Sangat penting untuk tidak mengaspirasi orifisium vagina atau dilusi cairan
yang ada di vagina dan servik sebelum swab diambil. Jika korban sudah mandi
dan membersihkan area genitalnya sebelum datang, pemeriksa harus dengan teliti
mengambil swab di belakang servik dan sepanjang dinding vagina.
1 segel
Pakai sepasang sarung tangan lateks bebas bubuk. Buka kertas steril
pembungkus salah satu dari empat kapas tip aplikator
Gosok ujung kapas tip pada bagian dalam pipi mulut sambil perlahan
diputar. Lakukan selama sekitar 30 detik.
Tempatkan
Tempatkan amplop yang lebih kecil berisi empat kapas tip aplikator
dalam amplop yang lebih besar dengan label terpasang
Benzidine
atau Test
Adler lebih
sering
digunakan
dapat
dilakukan
pemeriksaan
selanjutnya
yaitu
pemeriksaan
Prosedur plaksanaan
Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
Untuk klien yang dapat berjalan
-
keadaan
kering.
Jangan
memakai
larutan
antiseptik
untuk
membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
b. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan
potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan
ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
c. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang
dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan
kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra.
Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan
potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah.
d. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin
selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau
setengah wadah terisi.
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :
a. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering.
Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.
Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan
selesai.
b. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung
penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke
tempat sampah.
c. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi
sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
d. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang
beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar
berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
f. Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan
penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri
sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus
diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah
diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam
setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya
tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman
terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak
lebih dari 24 jam.
- Chain of evidence
Bahan-bahan tersebut :
Stat. I
Stat. II : Hati + 500 gram, Otak + 500 gram,P aru + 250 gram
Stat. III : Ginjal (sebagian kanan/kiri) , Kandung seni
Bahan-bahan lain :
- Darah (50 - 100 ml )
- Urine (100 ml )
Pada korban hidup :
- Sisa makanan/minuman
- Obat-obatan, bhn penyebab keracunan
- Bhn muntahan / hsl kumbah lambung
- Urine, darah & faeses
Kasus-kasus tertentu :
> Keracunan Alkohol :
- darah V.Femoralis
- urine
> Bila darah (-) :
- sum-sum tulang
- jaringan otot
> Keracunan kronis Arsen :
- rambut, kuku & tulang.
Wadah : gelas/plastik (inert), mulut lebar dapat ditutup rapat bersih dari zat kimia
(baru)
Jumlahnya minimal 3 buah :
Wadah I
Wadah II
Wadah III
Pada bahan sutera / nilon, batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap
daripada sekitarnya.
Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan
mengkilat dan translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1
7. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan Laboratorium Forensik Cairan Mani & Spermatozoa
Cairan mani merupakan cairan agak putih kekuningan, keruh dan berbau khas.
Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzim proteolitik menjadi
cair dalam waktu yang singkat (10 20 menit). Dalam keadaan normal, volume
cairan mani 3 5 ml pada 1 kali ejakulasi dengan pH 7,2 7,6.
Cairan mani mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel lain yang
tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermion
dan beberapa enzim sepertri fosfatase asam. Spermatozoa mempunyai bentuk yang
khas untuk spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60
sampai 120 juta per ml.
Sperma itu sendiri didalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4 5 jam
post-coitus; sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam
post coital dan bila wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8 hari
Pemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan :
1. Adanya persetubuhan melalui penentuan adanya cairan mani dalam labia minor
atau vagina yang diambil dari forniks posterior
2. Adanya ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul melalui penentuan
adanya cairan mani pada pakaian, seprai, kertas tissue, dsb.
Teknik Pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan
cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu dengan mengambil lendir vagina
menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau swab. Bahan
diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada anak-anak atau
bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi dari vestibulum
saja.
lalu masukkan kembali ke dalam air dan di amati apakah masih mengapung atau
tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru tersebut berisi udara residu yang
tidak akan keluar. Kadang-kadang dengan penekanan, dinding alveoli pada bayi yang
telah membusuk akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji
apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil-kecil, mengingat
kemungkinan adanya pernafasan sebagian yang dapat bersifat buatan (pernafasan
buatan) ataupun alamiah, yaitu bayi yang sudah bernafas walaupun kepala masih
dalam vagina.Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati, karena adanya
kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernafas meskipun
jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresopsi. Pada hasil negatif
ini, pemeriksaan histopatologi harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati
atau hidup. Hasil uji apung paru positif berarti pasti lahir hidup.
Penyebab kematian. Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri
adalah mati lemas (asfiksia). Cara tersering dilakukan adalah dengan cara
pembekapan, penyumbatan jalan nafas, penjeratan, pencekikan dan penenggelaman.
Kadang-kadang bayi dimasukkan ke dalam lemari, kopor dan sebagainya.
Lahir hidup dapat diketahui dari perangi paru-paru secara makroskopis maupun
mikroskopis. Secara makroskopis paru-paru anak ayang dilahirkan hidup akan
tampak mengembang dan menutupi kandung jantung, tepintnya tumpul, warnaya
merah ungu dengan gambaran mozaik, lebih berat (1/35 berat badan, pada yang lahir
mati atau belum bernafas berat paru-paru sekitar1/70 berat badan), pada perabaan
teraba derik udara atau krepitasi, bila dimasukkan ke dalam air akan mengapung, bila
diiris dan dipijat akan banyak mengeluarkan darah dan busa. Sedangkan secara
mikroskopik akan tamak jelas adanya pengembangan dari kantung-kantung hawa
(alveoli).
adalah darah dari jantung jenazah. Pada peristiwa tenggelam di air tawar ditemukan
tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan
adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru. Tenggelam jenis ini disebut
tenggelam tipe II A. Sedangkan pada peristiwa tenggelam di air asin terjadi gangguan
elektrolit dan ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl pada jantung kiri
lebih tinggi dari pada jantung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air pada
paru-paru. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe II B
11.Deskripsi luka
Luka adalah hilang atau rusaknya kontuinitas dari jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau benda tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan,
sengatan
listrik
atau
gigitan
hewan.
Dalam
prakteknya
nanti
seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab,
sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang
menyebabkan trauma
a. TRAUMA TUMPUL
Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:
1.
2.
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan
yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe
luka. Ada 3 jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu
:
1. Luka lecet (abrasion) : tekan, geser & regang
2. Luka memar (contussion)
3. Luka robek, retak, koyak (laceration
b. Luka Lecet/ Abrasi
Luka lecet (abrasion) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt force injury)
yang
tidak berdarah
gesekan
karena
pembuluh
darah
terdapat
pada
dermis.
Kontak
menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena cairan eksudat
jaringan.
Ketika
kematian
perabaan seperti kertas berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah
kematian berwarna kekuningan jernih dan tidak ada perubahan warna.
Pola dari abrasi dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya.
Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perubahan
warna menjadi coklat kemerahan pada hari ke-1 sampai hari ke-3.
Warnanya berubah menjadi suram / gelap / coklat pada hari ke-2 sampai hari
ke-3 berikutnya. Epidermis baru akan terbentuk pada hari ke-7 sampai hari ke14. Penyembuhan lengkap terjadi setelah beberapa minggu
yang
bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang
berdekatan.
Hal yang sama bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang
sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang
membatasi daerah yang tidak menunjukkan kelainan. Darah antara kedua
memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat
dibawah kulit terdapat tulang misalnya kepala yang terbentur pada sisi
meja. Hal ini disebut luka retak (harus kita bedakan dengan luka iris
(incissed wound).
Arah
kekerasan
miring
(tangensial)
sehingga
luka
robek
gilasan mobil.
Patah tulang yang menembus kulit
e) TRAUMA TAJAM
Luka yang diakibatkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka yang
disebabkan oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang tenang, tidak
ada luka lecet atau memar, tapi luka yang rata dan dari sudut -sudutnya yang
runcing seluruhnya atau hanya sebagian yang runcing serta tidak adanya
jembatan jaringan. Ada 3 jenis luka akibat kekerasan benda tajam, yaitu:
a) Luka iris/ luka sayat (incised wound)
b) Luka tusuk (stab wound)
c) Luka bacok (chop wound
melalui
menjadi
lebih luas.
Luka
Tusukan
masuk
yang
kemudian
dikeluarkan
dengan
Alat
wound)
yang
tusuk (stab
wound) yang berbentuk bintang berkaki tiga atau empat.
Ada 5 ciri-ciri luka tusuk (stab wound) yang disebabkan oleh alat
yang berujung runcing dan bermata tajam, yaitu :
1. Tepi luka tajam atau rata.
2. Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul.
3. Rambut terpotong pada sisi tajam.
4. Sekitar luka kadang terdapat luka memar (contussion). Ekimosis karena
tusukan sampai mengenai tangkai pisau.
5. Kedalaman luka melebihi panja ng luka
Gambar.16
Gambaran luka tusuk
g) LUKA TEMBAK
Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi,
dilepaskan3 substansi berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru,
bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas. Deskripsi luka yang minimal
untuk pasien hidup terdiri dari:
1. lokasi luka
2. ukuran dan bentuk defek
3. lingkaran abrasi
4. lipatan kulit yang utuh dan robek
5. bubuk hitam sisa tembakan, jika ada
6. tattoo, jika ada
7. bagian yang ditembus/dilewati
h) LUKA BAKAR
Dry heat (burn heat / luka bakar) adalah luka bakar yang diakibatkan oleh
persentuhan tubuh dengan api atau benda panas (bukan cairan).
Ada lima mekanisme timbulnya luka bakar:
1.
2.
Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak
panas.
3.
sekalipun sumber
panas (listrik) berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah
justru terjadi di dalam tubuh.
5.
atau
knalpot
sepeda
motor. Hal
ini
sangat
kedalaman luka bakar. Luka bakar diklasifikasi menjadi derajat 1, 2, dan 3. Kadang kadang digunakan pula istilah derajat 4 pada kulit ya ng hangus terbakar mirip arang.
Klasifikasi tersebut ialah :
Luka bakar derajat 1 = superficial burn. Luka bakar permukaan yang tidak terlalu
serius dan hanya mengenai lapisan kulit bagian atas. Sering kali disertai
pembentukan vesikel (gelembung berisi cairan).
Luka bakar derajat 2 = partial thickness burn (luka bakar parsial). Artinya luka
bakar mengenai sebagian dari ketebalan kulit. Luka bakar dengan kedalaman ini
sering kali disertai dengan rusaknya struktur di bawah kulit, seperti folikel
rambut, kelenjar sebaseus (minyak), atau jaringan kolagen.
Luka bakar derajat 3 = full thickness burn. Luka bakar mengenai se luruh
ketebalan kulit. Struktur di bawah kulit pun sering kali mengalami kerusakan.
Sekalipun demikian, kulit tidaklah lenyap, musnah, atau hilang, tetapi rusak.
12.
1. Luka Ringan
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya. (4)
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
2. Luka sedang.
Luka yang dapat menimbulkan penyakit, atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan/pekerjaan mata pencaharian untuk sementara waktu saja, maka
luka ini dinamakan luka derajat kedua.
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
3. Luka Berat
Apabila penganiayaan mengakibatkan luka berat, seperti yang
dimaksud dalam pasal 90 KUHP, luka tersebut dinamakan luka derajat
ketiga, dengan kriteria :
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan
sempurna.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
c. Rintangan tetap menjalankan
pekerjaan
mata pencaharian.
SMF FORENSIK
26
27
pewarnaan Papanicolaou.
5. Warna empedu dimana kapas yg dibasahi sublimat 5% diusap
pd zakar warna
SMF FORENSIK
28
bukti.
Memotret secara keseluruhan, sedang, dan close-up yang terlihat dari TKP.
Foto dari sudut pandang mata untuk mewakili tampilan normal.
Memotret daerah yang paling rapuh dari TKP pertama.
Memotret semua bukti di tempat sebelum direposisi atau dibersihkan.
Semua barang bukti harus difoto close-up, pertama tanpa skala dan
SMF FORENSIK
29
(aperture)
menjadi
unsur
vital
untuk
menciptakan
15.ODONTOLOGI FORENSIK
Menurut Pederson, odontologi forensik adalah suatu cabang ilmu
kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan
benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut
untuk kepentingan peradilan.
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan
sbb :
a) Gigi dan restorasinya merupakan jaringan keras yang resisten
terhadap pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrem.
SMF FORENSIK
30
SMF FORENSIK
31
Pada gambar 1 menunjukkan bahwa gigi tetap dalam keadaan utuh pada
suhu yang tinggi, walaupun tubuh telah rusak, tetapi gigi masih dapat
diidentifikasi
Identifikasi Forensik Odontologi
-Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk
membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk
membatasi korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat
identitas korban.
Penentuan Usia
-Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi
melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada
pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi
desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12
16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang
stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan
mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai
neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan
dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini
menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan
enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan
dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi
SMF FORENSIK
32
permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama
dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia
14 16 tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat digunakan untuk
menentukan umur, penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan
untuk penentuan perkembangan gigi.5
SMF FORENSIK
33
SMF FORENSIK
34
Gambar 3
Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut:
1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1.
2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari
mandibula.
3. Maloklusi pada gigi anterior.
4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.
5. Dagu menonjol.
SMF FORENSIK
35
Gambar 4
Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut:
1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga
tonjolan.
2. Sering terdapat open bite.
3. Palatum berbentuk lebar.
4. Protrusi bimaksila.
16. HISTOPATOLOGI FORENSIK
Histologi
Histo = jaringan
Logos = ilmu
Ilmu yang mempelajari struktur anatomi dan jaringan di bawah
tentang
penyakit,
penyebab,
Gambaran intravitalitas
SMF FORENSIK
36
30 min
Sebukan PMN di sekitar pembuluh darah. Sel Mas (basofil) mulai kehilangan
4 hours
SMF FORENSIK
37
4 12
Sebukan sel-sel leukosit semakin jelas, mayoritas adalah PMN, juga terdapat
hours
beberapa sel mononuklear. Endotel pembuluh darah mulai mengalami edema dan
timbul celah-celah antar endotel.
12 24
hours
24 72
Infiltrasi leukosit mencapai puncaknya pada jam ke-48, semakin banyak sel-sel
hours
3 hari- 6
hari
10-
15
hari
2 weeks -
months
Infeksi Paru
SMF FORENSIK
38
Jaringan paru dengan tuberkel berupa inti yang nekrosis dikelilingi sel-sel
epiteloid, limfosit, dan sel Datia Langhans.
Infeksi Otak
Ilustrasi kasus:
Mayat laki-laki umur 27 th
Riwayat penganiayaan dengan kekerasan tumpul di kepala 1 bulan
yang lalu
Mengeluh sakit kepala terus menerus
CT Scan kepala:
SMF FORENSIK
39
Sembab otak
SMF FORENSIK
40
Infark Miokard
Akut
SMF FORENSIK
41
Kronis
17. kkkk
SMF FORENSIK
42