LABORATORIUM BAKTERIOLOGI
ANALIS KESEHATAN POLKESMAS
PRODI SARJANA TERAPAN (D.IV) TLM
2021
Nilai TTD
PEWARNAAN SPORA METODE KLEIN
I. TUJUAN
Untuk mengidentifikasi spora bakteri dan letak spora pada
bakteri dengan menggunakan pewarnaan spora metode Klein.
II. PRINSIP
Spora bakteri tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa,
diperlukan teknik pewarnaan khusus. Untuk pewarnaan spora,
perlu dilakukan pemanasan supaya zat pewarna karbol fuksin
melewati bias masuk kedalam spora. Pengecatan spora digunakan
untuk mengetahui spora dengan sel vegatatifnya.
V. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan objek glass steril dan bebas lemak
2. Melakukan fiksasi diatas nyala api
3. Diambil satu ose bakteri diletakan ditengah-tengah objek glass
kemudian dibuat sediaan, tunggu sampai sediaan kering.
4. Melakukan fiksasi pada sediaan diatas nyala api
5. Menggenangi dengan Carbol Fuchsin 1% sampai seluruh
sediaan tertutupi
6. Melakukan pemanasan diatas nyala api spirtus sampai keluar
uapnya. Jangan sampai berbuih, didiamkan selama 5 menit
7. Membuang zat warna kemudian dicuci dengan air mengalir.
8. Setelah itu, meneteskan asam sulfat 1% 1 – 2 detik. Lalu cuci
dengan air mengalir.
9. Kemudian, menggenangi dengan Methylene Blue 0,3% selama
2 menit.
10. Cuci dengan air mengalir sampai bersih, keringkan dengan suhu
ruang.
11. Setelah itu, mengamati dibawah mikroskop dengan perbesan
lensa objektif 100X dengan memberikan oil imersi.
VI. HASIL PENGAMATAN
Keterangan:
Ditemukan spora bakteri berwarna merah, dan badan bakteri berwarna
biru.
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa
pewarnaan spora. Spora pada bakteri berbeda dengan spora pada
jamur, pada bakteri sporanya tidak mempunyai fungsi sebagai alat
reproduksi tetapi sebagai perlindungan dari kondisi yang tidak
menguntungkan bagi bakteri tersebut. Endospora bakteri tahan
terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi,
kekeringan, senyawa kimia beracun (desinfektan , antibiotik), dan
radiasi sinar UV. Biasanya bakteri yang membentuk endospora
merupakan fase tidur dari bakteri. Endospora ini mampu bertahan
sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan bagi bakteri.
Tetapi setelah keadaan lingkungan menguntungkan bagi bakteri
maka bungkus spora akan pecah dan tumbuh bakteri.
Pewarnaan spora merupakan pewarnaan yang tidak dapat di
warnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan tekhnik pewarnaan
khusus. Endospora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna
pada umumnya, tetapi sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit
hilang. Pewarnaan yang dilakukan dalam praktikum ini dengan
menggunakan pewarnaan Klein. Pewarnaan Klein merupakan
pewarnaan spora yang paling banyak digunakan dengan
menggunakan pewarna malachite green sebagai pewarna utama
dan karbol fuchsin sebagai pewarna sekundernya
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati endospora
bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan spora
(pewarnaan Klein). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi
kimia yang terjadi daam prosedur tersebut. Dimana zat pewarna
yang digunakan yaitu karbol fukhsin dan pewarna tandingannya
yaitu metilen blue. Penyiapan suspensi bakteri dibuat dengan
mencampurkan campuran biakan bakteri Bacillus subtilis dan NaCl
fisiologis dengan pewarna karbol fukhsin dalam tabung reaksi
dengan perbandingan 1:1. Perbandingan ini agar seluruh bakteri
dapat menyerap zat warna dengan baik. Setelah itu campuran
tersebut dipanaskan dengan suhu 80°C. Bakteri Bacillus subtilis
merupakan bakteri gram positif sehingga untuk mengidentifikasinya
diperlukan pewarnaan diferensial. Tetapi pewarnaan biasa saja
tidak cukup untuk mengidentifikasi B.subtilis yang memiliki
endospora sehingga diperlukan pemanasan. Pemanasan ini
ditujukan untuk meningkatkan daya penetrasi bakteri terhadap zat
warna dengan cara membuka pori-pori bakteri karena bakteri
berspora mempunyai dinding yang tebal dan relatif sukar ditembus
sehingga tidak mudah diwarnai dengan teknik pewarnaan pada
umumnya.
Teknik pewarnaan spora ini disebut juga sebagai pewarnaan
khusus. Selanjutnya dibuat olesan bakteri. Untuk membuat olesan
bakteri, disiapkan kaca obyek yang sebelumnya telah direndam
dengan larutan etanol agar bebas dari lemak. Kaca obyek
kemudian dikeringkan dan bagian bawahnya ditandai dengan
spidol untuk membuat daerah pengolesan. Selanjutnya, digunakan
ose untuk memindahkan bakteri dari tabung reaksi ke atas kaca
obyek. Sebelum ose dicelupkan pada suspense bakteri, terlebih
dahulu ose disterilkan dengan cara memanaskan kawat ose
dengan nyala api. Tujuannya adalah agar tidak ada bakteri
kontaminan yang berasal dari alat-alat yang digunakan. Metode
sterilisasi ini merupakan bagian dari teknik aseptis, yaitu proses
tanpa kontaminasi untuk menjamin preparasi bebas dari mikroba
kontaminan. Teknik ini diterapkan untuk seluruh alat dan bahan
yang digunakan dalam pembuatan preparasi. Setelah ose
disterilkan, ose dibiarkan mendingin dengan bantuan udara. Tujuan
pendinginan ini adalah agar bakteri yang nanti diambil dengan ose
tidak mati karena suhu kawat yang terlalu panas.Setelah ose dan
kaca obyek siap digunakan, dibuat olesan suspensi bakteri dengan
mencelupkan ose pada sampel suspensi bakteri dan
mengoleskannya pada kaca obyek yang sebelumnya telah ditandai.
Proses pembuatan olesan selalu dilakukan di dekat api. Hal ini
bertujuan untuk mencegah adanya bakteri kontaminan selama
proses tersebut. Olesan dibuat tidak terlalu tebal agar bakteri tidak
menumpuk dan agar lebih mudah mengeringkannya. Setelah itu,
kaca obyek difiksasi dengan cara melewatkannya di atas nyala api
sekitar tiga kali. Kaca obyek hanya dilewatkan agar bakteri pada
olesan yang telah dibuat tidak mati karena suhu yang terlalu panas.
Tujuan dari fiksasi ini adalah pelekatan bakteri supaya pada saat
pembilasan, bakteri tersebut tidak ikut hilang terbawa air. Selain itu
fiksasi juga berfungsi untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga
bakteri tidak mengalami lisis dan berubah bentuk pada saat
diamati. Fiksasi dilakukan setelah olesan pada kaca preparat sudah
kering. Jika olesan belum kering akan menyebabkan sel-sel
mikroorganisme yang bersangkutan menjadi tidak beraturan
bentuknya. Setelah preparat difiksasi, preparat tersebut digenangi
larutan H2SO4 1 % selama 2 detik. H2SO4 berperan untuk
mengecilkan kembali pori-pori bakteri agar saat pencucian pewarna
fukhsin tetap terjerap dan tidak luntur. Dalam penambahan H2SO4
ini tidak boleh terlalu lama atau terlalu banyak karena akan
mempengaruhi hasil pengamatan pada mikroskop.
Selanjutnya preparat digenangi pewarna metilen blue
selama 5 menit. Metilen blue berperan sebagai pewarna tandingan
yang akan mewarnai badan vegetative dari bakteri. Badan
vegetatif ini tidak dapat menahan pewarna utama karenaikatannya
tidak kuat sehingga ketika diwarnai dengan pewarna yang
berbedabadan vegetatif tersebut akan menyerap pewarna
tandingan. Setelah 5 menit, pewarna yang berlebih dibuang dan
dibilas dengan air suling secara perlahan kemudian dikeringkang
menggunakan kertas saring. Preparat yang sudah siap
kemudian diamati dibawah mikroskop dan dicari fokusnya
secara perlahan. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran
paling kecil yaitu 10X dan dicoba hingga perbesaran 100x. Dalam
percobaan ini, ditemukan spora bakteri yang berwarna merah dan
badan bakteri berwarna biru.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil
bakteri bewarna biru, spora merah, letak spora terminal.
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga