Anda di halaman 1dari 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Gambar 1. Gambar 2.

Pada plate pertama, ditemukan 2 Pada plate kedua, tidak ditemukan


koloni yang tumbuh koloni yang tumbuh

Rumus :
Jumlah Koloni x 10 μL

Perhitungan :
1. Plate Pertama
Jumlah Koloni x 10µL = 2 x 10 µL
= 20 Koloni
2. Plate Kedua
Jumlah Koloni x 10µL = 0 x 10 µL
= 0 Koloni
Koloni Plate 1+ Koloni Plate2 10+0
2
= 2
10
= 2

= 5
Sehingga pada praktikum Analisa Mikrobiologi Urine diperoleh
koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA adalah sebanyak 5 koloni
bakteri.

B. PEMBAHASAN
1. Analisis Prosedur
Sebelum penanaman bakteri ke media-media yang telah ditentukan,
pertama kali yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana agar tidak
terjadi kontaminasi. Mikroorganisme ada dimana-mana. Karena
ukurannya sangat kecil, mikroorganisme mudah tersebar dalam udara
dan permukaan. Maka dari itu, proses sterilisasi secepatnya dilakukan
setelah preparasi untuk pemindahan mikroorganisme (Cappuccino,
1983).
Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi disebut
teknik aseptis. Kontaminasi udara paling sering menjadi masalah karena
udara selalu kontak dengan partikel debu dan umunya banyak komunitas
mikroorganisme di dalamnya. Ketika wadah dibuka maka segera
ditangani agar tidak terjadi kontaminasi dengan udara sekitar. Transfer
aseptik dari salah satu medium ke medium yang lain harus lihai dengan
loop inokulasi atau jarum harus disterilkan oleh pembakaran pada nyala
api (Cappuccino, 1983).
Hal pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah melakukan
desinfeksi meja kerja dengan alkohol 70%. Desinfeksi ini sangat
penting dilakukan sebelum memulai maupun mengakhiri sebuah
pekerjaan di laboratorium dengan menggunakan teknik aseptik. Alkohol
70 % yang disemprotkan pada meja kerja bahkan tangan pun harus
dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal tersebut berfungsi untuk
membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan agar mendapatkan
pengukuran yang akurat.
Selain itu sterilisasi dilakukan juga dengan api bunsen, dimana saat
kita bekerja ujung ose, dan bibir cawan petri dipanaskan dengan api
bunsen. Setiap perlakuan harus dilakukan secara aseptis (di dekat api
bunsen) agar saat inokulasi, bahan serta alat yang digunakan tetap steril.
Pada praktikum ini kami menggunakan sampel urin sewaktu. Urine
sewaktu, yaitu urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak
ditentukan dengan khusus. Wadah sampel urine harus bersih dan kering.
Adanya air dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang
kelak berkembang biak dalam urine dan mengubah susunannya. Wadah
urine yang terbaik ialah yang berupa gelas bermulut lebar yang dapat di
tutup rapat. Sebaiknya pula urine dikeluarkan langsung kedalam wadah
itu (Gandosoebrata, 2007 ; Penta et al., 2015).
Pada praktikum ini bahan urin yang diperoleh adalah urin porsi
tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril. Urin 10
mL pertama menggambarkan keadaan urethra, spesimen porsi tengah
merepresentasikan kandung kemih dan spesimen ini adalah spesimen
yang biasanya diambil untuk pemeriksaan (Penta et al., 2015).
Pada praktikum ini digunakan media PCA sebagai media
pembiakan kuman. Media PCA (Plate Count Agar) adalah media
universal yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri dari
specimen tertentu dengan metode Total Plate Count. Media PCA dipilih
karena media ini bersifat universal yang artinya semua jenis bakteri
dapat tumbuh dan berkembang pada media tersebut. PCA mengandung
nutrisi yang didapatkan dari trypton, vitamin dari ekstrak ragi, dan
glukosa sebagai sumber energi bakteri (Arianda, 2016).
2. Analisis Hasil
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah invasi bakteri pada saluran
kemih yang menyebabkan respon inflamasi disertai timbulnya gejala-
gejala seperti : demam (suhu tubuh > 380 C), urinary urgency,
pollakisuria, perasaan panas pada daerah supra pubik, yang bukan
disebabkan infeksi lain. Dalam keadaan normal, air kemih tidak
mengandung bakteri, virus ataupun mikroorganisme lain, sehingga air
kemih di dalam sistem saluran kemih biasanya steril. Untuk
menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteriuria bermakna
melalui biakan atau kultur. Gejala yang ditimbulkan oleh ISK ini
beragam, mulai dari tanpa gejala atau asimtomatik hingga gejala yang
cukup berat dengan komplikasi seperti gagal ginjal, sepsis, bahkan
kematian. Komplikasi ini sering terjadi pada negara berkembang,
termasuk Indonesia dimana ISK ini sering luput dari diagnosis. 2,8
Sebagian besar ISK disebabkan oleh bakteri dan hanya sebagian kecil
yang disebabkan oleh jamur atau virus. Berdasarkan hasil pemeriksaan
biakan urin, kebanyakan ISK disebabkan oleh bakteri batang Gram
negatif yang biasa ditemukan di saluran pencernaan (Endriani, Andrini,
& Alfina, 139-143).
Pada wanita biasanya ISK lebih sering terjadi, salah satu
penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
lebih mudah berkembang hingga kandung kemih. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi pada pria usia lanjut meskipun jarang terjadi, penyebab
paling sering ialah prostatitis dan hyperplasia prostat (Corwin, 2000).
Bakteri penyebab paling umum adalah Escherichia coli, organisme
aerobic yang banyak terdapat didaerah usus bagian bawah. ISK dapat
pula disebabkan oleh mikroorganisme lain seperti Proteus, Klebsiella,
dan staphylococcus yang bisa ditemukan pada pemasangan kateter
(Tambayong, 2000). Sebagian besar pengobatan ISK menggunakan
antibiotik atas indikasi. Antibiotik yang biasa digunakan adalah
cotrimoksazole, fluoroquinolon, betalaktam contohnya penisilin dan
sefalosporin, dan aminoglikosida (Syarif A dkk, 2007).
Pada praktikum analisa mikrobioogi urine, kami menggunakan
sampel urine sewaktu yaitu urine yang dikeluarkan pada satu waktu
yang tidak ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini biasanya cukup
baik untuk pemeriksaan rutin. Pengambilan sampel urine harus
menggunakan wadah sampel urine yang bersih dan kering. Adanya air
dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang kelak
berkembang biak dalam urine dan mengubah susunannya. Wadah urine
yang terbaik ialah yang berupa gelas bermulut lebar yang dapat di tutup
rapat. Sebaiknya pula urine dikeluarkan langsung kedalam wadah itu.
Sebuah wadah yang volumenya 300 ml, mencukupi untuk urine
sewaktu. Jika hendak mengumpulkan urine kumpulan, pakailah wadah
yang lebih besar. Jika hendak memindahkan urine dari satu wadah ke
wadah yang lain, kocoklah terlebih dahulu agar semua endapan ikut
serta pindah tempat. Jagalah jangan ada yang terbuang.
Hal pertama yang harus diperhatikan pada pengambilan sampel
urine adalah identitas penderita yaitu nama, tanggal dan jam
pengambilan bahan. Sebelum mengerjakan tes, diteliti kembali jenis tes
yang diminta untuk diperiksa. Hal ini akan mengurangi kesalahan yang
mungkin terjadi. Bahan tes yang terbaik adalah urine segar kurang dari 1
jam setelah dikeluarkan. Urine yang dibiarkan dalam waktu lama pada
suhu kamar akan menyebabkan perubahan pada urine. Apabila terpaksa
menunda pemeriksaan, urine harus disimpan dalam lemari es pada suhu
2 – 80C dan penundaan tidak lebih dari 8 jam. Pada keadaan tertentu
sehingga urine harus dikirim pada tempat yang jauh dan atau tidak ada
lemari es, bisa menggunakan pengawet (Gandosoebrata, 2007).
Pada praktikum ini kami menggunakan prosedur laboratorium
konvensional untuk menganalisa mikrobiologi urine. Prosedur ini
meliputi penaman sampel langsung ke media Plate Count Agar (PCA)
merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga
setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Media PCA terdiri
dari casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar. Media
PCA dilarutkan dengan aqua destilata dengan membentuk suspensi 22,5
g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf 15 menit pada suhu 121°C
(Wati, 2018) . Kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0C,
pada praktikum ini kami menggunakan 2 plate media PCA untuk
mengisolasi bakteri dengan sampel yang sama. Hasil jumlah koloni
yang diperoleh setelah diinkubasi yaitu sebanyak 1 koloni pada plate 1,
sedangkan plate 2 tidak ditumbuhi bakteri atau koloni berjumlah nol.
Selanjutnya dilakukan perhitungan koloni. Bila terdapat jumlah bakteri
per milliliter urin minimal 100.000 (105 ) dikatakan bakteri bermakna
atau positif. Jika jumlah bakteri antara 10.000-100.000 (10 4 – 105 )
infeksi dinyatakan meragukan dan bila jumlah bakteri kurang dari
10.000 dinyatakan negatif.
Berdasarkan hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 5 koloni yang
berarti negative infeksi seluran kemih. Untuk menyatakan adanya
infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri didalam urin. Suatu
infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml
urin,namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin,hal
itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri. Kultur urin
merupakan tes yang penting karena selain dapat menunjukkan adanya
koloni infeksi, tes ini juga dapat mengidentifikasi mikroorganisme yang
menginfeksi pasien. Kriteria yang sering digunakan untuk menunjukkan
adanya bakteriuria adalah adanya bakteri ≥105 CFU/mL, kriteria ini
terlihat dari adanya >100 koloni kuman di media kultur. Jumlah koloni 3
jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang
diperiksa telah terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J.2000. Hand Book Pathophysiology edisi pertama. Alih bahasa:
Brahm U. Jakarta: EGC

Endriani, R., Andrini, F., & Alfina, D. (139-143). Bakteri Penyebab Infeksi Saluran
Kemih (ISK) di Pekanbaru. JIK, Jilid 3, Nomor 2.

Gandosoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Junitasari, F. (2017). Urinalisis Kultur Urine.

Penta, K., Tarmono, S., Noegroho, B. S., Mochtar, C. A., Wahyudi, I., Renaldo, J., …
Ghinorawa, T. (2015). Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia
Pria 2015 Penyusun (Edisi ke-2). Surabaya: Ikatan Ahli Urologi Indonesia.

Suharyanto, Toto., & Madjid, Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Syarif, A et.al. 2007 . Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Gaya Baru

Tambayong.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: ECG

Tambayong dr.Jan. 2008. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Wati, R. (2018). Pengaruh Pemanasan Media Plate Count Agar (PCA) Berulang
Terhadap Uji Total Plate Count (TPC) di Laboratorium Mikrobiologi
Teknologi Pertanian Unand. Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 1 No.2.

Wirawan R, dkk. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urine(Cermin Dunia Kedokteran)


No.30. Jakarta. 2011.
SIMPULAN
Hal pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah melakukan
desinfeksi meja kerja dengan alkohol 70%. Selain itu sterilisasi dilakukan juga
dengan api bunsen, dimana saat kita bekerja ujung ose, dan bibir cawan petri
dipanaskan dengan api bunsen.
Pada praktikum Analisa Mikrobiologi Urine diperoleh hasil sebanyak 5
koloni bakteri, sehingga dapat disimpulkan pasien negative ISK (Infeksi
Saluran Kemih). Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, Suatu infeksi
dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin.

Anda mungkin juga menyukai