“TOKSIKOLOGI”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Toksikologi Klinik yang diampu oleh
Suci Rizki Nurul Aeni., S.Pd., M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 10 A
2019-2020
PRAKTIKUM 1
PENETAPAN KADAR FORMALIN
Prinsip : Intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus
dengan tebal dan konsentrasi larutan.
A. Dasar teori
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam
formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol
hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama
(desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol,
Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols,
Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith.(Astawan,Made,2006).
Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya
molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang
dimilikinya sangat aktif,dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh
membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2010).
Rumus bangun formalin:
Penggunaan formalin antara lain sebagai pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai
pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal, pembasmi lalat dan serangga lainnya, bahan
pembuat sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Penggunaan formalin yang
salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium,
ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek
yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab.
Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong,
mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan
mengandung formalin.
Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : Luka baker pada kulit, Iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat
1. Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat : sepert iritasi, alergi, kemerahan,
mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing
2. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang
lama dan berulang : iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati,
ginjal, pankreas, system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan
kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker).
Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah
jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.
3. Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan
pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan
sensitasi pada paru Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head dan kemandulan
pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.
4. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya
sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan ber
konsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan
terjadi kerusakan pada lensa mata
5. Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala,
hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi
kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal (Endah ,
2013).
Penggunaan formalin diantaranya adalah sebagai berikut:
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Formalin 2%, buat dari Larutan Formalin 37%, Diambil 0,54 mL
larutan formalin 2% dipipet volume. Dimasukan kedalam labu dan ditambahkan akuades
higga tanda batas dan dihomogen.
2. Pembuatan Larutan Stok Baku Formalin 100 g/mL, Larutan formalin 2% buat diambil
sebanyak 0,05 mL mengguanakan pipet volume dan dimasukan kedalam labu ukur 10 mL.
Ditambahkan akuades hingga larut dan dimasukan ke dalam labu ukur 10 mL.
3. Pembuatan Perekasi Nacl
Ditimbang 7,5 gr Ammonium Asetat (NH4CH3CO₂) dan dimasukan dalam beaker glass.
Ditambahkan 0,15 mL Asam Asetat (CH3COOH) dan 0,1 mL Asetil Aseton dilarutakan
dengan akuades hingga larut dan dimasukan ke dalam labu ukur 50 mL.
4. Penentuan kadar formalin pada spektrofotometri pada absorbansi 312-451.
D. Hasil Pengamatan
Konsentrasi Absorbansi
580 0,016
581 0,016
582 0,016
583 0,017
584 0,017
585 0,017
586 0,018
587 0,018
588 0,018
589 0,018
590 0,018
591 0,019
592 0,020
593 0,020
594 0,019
595 0,018
E. Grafik
Penentuan panjang gelombang maksimum
CuSO4
0.03
0.02
f(x) = 0 x − 0.12 abs
0.02 R² = 0.76 Linear (abs)
Abs
Linear (abs)
0.01
0.01
0
578 580 582 584 586 588 590 592 594 596
Panjang Gelombang
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum penetapan kadar formalin dengan
metode spektrofotometer dan dikarenakan pereaksi Nash tidak ada semua dengan begitu kami
hanya menghitung panjang gelombang saja. Yang pertama membuat larutan CuSO4 setelah
itu dilarutkan dengan akuades lalu masukan ke dalam labu ukur. Selanjutnya kami
menghitung panjang gelombang untuk sampel warna dan didapat pada panjang gelombang
580-595 nm, dan dikarenakan sampel nya itu warna biru maka cahaya yang diserapnya adalah
warna kuning. Selanjutnya kami menghitung absorbansi dengan panjang gelombang kelipatan
satu dari 580-595 nm.
Setelah dilakukan pembacaan absorbansi di dapatkan hasil akhir pada panjang gelombang
595 yaitu 0,018, karena dari pertama pembacaan absorbansi mengalami kenaikan pada
panjang gelombang 592 yaitu 0,020 dan mengalami penurunan di panjang gelombang 594
yaitu 0,019. Seharusnya panjang gelombang maksimum itu hanya ada 1 tetapi dikarenakan
kelompok kami ada kesalahan pada saat pengerjaan jadi panjang gelombang maksimumnya
ada 2 yaitu pada panjang gelombang 592 dan 593 seharusnya dilakukan pengukuran kembali
tetapi karena keterbatasan waktu jadi tidak melakukan pengukuran kembali.
G. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa hasil panjang gelombang maksimum
dengan menggunakan alat spektrofotometer pada sampel warna biru pada panjang gelombang
592 dan 593 yaitu 0,020.
H. Lampiran
PRAKTIKUM 2
ANALISIS NAPZA DALAM CAIRAN TUBUH
Mengidentifikasi golongan NAPZA dalam cairan tubuh dan pada bahan baku.
Prinsip
Uji Urine penyalahgunaan Multi-Drug terdiri dari kombinasi antara satu (1) ke dau belas
(12) strip tes individu (s) untuk obat (s) sedang diuji. Assay adalah langkah lateral yang satu
aliran kromatografi berdasarkan pada prinsip kompetisi untuk situs antibodi mengikat terbatas
antara obat atau obat metabolit (s) dalam sampel dan konjugasi obat-protein bergerak pada
support membran berpori.
Selama pengujian, urine bermigrasi ke daerah uji membran dengan aksi kapiler,
memobilisasi konjugat antibodi berwarna. Konjugat antibodi kemudian bergerak sepanjang
membran untuk daerah uji. Dengan tidak adanya obat atau jika obat konsentrasi di bawah batas
cutoff dalam sampel, konjugat berwarna menempel pada antigen obat masing masing bergerak
diwilayah garis uji, membentuk sebuah band berwarna (T line). Jika obat hadir dalam sampel,
obat atau obat metabolit (s) bersaing untuk situs antibodi mengikat terbatas. Jika konsentrasi obat
pada atau di atas batas cutoff, obat akan jenuh semua situs pengikatan antibodi, mencegah
perlekatan konjugat berwarna untuk antigen di daerah garis uji membran. Oleh karena itu tidak
ada garis berwarna akan membentuk.
Garis kontrol (C line) berfungsi sebagai kontrol kualitas internal sistem. Ini harus selalu
tampil sebagai band berwarna terlepas dari kehadiran obat. Strip kontrol pemalsuan di dalam
sumur sampel dari perangkat memiliki 6 bantalan yang masing masing mencangkup reagen
indikator yang bereaksi dengan komponen dalam perubahan warna sampel urine mempengaruhi.
Hasil yang diperoleh dengan membandingkan warna setiap pad dengan itu dari pad sesuai dalam
bagan warna yang disediakan. Bantalan menilai : Kreatinin, Nitrat, Glutaraldehid, Ph, Berat
jenis, Oksidan.
A. Dasar teori
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat yang bila
masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara
berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik,
psikis dan gangguan fungsi sosial (Azmiyati, 2014).
Ketergantungan zat merupakan dampak dari penyalahgunaan NAPZA yang parah, hal ini
sering dianggap sebagai penyakit. Ketergantungan seperti ketidakmampuan untuk
mengendalikan atau menghentikan pemakaian zat menimbulkan gangguan fisik yang hebat jika
dihentikan akan berbahaya dan merugikan keluarga serta menimbulkan dampak sosial yang luas.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penyalahgunaan NAPZA adalah pengetahuan,
dimana dalam suatu kondisi jika seseorang itu tahu bahwa hal yang akan dilakukannya akan
berakibat buruk terhadap dirinya maka orang tersebut kemungkinan tidak akan melakukan hal
tersebut (Menthan, 2013). Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan yang
signifikan setelah pemberian penyuluhan (Badri M, 2013).
Narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan hilang
kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan. Golongan I adalah narkotika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, contohnya heroin. Narkotika
golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat pengobatan dan sering digunakan sebagai
obat alternatif tapi sebagai pilihan yang terakhir, contohnya morfin. Berdasarkan Undang-
Undang No.5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat adiktif adalah bahan yang
dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat timbulnya
ketergantungan psikis seperti golongan alkohol, nikotin dan sebagainya. Jenis-jenis NAPZA
antara lain heroin, morfin, ganja, ekstasi, sabusabu, obat penenang, dan alkohol.
Penyalahgunaan NAPZA sangat memberikan efek yang tidak baik dimana bias
mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang berakibat pada ketergantungan. Menurut Hawari, hal
tersebut terjadi karena sifat-sifat narkoba yang menyebabkan (Azmiyati, SR, 2014): 1)
Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang dimaksud dan
kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya. 2) Kecendrungan untuk menambahkan
takaran atau dosis dengan toleransi tubuh. 3) Ketergantungan psikologis, yaitu apabila
pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan, seperti kegelisahan,
kecemasan, depresi, dan sejenisnya. 4) Ketergantungan fisik yaitu apabila pemakaian zat
dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawal
symptoms).
Penyalahgunaan NAPZA sangat memberikan efek yang tidak baik dimana bias
mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang berakibat pada ketergantungan. Menurut Hawari, hal
tersebut terjadi karena sifat-sifat narkoba yang menyebabkan (Azmiyati, SR, 2014): 1)
Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang dimaksud dan
kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya. 2) Kecendrungan untuk menambahkan
takaran atau dosis dengan toleransi tubuh. 3) Ketergantungan psikologis, yaitu apabila
pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan, seperti kegelisahan,
kecemasan, depresi, dan sejenisnya. 4) Ketergantungan fisik yaitu apabila pemakaian zat
dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawal
symptoms).
Penyuluhan NAPZA adalah semua upaya secara sadar dan berencana yang dilakukan
untuk memperbaiki perilaku manusia, sesuai prinsip-prinsip pendidikan, yakni pada tingkat
sebelum seseorang menggunakan NAPZA, agar mampu mengghindari dari penyalahgunaan.
Sasaran dari upaya ini adalah orang-orang dengan risiko tinggi yang memiliki masalah yang
tidak mampu dipecahkan sendiri, sehingga dalam kehidupannya sering mencari pemecahan
keliru, seperti perilaku untuk kepuasan sementara melalui penggunaan NAPZA (Badri M, 2013).
P4GN merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah melalui BNN tahap tahun
2011-2015. Tujuan utama program P4GN adalah pemberdayaan segenap potensi yang ada di
seluruh lapisan masyarakat agar secara sadar melakukan gerakan untuk menentang/menolak
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Program P4GN tidak hanya bersifat pencegahan
bahaya penyalahgunaan narkoba, akan tetapi meliputi kegiatan penegakkan hukum bagi
penyalahguna narkoba dan kegiatan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkoba.
