Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN III

A. Materi
Analisa Paracetamol metode Liebermann, Alfanaftol dan metode O-Cressol
B. Tujuan
Untuk mengetahui kadar paracetamol dan Alfanaftol dalam sampel

C. Dasar Terori
a. Paracetamol
Parasetamol adalah analgesik antipiretik ringan dengan sedikit sifat anti-inflamasi dan
tidak berpengaruh pada agregasi trombosit. Tidak ada efek iritan pada mukosa
lambung dan dapat digunakan dengan aman dan efektif pada kebanyakan individu
yang tidak toleran terhadap aspirin. Ini adalah analgesik dan antipiretik standar pada
anak-anak karena, tidak seperti aspirin, dan dapat diformulasikan dalam bentuk
supensi yang stabil. Dosis dewasa yang biasa adalah 0,5-1 g yang diulang pada
interval empat sampai enam jam jika diperlukan.
Efek toksik parasetamol yang paling penting adalah nekrosis hati yang menyebabkan
gagal hati setelah overdosis, namun gagal ginjal karena tidak adanya gagal hati juga
telah dilaporkan setelah overdosis. arasetamol cepat dimetabolisme di hati. Konjugat
sulfat dan glikoida utama (yang mengandung sekitar 95% dosis parasetamol)
diekskresikan dalam urin.

D. Alat dan Bahan


a. Metode Liebermann
 Tabung reaksi
 Sentrifuse
 Waterbath
 Pipet tetes
 Pipet ukur
 Reagen HCl 2N
 Eter
 Pereaksi Liebermann (1 gram NaNO2 dalam 10 ml H2SO4 pekat).

b. Metode Alfanaftol
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Pipet ukur
 HCl 10%
 Natrium Nitrit 1%
 Pereaksi Alphanapthol (Alphanapthol 1% dalam NaOH 10%)

c. Metode O-Cressol
 Pipet,
 tabung reaksi
 Pergunakan semua reagen proanalisa Pereaksi O-Cressol Jenuhkan pereaksi O-Cressol
Kocok 10 ml O-Cressol dengan 1 aquadest, biarkan selama 24 jam sebelum digunakan.
 Ammonium Hidroksida 2 mol/l (2M)
 HCl 36%
 Standar urin Pergunakan urin specimen pasien yang telah mengkonsumsi Parasetamol 1
gram dalam waktu 24 jam.

E. Prosedur Kerja
a. Metode Liebermann
 Prinsip Parasetamol setelah diekstraksi dengan eter pada pH 3-4 (HCl 2 N)
bereaksi dengan NaNO2 dalam suasana H2SO4 pekat membentuk senyawa
berwarna ungu.
1. Kedalam tabung reaksi dimasukkan urin sebanyak 2 ml kemudian ditambahkan
HCl 2 N sampai pH 3-4
2. Ekstraksi dengan 5 ml eter selama 15 menit
3. Keringkan ekstrak di waterbath
4. Residu yang didapat ditambahkan 1 tetes pereaksi Liebermann
Pembacaan Hasil
Apabila terbentuk Ungu, diduga specimen mengandung Parasetamol, sehingga
perlu pemeriksaan lebih lanjut (konfirmasi test).

b. Metode Alfanaftol
 Prinsip Parasetamol diasamkan dengan HCl 10%, bereaksi dengan NaNO2
dalam suasan alkalis dengan penambahan alphanapathol membentuk senyawa
berwarna.
1. Kedalam tabung reaksi dimasukka urin sebanyak 1 ml kemudia
ditambahkan HCl 10% dinginkan
2. Tambahkan 2-3 tetes larutan Natrium Nitrit 1%
3. Tambahkan 2-3 tetes Alphanapthol 1% dalam NaOH 10% (dibuat baru).
Pembacaan Hasil
Apabila terbentuk warna merah, diduga specimen mengandung
Parasetamol, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut (konfirmasi test).

c. Metode O-Cressol
 Prinsip Parasetamol dan metabolitnya dihidrolisa dalam suasana asam menjadi
P-Aminophenol, dengan asam cresol membentuk senyawa berwarna biru
terang.
1. Pipet 0,5 ml specimen (test urin, standar urin dan aquadest sebagai blanko)
masing-masing tambahkan 0,5 ml HCL 36% kemudian panaskan diatas
waterbath selama 10menit pada suhu 100 derajat celcius.
2. Ke dalam campuran diatas tambahkan 10 ml air, 1 ml O-Cressol 1%
dalam air dan 4 ml Ammonium Hidroksida 2 mol/l (2M)
3. Perhatikan warna yang terbentuk.

Pembacaan Hasil
Apabila terbentuk warna biru, diduga specimen mengandung Parasetamol,
sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut (konfirmasi test).

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source+web&rct=j&url=https://bppsdmk.kemenkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Toksikologi-Klinik_Sc.pdf&ved=2ahUKEwjfh-
jv8r3tAhU46XMBHSakA_4QFJAAegQIARAB&usg=AOvVaw3BJtRFwbCERNGFrhnTsX2

Anda mungkin juga menyukai