Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

(Pemeriksaan ASTO Metode Kualitatif & Semi Kuantitatif)

KELOMPOK II

Nama : Devi Permatasari

NIM : PO714203191040

Kelas : B1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PRODI SERJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN 2021
Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 8 April 2021 (Metode Kualitatif)

Jum’at, 16 April 2021 (Metode Semi Kuantitatif)

Judul Praktikum : Pemeriksaan ASTO Metode Kualitatif dan Semi

Kuantitatif

Tujuan Pemeriksaan : Untuk menentukan anti-SLO dalam serum secara

invitro dan membantu diagnode demam reumatik

dengan menggunakan metode semi kuantitatif.

A. Landasan Teori

Pemeriksaan ASO (anti-streptolisin O) adalah suatu pemeriksaan

laboratorium untuk menentukan kadar Anti streptolisin O secara

kualitatif/semi kuantitatif. ASO (anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang

paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi

streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam reumatik/penyakit jantung

reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASO ini, bila dilakuka

npemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus

demam reumatik/penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih

antibodi terhadap streptococcus (Veronica. 2013).

Tes serologis untuk antibodi streptolysin O (ASO) umumnya

digunakan untuk membantu dalam diagnosis pasca infeksi streptokokus. Sejak

infeksi streptokokus dinyatakan terkait dengan beberapa kondisi rematik,

dokter dan ahli reumatologi mengukur ASO titer sebagai faktor

predisposisi untuk penyakit rematik atau sebagai reaktan fase akut


untuk mengevaluasi keparahan dan aktivitas penyakit ini. (Abdulbaset M.E.

Abusetta,dkk. 2014)

ASO titer diperkirakan dengan menggunakan lateks ASL reagen-kit.

Tes ini dilakukan dengan mengencerkan satu bagian dari serum ke 5 bagian

dari 0,9% larutan salin dan kemudian menambahkan satu tetes reagen untuk

satu tetes serum yang telah diencerkan. Adanya aglutinasi setelah

dua menit menunjukkan reaksi positif. Aglutinasi positif dengan

pengenceran 1:5 menunjukkan jumlah antibodi dari 200 IU / ml, sedangkan

pengenceran 1:10 menunjukkan 400 IU / ml dan seterusnya. (Dr Lalit

Une,dkk. 2013).

Streptolysin O adalah exoenzyme imunogenik toksin yang dihasilkan

oleh Streptococcus -hemolyticusβ grup A, C dan G. Mengukur antibodi

ASO berguna untuk diagnostik demam rematik, glomerulonefritis akut dan

infeksi streptokokus. Demam rematik adalah penyakit peradangan

yang mempengaruhi jaringan ikat dari beberapa bagian tubuh manusia seperti

kulit, jantung, sendi, dll, sedangkan glomerulonefritis akut adalah infeksi

ginjal yang mempengaruhi terutama bagian glomerulus ginjal. (Mascia

Brunelli S.p.A. 2015).

Streptococcus pyogenes adalah salah satu patogen manusia yang

paling umum. Mereka menyebabkan beragam infeksi, dimana yang paling

sering adalah faringitis akut (radang tenggorokan) dan impetigo

(pioderma). Manifestasi lain dari infeksi Streptococcus pyogenes termasuk

sinusitis, otitis, peritonsillar abses, pneumonia, demam berdarah, erisipelas


dan selulitis dan infeksi jaringan lunak yang parah seperti myonecrosis

dan necrotizing fasciitis. Bakteri ini juga dikaitkan dengan demam

rematik dan glomerulonefritis akut. (Abdulbaset M.E. Abusetta,dkk. 2014).

Demam rematik, ditandai dengan reaksi autoimun dengan antigen dari

streptokokus. Diagnosis klinis demam rematik didasarkan pada kriteria mayor

dan minor. Kriteria mayor adalah: (a) karditis, dengan berbagai bentuknya ;

(b) migrasi arthritis polyarticular; (c) nodul subkutan; (d) eritema marginatum

dan (e) chorea Sydenham. Sebaliknya, kriteria minor meliputi: (a) demam; (b)

perpanjangan dari ruang PR elektrokardiografi; (c) arthralgia dan (d) kelainan

laboratorium (seperti laju endap darah dan peningkatan c-reactive protein,

leukositosis di hitung darah). (Alexandre B. Merlini, dkk. 2014).

Tes antibodi streptokokus digunakan untuk diagnosis infeksi

yg disebabkan oleh kelompok streptokokus A dan sangat berguna

untuk diagnosis demam rematik akut dan pasca infeksi streptokokus

seperti glomerulonefritis. Pengujian yang paling sering dilakukan adalah

menentukan anti streptomisin O (ASO) titer dan anti-DNase B (ADB) titer.

Tes ASO titer direkomendasikan untuk menentukan titer dalam fase akut

dan kemudian ditentukan lagi dalam fase penyembuhan 2-4 minggu

kemudian, dengan hasil positif didefinisikan sebagai kenaikan titer dari dua

kali lipat atau lebih. Peningkatan ASO hampir spesifik membuktikan infeksi

streptokokus. Tes ASO mencapai puncaknya 3 sampai 6 minggu setelah

infeksi, sedangkan anti DNase mencapai puncaknya 6 sampai 8 minggu.

Dalam kenyataannya tidak selalu memungkinkan untuk mendapatkan kedua


sampel untuk penentuan titer. Oleh karena itu, secara umum diterima bahwa

jika hanya menggunakan spesimen tunggal, dimana titer yang lebih besar

dari batas normal pada pengujian awal dapat dianggap bukti dugaan

dari infeksi streptokokus. Semakin tinggi titer semakin tinggi kemungkinan

pasien mengalami demam rematik. (Dr Lalit Une,dkk. 2013).

Titer ASO yang lebih dari 200 IU / ml dengan metode uji lateks

dianggap sebagai titik screening. Peningkatan titer ASO mendukung

tetapi tidak membuktikan diagnosis demam rematik. Titer tinggi palsu ASO

dapat dilihat pada kondisi yang berhubungan dengan hyperlipedemias

seperti hati, obstruksi empedu, nephrosis dan myeloma karena

monoclonal immunoglobulins. Selain itu, titer streptokokus bervariasi

sesuai dengan sejumlah faktor, termasuk usia dan status sosial ekonomi

populasi. (Dr Lalit Une,dkk. 2013).

ASO titer perlu disesuaikan dengan pola epidemiologi yang ada.

Dalam negara maju, dimana kejadian impetigo yang disebabkan oleh

Streptokokus Grup A jarang terjadi, titer pada orang sehat menunjukkan angka

yang rendah pada anak usia dini, naik ke puncak pada anak usia 5 sampai 15

tahun,penurunan pada akhir remaja dan dewasa awal. Sebaliknya, pada

populasi dengan tingkat impetigo tinggi, titer anti-streptokokus sering sangat

tinggi, terutama pada anak-anak. Dikarenakan ASO berlangsung selama 4

sampai 6 bulan, ada kemungkinan bahwa orang yang sehat di daerah endemik

mungkin memiliki titer tinggi terus-menerus karena paparan berulang.


Dengan demikian perlu untuk mengumpulkan data dalam populasi masing-

masing untuk interpretasi yang lebih tepat. (Dr Lalit Une,dkk. 2013).

Anti-streptolysin O (ASO) adalah respon antibodi yang paling sering

dilakukan dalam tes serologi untuk mengkonfirmasi infeksi streptokokus, dan

membantu dalam diagnosis demam rematik. ASO merupakan metode dalam

diagnosis infeksi streptokokus, komplikasi yang terjadi, penetuan tindak lanjut

pasien, serta dalam mengevaluasi efektivitas pengobatan yang telah diberikan.

ASO sangat membantu ketika teknik kultur tenggorokan tidak efektif karena

pasien sudah mengonsumsi antibiotik, atau karena pasien tidak mampu dalam

melakukan kultur swab tenggorokan. Hasil pemeriksaan metode ASO telah

menunjukkan bahwa pengukuran ASO-positif dapat digunakan dalam

hubungannya dengan kultur swab tenggorokan untuk mengidentifikasi Grup A

Streptococcus (GAS) sehingga metode ini dapat dikombinasikan dalam

menegakkan diagnose infeksi streptokokus (Ella,dkk. 2015).

Demam rematik biasanya disebabkan oleh Grup A streptokokus ß

hemolitik dari saluran pernapasan bagian atas.Grup A Streptococcus (GAS)

merupakan bakteri penyebab dari faringitis akut paling umum, terhitung

sekitar 15-30% kasus terjadi pada anak-anak dan 5-10% kasus pada orang

dewasa. Serotipe protein tertentu, seperti M 1, 3, 5, 6, 14,18, 19, dan 24 dari

GAS, ditemukan terkait dengan infeksi tenggorokan dan demam rematik.

GAS, yang menyerang kulit dan menyebabkan impetigo berbeda serotipe

protein M dari yang menyebabkan faringitis. Selain itu, beberapa strain bakteri

pada kulit berhubungan dengan pasca akut streptokokus glomerulonefritis.


Selain infeksi supuratif, GAS juga dapat menyebabkan demam rematik akut

dan penyakit jantung rematik berulang yang menginfeksi pada manusia

(Ella,dkk. 2015).

B. Prosedur Pemeriksaan

1. Pra Analitik

a. Persiapan pasien

Tidak membutuhkan persiapan yang khusus. Jangan lupa untuk

memberikan identitas pada sampel pasien agar tidak tertukar dengan

pasien lain.

b. Persiapan Sampel

 Menyiapkan Alat & Bahan : Spoit, tourniquet, kapas alkohol,

alkohol swab, tabung reaksi, pipet tetes dan centrifuge

 Mengambil darah vena sesuai yang dibutuhkan

 Memindahkan darah ke dalam tabung melalui dinding tabung

 Sentrifuge sampel selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm

 Mengambil serum pada tabung yaitu cairan yang berwarna kuning

bening yang berada di bagian atas eritrosit. Serum bebas dari

darah, lemak, dan kontaminasi. Serum dapat disimpan pada suhu 1-

8⁰C selama 48 jam jika tidak segera dikerjakan.

 Sampel siap digunakan.

c. Prinsip Pemeriksaan

Pemeriksaan ASTO metode slide test dilakukan berdasarkan

reaksi aglutinasi antara streptolisin O sebagai antigen yang terikat pada


partikel latex polisterene dengan anti streptolisin O yang terdapat

dalam serum sebagai antibodi.

d. Persiapan Alat dan Bahan

Alat:

- Tip kuning

- Mikropipet

- Batang pengaduk

- Slide test

- Rotator

- Rak tabung

- Tabung reaksi

- Timer

Bahan:

- Sampel serum

- NaCl 0.9 %

- Reagen:

PC (positif control) : Mengandung antibodi ASOdan serum

positif. PC ini merupakan Kumpulan serum manusiayang

mempunyai titer lebih tinggi dari 200 IU/ml.

NC (negative control) : Tidak mengandung antibodi

ASOdanmengandung serum negatif. NC inimerupakan kumpulan

serum manusia yang mempunyai titer kurang dari 200 Iu/ml


LR (lateks reagent) : Mengandung suspensi partikel latex

polistirene yang telah dilapisi antigen Streptolisin O.

2. Analitik

Cara Kerja:

 Pemeriksaan ASTO Metode Kualitatif

1) Menyiapkan alat & bahan

2) Menghomogenkan Reagen Lateks agar partikel menyebar merata

3) Meneteskan 1 tetes kontrol negatif pada lingkaran pertama

4) Meneteskan 1 tetes kontrol positif pada lingkaran ketiga

5) Memipet 50 l sampel serum pada lingkaran kedua

6) Meneteskan 1 tetes reagen lateks padalingkaran serum dan kontrol

7) Menghomogenkan kedua kontrol dan sampel dengan menggunakan

batang pengaduk yang berbeda pada setiap lingkaran.


8) Menghomogenkan slide test dengan rotator atau secara manual

dengan memutar secara perlahan selama 2 menit. Kemudian,

mengamati slide test ada tidaknya aglutinasi.

 Pemeriksaan ASTO Metode Semi Kuantitatif

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Memasukkan NaCl fisiologis 100 µl pada masing-masing tabung

pengenceran yang sudah diberi label (1/2, 1/4, 1/8, 1/16 dan 1/32)

3) Mengambil 100 µl serum, kemudian campurkan Pada tabung

reaksi berlabel 1/2 dan dihomogenkan

4) Kemudian, memindahkan 100 µl ke tabung berlabel 1/4 dan

dihomogenkan.

5) Kemudian, memindahkan 100 µl ke tabung berlabel 1/8 dan

dihomogenkan.

6) Kemudian, memindahkan 100 µl ke tabung berlabel 1/16 dan

dihomogenkan.