B. Alat Dan Bahan
Reagen
25 perangkat tes, masing masing disegel dalam kantong foil dengan pengering dan
pipet penetes (20 perangkat untuk 7-12 panel uji)
1 paket insert (petunjuk penggunaan)
Bahan
Kontainer koleksi spesimen
Timer
Kontrol positif dan negatif eksternal
C. Cara Kerja
Menggunakan METODE Dropper
a. Gunakan pipet yang disediakan untuk mengambil sampel urine dan isi pipet untuk
menandai.
b. Transfer semua sampel urine dalam pipet ke sumur sampel dari perangkat. Hindari
menjebak gelembung udara dalam sampel dengan baik
c. Untuk panel double-sided (7-12 obat obatan), balikkan perangkat lebih dan
menambahkan satu tetes urin (sampai tanda pada pipet) untuk sampel baik pada sisi 2.
d. Mulai timer
e. Baca hasil antara 4-7 menit
D. Interpretasi Hasil
Setiap strip test dilabeli dengan singkatan untuk obat target. Misalnya “COC”
menunjukan tes kokain.
Jika C garis muncul dan tidak ada garis T hasilnya adalah positif awal untuk obat itu.
Lebih dari satu tes mungkin awal yang positif.
Dengan catatan : Hasil positif awal harus di konfirmasi dengan metode yang lebih spesifik. GC /
MS atau HPLC adalah metode konfirmasi dikusai.
Untuk Negatif
Jika kedua C dan garis T muncul untuk tes, hasilnya negatif untuk obat itu. Jika kedua C
dan T garis muncul untuk semua tes, spesimen urin adalah negatif untuk semua obat yang di uji.
Untuk Valid
Jika tidak ada C baris berkembang dalam waktu 4 menit pada setiap strip tes, hasilnya
tidak valid. Dalam hal ini, tidak melaporkan hasil tes. Ulangi assay dengan perangkat baru. Jika
hasilnya masih valid, berhenti menggunakan perangkat dan menghubungi produsen.
E. Hasil Pengamatan
Terdapat pada pasien yang diperiksa untuk uji NAPZA sesuai dengan interpretasi hasil
bahwa hasil menyatakan NEGATIF untuk semua obat yang diuji. Dengan ditandai kedua C dan
garis T muncul pada garis tes
F. Pembahasan
Deteksi amfetamin dalam uirne manusia telah banyak digunakan untuk menilai
penyalahgunaan Amfetamin adalah obat yang merangsang saraf pusat dan dapat
menyebabkan kewaspadaan, terjaga, peningkatan energi, mengurangi kelaparan dan
perasaankeseluruhan kesejahteraan.
G. Kesimpulan
Dapat di simpulkan dari permeriksaan kali ini pengujian untuk penggunaan uji obat
menyakan bahwa sampel pasien tersebut negatif Dengan ditandai kedua C dan garis T muncul
pada garis tes. Yang ditunjukan garis tes pada ssat penetesan sampel, dengan garis petama pada
uji AMP menyakan garis 2 pada garis tes, pada uji BZD menyatakan gariis pada gatis test, pada
uji MOR menyakan garis dua pada garis tes, pada uji THC menyatan garis dua kepada garis test
H. Lampiran
PRAKTIKUM 3
IDENTIFIKASI FORMALIN
Prinsip 1
Asam kromatopat mengikat formalin agar terlepas dari sampel formalin bereaksi dengan asam
kromatopik menghasilkan senyawa kompleks merah keunguan
Prinsip 2
Ada tidaknya formalin dalam suatu bahan yang diuji dengan cara menambahkan pereaksi kimia
tertentu (KMnO4) pada bahan yang diduga mengandung formalin sehingga dihasilkan suatu
perubahan warna yang khas. Adanya formalin ditandai dengan hilangnya warna pink dari
KMnO4.
A. Dasar teori
B. Metode
Uji Kualitatif Menggunakan Pereaksi Asam Kromatropat
1) Alat
Neraca analitik, botol timbang, neraca analitik, set alat destilasi, penangas, hotplate, tabung
reaksi dan rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas kimia, batang pengaduk, gelas ukur, pipet volum
dan ball pipet.
2) Bahan
Sampel (Tahu)
Akuades
Reagen: asam posfat, asam kromatropat, asam sulfat pekat
Cawan petri, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas kimia, batang pengaduk, gelas ukur, pipet
volum dan ball pipet.
2) Bahan
Sampel (Tahu)
Akuades
Reagen: KMnO4
C. Cara Kerja
1. Larutkan 0,25 g asam kromatropat dalam 50 mL H 2SO4 untuk memperoleh larutan asam
kromatropat 0,5%.
2. Timbang ± 20 g sampel (muntahan atau cairan lambung) yang telah dihaluskan,
tambahkan ± 100 mL akuades.
3. Masukkan larutan kedalam labu destilasi, asamkan dengan penambahan asam posfat,
tambahkan1 mL asam posfat jika larutan sudah asam.
4. Hubungkan labu dengan alat destilasi, perlahan lahan destilasi sampel dan tampung
destilat sampai didapat lebih kurang 10 ml.
5. Masukan 2 ml larutan asam kromatropat ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 ml
destilat. Campurkan.
6. Panaskan dalam penangas air mendidih selama 15 menit.
Interpretasi Hasil : Adanya formalin ditunjukan oleh timbulnya warna ungu pada larutan.
Interpretasi Hasil : Apabila berwana ungu berubah menjadi bening artinya positif formalin
D. Hasil Pengamatan
1. Kontrol Positif (+) : Terdapat warna ungu pekat pada larutan , karena senyawa formalin
apabila ditambah dengan asam kromatrofat dalam asam sulfat disertai dengan pemanasan
beberapa menit akan terjadi pewarnaan violet(lembayung)
2. Sampel : (-) Tidak berubah warna menjadi ungu pada larutan karena dalam sampel tidak
terdapat senyawa formalin
Salah satu metode yang biasa digunakan dalam mendeteksi senyawaan formaldehida adalah
pereaksi asam kromatopat. Asam kromatopat merupakan salah satu diantara pereaksi yang
banyak digunakan dalam analisis senyawaan formaldehida. Senyawa formalin apabila ditambah
dengan asam kromatrofat dalam asam sulfat disertai dengan pemanasan beberapa menit akan
terjadi pewarnaan violet(lembayung). Reaksi asam kromatopat mengikuti prinsip kondensasi
senyawa fenol dengan formaldehida membentuk senyawa berwarna (3,4,5,6-
dibenzoxanthylium). Pewarnaan pada senyawa tersebut disebabkan terbentuknya gugus
kromofor yang terbentuk serta gugusoksonium yang stabil karena mesomeri. Senyawaan tersebut
juga memiliki ikatan terkonjugasi yang berselang seling pada seluruh bagian senyawa tersebut
sehingga memungkinkan terjadinya delokalisasi elektron yang menyebabkan senyawa yang
terbentuk semakin stabil.
Jika hasil uji positif yaitu adanya formalin dalam sampel ditunjukkan oleh timbulnya warna
ungu pada larutan. Menurut BPOM (2008), hasil deteksi formalin menggunakan asam
kromatofat jelas terlihat pada penentuan warna setelah dipanaskan. Warna yang terlihat adalah
ungu yang menandakan sampel tersebut positif mengandung formalin. Asam kromatofat dapat
memberi warna merah keunguan karena asam kromatopat digunakan untuk mengikat formalin
agar terlepas dari bahan. Formalin juga bereaksi dengan asam kromatopik menghasilkan
senyawa kompleks berwarna merah keunguan. Reaksinya dapat dipercepat dengan cara
menambahkan asam sulfat, asam posfat, dan hidrogen peroksida.
Pada praktikum pemeriksaan uji identifikasi formalin kali ini menggunakan sampel tahu. Uji
identifikasi menggunakan metode asam kromatofat. Dari hasil pengamatan pada metode asam
kromatofat menunjukkan hasil negatif (-) yaitu pada saat penambahan asam kromatofat terhadap
sampel tidak terjadi perubahan warna ungu pada larutan karena tidak adanya senyawa formalin
sehingga tidak adanya senyawa formalin yang bereaksi dengan asam kromatopik menghasilkan
senyawa kompleks berwarna merah keunguan.
Pengujian formalin pada makanan bila dilakukan dengan penambahan senyawa KMnO4, jika
senyawa KMnO4 direaksikan pada makanan yang mengandung formalin akan terjadi perubahan
warna dari ungu menjadi warna pudar atau tidak berwarna. Perubahan warna tersebut disebabkan
gugs fungsi yang dimiliki oleh aldehid den keton adalah karbonil. Posisi gugus karbonil ini
menyebabkan kereaktifan aldehid lebih tinggi dibandingkan keton. Gugus aldehid akan dengan
mudah dioksidasi menjadi gugus karboksilat dengan oksidator seperti KMnO4.
Pada praktikum pemeriksaan uji identifikasi formalin menggunakan metode KMnO4 kali ini
menggunakan sampel tahu hasil nya negatif (-) yaitu itu tidak terjadi perubahan pada sampel
tahu, berarti makanan tersebut tidak mengandung formalin. Hal itu disebabkan tidak ada substrat
yang dapat dioksidasi oleh KMnO4.
Formalin memiliki unsur aldehid yang mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika
disiramkan ke makanan seperti tahu formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian
permukaan tahu sampai ke bagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia
dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati tidak
akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, sehingga tahu akan menjadi
lebih awet. Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin untuk makanan jenis tahu, dengan
kandungan formalin 0,5–1 ppm
1. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25° C) dan bertahan lebih dari 15 hari dalam
lemari es (suhu 10° C).
2. Tekstur lebih keras tetapi tidak padat.
3. Terasa kenyal jika ditekan, tahu tanpa formalin biasanya mudah hancur.
Dari ciri-ciri tersebut diatas pun tidak terdapat pada sampel tahu yang kami ujikan, yang artinya
sampel tersebut negatif formalin
F. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada metode asam kromatofat menunjukkan hasil negatif (-) yaitu
pada saat penambahan asam kromatofat terhadap sampel tidak terjadi perubahan warna ungu
pada larutan karena tidak adanya senyawa formalin sehingga tidak adanya senyawa formalin
yang bereaksi dengan asam kromatopik menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah
keunguan.
Kelebihan dari metode asam kromatofat yang digunakan ini adalah asam kromatofat dapat
bereaksi secara selektif terhadap senyawaan formaldehida (formalin). Sedangkan kelemahan dari
metode ini adalah menggunakan asam sulfat panas yang berbahaya dan korosif.
Pada praktikum pemeriksaan uji identifikasi formalin menggunakan metode KMnO4 kali ini
menggunakan sampel tahu hasil nya negatif (-) yaitu itu tidak terjadi perubahan pada sampel
tahu, berarti makanan tersebut tidak mengandung formalin. Hal itu disebabkan tidak ada substrat
yang dapat dioksidasi oleh KMnO4.
G. Lampiran
PRAKTIKUM 4
Prinsip : Asam boraks bereaksi dengan metanol dengan adanya NaCl menghasilkan trimetil.
A. Dasar teori
Boraks merupakan senyawa berhidrat (natrium tetraborat) berupa padatan Kristal berwarna
putih yang digunakan pada industri gelas dan enamel. Boraks termasuk dalam bahan kimia yang
berbahaya kerena dapat terakumulasi dalam tubuh. Bahan pengawet, penyedap dan pewarna
buatan yang ditambahkan ke dalam makanan tidak boleh melebihi jumlah yang ditentukan karena
sangat berbahaya. yang sering digunakan pada produk olahan pangan adalah boraks.
Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak merupakan
kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri nonpangan
seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet. Di industri farmasi,
boraks digunakan sebagai ramuan bahan baku obat seperti bedak, larutan kompres, obat oles
mulut, semprot hidung, salep dan pencuci mata. Bahan industri tersebut tidak boleh diminum
karena beracun.
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan.
Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah,
pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks
juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan
makanan. seperti contoh pada mie yang menggunakan boraks dapat bertahan hingga tiga hari, dan
kerupuk yang menggunakan boraks akan mekar dengan baik ketika digoreng.
1. Alat
- Spatula
- cawan penguap
- pipet tetes
- batang pengaduk
- gelas ukur
- pipet volum dan ball pipet.
2. Bahan
- Asam borat
- NaCl
- Etanol
- Korek Api
C. Cara Kerja
D. Hasil
E. Pembahasan
Pada praktikum yang kami lakukan bertujuan untuk menentukan adanya boraks dalam suatu
sampel makanan. Pada praktikum ini kami menggunakan sampel bakso dan tahu. Uji yang kami
lakukan merupakan uji kualitatif sederhana yaitu uji nyala / metode bakar.
Mula-mula kami membuat kontrol positif dengan menggunakan asam borat 2 sendok
ditambah etanol lalu dibakar. Untuk pembuatan kontrol negatif dibuat dari 2 sendok NaCl dan
etanol lalu dibakar. Dan untuk sampel diperlakukan hal yang sama, untuk sampel (bakso dan
tahu) dihancurkan terlebih dahulu lalu ditambahkan etanol lalu dibakar. Larutan etanol ini
ditambahkan bertujuan untuk membakar dan menghasilkan nyala api.
Pada kontrol positif jika dibakar akan timbul nyala api berwarna hijau (akibat terbentuknya
B(OCH3)3 (metil borat) yang beracun). Sedangkan untuk kontrol negatif timbul nyala api
berwarna merah, dan berdasarkan hasil pengujian pada sampel bakso dan tahu timbul nyala api
berwarna merah dan dapat disimpulkan bahwa hasil uji yang kami lakukan pada sampel bakso
dan tahu tidak mengandung boraks (negatif).
F. Kesimpulan
Boraks merupakan pengawet sintetik yang biasa digunakan dalam industri keramik dan kaca,
tidak layak untuk dicampurkan kedalam makanan. Besar kecilnya dampak menelan boraks
tergantung pada jumlah atau konsentrasi boraks yang masuk dalam tubuh. Boraks merupakan
racun bagi tubuh. Pada sampel yang diuji (tahu dan bakso) didapatkan hasil negatif karena tidak
terbentuk nyala api berwarna hijau, yang berarti sampel tidak mengandung boraks.
G. Lampiran
PRAKTIKUM 5
Tujuan Khusus :
A. Dasar teori
Secara garis besar bahan tambahan makanan digolongkan menjadi dua, yakni alami dan sintetis.
Dipandang dari segi manfaat dan risiko, penggunaan bahan tambahan makanan sintetis lebih
berbahaya dibandingkan bahan tambahan makanan alami. Aspek keamanan pangan yang
menjadi perhatian utama adalah penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi dosis.
Seperti diketahui bersama telah banyak penelitian yang menyebutkan efek samping bahan
tambahan makanan. Oleh karena itu perlu adanya regulasi dan pengawasan oleh pemerintah
dengan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait.
Bahan
Sampel
Kertas saring dan ekstrak kunyit
Akuades
Reagen: kalsium oksida, HCl, NH4OH encer
C. Cara Kerja
a. Timbang 5-10 gram sampel (baso) yang telah dihaluskan
b. Tambahkan suspensi kalsium oksida sampai alkalis, kemudian diuapkan sampai kering
sambil diaduk
c. Pijarkan residu sampai bebas zat organik.
d. Dinginkan kemudian encerkan dengan 15 mL air.
e. Asamkan dengan HCl.
f. Teteskan larutan ke kertas kurkumin dan keringkan pada suhu kamar.
g. Teteskan larutan NH4OH encer atau kenakan dengan uap NH4OH. Pengamatan : warna
kertas kurkumin menjadi warna hijau kebiruan gelap
D. Hasil Pengamatan
BAKSO
TAHU
E. Pembahasan
Seperti yang kita ketahui boraks merupakan senyawa kimia yang biasanya di gunakan untuk
mengawetkan mayat ataupun specimen- specimen biologi lainya boraks menurut BPOM sendiri,
sama sekali di larang untuk di gunakan di bahan makanan ataupun minuman , Pada praktikum
borak dengan metode tumerik pertama-tama kita harus menghaluskan terlebih dahulu kunyit lalu
setelah itu masukan aquades , setelah itu kita harus mempersiapkan kertas saring yang telah di
potong potong kecil dan air kunyit tadi di sareng terlebih dahulu , lalu teteskan ke atas kertas
saring secara merata tunggu hingga kertas saring kering terlebih dahulu, untuk mempersiapkan
sampelnya kita menggunakan baso, pertama-tama kita harus menumbuk baso terlebih dahulu
sampai halus lalu setelh itu beri akuades rendam terlebih dahulu agar zat-zat atau kandungan
yang ada di dalam baso keluar setelah di rendam kita mengambil cairan baso dengan cara
memipet lalu di teteskan ke kertas saring lalu setelah itu amati reaksi yang akan muncul bila
reaksi hasil nya positif ia akan menjadi merah , dan bila ia hasilnya negatif dia tidak akan
berwarna merah.
G. Kesimpulan
Analisis kualitatif menunjukan hasil negative untuk pemeriksaan sampel baso yang di dapatkan
di daerah pasar Cimindi.
H. Lampiran
PRAKTIKUM 6
(BTM)
Asam salisilat merupakan obat yang memiliki efek analgetik antipiretik dan anti
inflamasi. Secara analgetik berguna untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan
nilai ambang nyeri di sistem saraf pusat tanpa menekan kesadaran, secara antipiretik berguna
sebagai obat yang menekan suhu tubuh Pada keadaan demam dan secara inflamasi berguna
untuk menghilangkan inflamasi.
Menurut Permenkes RI NO. 1168/Menkes/per/XI/1999., salah satu bahan tambahan
makanan yang dilarang digunakn dalam makanan yaitu asam salisilat. Asam salisilat dilarang
digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan karena mempunyai iritasi kuat ketika terhirup
atau tertelan.
Sayuran merupakan bahan yang mudah rusak , oleh karena itu penanganan sayuran sejak
pemanenan , pemesaran , hingga akan pemasaran harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari kerusakan tekstur sayuran.
Asam salisilat memiliki rumus kimia C7H6O3. Berbentuk hablur putih , biasanya
berbentuk jarum halus atau serbuk , rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Jika dibuat dari
metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip
mentol. Sifat asam salisilat yaitu sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam
etanol dan dalam eter, larutan dalam air mendidih dimana titik didih asam salisilat adalah 280
derajat celcius .
1) Alat
Labu erlenmeyer, pipet tetes, gelas kimia, batang pengaduk, botol semprot, lampu spirtus, gelas
ukur, pipet volum dan ball pipet.
2) Bahan
Sampel
Akuades
C. cara kerja
Pengamatan : Adanya asam salisilat ditunjukan oleh timbulnya warna ungu violet
Padatan yang diperoleh merupakan aspirin, dimana aspirin adalah hasil esterifikasi asam
salisilat dan anhidrida asam asetat. Padatan Kristal bewarna putih. Untuk menguji kemurnian
Kristal padatan (aspirin) dilakukan dengan meneteskan larutan FeCl 3. Penambahan FeCl3 pada
larutan asam salisilat, akan merubah warna larutan menjadi ungu. Perubahan ini dikarenakan
adanya reaksi antara asam salisilat dengan ion Fe(H 2O)63+. Atom oksigen baik pada gugus
hidroksi maupun gugus karboksilat dari asam salisilat akan berikatan dengan ion kompleks
tersebut. Sedangkan jika FeCl3 ditambahkan pada larutan aspirin, tidak akan terbentuk warna
ungu. Hal ini terjadi karena pada sprin hanya gugus arboksilat yang berikatan dengan ion
kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan.
Berdasarkan hasil percobaan, pada sampel yang telah diberi tetesan FeCl3 tidak berubah
warna menjadi unu tua. Maka diduga produk yang diperoleh tidak mengandung asam salisilat
E. kesimpulan
Sayur hijau yang dijadikan sampel pada pengujian asam salisilat melalui tahap uji
didapatkan hasil setlah ditetesi FeCl3 didapatkan hasil pada sampel tidak mengalami perubahan
warna menjadi warna ungu, hal ini dapat di tarik kesimpulan bahwa sampel tersebut tidak
mengandung asam salisilat.
F. lampiran
PRAKTIKUM 7
Prinsip : Dalam suasana asam, HCN akan bereaksi dengan pikrat membentuk
senyawa pikrosianat dan menghasilkan perubahan menjadi warna merah
A. Dasar teori
Asam sianida dapat pula disebut dengan nama hidrogen sianida. Hidrogen sianida merupakan
salah satu senyawa dari berbagai contoh senyawa sianida lainnya. Sianida dihasilkan oleh
beberapa bakteri , jamur, ganggang. Contoh dari senyawa sianida lainnya adalah sodium
sianida(NaCN) dan potasium Sianida (KCN). Sianida juga dapt ditemukan di sejumlah makanan
dan secara alami terdapat di berbagai tumbuhan.
Didalam tubuh, sianida dapat bergabung dengan senyawa lain membentuk vitamin B12.
Hidrogen sianida merupakan gas tak berwarna yang samar-samar, dingin dan tak berbau.
Hidrogen sianida dapat digunakan elektriplating , metalurgi, produksi zat kimia ,pengembangan
fotografi ,pembuatan plastik dan beberapa proses pertambangan. Hidrogen sianida merupakan
salah satu pencemar air.
Hidrogen sianida adalah cairan tak berwarna atau juga dapat berwarna biru pucat pada suhu
kamar. Hidrogen sianida bersifat volatiledan mudah terbakar. Hidrogen sianida dapat difusi baik
dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen sianida sangat mudah bercampur dengan air sehingga
sering digunakan. Sianida juga banyak digunakan dalam industri terutama dalam pembuatan
garam seperti natrium , kaliun dan kalsium sianida.
Sianida dalam konsentrasi yang tinggisangatlah berbahaya. Sebenarnya bila sianida masuk
dalm tubuh dalam jumlah konsentrasi yang kecil maka sianida dapat diubah menjadi tiosianat
dan berikatan dengan vitamin B12, tetapi jika kadarnya tinggi sianida akan mingikat nagian aktif
enzim sitokrom oksidase dan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik.
Sianida merupakan salah satu jenis racun yang paling toksik, bereaksi cepat dalam tubuh
hewan maupun manusia, dan dapat menyebabkan kematian akut. Kandungan sianida
dipengaruhi oleh kondisi tanah, musim, dan struktur biji. Stabilitas sianida dalam ekstrak biji
menurun selama dalam penyimpanan. Kandungan sianida dipengaruhi oleh kondisi tanah,
musim, dan struktur biji. Stabilitas sianida dalam ekstrak biji menurun selama dalam
penyimpanan. Setiap bagian tanaman mempunyai kandungan sianida yang berkaitan. Kandungan
tertinggi terdapat dalam biji, diikuti oleh buah, daun, batang dan akar. Biji dengan struktur
daging dan kulit yang keras mengandung sianida cukup tinggi, yaitu rata-rata lebih dari 2.000
ppm (Yuningsih, 2008).
Hidrogen sianida murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap pada suhu kamar,
bau yang khas, berat molekul yang ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi dan cepat diabsobsi
melalui paru-paru, saluran cerna, dan kulit (Dep Kes RI, 1989). Karena sifat HCN mudah
menguap maka hasil asalisa dapat bervariasi. Kenaikan suhu dan waktu inkubasi yang relatif
lama pada proses analisis, dapat menyebabkan hilangnya sianida yang akan diukur.
Singkong merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa cyanogen. Senyawa
cyanogen merupakan senyawa glukosida cyanogen yang terdiri dari linamarin dan lotaustralin.
Senyawa glukosida cyanogenik pada tanaman singkong sebagian besar terakumulasi pada daun,
batang dan kulit umbinya. Jaringan tanaman singkong mengandung enzim hidrolase dikenal
sebagai linamarase (β glukosidase). Linamarase terletak pada dinding sel tanaman. Ketika
jaringan tanaman dirusak atau dicacah oleh perlakuan mekanik pada saat pengolahan makanan,
oleh aktivitas mikroba (fermentasi) linamarase akan terekspos dengan linamarin dan
mengakibatkan linamarin terhidrolisis dan melepaskan senyawa sianida yang beracun apabila
dikonsumsi. Hidrolisis linamarin melibatkan dua tahapan reaksi yakni pembentukan senyawa
intermediate acetonsianohidrin, yang secara spontan terurai atau oleh aksi enzim
hidroxinitrilelyase membentuk aceton dan hidrogen sianida (Yeoh dalam Hartati, 2008). Enzim
linamarase mengkonversi senyawa yang mengandung sianida menjadi aceton sianohidrin, yang
secara spontan akan terdekomposisi menjadi hidrogen sianida (HCN). Sifat HCN mudah larut
dalam air dan lepas dalam udara. Selama proses pengolahan singkong, tidak semua sianida dapat
dihilangkan. Enzim Linamarase mempunyai p H optimum 5, 1 - 6 dan enzim tersebut dapat
dihambat pada pH rendah melalui larutan asam.
B. Alat Dan Bahan
Alat
a. Labu ukur
b. Pipet volume
c. Tabung reaksi
d. Beaker glass
e. Penjepit
f. Hotplate
Bahan
a. Sampel
b. Akuades
c. Kertas asam piktrat
d. Asam tartat
e. Natrium karbonat
C. Cara Kerja
1. Siapkan 2 tabung reaksi masing-masing diberi label control dan sampel
2. Pada tabung control masukan 5 ml asam tartat dan 5 ml akuades
3. Pada tabung sampel masukan 5 ml asam tartat dan 5 ml sampel
4. Siapkan kertas asam piktrat atau kertas saring gunting sesuai mulut tabung reaksi yang
digunakan
5. Celupkan ke asam piktrat dan tunggu hingga kertas kering pada suhu kamar
6. Setelah kertas kering tutupi bagian mulut tabung reaksi dan tetesi dengan natrium
karbonat
7. Siapkan penangas kira-kira pada suhu 70 derajat celcius
8. Lihat perubahan warna jiga (+) positif warna kuning akan berubah warna
D. Hasil Pengamatan
Pada kertas sampel menunjukan perubahan warna menjadi lebih gelap dan pada dasar tabung
reaksi terdapat butiran berwarna bening
E. Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan HCN pada sampel yang
digunakan. Kami menggunakan 2 tabung reaksi, pada tabung pertama berisi 5 ml asam tartat dan
5 ml akuades. Pada tabung kedua berisi 5 ml asam tartat dan 5 ml sampel. Hal ini bertujuan
untuk menghasilkan uap HCN. Uap HCN yangdihasilkan disebabkan oleh hidrogen dari asam
tartarat (H2.C4H4O6) beraksi dengan ion CN- yang terlarut dalama air sehingga dihasilkanlah
uap HCN. Reaksi yang berlangsungadalah :
2CN-+ 2H è 2HCN
Selanjutnya, kertas saring dicelupkan kedalam asam pikrat jenuh yang kemudian setelah kering
dibasahi dengan Na2CO3 8%. Kertas saring yang tercelup asam pikrat menyebabkan kertas
saring menjadi kuning. Percobaan dilanjutkan dengan menggantungkan kertas saring pada
leher tabung reaksi sehingga kertas tidak terjadi kontak dengan cairan didalam tabung reaksi.
Kertas saring yang dicelupkan kedalam asam pikrat ini bertujuan supaya uap HCN terperangkap
didalam asam tersebut sehingga uap HCN yang dihasilkan dapat mengubahkertas saring yang
semula berwarna kuning menjadi merah.
Pada uji ini mendapatkan hasil bahwa kertas yang telah diujikan berubah menjadi lebih gelap, itu
menandakan bahwa sampel positif mengandung sianida.
F. Kesimpulan
Sampel yang telah diuji positif mengandung sianida karena kertas asam piktrat berubah warna
dari warna kuning menjadi lebih gelap (kecoklatan)
G. Lampiran
PRAKTIKUM 8
Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara
topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas,
ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula
garam salisilat. Asam salisilat dan derivatnya sering dipakai sebagai analgetik, antipiretik,
keratolitik dan antireumatik. Gejala toksik umunya berupa asidosis metabolik sedangkan gejala
utama berupa salisilismus. Gejala toksik natrium salisilat pada orang dewasa terjadi jika menelan
10 g/lebih dalam periode 12-14 jam (kadar plasma >30 mg/100 ml) dan akan bersifat letal
dengan dosis 20-30 g. Dosis letal pada anak yaitu pada 2,7 g metilisalisilat.
Keracunan akut senyawa salisilat dan turunannya karena tertelan atau melalui kulit dapat
menimbulkan gejala :
1. Keracunan ringan : luka bakar dimulut, kerongkongan, hyperpnea ringan sampai sedang,
lesu, mual, tinnitus, kehilangan pendengaran dan pusing.
2. Keracunan sedang : hyperpnea berat, lesu, mengigau, demam, berkeringat, dehidrasi, in-
koordinasi dan gelisah.
3. Keracunan berat : hyperpnea berat, koma, konvulsi, sianosis, uremia dan kegagalan
pernapasan.
4. Keracunan kronis menyebabkan tinnitus, peradangan lambung, berat badan menurun,
kemunduran mental dan erupsi kulit.
10. Ditentukan kadar asam salisilat sampel dengan memasukan serapan pada persaman
regresi linear kurva baku.
11. Terhadap larutan salisilat dalam plasma darah 50, 100 μg/mL lakukan perlakuan yang
sama
D. Hasil Pengamatan
Larutan stamdar yang dibuat dari 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm setelah
dilakukan pengukuran panjang gelombang dengan menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 540nm :
Konsentras
i abs
0,5 1,291
1 1,103
1,5 0,341
2 1,754
2,5 1,070
E. Grafik
F. Pembahasan
Asam salisilat merupakan asam yang bersifat keralitikum dan dapat mengobati gangguan
kulit lainnya. Banyak produk farmasi menggunakan asam salisislat sebagai bahan aktifnya
salah satunya adalah bedak herocyn. Dalam praktikum ini akan dilakukan identifikasi
terhadap salep-salep tersebut, apakah benar.
Mengandung asam salisilat dan berapa kadarnya. Kadar suatu zat aktif dalam sediaan
perlu diketahui agar dapat memberikan efek terapi yang maksimal jika sudah sesuai dengan
ketetapan yang ada. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah adalah untuk mengetahui
kadar pada asam salisilat secara spektrofotometri.
Sebelum dilakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer dibuat telebih dahulu
larutan stok A dengan mengunakan asam salisilat 1000 ppm yang dilarutkan dalam alkohol
dan aquades, lalu membuat larutan stok B menjadi 100 ppm yang diencerkan dari larutan stok
A. Setelah itu untuk mengukur konsentrasi dibuat larutan standar dengan konsetnrasi 0,5 ppm,
1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, ,5 ppm yang ditambahkan dengan larutan tinder dan aquades. Untuk
membuat konsentrasi dengan menggunakan sampel dilakukan dengan cara yang sama dengan
penambahan antikoagulan dan larutan tinder.
Setelah selesai pembuatan larutan standar dilajutkan dengan penentuan kadar konsentrasi
menggunakan spektrofotometer dengan menggunakan panjang gelombang 540 nm. Hasil
yang didapat dari pengukuran konsentrasi didapati kurva yang kurang stabil dikarenakan
larutan tinder yang sudah kadaluarsa karena dibuat dari beberapa hari sebelumnya yang
membuat hasil kurva tidak stbil, ataupun juga dikarenakan kurangnya teliti dalam pengerjaan.
G. Kesimpulan
Dari praktikum penentuan kadar asam salisitat dapat disimpulkan bahwa hasil absorban yang
dihasikan tidak stabil karena ada beberapa larutan yang kadaluarsa dan human eror.
H. Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum Toksikologi klinik DIII Analis Kesehatan, Suci Rizki Nurul Aeni.
Indah Iftriani, Sri Wahyuni, Haidir Amin. KANDUNGAN BAHAN PENGAWET FORMALIN
PADA TAHU YANG DIPERDAGANGKAN DIPASAR TRADISIONAL KOTA
KENDARI(PASAR PANJANG, PASAR ANDUONOHU, PASAR BASAH DAN PASAR
BARUGA) Vol. 1, No.2, P. 125-130, Th. 2016.Jurusan Teknologi dan Ilmu Pangan, Fakultas
Teknologi dan Industri Pertanian, Universitas Halu Oleo
http://analis.poltekkes-smg.ac.id/modul/Prodi-DIII/Semester-IV/TLM.229.Toksikologi-
Klinik/TOKSIKOLOGI.pdf
https://www.academia.edu/26064716/PENGUJIAN_ASAM_SIANIDA_SECARA_KUALIT
ATIF?auto=download
https://www.studocu.com/id/document/universitas-padjadjaran/analisis-
makanan/other/laporan-praktikum-analisis-pangan-kadar-hcn/3714697/view