Anda di halaman 1dari 3

DASAR TEORI

Streptococcus pyogenes adalah salah satu patogen manusia yang paling umum.
Mereka menyebabkan beragam infeksi, dimana yang paling sering adalah faringitis
akut (radang tenggorokan) dan impetigo (pioderma). Manifestasi lain dari infeksi
Streptococcus pyogenes termasuk sinusitis, otitis peritonsillar abses, pneumonia,
demam berdarah, erisipelas dan selulitis dan infeksi jaringan lunak yang parah
seperti myonecrosis dan necrotizing fasciitis. Bakteri ini juga dikaitkan
dengan demam rematik dan glomerulonefritis akut (Abdulbaset M.E.
Abusetta,dkk. 2014).

Tes antibodi streptokokus digunakan untuk diagnosis infeksi yang


disebabkan oleh kelompok streptokokus A dan sangat berguna untuk
diagnosis demam rematik akut dan pasca infeksi streptokokus seperti
glomerulonefritis. Pengujian yang paling sering dilakukan adalah menentukan anti
streptomisin O (ASO) titer dan anti-DNase B (ADB) titer. Tes ASO titer
direkomendasikan untuk menentukan titer dalam fase akut dan kemudian ditentukan
lagi dalam fase penyembuhan 2-4 minggu kemudian, dengan hasil positif didefinisikan
sebagai kenaikan titer dari dua kali lipat atau lebih. Peningkatan ASO hampir spesifik
membuktikan infeksi streptokokus. Tes ASO mencapai puncaknya 3 sampai 6 minggu
setelah infeksi, sedangkan anti DNase mencapai puncaknya 6 sampai 8 minggu. Dalam
kenyataannya tidak selalu memungkinkan untuk mendapatkan kedua sampel untuk
penentuan titer. Oleh karena itu, secara umum diterima bahwa jika hanya menggunakan
spesimen tunggal, dimana titer yang lebih besar dari batas normal pada
pengujian awal dapat dianggap bukti dugaan dari infeksi streptokokus
(Alexandre B.,et al,2014).

ASO titer diperkirakan dengan menggunakan lateks ASL reagen-kit. Tes ini
dilakukan dengan mengencerkan satu bagian dari serum ke 5 bagian dari 0,9% larutan
salin dan kemudian menambahkan satu tetes reagen untuk satu tetes serum yang
telah diencerkan. Adanya aglutinasi setelah dua menit menunjukkan reaksi
positif. Aglutinasi positif dengan pengenceran 1:5 menunjukkan jumlah antibodi
dari 200 IU / ml, sedangkan pengenceran 1:10 menunjukkan 400 IU / ml dan
seterusnya. (Dr Lalit Une,dkk. 2013).

Streptolysin O adalah exoenzyme imunogenik toksin yang dihasilkan oleh


Streptococcus hemolyticusβ grup A, C dan G. Mengukur antibodi ASO berguna
untuk diagnostik demam rematik, glomerulonefritis akut dan infeksi streptokokus.
Demam rematik adalah penyakit peradangan yang mempengaruhi jaringan ikat
dari beberapa bagian tubuh manusia seperti kulit, jantung, sendi, dll, sedangkan
glomerulonefritis akut adalah infeksi ginjal yang mempengaruhi terutama bagian
glomerulus ginjal (Mascia Brunelli S.p.A. 2015).

Titer ASO yang lebih dari 200 IU / ml dengan metode uji lateks dianggap
sebagai titik screening. Peningkatan titer ASO mendukung tetapi tidak
membuktikan diagnosis demam rematik. Titer tinggi palsu ASO dapat dilihat pada
kondisi yang berhubungan dengan hyperlipedemias seperti hati, obstruksi
empedu, nephrosis dan myeloma karena monoclonal immunoglobulins. Selain
itu, titer streptokokus bervariasi sesuai dengan sejumlah faktor, termasuk usia dan
status sosial ekonomi populasi (Dr Lalit Une,dkk. 2013).

ASO titer perlu disesuaikan dengan pola epidemiologi yang ada. Dalam negara
maju, dimana kejadian impetigo yang disebabkan oleh Streptokokus Grup A jarang
terjadi, titer pada orang sehat menunjukkan angka yang rendah pada anak usia dini, naik
ke puncak pada anak usia 5 sampai 15 tahun, penurunan pada akhir remaja dan dewasa
awal. Sebaliknya, pada populasi dengan tingkat impetigo tinggi, titer anti-streptokokus
sering sangat tinggi, terutama pada anak-anak. Dikarenakan ASO berlangsung selama 4
sampai 6 bulan, ada kemungkinan bahwa orang yang sehat di daerah endemik mungkin
memiliki titer tinggi terus-menerus karena paparan berulang. Dengan demikian
perlu untuk mengumpulkan data dalam populasi masing-masing untuk interpretasi yang
lebih tepat. (Dr Lalit Une,dkk. 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Abdulbaset M.E. Abusetta,dkk. 2014. Detection of Anti-streptolysin O antibodies
among Rheumatic fever patients in Tripoli. [online] tersedia :
http://www.sciencepub.net/newyork/ny0702/010_23156ny070214_73_76.pdf
(Diakses: 28 Januari 2020 ; 15:47)

Alexandre B. Merlini,dkk. 2014. Prevalence of Group A Beta-Hemolytic

Streptococcus Oropharyngeal Colonization in Children and Therapeutic

Regimen Based on Antistreptolysin Levels: Data from a City From Southern

Brazil [online] tersedia : http://benthamopen.com/contents/pdf/TORJ/TORJ-

8-13.pdf (Diakses : 28 Januari 2020 ; 16:13)

Dr Lalit Une,dkk. 2013. Epidemiology of streptococcal infection with reference to

Rheumatic fever. [online] tersedia: http://www.ijmrr.in/~AuthorUpload/24PA.pdf


(Diakses : 28 Januari 2020 ; 22:21)

Mascia Brunelli S.p.A. 2015. Qualitative determination of Anti-streptolysin or

(ASO). [online] tersedia : http://www.biolifeitaliana.it/public/cartellina-

allegati-schede-certificazioni/schede-tecniche-inglese/TS-UA80315.pdf

(Diakses : 28 januari 2020 ; 22:23)

Anda mungkin juga menyukai