganjali H. Tissue processing : An overview. Ann Biol Res. 2012;3(11):5374–8.

Gary W. Gill. (2010). H&E Staining: Oversight and Insights. DAKO

Henwood A. (2010). Microscopic Quality Control of Hematoxylin and Eosin – Know


your Histology. DAKO

Holliday JM. Guide to special stains. Wulff S, editor. California, USA:


DakoCytomation; 2004.hlm.17-21.

Nowacek J. Special stains and H & E. Edisi ke-2 Kumar G, editor. California,
USA: DakoCytomation; 2010. hlm 141-152.

Srinivasan M, Sedmak D, Jewell S. Effect of fixatives and tissue processing on the


content and integrity of nucleic acids. Am J Pathol. 2002;161(6):1961–71.

Treuting P.M, Dintzis S.M. (2012).Comparative Anatomy and Histology. United


States of America: Elsivier

Woods AE, Ellis RC. Laboratory histopathology : a complete reference. Newyork:


Churchill Livingstone; 1994. hlm 1-29.
SOAL-SOAL LATIHAN

1. Jika saudara ingin mengencerkan alkohol 96% menjadi 70%. saudara


membutuhkan alkohol 70% sebanyak 200 mL, maka berapa mL etanol
96% yg saudara butuhkan?

✓ Diketahui :
M1 : 96%
M2 : 70%
V2 : 200 mL
✓ Ditanyakan : V1 ?
Jawab :
✓ Rumus : M1 . V1 = M2 . V2
: 96% x V1 = 70% x 200 mL
14000
: V1 =
96%
: V1 = 145,83 mL
✓ Maka banyaknya etanol yang dibutuhkan jika ingin mengencerkan
alkohol 96% menjadi 70% adalah 145,83 mL

2. Jika saudara ingin mengencerkan alkohol 96% menjadi 80%. saudara


membutuhkan alkohol 80% sebanyak 200 mL, maka berapa mL etanol
96% yg saudara butuhkan?

✓ Diketahui :
M1 : 96%
M2 : 80%
V2 : 200 mL
✓ Ditanyakan : V1 ?
Jawab :
✓ Rumus : M1 . V1 = M2 . V2
: 96% x V1 = 80% x 200 mL
16000
: V1 =
96%
: V1 = 166,67 mL
✓ Maka banyaknya etanol yang dibutuhkan jika ingin mengencerkan
alkohol 96% menjadi 80% adalah 166,67 mL

3. Jika saudara ingin mengencerkan alkohol 96% menjadi 90%. saudara


membutuhkan alkohol 90% sebanyak 200 mL, maka berapa mL etanol
96% yg saudara butuhkan?

✓ Diketahui :
M1 : 96%
M2 : 90%
V2 : 200 mL
✓ Ditanyakan : V1 ?
Jawab :
✓ Rumus : M1 . V1 = M2 . V2
: 96% x V1 = 90% x 200 mL
18000
: V1 =
96%
: V1 = 187,5 mL
✓ Maka banyaknya etanol yang dibutuhkan jika ingin mengencerkan
alkohol 96% menjadi 90% adalah 187,5 mL
4. Jika saudara ingin mengencerkan alkohol 96% menjadi 95%. saudara
membutuhkan alkohol 95% sebanyak 200 mL, maka berapa mL etanol
96% yg saudara butuhkan?

✓ Diketahui :
M1 : 96%
M2 : 95%
V2 : 200 mL
✓ Ditanyakan : V1 ?
Jawab :
✓ Rumus : M1 . V1 = M2 . V2
: 96% x V1 = 95% x 200 mL
19000
: V1 =
96%
: V1 = 197,9176 mL
✓ Maka banyaknya etanol yang dibutuhkan jika ingin mengencerkan
alkohol 96% menjadi 95% adalah 197,9176 mL

Anda mungkin juga menyukai