Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DEMAM TIFOID DAN PASIEN KUNJUNGAN


PUSKESMAS DARUL IMARAH ACEH BESAR

Oleh:

Luzvia Magfirah, S.Kep


2212501010177

Pembimbing :
Ns. Nevi Hasrati Nizami, S. Kep., M.Kep

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


STASE KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
DEMAM TIFOID

A. Definisi

Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut

yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam

lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan

keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella

typhi (Birkhold, 2020)

Menurut Sumiati, A. (2022), Demam thypoid adalah infeksi sistemik

yang disebabkan oleh Salmonella typhi, biasanya disebabakan oleh

makanan atau air yang terkontaminasi. Demam tifoid penyakit infeksi

bakteri yang menyerang sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh

Salmonella typhi dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran. (Widyawati, 2022).

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid adalah penyakit infeksi

akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau

Salmonella paratyphi A, B dan C. Penularan emam tifoid melalui fecal

dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan

minuman yang terkontaminasi

B. Etiologi

Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman


Salmonella typhi (WHO, 2018). Salmonella enterica serotype typhi

adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang, berflagela yang satu-

satunya reservoar adalah tubuh manusia. Bakteri menyebar dari usus

untuk menyebabkan penyakit sistemik (Ashurst, Truong, &

Woodbury, 2021).

C. Manifestasi Klinis

Demam Tifoid adalah salah satu penyakit menular yang memiliki

gejala nonspesifik (Bhandari et al., 2020), mulai dari gejala ringan

(yang kadang terjadi misdiagnosis), gejala khas hingga gejala berat

yang disertai dengan komplikasi. Gambaran klinis yang didapatkan

juga akan bervariasi yakni berdasarkan daerah serta waktu tertentu.

Tanda dan gejala :

a. Demam (dimulai 7-14 hari setelah menelan organisme)

b. Gangguan pencernaan (enterokolitis setelah 12 jam- 48 jam inokulasi)

c. Hepatosplenomegali

d. Bradikardia relatif
D. Komplikasi

Sebagai suatu penyakit sistemik maka hampir semua organ tubuh dapat

diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. Beberapa komplikasi

yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu (Setiati et al., 2015):

a. Komplikasi intestinal : Perdarahan, perforasi, ileus paralitik, pankreatitis

b. Komplikasi ekstra-intestinal

1) Komplikasi kardiovaskular : gagal sirkulasi perifer, miokarditis

tromboflebitis.

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koagulasi

intravaskuler diseminata (KID), trombosis.

3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis.

4) Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolesistitis.

5) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis.

6) Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondylitis, artritis.

7) Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam tifoid meliputi tiga aspek berikut, yaitu:

1. Istirahat

Bedrest atau berbaring tempat tidur bertujuan untuk mencegah

komplikasi dari demam tifoid. Istirahat yang cukup juga akan

mempercepat proses penyembuhan

2. Diet dan terapi penunjang

Penderita demam tifoid di sarankan untuk mengonsumsi bubur untuk


menghindari komplikasi perdarahan cerna atau perforasi usus. Penderita

juga di anjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan berserat seperti

sayur-sayuran dan buah-buahan

3. Antibiotik

Ada beberapa jenis obat antibiotik yang sering di serapkan untuk

penderita demam tifoid, diantaranya :

1) Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan obat yang masih menjadi pilihan utama

dalam demam tifoid. Dosis yang di berikan yaitu 4 x500 mg per hari

secara oral atau intravena dan di berikan sampai dengan 7 hari bebas

panas

2) Kotrimokrazol

Dosis yang di berikan pada obat ini adalah 2 x 2 tablet yang di

berikan selama dua minggu. Efektifitas obat ini di laporkan hampir

sama dengan kloramfenikol

3) Sefalosporin generasi ketiga

Sefalosporin generasi ketiga yang efektif untuk demam tifoid

adalah saftriason, dengan dosis yang di berikan selama 3-5 hari

4) Azitromisin

Azitromisi mampu membuat konsentrasi antibiotika dalam jaringan

tetap tinggi, wlaupun konsentrasi dalam darah rendah. Antibiotika

akan terkonsentrasi dalam sel, sehingga antibiotika ini ideal dalam

penggunaan pengobatan infeksi salmonella typhi yang merupakan


bakteri intraseluler. Dosis yang di sarankan adalah 2 x 500 mg

5) Ampisilin dan amoxilin

Kedua obat ini memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam

menurunkan demam di bandigkan dengan kloramfenokol. Dosis yang

di sarankan adalah 50-150/kg berat badan selama dua minggu

6) Golongan floroquionolon

Obat golongan ini memiliki beberapa jenis bahan sediaan yaitu

norfloksasin (2 cx 400 mg/hari selama 14 hari), siprofloksasin(2 x 500

mg/hari selama 6 hari), ofloksasin (2 x 400 mg/hari selama 7 hari),

peroflokasin (2 x 400 mg/hari selama 7 hari), dan fleroksasin di

berikan dengan dosis 400 mg/ hari selama 7 hari

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah tepi

Leokopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia

2. Pemeriksaan sum-sum tulang

Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang

3. Biakan empedu

Terdapat basil salmonella typosa pada urin dan tinja. Jika pada

pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil

salmonella typosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-

betul sembuh

4. Pemeriksaan widal

5. Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan


titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan akan dapat tetap tinggi

setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengecek bakteri

Salmonella typhi pada penderita demam tifoid antara lain :

1. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi

bakteri Salmonella typhi yang spesifik dalam darah penderita, sehingga

memungkinkan diagnosis dalam beberapa jam. DNA (asam nukleat) gen

flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam

nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction

(PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.

Metode ini spesifik dan lebih sensitif untuk mendeteksi bakteri yang

terinfeksi dalam darah (Sucipto, 2015).

2. Biakan Salmonella typhi

Biakan Salmonella typhi dari spasimen seperti darah, sumsum tulang,

tinja, urin, dan cairan duodenum. Hasil biakan yang positif memastikan

demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid,

karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor.

3. Tes serologis

Tes serologis merupakan pemeriksaan diagnosis untuk mendeteksi

antibodi terhadap antigen Salmonella typhi dan menentukan terdapatnya

antigen spesifik Salmonella typhi. Tes ini terdiri dari atas tes Widal dan
ELISA (Garna, 2012).

4. Tes Widal

Pada tes widal diambil darah vena sebanyak 3-5 mL. Prinsip

pemeriksaan yaitu terjadi reaksi aglutinasi antara Salmonella typhi dan

aglutinin penderita. Titer aglutinin dinyatakan dengan nilai pengenceran

tertinggi yang masi menunjukkan aglutinasi. Biasanya titer aglutinin O

akan naik lebih dulu dan lebih cepat hilang dibandingkan dengan aglutinin

H atau Vi.

Interprestasi tes widal dinilai berdasarkan kenaikan titer aglutinin

empat kali, terutama aglutinin O atau aglutinin H. penetapan aglutinin O

bervariasi antara titer O > 1/160 sampai > 1/320 atau titer H > 1/800

dengan catatan 8 bulan terakhir tidak mendapatkan vaksinasi atau sembuh

dari sakit demam tifoid.

5. Tes ELISA

Pemeriksaan enzyme linkage immunosorbent assay (ELISA) dapat

menentukan antibodi imunoglobulin M (IgM) maupun imunoglobulin G

(IgG) pada penderita demam tifoid.

Metode ini dilakukan untuk mendeteksi kadar antibodi terhadap

Salmonella typhi. Pada metode ini antigen dimobilisasi terlebih dahulu,

kemudian antibodi primer ditambahkan dalam jumlah berlebih, lalu

ditambahkan enzim yang sudah dikonjugasikan dengan imunoglobulin

antibodi atau antibodi sekunder dalam jumlah berlebih. Kompleks antigen-

antibodi primer dan antibodi sekunder diukur secara fotometrik. Dengan


menggunakan lipopolisakarida sebagai antigen didapatkan sensitivitas

untuk IgM sebesar 69-94%, untuk IgG sebesar 93-95%, sedangkan

spesifitasnya untuk IgM dan IgG masing-masing 94% dan 98%.

Asuhan Keperawatan Demam Tifoid

Pengkajian

a. Identitas klien

b. Keluhan utama

Perasan tidak enak badan , lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang

bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa

inkubas

c. Suhu tubuh

Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3minggu, bersifat

febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Sselama minggu

pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik ntiap harinya, biasanya

menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada

minggu kedua,pasien terus berada dalam keadaan demam.Pada minggu

ketiga,suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir

minggu ketiga.

d. kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa

dalam,yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau

gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan

pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala


lainya. Pada penanggung dan anggota gerak terdapat reseole, yaitu

bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang

ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadangkadang ditemukan

pula bradikardi dan epitaksis pada anak besar.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Mulut Terdapat nafas yang berbautidak sedap serta bibir kering dan

pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan

tepinya berwarna kemerahan,dan jarang di sertai tremor.

2) Abdomen Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismuas),

bisa terjadi konstipasi atau mungkin diare atau normal

3) Hati dan limfe Membesar disertai nyeri pada perabaan

f. pemeriksaan laboratorium

1) pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leokopenia,

limfositosis, relatif pada permukaan sakit

2) darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal

3) biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah

pasien pada minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering

ditemukan dalam feces dan urine

4) pemeriksaan widal untuk membuat diagnisis, pemeriksaan yang

diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen 0, titer yang bernilai

1/200 atau lebih menunjukan kenaikan yang progresif


DAFTAR PUSTAKA

Andayani, & Fibriana, A. (2018). Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas
Karangmalang. Higeia Journal of Public Health Research and Development 2(1), 57-
68.

Bhandari, J., Thada, P. K. and DeVos, E. (2020) Typhoid Fever. Florida: StatPearls.

Birkhold, M., Crump, J., & Marchello, C. (2020). Complications and mortality of
typhoid fever: A global systematic review and meta-analysis. Journal of Infection 81,
902-910.

Handayani, O., & Ulfa, F. (2018). Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagiyanten. Higeia Journal of Public Health Research and
Development,2(2), 227-238.

Mustofa, F., L., et al. (2020). Karakteristik Pasien Demam Tifoid pada Anak dan Remaja
di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Lampung

Rohana (2016) Perbedaan Pengetahuan Dan Tindakan Orang Tua Di Pedesaan Dan
Perkotaan Dalam Pencegahan Demam Tifoid Pada Balita. Https://Repository.
Unair.Ac.Id/40043/3/Halaman%20depan.Pdf

Widyawati (2022) Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Demam Tifoid dengan Cara
Penanganan Demam Tifoid pada Anakwilayah Kerja Puskesmas Birobuli Kota
Palu. Jurnal Kolaboratif Sains. 5(4) : 209-215

PPNI. (2016a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP

PPNI.PPNI. (2016b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

PPNI. (2016c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.


ANALISA DATA (AN. SS)

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Proses penyakit Hipertermia
Ibu mengatakan : “Badan anak
panas semalam, anak rewel serta
menangis di malam hari”
DO :
1. K/U: lemah
2. Kulit teraba hangat
3. T: 38,2 oC
4. RR: 37 x/menit
5. BB: 6,9 Kg
6. TB: 70 Cm
7. LK: 44
8. LP: 44
9. Lila:15
10. Anak tampak rewel dan menangis

Diagnosa: Hipertermia b.d Prose penyakit


INTERVENSI KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI
HASIL
Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
proses penyakit keperawatan 1x24 jam
diharapkan termogulasi - Identifikasi penyebab
neonatus membaik dengan hiertermia
kriteria hasil: - Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh membaik - Monitor warna dan suhu kulit
2. Suhu kulit membaik - Monitor kadar elektrolit
3. Frekuensi nadimenurun - Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi
akibat hipertermia
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau
lepaskan
pakaian/bedong
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan
eksternal
- Hindari pemberian
antipiretikatau aspirin
- Berikan oksigenasi
- Kolaborasi pemberian cairan
danelektrolit intravena, jika
perlu
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN DI RUANG MTBS

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


Rabu/ Hipertermi berhubungan S:
14/6/2023 dengan proses penyakit Ibu mengatakan : “Badan anak panas semalam,
anak rewel serta menangis semalaman”
9.30 WIB
O:
1. K/U: lemah
2. Kulit teraba hangat
3. T: 38,2 oC
4. RR: 37 x/menit
5. Anak tampak rewel dan menangis

A: Hipertermia

P:
 Identifikasi penyebabhipertermia Monitor
suhu tubuh
 Monitor warna dansuhu kulit
 Monitor haluaran urin
 Sediakan lingkunganyang dingin
 Longgarkan ataulepaskan
pakaian/bedong
 Lakukan pendinginaneksternal
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Kolaborasi pemberianelektrolit intravena

I:
 Mengukur suhu tubuh
 Memonitor warna dansuhu kulit
Menganjurkan pemberian ASI
 Menganjurkan kembali ke MTBS jika
masih demam

E:
 Suhu Tubuh masih 38,3 oC
 Warna kulit kemerahan
 Terasa hangat
 Ibu masih tetap memberikan ASI jikaanak
menangis
 Mendampingi perawat memberi resep
paracetamol
 Sudah menasehati Ibuuntuk kembali 2 hari
lagi jika masih demam
 Telah mengedukasi ibuuntuk melakukan
kunjungan ulang apabila tidak ada
perbaikan.
ANALISA DATA (AN. AH)

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Sekresi tertahan Bersihan jalan
Ibu mengatakan : “Anak saya nafas tidak
batuk dan pilek semenjak 1 efektif
minggu yang lalu”
DO :
1. K/U: Sedang
2. Sputum berlebih
3. T: 36,8 oC
4. RR: 36 x/menit
5. BB: 9,1 Kg
6. TB: 86 Cm
7. LK: 44
8. LP: 42
9. Lila:14

Diagnosa: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi tertahan

INTERVENSI KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI
HASIL
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
tidak efektif b.d keperawatan 1x24 jam - Identifikasi kemampuan
Sekresi tertahan diharapkan bersihan jalan batuk
nafas membaik dengan - Monitor adanya retensi
kriteria hasil:
sputum
1) Produksi sputum menurun
2) Batuk efektif meningkat - Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif kepada orang
tua anak
- Anjurkan Tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi Tarik
napas dalam hingga 3 kali
- Anjutkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik napas
dalam yang ke-3
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu.

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN DI RUANG MTBS

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


Kamis Bersihan jalan nafas tidak S:
15/6/2023 efektif b.d sekresi tertahan Ibu mengatakan : “Anak saya batuk dan
pilek semenjak 1 minggu yang lalu”
11.10 WIB
O:
1. 1. K/U: Sedang
2. Sputum berlebih
3. T: 36,8 oC
4. RR: 36 x/menit

A: Bersihan jalan nafas tidak efektif

P:
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
napas
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
kepada orang tua anak
- Anjurkan Tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
- Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam
hingga 3 kali
- Anjutkan batuk dengan kuat langsung
setelah Tarik napas dalam yang ke-3
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.

I:
 Mengindentifikasi kemampuan batuk
 Mengajarkan teknik batuk efektif
 Mengkolaborasi pemberian mukolitik
 Melakukan pengukuran bb dan tb
pasien
 Menganjurkan kembali ke MTBS jika
masih batuk atau pilek

E:
 Berat badan 9,1 Kg
 Tinggi Badan 86 Cm
 Suhu 36,8 oC
 Lingkar perut: 42
 Lila:14
 Kolaborasi pemberian mukolitik
dilakukan
 Mengedukasi ibu untuk kunjungan
berukang apabila kondisi anak tidak
membaik
 Pasien mendapatkan obat PCT, Metil,
CTM
ANALISA DATA (AN. MN)

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Proses infeksi Diare
Ibu pasien mengatakan : “Anak
saya mengalami diare dan mencret
semenjak 2 hari yang lalu”
DO :
1. K/U: Lemah
2. Defekasi >5kali/24 jam
3. Feses cair
4. T: 36,3 oC
5. RR: 26x/menit
6. BB: 16 Kg
7. TB: 100 Cm
8. Umur: 6 tahun

Diagnosa: Diare b.d proses infeksi


INTERVENSI KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI
HASIL
Diare b.d proses Setelah dilakukan intervensi Manajemen Diare
infeksi keperawatan selama 3 x 24 - Identifikasi penyebab diare
jam, maka eliminasi fekal (mis: obat-obatan, pemberian
membaik, dengan kriteria botol susu)
hasil: - Identifikasi Riwayat
1) Kontrol pengeluaran
feses meningkat pemberian makanan
2) Konsistensi feses - Identifikasi warna, volume,
membaik frekuensi, dan konsistensi
3) Frekuensi BAB feses
membaik - Monitor tanda dan gejala
4) Peristaltik usus membaik hypovelemia
- Berikan asupan cairan oral
(mis: larutan garam gula,
oralit, Pedialyte, renalyte)
- Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
- Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktosa
- Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis:
loperamide, difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian
antispasmodik/spasmolitik
(mis: papaverine, ekstrak
belladonna, mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (mis: atapugit,
smektit, kaolin-pektin)

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN DI RUANG MTBS

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


Jumat Diareb.d Proses infeksi S:
16/6/2023 Ibu pasien mengatakan : “Anak saya
mengalami diare dan mencret semenjak 2
09.15 WIB
hari yang lalu”

O:
- K/U: Lemah
- Defekasi >5kali/24 jam
- Feses cair
- T: 36,3 oC
- RR: 26x/menit
- BB: 18 Kg
- TB: 108 Cm
- Umur: 7 tahun

A: Diare

P:
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Berikan asupan cairan oral
- Anjurkan makan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
- Kolaborasi pemberian obat

I:
- Membantu mengidentifikasi penyebab
diare
- Mengidentifikasi riwayat pemberian
makanan
- Menganjurkan makan pisang untuk
mengatasi diare
- Mendampingi perawat dalam meresepkan
Obat Zinc, Oralit Menasehati kunjungan
ulang 3 hari iika tidak ada perbaikan

E:
 Telah berkolaborasi pemberian oralit dan
zinc
 Ibu mengerti dan akan mencoba
memberikan makanan pisang untuk
mengatasi dare
 Telah mengedukasi ibu untuk melakukan
kunjungan ulang apabila tidak ada
perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai