Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK

Analisis Pestisida organofosfat/karbamat menggunakan (Edson Test)

Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata Kuliah Toksikologi Klinik

Dosen pengampu : Nur Patria T, S.Si., Apt.,M.Si.Med

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Desta Putri Melinda (P1337434319003)

2. Meda Salsabilla Apriani (P1337434319005)

3. Ezza silvia ananda (P1337434319018)

4. Ikhsan Agung Saputro (P1337434319035)

5. Afif Syafiatin (P1337434319045)

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2022
A. Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 2 Februari 2022
B. Judul Praktikum : Analisis Pestisida organofosfat/karbamat menggunakan (Edson Test)
C. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui Perhitungan aktifitas Enzim Acetil kolinesterase
dan Metode KLT dan untuk mengukur tingkat keracunan oleh pestisida jenis Carbamat
maupun Organo Fosfat Insektisida
D. Prinsip : EDSON TEST
perubahan pH darah ditunjukan dengan indikator BTB (Brom Thymol Blue).
E. Dasar teori
Pestisida adalah senyawa yang digunakan untuk membunuh hama yang mungkin
merupakan serangga, tikus, jamur, nematoda, tungau, kutu, moluska, dan gulma atau
tumbuhan yang tidak diinginkan. Klasifikasi pestisida dapat didasarkan berbagai hal,
antara lain berdasarkan fungsinya sebagai berikut Insektisida, Rodentisida, Fungisida,
Nematicida, Acaricides, Moluskisida, Herbisida, Pestisida lain (Pillay, 2013). Pestisida
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan senyawa aktifnya, yaitu Organofosfat,
Organoklorin, Karbamat, Piretroid.
Organofosfat adalah bahan kimia penghambat kolinesterase yang digunakan
sebagai pestisida. Senyawa ini juga digunakan sebagai bahan kimia perang (Ford, 2007),
dan sebagai pestisida di bidang pertanian di seluruh dunia (Banday, 2015). Toksisitas
organofosfat adalah akibat stimulasi kolinergik yang berlebihan melalui penghambatan
asetilkolinesterase. Efek toksiknya serupa dengan inhibitor cholinesterase yang
digunakan secara medis untuk mengobati glaukoma (physostigmine), myasthenia gravis
(neostigmine, pyridostigmine), takikardia supraventrikular (edrophonium), dan penyakit
Alzheimer (tetrahydro aminoacridine). Paparan terhadap inhibitor kolinesterase
mengikuti konsumsi dan overdosis yang disengaja dan tidak disengaja, kesalahan dan
kecelakaan kerja, dan perang internasional. Identifikasi keracunan mungkin sederhana
bila pasien hadir dengan paparan yang diketahui, atau mungkin sangat sulit dilakukan
pada pasien yang sakit kritis dengan gejala yang membingungkan dan tidak ada riwayat
pemaparan.
Pestisida termasuk bahan yang relatif toksik sehingga sering terjadi kasus
keracunan baik tidak sengaja maupun sengaja. Oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan
untuk membantu menegakkan diagnose penyebab keracunan oleh pestisida maupun
penetapan tindakan terapi.

F. Alat dan Bahan


Alat : Spesimen ;
✓ Alat : Serum, heparin, dan plasma EDTA
✓ Kuvet Kestabilan :
✓ Fotometer 2 minggu pada 2-8 o C
1 minggu pada 15-25o C
✓ Reagen ; 6 bulan pada -20o C
✓ Komponen dan konsentrasi Buang spesimen yang
terkontaminasi.
✓ R1 : Pyrophosphate pH 7,6
95mmol/L
✓ Potasium hexacyanoferrate (III) Bahan yang dibutuhkan tetapi tidak
2,5mmol/L disediakan ;
✓ R2 : Butyrylthiocholin 75mmol/L Larutan NaCl 9 g/L
Peralatan umum laboratorium
G. Prosedur pemeriksaan
Pra analitik
a. Persiapan sampel
1. Pengenceran darah utuh disiapkan dari vena, heparinasi atau EDTA yang baru
diambil, dengan menambahkan 200 ml darah (pipet atau alat suntik) ke dalam 20
ml pereaksi perendaman dingin
2. Setelah pencampuran sampel dengan hati-hati segera dibekukan (20oC) dan terus
dilakukan sampai analisis.
3. Sampel plasma diperoleh dari heparinisasi atau EDTA darah setelah sentrifugasi
(10 menit, 500 g) dan disimpan dalam 1 ml aliquot pada 20oC.
4. Sebelum menganalisis pengenceran darah secara keseluruhan dicairkan dengan
kocokan ringan botol dalam air dingin (lebih mudah dengan shaker waterbath).
Sampel yang dicairkan disimpan di atas es sampai dianalisis.
Eritrosit yang diperoleh dicuci dengan dua volume PP. Aliquot (1 ml) disimpan pada
20oC untuk memudahkan hemolisis lengkap
Analitik
Edson Test
1. Asam asetat akan mempengaruhi pH darah, bila reaksi terganggu, maka pH akan
naik.
2. sampel darah/serum yang diambil + indikator, warna yang terjadi dibandingkan
dengan warna Comparator disc.
Pasca analitik
1. Catat hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Bersihkan kembali meja kerja
3. Laporkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

H. Hasil pemeriksaan dan perhitungan


Nilai rujukan
I. Pembahasan
Pemeriksaan kadar kolinesterase menggunakan Tintometer Kit dengan metode Edson.
Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square dan regresi logistik dengan permodelan. Hasil:
Sebanyak 119 orang mengalami keracunan (kadar kolinesterase <= 75%). Tingkat pendidikan,
status gizi, dan jumlah jenis pestisida tidak berhubungan dengan keracunan pestisida; Masa kerja
menyemprot, frekuensi penyemprotan, lama paparan dan pemakaian APD merupakan faktor
resiko dan berhubungan dengan keracunan pestisida; Dosis pestisida berhubungan tapi bukan
faktor resiko keracunan pestisida. Faktor yang dominan berhubungan dengan keracunan pestisida
adalah masa kerja menyemprot, pemakaian APD dan frekuensi penyemprotan.
J. Simpulan
Tingkat keracunan pestisida sebesar 73,9%. Masa kerja menyemprot, frekuensi
penyemprotan, lama paparan dan pemakaian APD merupakan faktor resiko terjadinya keracunan
pestisida. Saran: Petugas Penyuluh Lapangan dan Puskesmas memberikan penyuluhan tentang
penggunaan pestisida dan dampaknya. Petani lebih memperhatikan frekuensi penyemprotan, lama
paparan, dosis dan jumlah jenis pestisida yang digunakan, serta pemakaian APD saat bekerja
menggunakan pestisida.
K. Daftar pustaka
Pillay, V.V., (2013). Modern Medical Toxicology 4th ed., Jaypee Brothers Medical
Publisher (Ltd), New Delhi
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK

Analisis Pestisida organofosfat/karbamat menggunakan (Acholest Test)

Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata Kuliah Toksikologi Klinik

Dosen pengampu : Nur Patria T, S.Si., Apt.,M.Si.Med

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Desta Putri Melinda (P1337434319003)

2. Meda Salsabilla Apriani (P1337434319005)

3. Ezza silvia ananda (P1337434319018)

4. Ikhsan Agung Saputro (P1337434319035)

5. Afif Syafiatin (P1337434319045)

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2022
A. Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 2 Februari 2022
B. Judul Praktikum : Analisis Pestisida organofosfat/karbamat menggunakan (Acholest
Test)
C. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui Perhitungan aktifitas Enzim Acetil kolinesterase
dan Metode KLT dan untuk mengukur tingkat keracunan oleh pestisida jenis Carbamat
maupun Organo Fosfat Insektisida.
D. Prinsip : ACHOLEST TEST
Kertas Acholest (yang mengandung asetil cholin dan indikator). Kertas kontrol yang
mempunyai warna sama dengan kertas Acholest (kuning telur)
E. Dasar teori
Pestisida adalah senyawa yang digunakan untuk membunuh hama yang mungkin
merupakan serangga, tikus, jamur, nematoda, tungau, kutu, moluska, dan gulma atau
tumbuhan yang tidak diinginkan. Klasifikasi pestisida dapat didasarkan berbagai hal,
antara lain berdasarkan fungsinya sebagai berikut Insektisida, Rodentisida, Fungisida,
Nematicida, Acaricides, Moluskisida, Herbisida, Pestisida lain (Pillay, 2013). Pestisida
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan senyawa aktifnya, yaitu Organofosfat,
Organoklorin, Karbamat, Piretroid.
Organofosfat adalah bahan kimia penghambat kolinesterase yang digunakan
sebagai pestisida. Senyawa ini juga digunakan sebagai bahan kimia perang (Ford, 2007),
dan sebagai pestisida di bidang pertanian di seluruh dunia (Banday, 2015). Toksisitas
organofosfat adalah akibat stimulasi kolinergik yang berlebihan melalui penghambatan
asetilkolinesterase. Efek toksiknya serupa dengan inhibitor cholinesterase yang
digunakan secara medis untuk mengobati glaukoma (physostigmine), myasthenia gravis
(neostigmine, pyridostigmine), takikardia supraventrikular (edrophonium), dan penyakit
Alzheimer (tetrahydro aminoacridine). Paparan terhadap inhibitor kolinesterase
mengikuti konsumsi dan overdosis yang disengaja dan tidak disengaja, kesalahan dan
kecelakaan kerja, dan perang internasional. Identifikasi keracunan mungkin sederhana
bila pasien hadir dengan paparan yang diketahui, atau mungkin sangat sulit dilakukan
pada pasien yang sakit kritis dengan gejala yang membingungkan dan tidak ada riwayat
pemaparan.
Pestisida termasuk bahan yang relatif toksik sehingga sering terjadi kasus
keracunan baik tidak sengaja maupun sengaja. Oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan
untuk membantu menegakkan diagnose penyebab keracunan oleh pestisida maupun
penetapan tindakan terapi.

F. Alat dan Bahan


Alat : Spesimen ;
✓ Alat : Serum, heparin, dan plasma EDTA
✓ Kuvet Kestabilan :
✓ Fotometer 2 minggu pada 2-8 o C
1 minggu pada 15-25o C
✓ Reagen ; 6 bulan pada -20o C
✓ Komponen dan konsentrasi Buang spesimen yang
terkontaminasi.
✓ R1 : Pyrophosphate pH 7,6
95mmol/L
✓ Potasium hexacyanoferrate (III) Bahan yang dibutuhkan tetapi tidak
2,5mmol/L disediakan ;
✓ R2 : Butyrylthiocholin 75mmol/L Larutan NaCl 9 g/L
Peralatan umum laboratorium
G. Prosedur pemeriksaan
Pra analitik
a. Persiapan sampel
1. Pengenceran darah utuh disiapkan dari vena, heparinasi atau EDTA yang baru
diambil, dengan menambahkan 200 ml darah (pipet atau alat suntik) ke dalam 20
ml pereaksi perendaman dingin
2. Setelah pencampuran sampel dengan hati-hati segera dibekukan (20oC) dan terus
dilakukan sampai analisis.
3. Sampel plasma diperoleh dari heparinisasi atau EDTA darah setelah sentrifugasi
(10 menit, 500 g) dan disimpan dalam 1 ml aliquot pada 20oC.
4. Sebelum menganalisis pengenceran darah secara keseluruhan dicairkan dengan
kocokan ringan botol dalam air dingin (lebih mudah dengan shaker waterbath).
Sampel yang dicairkan disimpan di atas es sampai dianalisis.
Eritrosit yang diperoleh dicuci dengan dua volume PP. Aliquot (1 ml) disimpan pada
20oC untuk memudahkan hemolisis lengkap
Analitik
Acholest Test
1. Kertas Acholest bila ditetesi serum korban akan berubah menjadi biru gelap
perlahan lahan berubah menjadi kuning biru ---- kehijauan ---- kuning telur
2. Kertas kontrol ditetesi dengan serum korban akan berwarna kuning kehijauan
3. Amati lama waktu yang diperlukan untuk mengubah warna kertas Acholest
sehingga sama dengan warna kertas control
Pasca analitik
4. Catat hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
5. Bersihkan kembali meja kerja
6. Laporkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

5. Hasil pemeriksaan dan perhitungan


✓ Nilai rujukan
H. Pembahasan
DIAGNOSIS KERACUNAN ORGANOFOSFAT Kriteria Diagnosis Gejala klinis
keracunan organofosfat yang muncul tergantung pada jalan masuk, konversi enzim ke metabolit
aktif, jumlah inhibisi AChE (asetilkolinesterase), dan agen lipofilik. Paparan melalui mulut dan
sistem respirasi secara umum menunjukkan tanda atau gejala dalam waktu 3 jam sementara
gejala akibat keracunan organofosfat melalui absorpsi di kulit akan muncul dalam waktu 12 jam.
13 Reaksi toksik dari racun tergantung pada jumlah substansi yang ada, distribusi ke jaringan,
dan jumlah ekskresi dari dalam tubuh. Dengan pencernaan atau inhalasi yang masif, gejala dapat
muncul dalam 5 menit, atau mungkin akan terlambat hingga setengah sampai satu jam dan
maksimum 2-8 jam. Tanda dan gejala muncul apabila kadar kolinesterase turun sampai 30% dari
aktivitas normal.

I. Simpulan
Organofosfat merupakan salah satu dari pestisida yang telah digunakan secara luas di
dunia. Keracunan organofosfat merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara
berkembang. Banyak penelitian memperkirakan bahwa pestisida organofosfat berperan dalam
dua-pertiga dari 200.000 total kematian tiap tahun. Kematian dari keracunan organofosfat yang
tidak disengaja lebih kurang dari pada keracunan yang disengaja. Organofosfat dapat masuk ke
dalam tubuh melalui berbagai cara yaitu: ditelan (per-oral atau ingesti), terhisap bersama udara
pernafasan (inhalasi), melalui penyuntikan (parenteral atau injeksi), penyerapan melalui kulit
yang sehat atau kulit yang sakit dan dari konjungtiva. Munculnya tanda dan gejala klinis
keracunan organofosfat pun beragam mulai dari hitungan menit sampai dalam beberapa minggu
tergantung jumlah zat yang masuk, distribusi dalam tubuh dan eksresinya. Bahkan bisa
menyebabkan kematian. Pencegahan dan tatalaksana yang tepat sangat penting dalam menangani
kasus keracunan organofosfat ini.

Daftar pustaka

Pillay, V.V., (2013). Modern Medical Toxicology 4th ed., Jaypee Brothers Medical
Publisher (Ltd), New Delhi
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
Analisis Pestisida organofosfat/karbamat menggunakan (KLT)

Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata Kuliah Toksikologi Klinik

Dosen pengampu : Nur Patria T, S.Si., Apt.,M.Si.Med

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Desta Putri Melinda (P1337434319003)

2. Meda Salsabilla Apriani (P1337434319005)

3. Ezza silvia ananda (P1337434319018)

4. Ikhsan Agung Saputro (P1337434319035)

5. Afif Syafiatin (P1337434319045)


PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2022

A. Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 2 Februari 2022


B. Judul Praktikum : Analisis Pestisida organofosfat/karbamat menggunakan (KLT)
C. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui Perhitungan aktifitas Enzim Acetil kolinesterase
dan Metode KLT dan untuk mengukur tingkat keracunan oleh pestisida jenis Carbamat
maupun Organo Fosfat Insektisida.
D. Prinsip : Distribusi komponen sampel antara dua fase tersebut, yakni fase diam dan fase
gerak (eluen). Campuran akan terdistribusi ke dalam fase diam dan eluen dalam sistem
yang sudah ditentukan. Pada perkembangannya, fase diam dan eluen dapat diubah-ubah
dan diberi perlakuan tertentu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemisahan
(Wonorahardjo, 2013).
E. Dasar teori
Pestisida adalah senyawa yang digunakan untuk membunuh hama yang mungkin
merupakan serangga, tikus, jamur, nematoda, tungau, kutu, moluska, dan gulma atau
tumbuhan yang tidak diinginkan. Klasifikasi pestisida dapat didasarkan berbagai hal,
antara lain berdasarkan fungsinya sebagai berikut Insektisida, Rodentisida, Fungisida,
Nematicida, Acaricides, Moluskisida, Herbisida, Pestisida lain (Pillay, 2013). Pestisida
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan senyawa aktifnya, yaitu Organofosfat,
Organoklorin, Karbamat, Piretroid.
Organofosfat adalah bahan kimia penghambat kolinesterase yang digunakan
sebagai pestisida. Senyawa ini juga digunakan sebagai bahan kimia perang (Ford, 2007),
dan sebagai pestisida di bidang pertanian di seluruh dunia (Banday, 2015). Toksisitas
organofosfat adalah akibat stimulasi kolinergik yang berlebihan melalui penghambatan
asetilkolinesterase. Efek toksiknya serupa dengan inhibitor cholinesterase yang
digunakan secara medis untuk mengobati glaukoma (physostigmine), myasthenia gravis
(neostigmine, pyridostigmine), takikardia supraventrikular (edrophonium), dan penyakit
Alzheimer (tetrahydro aminoacridine). Paparan terhadap inhibitor kolinesterase
mengikuti konsumsi dan overdosis yang disengaja dan tidak disengaja, kesalahan dan
kecelakaan kerja, dan perang internasional. Identifikasi keracunan mungkin sederhana
bila pasien hadir dengan paparan yang diketahui, atau mungkin sangat sulit dilakukan
pada pasien yang sakit kritis dengan gejala yang membingungkan dan tidak ada riwayat
pemaparan.
Pestisida termasuk bahan yang relatif toksik sehingga sering terjadi kasus
keracunan baik tidak sengaja maupun sengaja. Oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan
untuk membantu menegakkan diagnose penyebab keracunan oleh pestisida maupun
penetapan tindakan terapi.

F. Alat dan Bahan


Alat : Spesimen ;
✓ Alat : Serum, heparin, dan plasma EDTA
✓ Kuvet Kestabilan :
✓ Fotometer 2 minggu pada 2-8 o C
1 minggu pada 15-25o C
✓ Reagen ; 6 bulan pada -20o C
✓ Komponen dan konsentrasi Buang spesimen yang
terkontaminasi.
✓ R1 : Pyrophosphate pH 7,6
95mmol/L
✓ Potasium hexacyanoferrate (III) Bahan yang dibutuhkan tetapi tidak
2,5mmol/L disediakan ;
✓ R2 : Butyrylthiocholin 75mmol/L Larutan NaCl 9 g/L
Peralatan umum laboratorium
G. Prosedur pemeriksaan
Pra analitik
a. Persiapan sampel
1. Pengenceran darah utuh disiapkan dari vena, heparinasi atau EDTA yang baru
diambil, dengan menambahkan 200 ml darah (pipet atau alat suntik) ke dalam 20
ml pereaksi perendaman dingin
2. Setelah pencampuran sampel dengan hati-hati segera dibekukan (20oC) dan terus
dilakukan sampai analisis.
3. Sampel plasma diperoleh dari heparinisasi atau EDTA darah setelah sentrifugasi
(10 menit, 500 g) dan disimpan dalam 1 ml aliquot pada 20oC.
4. Sebelum menganalisis pengenceran darah secara keseluruhan dicairkan dengan
kocokan ringan botol dalam air dingin (lebih mudah dengan shaker waterbath).
Sampel yang dicairkan disimpan di atas es sampai dianalisis.
Eritrosit yang diperoleh dicuci dengan dua volume PP. Aliquot (1 ml) disimpan pada
20oC untuk memudahkan hemolisis lengkap
Analitik
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC)
1. Adanya organofosfat dalam sampel lavage (cuci lambung), aspirasi lambung, atau
muntahan, juga dapat ditentukan dengan KLT.
2. Prosedur :
3. Sampel diekstraksi dua kali dengan 5 ml petroleum eter, dan ekstraknya dicuci dengan air
suling.
4. Kemudian dikeringkan dalam udara bertekanan uap, dilarutkan dalam metanol,
5. Kerjakan KLT dengan fase gerak campuran petroleum eter dan metanol (25: 1).
6. Setelah eluasi, uapi pelat dengan uap yodium
7. Amati kromatogram, RF dibandingkan dengan standar (Pillay, 2013).
Pasca analitik
1. Catat hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Bersihkan kembali meja kerja
3. Laporkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
H. Pembahasan
Penentuan kadar diazinon ditentukan melalui teknik KLT-Densitometri.
Pemisahan dengan teknik KLT terjadi karena adanya perbedaan kecepatan migrasi
(eluen). Polaritas eluen akan meningkatkan kecepatan migrasi analit yang berarti juga
akan menentukan nilai Rf. Penambahan eluen yang bersifat agak polar seperti etil asetat
ke dalam eluen nob polar seperti heksana akan meningkatkan harga Rf secara signifikan
karena analit berinteraksi lebih kuat dengan fase diam silika gel.
Pemisahan yang baik akan menghasilkan puncak spot terpisah satu sama lain.
Spot yang terbentuk merupakan solut-solut yang mampu menyerap cahaya pada panjang
gelombang UV atau sinar tampak yang di refleksikan (dipantulkan) dari permukaan
lempeng saat pemindaian dengan densitometer.
I. Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan kadar residu diazinon secara berturut-turut
mengalami penurunan dari S1, S2, S3 hingga S4. Kadar residu diazinon dalam S1, S2, S3,
dan S4. Validitas penentuan diazinon menggunakan metode KLT-Densitometri
menghasilkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.974 nilai batas deteksi (LOD) dan
batas kuantutasi (LOQ)

J. Daftar pustaka
Pillay, V.V., (2013). Modern Medical Toxicology 4th ed., Jaypee Brothers Medical
Publisher (Ltd), New Delhi

Anda mungkin juga menyukai