Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK

Pemeriksaan Analisa Sianida Kualitatif dan Kuantitatif

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Toksikologi Klinik yang dibina oleh

Ibu Devi Etivia Purlinda, SST., M.Si

Kelompok 6

Disusun oleh:

Rihanesa Diana P. (P1337434319008)

Ezza silvia Ananda (P1337434319018)

Ikhsan Agung Saputro (P1337434319035)

Afif Syafiatin (P1337434319045)

Meda Salsabila Apriani (P1337434319005)

Desta Putri Melinda (P1337434319003)

Arzaq Nurhadi Fadlilah (P1337434319013)

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES


SEMARANG 2021/2022
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK

I. Judul
Pemeriksaan Analisa Sianida Metode Kualitatif

II. Tujuan
Untuk mengetahui prinsip dan prosedur pemeriksaan Analisa Sianida Metode Kualitatif

III. Manfaat
Kita dapat mengetahui prinsip dan prosedur pemeriksaan Analisa Sianida Metode
Kualitatif

IV. Dasar Teori


Asam sianida adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi
dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari
H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Dalam
larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang
larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat.
Sifat-sifat murni HCN, yaitu mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada
suhu kamar dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan,
sukar terionisasi, mudah berdifusi 12 dan cepat diserap melalui paru-paru, saluran cerna
dan kulit. HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan
mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzym
sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan
sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama
jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada
susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh
hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak
jantung yang ireguler.
Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah
lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan
oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit
atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mgHCN/kg berat badan. Gejala yang
timbul mati rasa pada seluruh tubuh dan pusing. Hal ini diikuti oleh kekacauan mental
dan pingsan, kejang dan akhirnya koma (pingsan lama). Dosis yang lebih rendah dapat
mengakibatkan sakit kepala, sesak pada tenggorokan dan dada berdebar debar serta
kelemahan pada otot.

V. Metode dan Prinsip Pemeriksaan


Uji kualitatif menggunakan metode kualitatif menggunakan kertas pikrat. Kertas
pikrat digunakan sebagai kertas indikator untuk menentukan ada atau tidaknya sianida
yang dalam maserat tersebut. Kertas pikrat ini sebelumnya dari kertas saring yang telah
dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh. Warna awal kertas pikrat yaitu warna
kuning dan akan berwarna merah bata jika kertas pikrat tersebut terkena uap sianida.

VI. Cara Kerja


1. Siapkan 50 gram sampel singkong yang telah ditumbuk dalam 50 ml air pada
erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 10 ml larutan asam tartrat 5%
2. Kertas saring ukuran 1 x 7 cm dicelupkan dalam larutan asam pikrat jenuh, kemudian
dikeringkan di udara. Setelah kering dibasahi dengan larutan Na2CO3 8% dan
digantungkan pada leher erlenmeyer di atas, dan ditutup sedemikian rupa sehingga
kertas tidak kontak dengan cairan dalam erlenmeyer
3. Kemudian dipanaskan di atas penangas air 50°C selama 15 menit. Apabila warna
oranye dari kertas pikrat berubah menjadi warna merah berarti dalam bahan terdapat
HCN (asam sianida).

VII. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:

1. Erlenmeyer 1. Sampel singkong


2. Gelas ukur 2. Air
3. Kertas saring ukuran 1 x 7 cm 3. Larutan asam tartrat 5%
4. Waterbath 4. Larutan Asam Pikrat
5. Alat tumbuk 5. Larutan Na2CO3 8%
6. Stopwatch
VIII. Hasil

Keterangan :
Gambar a : Kertas Pikrat sebelum pengujian kualitatif sianida
Gambar b : Kertas pikrat setelah pengujian kualitatif sianida

IX. Interpretasi hasil


Hasil Positif : Apabila warna oranye dari kertas pikrat berubah menjadi warna merah
berarti dalam bahan terdapat HCN.
Hasil Negatif : Apabila warna oranye dari kertas pikrat tidak berubah menjadi warna
merah berarti dalam bahan tidak terdapat HCN.

X. Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan HCN pada sampel
yang digunakan. Asam sianida (HCN) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat
dalam bahan pangan seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam sianida
dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa precursor (pembentuk racun) yaitu linamarin
dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan bereaksi dengan enzim
linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian mengubahnya menjadi glukosa,
aseton dan asam sianida. Asam sianida bersifat cair, tidak berwarna dan larut dalam air.
Didalam air, asam sianida akan terurai menjadi ammonium formiat dan zatzat amorf yang
tak larut dalam air. Oleh karenanya, salah satu cara untuk mengurangi kadar asam sianida
dalam bahan pangan perlu dilakukan perendaman atau pencucian.

Pada praktikum ini akan dilakukan pengujian kadar HCN pada sampel singkong,uji
kualitatif menggunakan metode kertas pikrat digunakan sebagai kertas indikator untuk
menentukan ada atau tidaknya sianida yang dalam maserat tersebut. Kertas pikrat ini
sebelumnya dari kertas saring yang telah dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh.
Warna awal kertas pikrat yaitu warna kuning dan akan berwarna merah bata jika kertas
pikrat tersebut terkena uap sianida. Perubahan warna kertas pikrat dari kuning ke merah
bata merupakan hasil reaksi antara ion pikrat (PO-) dengan ion H+ dari sianida. Reaksi
ini akan terjadi jika asam pikrat dan HCN mengion. Kondisi optimum untuk terjadinya
reaksi tersebut yaitu pada pH 10,8. Sehingga perlu ditambahkan larutan NaHCO3 agar
dapat menjamin ion pikrat stabil dan mampu menangkap H+ dari sianida. Karena H+
setara dengan HCN, maka perubahan warna kertas pikrat merupakan fungsi dari
konsentrasi HCN.
Hasil dari pemeriksaan Analisa sianida metode kualitatif dengan menggunakan
sampel singkong yaitu kertas pikrat yang diletakkan di atas Erlenmeyer yang berisi
sampel yang dipanaskan berubah dari warna kuning menjadi warna merah bata. Ini
berarti uap yang muncul dari pemanasan maserat tersebut mengandung sianida yang
dibuktikan oleh warna merah bata pada kertas pikrat tersebut.

XI. Daftar Pustaka

Kurnia Nova dan Marwatoen Fatmi. 2016. PENENTUAN KADAR SIANIDA DAUN
SINGKONG DENGAN VARIASI UMUR DAUN DAN WAKTU
PEMETIKAN. Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”, Vol(1),
No(2). Program Studi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram.

Lumbantobing Ria, dkk. 2019. ANALISIS KANDUNGAN ASAM SIANIDA DALAM


SINGKONG (Manihot esculenta) BERDASARKAN LAMA
PENYIMPANAN. Jurnal Akademika Kimia, Vol(8), No(3). Pendidikan
Kimia/FKIP, Universitas Tadulako, Palu/

Riadi Windi, dkk. PENGUJIAN ASAM SIANIDA SECARA KUALITATIF. Jurnal.


Prodi Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK

I. Judul
Pemeriksaan Analisa Sianida Metode Kuantitatif

II. Tujuan
Untuk mengetahui prinsip dan prosedur pemeriksaan Analisa Sianida Metode
Kuantitatif

III. Manfaat
Kita dapat mengetahui prinsip dan prosedur pemeriksaan Analisa Sianida Metode
Kuantitatif

IV. Dasar Teori


Asam sianida adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam
larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H2S),
tidak bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air,
HCN adalah asam yang sangat lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut
terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat.
Sifat-sifat murni HCN, yaitu mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada
suhu kamar dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang ringan,
sukar terionisasi, mudah berdifusi 12 dan cepat diserap melalui paru-paru, saluran cerna
dan kulit. HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan
mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzym
sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan
sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama
jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada
susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh
hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak
jantung yang ireguler.
Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah
lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan
oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit
atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mgHCN/kg berat badan. Gejala yang
timbul mati rasa pada seluruh tubuh dan pusing. Hal ini diikuti oleh kekacauan mental
dan pingsan, kejang dan akhirnya koma (pingsan lama). Dosis yang lebih rendah dapat
mengakibatkan sakit kepala, sesak pada tenggorokan dan dada berdebar debar serta
kelemahan pada otot.

V. Metode dan Prinsip Pemeriksaan


Uji kuantitatif menggunakan Metode Kuantitatif meliputi tahapan maserasi
(perendaman) sampel, destilasi dan titrasi. Hasil yang diperoleh pada tahapan titrasi
dengan larutan AgNO3 0,02 N untuk mengetahui kadar HCN secara kuantitatif pada
singkong Kemudian, Prinsip dari penetapan kadar hidrosianida secara kuantitatif adalah
mendestilasi HCN pada sampel yang ditangkap menggunakan AgNO3 (Sudarmadji, dkk
2003).
VI. Cara Kerja
1. Timbang 20 gram bahan yang sudah diparut halus dengan teliti , masukkan ke dalam
erlemeyer
2. Tambahkan 100 ml aquadest dan didiamkan selama 30 menit
3. Kemudian tambahkan lagi 100 ml aquadest dan didetilasi dengan uap (Steam
Destilation)
4. Destilat ditampung dalam Erlenmeyer yang sudah di isi dengan 20 ml tepat AgNO3
0.02 N dan 1 ml HNO3
5. Destilasi dihentikan setelah destilat mencapai volume 150 ml
6. Saring residu / endapan disaring dengan Gooch Crussible, endapan yang ada di cuci
dengan air.
7. Kelebihan AgNO3 dalam destilat di titrasi dengan KSCN dengan indicator 1 ml Fe
Allum.
8. Titik akhir titrasi adalah merah bata endapan putih
Blanko
1. Pipet 20 ml AgNO3, masukkan dalam erlemeyer
2. Tambahkan 1 ml HNO3
3. Tambahkan 1 ml Fe Allum
4. Titrasi dengan KSCN
5. Titik akhir titrasi adalah merah bata endapan putih
6. Titik akhir titrasi adalah merah bata endapan putih
VII.Alat dan Bahan
Alat: Bahan:

1. Gelas ukur 1. Singkong


2. Spatula 2. Aquadest
3. Gelas kimia 3. Larutan AgNO3 0.02 N
4. Gelas arloji 4. Larutan KSCN 0.02 N
5. Destilator
6. Pisau
7. Gooch Crusible
8. Kertas saring
9. Neraca analitik
10. Erlenmeyer
11. Pipet volumetric 20 ml
12. Buret, statif, dan klem
13. Red ball

VIII. Hasil
Bahan
20.0303 gr
KSCN 9.4 ml
Blanko
KSCN 22.6 ml

IX. Interpretasi hasil


Pada uji kuantitatif penentuan HCN pada sampel daging singkong ini didapatkan volume
KSCN sampel sebanyak 9.4 ml dan Volume KSCN blanko sebanyak 22.6 ml. Jadi hasil
perhitungan kadar HCN pada daging singkong yang diperoleh adalah sebesar 142.56%.

X. Pembahasan
Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya.
Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua
orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam
cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara
pengoahannya sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih
dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam
singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut dalam air.
Menganalisis kuantitatif kadar HCN pada sampel singkong. Sampel ditimbang sebanyak
20.0303 gram. Sampel dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 100 ml
aquadest dan didiamkan selama 30 menit. Ini dimaksudkan agar HCN larut dalam air.
Lalu ditambahkan air lagi 100 ml dan di di destilasi dengan uap (Steam Destilation).
Destilat ditampung dalam Erlenmeyer yang sudah di isi dengan 20 ml AgNO3 0.02 N
dan 1 ml HNO3. Hasil dari destilat merupakan uap mengandung HCN dari sampel yang
dikeluarkan dan siap untuk diketahui kadar HCNnya. Destilasi dihentikan setelah destilat
mencapai volume 150 ml. saring residu / endapan disaring dengan Gooch Crussible,
endapan yang ada dicuci dengan air. Ini dimaksudkan untuk menyaring larutan sampel.
Kelebihan dari penambahan AgNO3 yang ditambahkan tadi dalam destilat, dititrasi
dengan KSCN dengan ditambahkan 1ml Fe Allum sebagai indikator. Titik akhir titrasi
yaitu larutannya berwarna merah bata dan terdapat enpatan yang berwarna putih. Volume
KSCN yang diperoleh untuk menitrasi adalah sebanyak 9.4 ml. Setelah itu dibuat pula
blanko untuk dimasukkan ke dalam perhitungan agar diperoleh kadar HCN. Pada saat
membuat blanko tidak menggunakan sampel karena blanko hanya untuk
membandingkan kadar HCN yang terkandung dalam singkong dengan yang murni tanpa
sampel. Volume KSCN blanko yang diperoleh untuk menitrasi adalah sebanyak 22.6 ml.
Setelah d idapati volume KSCN sampel dan volume KSCN blanko dimasukkan dalam
rumus kadar HCN.
Hasil perhitungan kadar HCN pada daging singkong yang diperoleh adalah sebesar
142.56%. Factor kesalahan yang terjadi saat menentukan kadar HCN pada singkong
adalah alat-alat yang digunakan belum bersih pencuciannya dan kemungkinan
terkontaminasi dengan zat-zat yang masih menempel pada alat tersebut, saat
mendiamkan sampel yang telah ditambahkan aquades 100 ml seharusnya 2 jam namun
pada praktikum ini hanya 30 menit dan menjadi tidak maksimal proses mendiamkannya,
dan saat mentitrasi ragu untuk mengucurkan larutan KSCN sampai titk akhir titrasi warna
merah bata endapan putih hingga kelebihan atau kekurangan larutan KSCN yang
mempengaruhi hasil perhitungan kadar HCN pada singkong tersebut.

XI. Daftar Pustaka

Kurnia Nova dan Marwatoen Fatmi. 2016. PENENTUAN KADAR SIANIDA DAUN
SINGKONG DENGAN VARIASI UMUR DAUN DAN WAKTU
PEMETIKAN. Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”, Vol(1),
No(2). Program Studi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram.

Sediaoetama Achrnad Djaeni Prof.Dr, 1989. Ilmu gizi, Jilid II. Dian Rakyat : Jakarta.

Cooper Lenna F,B.S.,M.A,M.H.E,Sc.D, dkk. Nutrition in Health and Disease. Thirteenth


Edition. Anonim. 2010.

http://rapeacemaker.blogspot.com/2010/05/asam-sianida-hcn.html

Anda mungkin juga menyukai