7) Kemudian, pada tabung berlabel 1/16 dipipet 100 µl lalu dibuang

8) Memipet masing-masing 50 µl dari masing-masing tabung

pengenceran tersebut dan memindahkan ke slide test.

9) Kemudian, meneteskan 1 tetes kontrol positif pada slide berikutnya

dan kontrol negatif pada slide berikutnya.

10) Menambahkan 1 tetes reagen lateks pada masing-masing lingkaran

11) Selanjutnya dihomogenkan pada seluruh area lingkaran dengan

menggunakan batang pengaduk yang berbeda.


12) Selanjutnya menghomogenkan dengan rotator atau secara manual

dengan cara memutar slide secara perlahan selama 2 menit.

13) Kemudian, mengamati slide test ada tidaknya aglutinasi.

3. Pasca Analitik

a. Interpretasi Hasil

- Hasil Positif (+) ditandai adanya aglutinasi yang artinya Kadar

ASTO  200 IU/ml.

- Hasil Negatif (-) ditandai dengan tidak adanya aglutinasi artinya

Kadar ASTO <200 IU/ml

1) Metode Kualitatif

Hasil : sampel positif ASTO terdapat aglutinasi

(pada praktikum ini menggunakan sampel serum yang berbeda

pada saat pemeriksaan ASTO metode semi kuantitatif)


2) Metode Semi Kuantitatif

- Pengenceran tertinggi yang positif sebagai hasil akhir dalam kadar

titer. Untuk menentukan konsentrasi ASTO, mengalikan titer

dengan konversi 200. Misalkan : titer ASTO yang didapatkan =

1/2 maka konsentrasi ASTO adalah 2 x 200 = 800 IU/ml

Hasil negatif karena tidak terbentuk aglutinasi pada lingkaran ½, ¼,

1/8, dan 1/16.

b. Kelebihan dan kekurangan pemeriksaan ASTO

Kelebihan:

- Proses pengerjaan yang mudah dan sederhana

- Pembacaan hasil pemeriksaan cukup mudah dilakukan

- Dapat menentukan kadar ASTO pada metode semi kuantitatif

Kekurangan :

- Perlunya keterampilan dan ketelitian yang tinggi


- Tidak dapat menentukan kadar ASTO pada metode kualitatif

- Dapat memberikan hasil positif dan negatif palsu

C. Kesimpulan

Pada praktikum ini menggunakan dua jenis sampel serum, maka dari

itu hasil pemeriksaan antara pemeriksaan metode kualitatif dan kuantitatif

berbeda. Hal ini juga terjadi karena waktu pelaksanaan praktikum berbeda.

Berdasarkan pemeriksaan ASTO metode kualitatif dapat disimpulkan

bahwa sampel serum yang diperiksa positif ASTO yang ditandai dengan

terbentuknya aglutinasi pada sampel. Sedangkan pada pemeriksaan metode

Semi kuantitatif yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel serum

yang diperiksa negatif ASTO karena tidak terbentuk aglutinasi pada sampel,

yang artinya kadar ASTO dalam sampel serum tersebut adalah kurang dari

200 UI/ml.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulbaset M.E. Abusetta,dkk. 2014. Detection of Anti-streptolysin O antibodies

among Rheumatic fever patients in Tripoli.

Alexandre B. Merlini,dkk. 2014. Prevalence of Group A Beta-

Hemolytic Streptococcus Oropharyngeal Colonization in Children

and Therapeutic Regimen Based on Antistreptolysin Levels: Data from a

City From Southern Brazil.

Dr Lalit Une,dkk. 2013. Epidemiology of streptococcal infection with reference to

Rheumatic fever.

Ella, Dkk. 2015.Anti-Streptolysin Otitre In Comparism To Positive Blood Culture

In Determining The Prevalence Of Group A Streptococcus Infection In

Selected Patients In Zaria, Nigeria

Handojo, Indro. 1982. SerologiKlinik. Surabaya: Fakultas Kedokteran UNAIR.

Mascia Brunelli S.p.A. 2015. Qualitative determination of Anti-

streptolysin or (ASO).

Soha ,dkk. 2014. Evaluation of the policy of secondary prevention against

rheumatic fever among Egyptian children. (Diakses 3 April 2021.

13.56 WITA).

Veronica. 2013. Laporan Praktikum Imunologi. Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai