Anda di halaman 1dari 117

BAKTERI PATOGEN

Bakteri patogen adalah bakteri yang


mampu menyebabkan penyakit infeksi.
Bakteri patogen Gram positif

1. Staphylococcus aureus
2. Streptococcus pneumoniae
3. Staphylococcus epidermidis
4. Corynebacterium diptheriae
5. Clostridium tetani
6. Bacillus cereus
7. Bacillus anthracis
KARAKTERISTIK BAKTERI GRAM POSITIF COCCUS
Streptococcus pneumoniae
• Bakteri Gram positif coccus
(diplococcus)
• Diameter 0,5-1,25 mikron
• Susunan rantai pendek
• Tidak berspora
• Tidak bergerak
• Uji katalase : negative
• Koloni berwarna bulat kecil kehijauan
• Suhu optimum 37,5°C
KARAKTERISTIK BAKTERI GRAM POSITIF COCCUS
Staphylococcus epidermidis
• Bakteri Gram positif coccus
• Diameter 0,5-1 mikron
• Bergerombol seperti anggur
• Anaerob fakultatif
• Uji katalase : positif
• Uji koagulase : negative
• Koloni berwarna putih/putih-krem
• Suhu optimum 37°C
KARAKTERISTIK BAKTERI GRAM POSITIF BASIL

Corynebacterium diptheriae
• Bakteri Gram positif basil
• Panjang 1,5-5 mikron
• Lebar 0,5 – 1 mikron
• Tidak berspora
• Tidak bergerak
• Tidak tahan asam
• Anaerob fakultatif
KARAKTERISTIK BAKTERI GRAM POSITIF BASIL
Clostridium tetani

• Bakteri Gram positif basil


• Panjang 2-5 mikron
• Lebar 0,4-0,5 mikron
• Berspora
• Anaerobic obligat
• Mengeluarkan eksotoksin
pneumonia
COCUS
Streptococcus sinusitis
pneumoniae

meningitis

infeksi
opportunistic septicemia

Staphylococcus
epidermidis

abses endokarditis
BASIL
Clostridium
tetanus
tetani

Corynebacterium
difteri
diptheriae
Streptococcus pneumoniae

PENYAKIT PNEUMONIA
Gejala :
• Demam
• batuk
• Flu
• Sesak napas
• Nyeri dada
• Pada anak, infeksi berat menyebabkan letargi dan sianosis
• Keluhan lainnya seperti nyeri kepala, otot, kelelahan, mual
Streptococcus pneumoniae

PEMERIKSAAN
• Pengambilan sampel : Cairan bilasan bronkus

 Pewarnaan : Pewarnaan Gram

 Kultur darah dan Kultur cairan pleura

 Media yang digunakan : Blood Agar Plate dan MCA

BAP MCA
Staphylococcus Epidermidis

PENYAKIT ABSES  Sulit bergerak

Gejala :  Sulit menelan

• Penumpukan darah  Gejala sinusitis (terutama ketika abses gigi


mempengaruhi rongga sinus)
• Peradangan
 Jumlah sel darah putih meningkat
• Kemerahan dan rasa sakit
 Keluar cairan kekuningan, kuning-putih, atau
• Sakit putih

• Muncul kantung atau benjolan pada kulit yang  Suhu tubuh meningkat (tanda sel darah putih
penuh dengan nanah melawan infeksi)
ABSES
PEMERIKSAAN
• Pengambilan Sampel : PUS
• Pewarnaan : Gram
• Kultur Pus
• Medium yang digunakan: Blood Agar Plate
PENYAKIT DIFTERI

Gejala :
• Nyeri tenggorok
• Demam

Pemeriksaan :
• Pengambilan sampel : Apusan dari hidung, tenggorok, atau lesi
lain

• Pewarnaan : Pewarnaan Gram

• Medium : agar darah dan telurit


PENYAKIT TETANUS

GEJALA :
• Tegang otot terutama pada leher dan rahang
• Sulit membuka mulut (trismus)
• Kejang tonik
• Badan kaku serta lengan kaku dan mengepal
• Demam ringan

PEMERIKSAAN :
Sampel diambil dari luka dalam bentuk pus atau
nanah atau jaringan nekrotik lalu dibiakkan
menjadi kultur Agar Darah atau kaldu daging.
BAKTERI PATOGEN GRAM NEGATIF
KOKUS DAN BATANG

KELOMPOK 2
AJRINA MALIA
NIDA JUNIKA ARIYANTO
RIZKY PRATAMA PUTRA
BAKTERI GRAM NEGATIF

Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan


zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga
akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop.
BAKTERI PATOGEN

Bakteri patogen adalah bakteri yang mampu menyebabkan


penyakit. Bakteri patogen dapat menyebar melalui populasi
manusia dalam berbagai cara. Udara, air, dan tanah semua
adalah vektor yang umum, dan orang mungkin juga
meneruskan bakteri secara langsung satu sama lain melalui
kontak fisik.
CONTOH BAKTERI GRAM NEGATIF
COCCUS

• Neisseria meningitidis • Brucella canis


• Neisseria gonorrhoeae • Brucella melitensis
• Haemophilus aphrophilus • Brucella suis
• Haemophilus influenza • Eikenella corrodens
• Haemophilus ducreyi • Moraxella catarrhalis
• Haemophilus avium • Pasteurella multocida
• Brucella abortus • Bordetella pertussis
CONTOH BAKTERI GRAM NEGATIF
B ACILLUS

• Citrobacter koseri • Escherichia coli


• Citrobacter freundii • Morganella morganii
• Enterobacter cloacae • Serratia marcescens
• Enterobacter aerogenes • Salmonella enteritidis
• Klebsiella ozaenae • Salmonella typhi
• Klebsiella pneumoniae • Shigella dysenteriae
• Klebsiella rhinoscleromatis • Shigella sonnei
1. Neisseria meningitidis

Karakteristik:
Bentuk : diplococcus
Diameter : 0,8 µm
Susunan : bentuk coccusnya menyerupai biji kopi
Uji Katalase : positif (+)
Uji Oksidase : positif (+)
Uji Sukrosa : negative (-)
Tidak bergerak, tidak berspora dan gram (-)
Tumbuh baik di media yang mengandung serum atau darah dan suhu untuk tumbuh diantara 25
-43ºC suhu optimum 37ºC, dan pH 7,4 – 7,6
1. Neisseria gonorrhoeae

Karakteristik:
Bentuk : diplococcus
Diameter : 0,8 µm
Susunan : bentuk coccusnya menyerupai biji kopi
Uji Katalase : positif (+)
Uji Oksidase : positif (+)
Uji Sukrosa : negative (-)
Neiserria gonorrhoeae tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Pada pewarnaan Gram, bersifat Gram negative.
Bersifat aerob, suhu optimal yang dibutuhkan adalah 34°-37°C dengann pH 7,2-7,6.
1. Salmonella typhi

Karakteristik:
Bentuk : basil
Diameter : 0,7-1,5 x 2-5 µm
Tidak memiliki spora
Bergerak dengan flagel peritrik
Bersifat intraseluler fakultatif, dan anaerob fakultatif
memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol dan
memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNAse , fenilalanin deaminase, urease,
voges proskauer, dan reaksi fermentasi sukrosa dan laktosa.
2. Shigella dysenteriae

Karakteristik:
 Bentuk : cocobasil
 Diameter : 2mm
 Susunan: Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggir-pinggir utuh
 Tidak berkapsul
 Tidak bergerak
 Tidak membentuk spora
 Fakultatif anaerob
 ditemukan pada perbenihan diferensial karena ketidakmampuannya meragikan laktosa.
 mempunyai susunan antigen yang kompleks.
 Gram negatif.
PENYAKIT YANG DISEBABKAN:

Neisseria
meningitidis • Radang selaput otak
Neisseria
gonorrhoeae • Kencing nanah
Salmonella
typhi • Demam tifus
Shigella
dysenteriae • Disentri
GEJALA YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENYAKIT

• Demam tinggi dengan tangan dan kaki terasa


dingin, terdapat ruam merah yang tidak
Neisseria meningitidis hilang ketika gelas digulirkan dengan sedikit
ditekan diatasnya.
• Saat buang air kecil akan terasa sakit atau
Neisseria gonorrhoeae perih dan keluarnya cairan kental seperti
nanah berwarna kuning atau hijau dari
vagina atau penis.
• Demam yang dapat meningkat secara
Salmonella typhi bertahap tiap hari di minggu pertama.
Demam biasanya meninggi pada malam
hari
Shigella dysenteriae • Diare yang disertai darah atau nanah
IDENTIFIKASI Neisseria meningitidis
• Sampel : darah, cairan serebrospinal, cairan sum-sum tulang belakang dan
swab tenggorokan
• Cara kerja :
1. Centrifuge darah hingga mendapatkan serum
2. Setelah mendapatkan serum lakukan pewarnaan Gram untuk mengetahui
morfologi dari bakteri tersebut.
3. Lalu lakukan pengujian lanjutan dengan media agar-agar
IDENTIFIKASI Neisseria Gonorrhoeae
• Berat ringannya penyakit GO dibagi menjadi 2 sifat :
• Intraseluler : sel GO masih berada dalam leukosit (belum menyebar keseluruh tubuh
[akut])
• Ekstraseluler : sel GO sudah keluar dari sel leukosit (telah menyebar keseluruh tubuh
[kronis])
• Sampel : pus atau secret yang diambil dari urethra dan vagina
• Cara Kerja : Pengambilan swab vagina dibantu dengan alat SPICULUM, lalu swab
vagina diambil dengan kapas lidi steril, lalu di tanam pada media CARRY & BLAIR kemudian di
cat dengan pengecatan GRAM.
IDENTIFIKASI Salmonella typhi
• Sample : darah, urin, dan feses
• Cara kerja :
Hari Pertama
1). Darah
Dilakukan centrifuge hingga didapatkan serum, serum ditanam pada media brain heart infusion ( BHI ), inkubasi
24 jam dengan suhu 37ºC
2). Urine
Diambil urine dengan cara mid stream (buang-tampung-buang) lalu di inokulasikan pada media selenit , inkubasi
selama 24 jam dengan 37ºC
3). Feses
Diambil feses dengan menggunakan swab, lalu di inokulasi pada media selenit, inkubasi selama 24 jam dengan
37ºC
Hari kedua

1). Dilakukan pengecatan Gram untuk memastikan bakteri itu coccus atau basil lalu diamati pada mikroskop

perbesaran 1000 kali

2). Di inokulasikan sample yang telah disuburkan pada media SSA

3). Di inkubasi suhu 37ºC selama 24 jam

Hari ketiga

1). Dilakukan pengecatan Gram dari koloni media EMBA untuk memastikan basil atau coccus

2). Di inokulasi pada media uji biokimia dari koloni media EMBA

3). Di inkubasi suhu 37ºC selama 24 jam

Hari keempat

Dilakukan pengamatan dari hasil uji biokimia, lalu bisa disimpulkan bakteri tersebut Salmonella typhi atau

bakteri lain. Untuk uji lebih lanjut dilakukan tes widal.


Cara kerja metode widal :
• Alat : Slide putih/objek glas, Mikropipet, Sentrifuge, Yellow tape, Batang pengaduk
• Bahan: : Antigen Salmonella typhi , Antigen Salmonella typhi , Antigen Salmonella paratyphi
AH, dan Antigen Salmonella paratyphi OH
• Prosedur Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang ingin digunakan.
2) Dengan mikropipet masukkan serum sebanyak 20 µl ke atas kaca yang telah disiapkan.
3) Kemudian ditambah 1 tetes antigen, dan homogenkan.
4) Setelah itu dirotator selama 1 menit.
5) Perhatikan aglutinasi yang terjadi.
6) Jika positif, maka lakukan pengenceran :
7) Serum 10 µl di tambah 1 tetes reagen
8) Serum 5 µl di tambah 1 tetes reagen
IDENTIFIKASI Shigella dysenteriae

• Sample : feses
• Alat : tabung reaksi, beaker glass, gelas ukur, tabung durham, pipet ukur, inkubator, petri
dish, lampu spirtus, bulb, ose, autoclave.
• Bahan : SSA, EMBA, MCA, TSIA dan endo agar
• Cara kerja :
Hari pertama
1). Timbang sample makanan sebanyak 10 gr
2). Aduk dengan menggunakan air pepton sebanyak 90 gr
3). Ambil sample 1-2 ose, lalu masukan dalam SSA dalam metode zig zag 4 kuadrat
4). Eramkan dengan suhu 37ºC selama 1x24 jam
Hari kedua
1). Amati perubahannya jika goresan kecil-kecil, tidak berwarna, jernih, smooth maka dinyatakan positif
2). Kemudian ambil 1-2 ose tanam pada TSIA dengan cara zig zag dan tusuk dasar
3). Eramkan dengan suhu 37ºC selama 1x24 jam
Hari ketiga
1). Amati dinyatakan positif tanda warna kuning pada media TSIA
2). Pertumbuhan yang sama dengan daftar tersebut dikerjakan slide aglutinasi dengan sera diagnostika.
Kemudian dari koloni TSIA, baik yang tersangka golongan shigella maupun tidak tersangka, ditanam pada
media gula-gula dan agar-agar .
3). Eramkan dengan suhu 37ºC selama 1x24 jam.
Hari keempat
Amati pertumbuhan pada media gula-gula, kemudian cocokan dengan daftar media gula-gula
Medium partumbuhan pada Neisseria gonorrhoeae

Media transport yang digunakan Media selektif yang digunakan untuk Media identifikasi yang digunakan untuk
untuk mengirim specimen dari satu kuman Neisseria gonorrhoe adalah kuman Neisseria gonorrhoe adalah BAP
tempat ke laboratorium. THAYER MARTIN.
Medium pertumbuhan pada Salmonella typhi

Pada media HEA (Hektoen Enteric


Agar)
Media pertumbuhan pada Shigella dysenterieae
TERIMAKASIH
PATOGENESIS DAN
RESISTENSI ANTIBIOTIK
TINGKAT II B
KELOMPOK 3

Disusun Oleh :
Anisa Tri Handayani (P27903117053)
Desia Anik Setianingsih (P27903117060)
Siti Atikah (P27903117094)
Yudha Fazria (P27903117096)
PATOGENESIS
PATOGENESIS
Patogenesis merupakan keseluruhan proses
perkembangan penyakit atau patogen.
• Termasuk setiap tahap perkembangan
• Rantai kejadian yang menuju kepada
terjadinya patogen tersebut dan
• Serangkaian perubahan struktur dan fungsi
setiap komponen yang terlibat di dalamnya.
CARA MASUKNYA MIKROORGANISME

Saluran Saluran Rongga


Kulit
Pernafasan Pencernaan Mulut
SIFAT PATOGENESIS
1. Infeksi mikroba
Jalur umum masuknya mikroorganisme biasanya melalui makanan
serta minuman yang sudah terkontaminasi. Menginfeksi melalui 4
tahap yaitu :
• Adhesi (menempel)
• Kolonisasi (berbiak)
• Penerasi (masuk ke tubuh)
• Invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil berbiak).
2. Keracunan
Dapat terjadi karena masuknya suatu racun yang berasal dari
komponen anorganik, keracunan juga dapat terjadi akibat
tertelannya toksin yang merupakan metabolisme sel-sel
mikroorganisme tertentu yang disebut sebagai intoksikasi.
MEKANISME PATOGENESIS
• Salmonella sp.
FAKTOR VIRULENSI BAKTERI
• Transmisibilitas
Tahap pertama dari proses infeksi adalah masuknya mikroorganisme
ke dalam inang melalui satu atau beberapa jalur. Setelah masuk,
patogen harus melalui bermacam-macam sistem pertahanan tubuh
sebelum dapat hidup dan berkembangbiak di dalam inangnya.
• Pelekatan
Pelekatan meningkatkan virulensi dengan cara mencegah bakteri
terbawa oleh mukus atau organ karena aliran cairan seperti pada
saluran urin dan pencernaan.
• Kemampuan invasif
Bakteri invasif adalah bakteri yang dapat masuk ke dalam sel inang
atau menembus permukaan kelenjar mukus sehingga menyebar dari
titik awal infeksi.
• Toksin bakteri
Beberapa bakteri memproduksi toksin atau racun yang dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu : endotoksin dan eksotoksin.
TOKSIN
• Endotoksin
Lipopolisakarida yang tidak disekresikan
melainkan terdapat pada dinding sel bakteri
gram negatif.
Sebagai bagian intergral dari dinding sel kuman
gram negatif.
• Eksotoksin
protein yang disekresikan oleh bakteri gram
positif dan gram negatif.
Dikeluarkan oleh kuman hidup, konsentrasinya
dalam medium cair sangant tinggi
RESISTENSI ANTIBIOTIK
RESISTENSI ANTIBIOTIK
Resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah
kemampuan alamiah bakteri untuk
mempertahankan diri terhadap efek antibiotik.
Antibiotik menjadi kurang efektif dalam
mengontrol atau menghentikan pertumbuhan
bakteri.
MEKANISME
TERJADINYA RESISTENSI
Beberapa mikroorganisme alami tahan terhadap antibiotik
tertentu :
• Organisme mengubah struktur yang dapat menghambat
masuknya antibiotik.
• Organisme kedap antibiotik.
• Organisme dapat mengubah antibiotik menjadi bentuk tidak
aktif.
• Organisme dapat memodifikasi target antibiotik.
• Organisme dapat mengembangkan jalur biokimia yang
resisten.
• Organisme dapat memompa masuk antibiotik sel, proses yang
disebut penghabisan.
CARA MIKROORGANISME MENGHALANGI
MASUKNYA ANTIBIOTIK

1. Aktivasi pompa
penghabisan
obat 2
2. Inaktivasi obat 1
oleh enzimatik
3. Perubahan target 3
obat
4. Penghambatan
penyerapan obat
4
MEKANISME ANTIBIOTIK MELAWAN
MIKROORGANISME
1. Menghambat sintesis
dinding sel
2. Menghambat fungsi
membran sel sitoplasmik
3. Menghambat sintesis asam
nukleat
4. Menghambat sintesis
protein
5. Menghambat sintesis asam
folat (antimetabolit)
KESIMPULAN

Patogenesis merupakan keseluruhan proses


perkembangan penyakit atau patogen yang cara
infeksinya bisa melalui saluran pernafasan,
saluran pencernaan, kulit, dan rongga mulut.
Serta resistensi antibiotik adalah kemampuan
alamiah bakteri untuk mempertahankan diri
terhadap efek antibiotik sehingga antibiotik
menjadi kurang efektif dalam mengontrol atau
menghentikan pertumbuhan bakteri.
SENYAWA
ANTIMIKROBA
TLM-2B
KELOMPOK 4:
1. HAYYATUN NUFUS
2. LULU LUTFIA
3. PUJI HIDAYANTI
4. SHALMA ALIFIA RIZKY
PENGERTIAN SENYAWA ANTIMIKROBA

Antimikroba merupakan suatu zat-zat kimia


yang diperoleh/dibentuk dan dihasilkan oleh
mikroorganisme, zat tersebut mempunyai
daya penghambat aktifitas mikroorganisme
lain meskipun dalam jumlah sedikit
SIFAT-SIFAT ANTIMIKROBA
• Menghambat atau membunuh mikroba patogen tanpa
merusak hospes/inang.
• Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik.
• Tidak menyebabkan resistensi pada kuman atau mikroba.
• Berspektrum luas
• Tidak menimbulkan alergenik atau menimbulkan efek
samping bila digunakan dalam jangka waktu lama.
• Zat antimikroba tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh
atau eskudat
• Zat antimikroba dapat larut dalam air dan stabil,
antimikroba dapat larut dan menyatu dalam air.
MEKANISME KERJA ANTIMIKROBA
• Antimikroba menghambat metabolisme sel untuk
bertahan hidup dan melangsungkan kehidupan,
mikroba membutuhkan asam folat.
• Antimikroba menghambat sintesis protein.
• Antimikroba menghambat sintesis dinding sel.
• Antimikroba menghambat permeabilitas membran
sel.
• Antimikroba merusak asam nukleat dan protein DNA,
RNA dan protein memegang peranan penting di
dalam proses kehidupan sel.
MEKANISME KERJA ANTIMIKROBA
PENGUJIAN DAYA ANTIMIKROBA
1. Metode Difusi adalah pengukuran dan pengamatan diameter
zona bening yang terbentuk di sekitar cakram, dilakukan
pengukuran setelah didiamkan selama 18-24 jam dan diukur
menggunakan jangka sorong (Khairani, 2009; Sari, dkk, 2013)
• Metode disc diffusion atau metode Kirby Bauer, metode ini
menggunakan kertas cakram yang berisi zat antimikroba dan
diletakkan pada media agar yang telah ditanami bakteri uji.
• Metode E-Test digunakan untuk menentukan KHM (Kadar
Hambat Minimum), yaitu konsentrasi minimal zat antimikroba
dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Metode ini
menggunakan strip plastik yang telah berisi zat antibakteri dan
diletakkan pada media agar.
• Ditch plate technique, zat antimirkoba diletakkan pada
parit yang dibuat dengan cara memotong media agar
dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur
dan bakteri uji digoreskan ke arah parit.
• Cup-plate technique, metode ini hampir sama dengan
metode disc diffusion namun bedanya tidak
menggunakan kertas. Pada media agar dibuat sumur, dan
pada sumur tersebut diberi zat antimikroba.
• Gradient-plate technique, media agar dicairkan dan
ditambahkan larutan uji kemudian campuran tersebut
dituangkan ke dalam cawan petri dan diletakkan dalam
posisi miring.
Metode Difusi (Kirby Bauer )
PENGUJIAN DAYA ANTIMIKROBA
2. Metode Dilusi, dibedakan mejadi dua, yaitu:
• Metode Dilusi cair/ broth dilution test, digunakan untuk mengukur
KHM dan KBM. Zat antimikroba diencerkan pada medium cair yang
telah ditambhakan bakteri uji. Larutan antimikroba dengan kadar
terkecil dan terlihat jernih ditetapkan sebagai KHM. KHM dikultur
ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri dan zat
antimikroba, kemudian diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang
tetap cair ditetapkan sebagai KBM.
• Metode Dilusi padat/ solid dilution test, metode ini hampir sama
dengan metode dilusi cair, namun menggunakan media padat/solid.
Metode dilusi padat dapat menguji beberapa macam bakteri dalam
satu konsentrasi zat antimikroba.
Metode Dilusi cair / broth dilution test
BAKTERI YANG MENGINFEKSI
MATA DAN TELINGA
Kelompok 5 :
Depanti Larasati
Essa Riyanti
Fitri Zakia
Imelda Syafira TLM
2B
Penyakit Yang Menginfeksi Mata
1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis adalah suatu peradangan atau infeksi selaput transparan yang
berada di permukaan dalam kelopak mata dan yang mengelilingi bola mata
bagian luar. Konjungtivitis Bakteri bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang
disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan
keluhan mata merah, terdapat sekret pada mata dan iritasi mata. Konjungtivitas
bakteri biasanya disebabkan oleh Neisseriacea meningitidis, Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus,Haemophilus influenza dsb.
a) Konjungtivitis Bakterial Hiperakut/Subakut
1. Konjungtivitis purulen :

Konjungtivitis ini disebut juga konjungtivitis hiperakut,


dan ditandai dengan respon inflamasi yang lebih berat.
Penyakit ini disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, StaphylococcuS aureus, dan Streptococcus
pneumoniae. Penyebaran penyakit ini biasanya melalui
saluran genital yang terinfeksi N gonorrheae dan menular
ke mata melalui tangan yang terkontaminasi.
2. Konjungtivitis mukopurulen
Konjungtivitis ini ditandai dengan adanya hiperemi konjungtiva dan adanya
sekret mukopurulen. Bakteri yang biasanya menyebabkan penyakit ini
yaitu Staphylococcu aureus, Pneumococcus, Streptococcus pneumoniae,Haemophilus
aegypticus, dan Koch-Weeks bacillus.
b) Konjungtivitis Bakterial Menahun

Konjungtivitis Bakterial Menahun Terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus

nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, yang biasanya unilateral. Infeksi

dapat menyertai blefaritis bakterial menahun / disfungsi kelenjar meibom.


PEMERIKSAAN KONJUNGTIVITAS
Pemeriksaan pada konjungtivitis dilakukan dengan identifikasi bakteri yang
menggunakan pewarnaan Gram atau Giemsa. Selain itu, dapat dilakukan kultur
terhadap bakteri patogen tersebut. Spesimen yang digunakan berupa usapan
pada konjungtiva. Pemeriksaan sensitivitas antibiotik dapat dilakukan, sehingga
dapat ditentukan jenis terapi antibiotik yang sesuai. Namun, sebelum hasil
pemeriksaan sensitivitas tersebut diketahui, terapi antibiotik empiris harus
diberikan.
Pengambilah Sampel
• Spesimen dapat diambil setiap saat, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik.
Media isolasi yang digunakan diantaranya agar darah, agar coklat, MCA.
Prosedur pengambilan spesimen konjungtiva
• Gunakan usap kapas yang dibasahi dengan NaCl streril, usap bagian yang
terdapat purulen dengan cara memutar.
• Lakukan inokulasai pada media yang sesuai, langsung pada saat pengambilan
spesimen.
• Inkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam.
• Lakukan apusan langsung pada kaca objek dengan luas area 1-2 cm untuk
pemeriksaan mikroskopik
• Pengiriman dalam waktu < 15 menit pada suhu kamar (spesimen tanpa
medium transport). Pengiriman dalam waktu < 2 jam pada suhu kamar
(spesimen dalam medium transport).
• Penyimpanan < 24 jam pada suhu kamar.
2. Keratitis

Keratitis adalah infeksi pada kornea yang mengancam pengelihatan,


biasanya di klasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis
superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau bowman dan keratitis
profunda atau interstisialis yang mengenai lapisan stroma, (Ilyas, 2006).

Ciri-ciri khusus keratitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu perjalanannya


klinisnya yang cepat. Ulkus kornea, pembentukan abses stroma, edema kornea
dan lesi pada kornea. Bakteri yang banyak menyebabkan keratitis bakteri ialah
Streptopcoccus pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, dan kelompok Enterobacteriaceae.
Pengambilan Sampel
• Spesimen dapat diambil setiap saat, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik. Media
isolasi yang digunakan diantaranya agar darah, agar coklat, MCA. Prosedur
pengambilan spesimen kornea
• Pengambilan dilakukan oleh dokter.
• Spesimen diinokulasi pada medium yang sesuai.
• Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC.
• Lakukan apusan langsung pada kaca objek dengan luas area 1-2 cm untuk
pemeriksaan mikroskopik. pada saat pengambilan spesimen dengan cara memutar
usap kapas pada kaca objek dengan luas
• Pengiriman dalam waktu < 15 menit pada suhu kamar (spesimen dalam biakan)
• Penyimpanan < 24 jam pada suhu kamar.
3. Trachoma

Trakhoma adalah keradangan konjungtiva yang akut, subakut atau kronis yang
disebabkan oleh Chlamidia Trachomatis. Penyebaran trakhoma terjadi secara
kontak langsung maupun tidak langsung dan uerat hubungannya dengan faktor
lingkungan dan higiene sanitasi. Karena Trakhoma merupakan penyakit yang
dapat dicegah, maka diperlukan tindakan pemeriksaan dan penanganan lebih
cepat terhadap kasus yang dicurigai. Pengobatan terhadap penyakit trakhoma
diberikan sesuai dengan klasifikasi dan gejala yang timbul.
Pengambilan Sampel
• Spesimen dapat diambil setiap saat, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik.
Media isolasi yang digunakan diantaranya agar darah, agar coklat, MCA.
Prosedur pengambilan spesimen kornea
• Pengambilan dilakukan oleh dokter.
• Spesimen diinokulasi pada medium yang sesuai.
• Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC.
• Lakukan apusan langsung pada kaca objek dengan luas area 1-2 cm untuk
pemeriksaan mikroskopik.
• Pengiriman dalam waktu < 15 menit pada suhu kamar (spesimen tanpa
medium transport). Pengiriman dalam waktu < 2 jam pada suhu kamar
(spesimen dalam medium transport).
• Penyimpanan < 24 jam pada suhu kamar.
• Untuk kecurigaan infeksi Chlamydia, usap konjungtiva atau jaringan
dimasukan ke medium transport yang mengandung antibiotik sikloheksimid.
Simpan dalam kondisi dingin sebelum dikirim ke laboratorium. Jika terjadi
penundaan biakan dalam 24 jam, harus dibekukan -700C. tidak
diperkenankan menggunakan usap yang tangkainya terbuat dari kayu karena
toksik untuk Chlamydia
Bakteri Yang Menginfeksi Telinga
1. Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah inflamasi atau peradangan pada canalis auditorius eksterna yang
dapat mengenai pinna, jaringan lunak periaurikula dan dapat juga mengenai tulang
temporal.
Otitis eksterna dapat diartikan sebagai radang liang telinga akut dan kronis yang dapat
disebabkan oleh bakteri. Otitis eksterna paling sering disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas aeruginosa, infeksi ini sering dikenal sebagai telinga perenang, karena
merupakan masalah umum yang terjadi pada perenang. Hal ini terjadi ketika air yang
terkontaminasi masuk ke telinga luar, kuman akan berkembang biak untuk tumbuh dan
berkembang karena orang yang banyak beraktivitas dalam air memiliki resiko yang
lebih besar untuk terpajan oleh bakteri P. aeruginosa. karena suasana lembab dan hangat
. Infeksi juga bisa terjadi akibat mengorek telinga terlalu kuat atau secara kasar.
2. Otitis Media

Otitis media adalah peradang di telinga tengah. Otitis media sering diawali
dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang
menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Ketika bakteri atau cairan
terjebak di bagian telinga ini, maka bisa terjadi infeksi di daerah tersebut.
Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumonia, diikuti oleh
Haemophilus influenzae, Streptococcus pyogenes, bacterioiodes fragilis.
PEMERIKSAAN BATERI PADA TELINGA
Waktu pengambilan : Setiap saat, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik.
Alat dan bahan :
• Usap kapas steril
• Pot steril atau tabung steril
• Media isolasi (agar darah, agar coklat, agar MacConkey, agar sabouraud)
• Pewarnaan gram
• Inkubator
• Kaca objek
• Lampu spirtus
• Mikroskop
A. Prosedur pengambilan spesimen telinga luar
• Basahi usap kapas dengan air garam fisiologis steril dan bersihkan debris atau
krusta dari liang telinga.
• Dengan usap kapas baru steril, usap telinga luar secara perlahan searah jarum
jam.
• Masukan kedalam medium transport.
• Pengiriman < 2 jam pada suhu kamar
• Penyimpanan < 24 jam pada suhu 40C
• Pada otitis eksterna, lakukan swab sampai ke dasar lesi untuk mendapatkan
isolat Streptococcus.
B. Prosedur pengambilan spesimen telinga dalam
• Pada gendang telingan yang masih utuh, bersihkan lubang telingan dengan cairan
sabun dan kumpulkan cairan dengan cara aspirasi/timpanosentesis (dilakukan oleh
dokter klinis)

• Pada gendang telinga yang sudah ruptur, ambil cairan dengan menggunakan usap
kapas yang lentur melalui spekulum telinga dan biakan hanya untuk aerob

• Spesimen dimasukan ke dalam wadah steril atau usap kapas dimasukan kedalam
medium transport. Untuk spesimen berupa aspirasi dan biopsi bisa dilakukan biakan
anaerob dan dimasukkan ke dalam medium cair tioglikolat dalam suasana anaerob.
Identifikasi Bakteri yang Menginfeksi Mata dan Telinga
a) Staphylococcus aureus
Identifikasi menggunakan media MSA (Mannitol Salt Agar) dan membentuk koloni
kuning pada media. Uji koagulase menunjukan hasil positif dan uji katalase menunjukan
hasil positif karena Staphylococcus aureus menghasilkan enzim koagulase dan katalase.
Patogenitas

Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai jenis infeksi pada manusia,


antara lain infeksi pada kulit, bisul, dan furunkulosis; infeksi yang lebih serius,
pneumonia, mastitis, flebitis, dan meningitis; dan infeksi pada saluran urine. Selain
itu,Staphylococcus aureus juga menyebabkan infeksi kronis, seperti osteomielitis
dan endokarditis.
Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab utama infeksi
nosokomial akibat luka operasi dan pemakaian alat pemakaian perlengkapan
perawatan rumah sakit. Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan keracunan
makanan akibat enterotoksin yang dihasilkannya dan menyebabkan sindrom renjat
toksik (toxic shock syndrome) akibat pelepasan seperantigen ke dalam aliran darah.
b) Streptococcus pneumonia
Identifikasi bakteri Streptococcus pneumonia menggunakan media Blood Agar Plate (BAP),
Koloni Streptococcus yang tumbuh pada media ini berukuran kecil-kecil, bulat halus,
berdiameter kurang dari 1 mm, pinggiran rata dan disekeliling koloni tampak zone
Bening : hemolisis total (Beta streptococcus). Manit Salt Agar (MSA),
Koloni Streptococcus pada media MSA berukuran kecil, smooth, bulat dan cembung-
cembung. Warna koloni putih kekuningan, artinya bakteri mampu memfermentasikan
bahan dalam media.
Patogenitas

Infeksi pneumococcus menyebabkan pengeluaran cairan edema fibrin secara berlebihan


kedalam alveoli, yang diikuti oleh sel darah merah dan leukosit yang menyebabkan
konsolidasi dari paru-paru. Sebagian pneumococcus terdapat dalam eksudat ini, dan mereka
dapat mencapai aliran darah melalui saluran limfa dari paru-paru. Dinding alveolar tetap utuh
secara normal selama infeksi. Kemudian sel-sel mononuklear secara aktif melakukan fagosit
pada debris, dan fase cairan ini secara bertahap diserap kembali. Pneumococcus ditangkap
oleh fagosit dan dicerna secara intraseluler.
Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur dan keadaan umum
penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada tidaknya septikemia,
ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifik, dan faktor-faktor lainnya.
c) Pseudomonas aerogenes
Identifikasi bakteri ini dilakukan penanaman pada media
Braint Hert Infision (BHI) sebagai media transport, selanjutnya
Pembiakan pada media Mac Conkey Agar. Koloni Pseudomonas
aeruginosa pada media ini koloni berbentuk bulat, warna transparan, tepi tidak
rata, konsistensi smooth, diameter 2 –3
mm, elevasi cembung bersifat non laktosa fermenter.
Patogenitas

P. aeruginosa menyebabkan penyakit terlokalisasi dan sistemik yang sangat serius


dan tidak jarang berakibat fatal. Penyakit karena P. aeruginosa dimulai dengan
penempelan dan kolonisasi bakteri ini pada jaringan inang. Bakteri ini
menggunakan fili untuk penempelan sel bakteri pada permukaan inang. Selain itu, P.
aeruginosa juga dapat membentuk biofilm yang terbuat dari kapsul glikokalis untuk
mengurangi keefektifan mekanisme sistem imun inang. Jaringan inang akan mencoba
merusak penempelan dan kolonisasi bakteri. Selanjutnya, P. aeruginosa memproduksi
sejumlah endotoksin dan produk ekstaseluler yang menunjang invasi local dan
penyebaran mikroorganisme. Toksin dan produk ekstraseluler ini mencakup protease
ekstraseluler, sitotoksin, hemolisin, dan piosianin. Untuk penyakit sistemik, produk
yang menunjang invasi mencakup kapsul antifagositas, endotoksin, eksotoksin A, dan
eksotoksin S.
d) Neisseria meningitides
Termasuk jenis gram-negatif, bentuk diplokokus, diameter 0,8 mm, sifat tidak
dapat bergerak dan tidak berspora, lokasi saluran napas atas dan nasofaring.
Untuk identifikasi dilakukan Uji oksidase dan uji katalase menunjukan hasil
positif positif.
Patogenitas
Meningokokus masuk ke dalam tubuh lewat traktus aspiratorius bagian atas dan
berkembang biak dalam selaput nasofaring. Penyebaran meningokokus lewat aliran darah
mengakibatkan terjadinnya lesi metastetik di berbagai tempat di badan, misalnnya
kulit,selaput otak, persendian dan paru-paru.manifestasi kliniknnya tergantung kepada
lokasi metastasis.
Penyakit yang timbul dapat berupa demam ringan yang dapatdisertai dengan
faringitis tanpaa disertai manifestasi spesifik lainnya dari infeksi meningokokus. Penyakit
sistemik yang ditandai demam dan prostasi leebih mudah diketahui.tidak jarang timbul
suatu macula eritematosa, yang disusun dengan munculnnya suatu pethikiae yang terus
berkembang menjadi suatu ekhimosis. Purpura siklusitik inididahului oleh suatu emboli
meningokokuss dan dianggap suatu tanda khas untuk penyakit yang berat.
Meningokoksemia dapat disertai meningitis, perikarditis, dan penyakit padaa organ-organ
lainnya.
e) Chlamydia trachomatis
Cara identifikasi C. trachomatis meliputi deteksi inklusi (chlamydial inclusion
bodies) (dengan Pewarnaan Giemsa ataupun Gimenez), deteksi antigen, deteksi
asam nukleat (dengan berbagai metoda misalnya PCR), deteksi antibodi
(misalnya dengan uji fiksasi komplemen/CFT), dan deteksi sitologis.
Siklus Hidup

Chlamydia mempunyai siklus hidup yang unik, dimana terjadi pergantian


antara siklus non-replicating elementary body yang infeksius dan siklus
replikasi retikulat body yang tidak infeksius. Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Siklus Perkembangan Chamydia trachomatis Elementary
body merupakan bentuk pathogen mirip seperti spora. Bakteri ini akan
merangsang endocytosisnya setelah kontak dengan sel host yang
potensial. Sekali memasuki sel, elementary body akan bertambah banyak
sebagai hasil interaksinya dengan glikogen, dan merubahnya menjadi
bentuk vegetatif, relikulate body. Bentuk retikulate membelah setiap 2-3
jam dan mempunyai masa inkubasi 7-21 hari dalam sel hostnya. Setelah
pembelahan, berubah kembali menjadi bentuk elementary dan dilepaskan
dari sel melalui exocytosis.
f) Haemophillus influenza
Media transport untuk Haemophilus sp. adalah Media Stuart ditemukan oleh Dr. R.D Stuart,
merupakan media transport sampel swab pertama selanjutnya Media Isolasi untuk Haemophilus sp.
Yaitu media chocolate agar. Agar chocolate adalah medium pertumbuhan non-selektif diperkaya.
Biasanya bakteri patogen yang tumbuh pada media agar coklat yaitu: Neisseria meningitidis
,Haemophilus spp (terlibat dalam infeksi saluran pernafasan dan telinga).
Patogenitas

H. influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian


atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama penting pada
penyakit paru kronik. H. influenzae dapat menyebabkan pembengkakan saluran
pernapasan bagian atas yang hebat yang mengakibatkan obstruksi dan sering
menyebabkan kematian kurang dari 24 jam.
TERIMAKASIH
BAKTERI PENYEBAB INFEKSI
PADA KULIT
Disusun oleh :
1. Fathur R. W.
2. Ilmi D.
3. Mentari P. ATLM 2B
KELOMPOK 6

2018
Infeksi pada Kulit
Infeksi kulit adalah suatu keadaan adanya
infasi mikroorganisme pada kulit yang di
sebabkan akibat adanya kuman bakteri, virus,
parasit maupun jamur.
Infeksi primer infeksi sekunder

Infeksi yang sejak Infeksi yang awalnya


awal memang di bukan disebabkan oleh
diakibatkan oleh bakteri. mikroorganisme
(misalnya alergi), namun
akibat penanganan yang
tidak sesuai maka
akhirnya mikroorganisme
turut terlibat dalamnya.
•Jerawat (Acne vulgaris)

Peta Konsep Bahasan


Jerawat Propionibacterium acnes

Folikulitis
Furunkel
Staphylococcus
aureus
Infeksi Karbunkel
pada kulit
Selulitis
Corynebacterium
minutissimum
Impetigo
Eritrasma
Mycobacterium
Kusta leprae
Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes merupakan bakteri Gram


positif dan anaerobik ,dan merupakan
pemicu jerawat pada manusia.
Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri
merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan
cara mensekresikan bahan kimia yang menghancurkan
dinding pori, kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi,
asam lemak dan minyak kulit tersumbat dan mengeras.
Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas
sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang
mengeras akan membesar.
Jerawat (Acne vulgaris)
▫ Faktor resiko menjadi
penyebab sangat banyak
salah satu kurang menjaga
kebersihan kulit dan kulit
yang berminyak.

▫ Gejala jerawat dapat


ditandai kulit terasa sakit
atau panas jika disentuh,
kemudian muncul bintik- http://penyebabgejalapenyakit123.blogspot.com/2
bintik berisi nanah, apabila 016/07/jenis-penyakit-kulit-akibat-bakteri-
penyebab-gejala-cara-mengatasi38674.html
pecah dapat meninggalkan
bekas.
Staphylococcus aureus
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan adanya kerusakan jaringan
dan diikuti dengan abses bernanah. S. aureus yang menginfeksi kulit
karena adanya luka yang terbuka, yang memberikan peluang besar
kepada bakteri S. aureus untuk melakukan metabolismenya dengan
memasuki daerah kulit yang terbuka pada lapisan dermis yang
terdapat pembuluh darah, sehingga bakteri S.aureus dapat melakukan
metabolisme dengan menfermentasikan gula darah, dan memiliki
kemampuan untuk berkembang biak, dan menyebar luas dalam
jaringan tubuh melalui pembentukan banyak zat ekstraseluler.
Folikulitis
• Foliculitis yakni peradangan
terjadi pada rambut (folikel).
Gejalanya ditandai dengan
munculnya ruam, kulit
terasa gatal dan kemerahan,
serta adanya benjolan-
benjolan kecil di sekitar
folikel yang terinfeksi. http://penyebabgejalapenyakit123.blogspot.com/2
016/07/jenis-penyakit-kulit-akibat-bakteri-
penyebab-gejala-cara-mengatasi38674.html
Furunkel(bisul)
Paling sering
ditemukan di daerah leher,
payudara, wajah, dan
bokong.
Gejala ditandai dengan
adanya benjolan keras
berwarna merah yang
mengandung nanah. Lalu
benjolan ini akan
berfluktuasi dan tengahnya
menjadi putih atau kuning http://penyebabgejalapenyakit123.blogspot.com/2
016/07/jenis-penyakit-kulit-akibat-bakteri-
membentuk pustula. penyebab-gejala-cara-mengatasi38674.html
Karbunkel
Karbunkel adalah
sekumpulan bisul yang
menyebabkan
pengelupasan kulit yang
luas serta pembentukan
jaringan parut.
Gejalanya ditandai
dengan ditemukannya
beberapa bisul yang
bersatu disertai nyeri, kulit
tampak merah dan
membengkak. http://penyebabgejalapenyakit123.blogspot.com/2
016/07/jenis-penyakit-kulit-akibat-bakteri-
penyebab-gejala-cara-mengatasi38674.html
Selulitis
Selulitis terjadi jika
bakteri masuk ke dalam
kulit melalui kulit yang
terbuka.
Faktor resiko terkena
selulitis dapat karena
bekas luka/goresan pada
kulit, gigitan hewan,
bekas operasi sehingga
bakteri dapat masuk
melalui luka tersebut.
Gejala selulitis dapat
ditandai ruam merah, http://penyebabgejalapenyakit123.blogspot.com/2
terasa nyeri atau sesasi 016/07/jenis-penyakit-kulit-akibat-bakteri-
penyebab-gejala-cara-mengatasi38674.html
panas dan bengkak.
Impetigo
Impetigo adalah
infeksi kulit yang berupa
lepuh atau bercak luka
terbuka pada kulit, yang
kemudian menimbulkan
kerak berwarna kuning
atau cokelat.
Penularannya dapat
terjadi melalui kontak fisik
langsung dengan
penderita. Gejala yang
ditunjukkan biasanya
berupa gatal, kulit yang
melepuh berisi cairan,
luka merah mudah pecah http://penyebabgejalapenyakit123.blogspot.com/2
016/07/jenis-penyakit-kulit-akibat-bakteri-
penyebab-gejala-cara-mengatasi38674.html
Corynebacterium minutissimum

Adalah spesies Corynebacterium yang


terkait dengan erythrasma sejenis ruam
kulit. C. minutissimum menghasilkan
porphyrins yang memberi fluoresce coral-
red, bakteri Gram positif.
Eritrasma

Eritrasma dapat
tumbuh dimana saja
seperti sela-sela kaki, sela-
sela tangan, ketiak, sekitar
keIamin dan lainya. Gejala
eritrasma dapat di tandai
terdapat bercak merah
mudah melebar maupun
bentuk tidak beraturan
yang mampu berubah
menjadi sisik halus
berwarna coklat kehitaman http://penyebabgejalapenyakit123.blogspot.com/2

dan terasa gatal. 016/07/jenis-penyakit-kulit-akibat-bakteri-


penyebab-gejala-cara-mengatasi38674.html
Mycobacterium leprae

Bakteri ini juga disebut Basillus Hansen.


Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. M.
leprae merupakan bakteri Gram-positif
berbentuk tongkat, tahan asam, biasanya
berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu.
M. leprae mirip dengan M. tuberculosis dalam
besar dan bentuknya.
Kusta
Merupakan penyakit infeksi
kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae,
yang pertama menyerang saraf
tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut,
saluran napas bagian atas,
sistem retikuloendotelial, mata,
otot, tulang, dan testis, kecuali
susunan saraf pusat. Dan lesi
pada kulit adalah tanda yang
bisa diamati dari luar. Bila tidak
ditangani, kusta dapat sangat
progresif, menyebabkan
kerusakan pada kulit, saraf-
saraf, anggota gerak, dan mata. http://penyebabgejalapenyakit123.blogspot.com/2
016/07/jenis-penyakit-kulit-akibat-bakteri-
penyebab-gejala-cara-mengatasi38674.html
Staphylococcus aureus
• menggunakan sampel pus (nanah), kerokan
kulit, hapus tenggorok
• Pada pemeriksaan mikroskopik adalah dengan :
• Cara kerja (pembiakkan) :
▫ Basahi lidi kapas steril dengan mencelupkan pada
tabung berisi Na Fisiologis 0,9 %. Tiriskan pada
bagian sisi tabung.
▫ Lakukan swab pada bagian kulit yang akan di periksa.
▫ Masukkkan kapas tadi ke dalam tabung yang berisi Na
Fisiologis tadi dan di homogenkan.
▫ Inokulasikan pada media Agar Darah, MSA, lalu
inkubasi 37oC selama 24 jam.
Mycobacterium leprae
• Cara pembuatan sediaan : sampel kerokan kulit

▫ Permukaan kulit pada bagian yang akan di ambil


dibersihkan dengan kapas alcohol 70%
▫ Jepitlah kulit pada bagian tersebut dengan forcep atau
dengan jari tangan untuk menghentikan aliran darah
kebagian tersebut
▫ Dengan pisau kecil steril kulit disayat kurang lebih 5mm.
dalamnya 2mm agar mencapai dermis. Bila terjadi
pedarahan, bersihkan dengan kapas
▫ Keroklan tepi dasar sayatan secukupnya dengan
menggunnakan punggung mata pisau seperti di dapat
semacam bubur jaringan dari dermis dan epidermis.
Kemudian dikumpulkan dengan skapel pada kaca objek
▫ Lakukan fiksasi di atas nyala api
▫ Sediaan yang telah jadi diwarnai
Pewarnaan
• Genangi sediaan dengan larutan basic fucshin dan
dipanasi sampai timbul uap.
• Diamkan selama 20 menit.
• Cuci dengan air mengalir.
• Sediaan didekolorisasi dengan larutan asam alcohol
1% dengan membilas dua kali.
• Cuci dengan air mengalir.
• Genangi dengan larutan biru metilen selama 10
detik.
• Cuci lagi dengan air mengalir kemudian keringkan.
• Sediaan yang telah diwarnai diperiksa dibawah
mikroskop.
Cara mencegah terjadinya infeksi
pada kulit
• Seringlah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas dengan teknik mencuci tangan yang benar.
• Gunakan sabun yang lembut dan memiliki pH netral untuk
mandi.
• Bila ada luka terbuka di kulit, lindungi daerah yang luka
dengan kasa bersih agar bakteri tidak berkembang biak di
luka tersebut.
• Hindari saling bergantian pisau cukur, handuk, atau sisir.
• Pertahankan rutinitas standar menjaga kebersihan kulit
setiap hari, seperti mandi, cuci rambut, cuci tangan dan kaki,
berganti baju kotor dengan baju bersih ketika berada di
rumah, dan langkah-langkah kebersihan lainnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai