Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

(Pemeriksaan CRP (C-Reaktif Protein) Metode Kualitatif dan Semi

Kuantitatif)

Nama : Devi Permatasari

NIM : PO714203191040

Kelas : B1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PRODI SERJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN 2021
Hari/Tanggal Praktikum: Kamis, 8 April 2021 (Metode Kualitatif)

Jum’at, 16 April 2021 (Metode Semi Kuantitatif)

Judul Praktikum : Pemeriksaan CRP (C-Reaktif Protein) Metode

Kualitatif dan Semi Kuantitatif

Tujuan : Untuk mengetahui kadar CRP dalam serum yang

menandakan adanya inflamasi.

A. Dasar Teori

CRP merupakan salah satu petanda inflamasi sistemik akut yang

dihasilkan oleh hati dan sering ditemukan banyak penyakit dan berhubungan

dengan kejadian DM dan cardiovascular event, bagaimana mekanisme

sebenarnya belum diketahui secara pasti (Sylvawani M dkk, 2009)

CRP merupakan salah satu biomarker yang berperan sebagai protein

fase akut pada proses inflamasi. Jika pada pasien penyakit jantung koroner

biomarker ini dapat terdeteksi lebih awal maka pemberian terapi dapat segera

diberikan sehingga dapat mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut

(Setiawan I dkk, 2011)

CRP dinamakan demikian karena pertama kali ditemukan sebagai

bahan dalam serum pasien dengan peradangan akut yang bereaksi dengan

polisakarida C (kapsuler) dari pneumococcus. Ditemukan oleh Tillett dan

Francis pada tahun 1930. Pada awalnya diperkirakan bahwa CRP adalah
sekresi patogen seperti meningkatnya CRP pada orang dengan berbagai

penyakit termasuk kanker, namun, penemuan sintesis hati menunjukkan

bahwa CRP adalah protein asli (Arman, 2013)

CRP merupakan salah satu dari beberapa protein yang sering disebut

sebagai protein fase akut dan digunakan untuk memantau perubahan-

perubahan dalam fase inflamasi akut yang dihubungkan dengan banyak

penyakit infeksi dan penyakit autoimun. Pada keadaan-keadaan tertentu

dimana didapatkan adanya reaksi radang atau kerusakan jaringan

(nekrosis), yaitu baik yang infektif maupun yang tidak infektif. Kadar

CRP dalam serum dapat meningkat sampai 1000 kali (Handojo, 1982).

Beberapa keadaan dimana CRP dapat dijumpai meningkat adalah

radang sendi (rheumatoid arthritis), demam rematik, kanker payudara,

radang usus, penyakit radang panggung (pelvic inflammatory disease, PID),

penyakit Hodgkin, SLE, infeksi bakterial. CRP juga meningkat pada

kehamilan trimester akhir, pemakaian alat kontrasepsi intrauterus dan

pengaruh obat kontrasepsi oral. CRP disintesa didalam hati. Peningkatan

sintesa CRP dalam sel-sel parenkim diinduksi oleh interleukin I. CRP

meningkat 1000 kali atau lebih berperan pada imunitas non-spesifik yang

dengan bantuan Ca2+ dapat mengikat berbagai molekul, antara lain fosforol

klorin yang ditemukan pada bakteri atau jamur. Kemudian menggerakkan

sistem komplemen dan membantu merusak organisme patogen dengan

cara opsonisasi dengan meningkatkan fagositas. (Bratawijaya, 1996)


Dalam waktu yang reaktif singkat setelah terjadinya reaksi radang akut

atau kerusakan jaringan. Sintesa dan sekresi dari CRP meningkat dengan

tajam dan hanya dalam waktu 12-48 jam setelah mencapai nilai puncaknya.

Kadar dari CRP akan menurun dengan tajam bila proses peradangan atau

kerusakan jaringan mereda dalam 24-48 jam telah mencapai harga

normalnya kembali.(Handojo, 1982)

Pada penentuan CRP, maka CRP dianggap sebagai antigen yang

akan ditentukan dengan menggunakan suatu antibodi spesifik yang

diketahui (antibodi anti-CRP). Dengan suatu antisera yang spesifik, CRP

(merupakan antigen yang larut) dalam serum mudah dipresipitasikan.

Prosedur Tes CRP dapat dilakukan secara manual menggunakan metode

aglutinasi atau metode lain yang lebih maju, misalnya sandwich

imunometri. Tes aglutinasi dilakukan dengan menambahkan partikel latex

yang dilapisi antibodi anti CRP pada serum atau plasma penderita

sehingga akan terjadi aglutinasi.

Untuk menentukan titer CRP, serum atau plasma penderita

diencerkan dengan buffer glisin dengan pengenceran bertingkat (1/2, 1/4,

1/8, 1/16 dan seterusnya) lalu direaksikan dengan latex. Titer CRP adalah

pengenceran tertinggi yang masih terjadi aglutinasi. Tes sandwich

imunometri dilakukan dengan mengukur intensitas warna menggunakan

Nycocard Reader. Berturut-turut sampel (serum, plasma, whole blood)

dan konjugat diteteskan pada membran tes yang dilapisi antibodi mononklonal

spesifik CRP. CRP dalam sampel ditangkap oleh antibodi yang terikat pada
konjugat gold colloidal particle. Konjugat bebas dicuci dengan larutan

pencuci (washing solution). Jika terdapat CRP dalam sampel pada level

patologis, maka akan terbentuk warna merah-coklat pada area tes dengan

intensitas warna yang proporsional terhadap kadar. Intensitas warna

diukur secara kuantitatif menggunakan NycoCard reader II (Arman, 2013).

B. Prosedur Pemeriksaan

1. Pra Analitik

a. Persiapan pasien

Tidak membutuhkan persiapan yang khusus. Jangan lupa untuk

memberikan identitas pada sampel pasien agar tidak tertukar dengan

pasien lain.

b. Persiapan Sampel

 Menyiapkan Alat & Bahan : Spoit, tourniquet, kapas alkohol,

alkohol swab, tabung reaksi, pipet tetes dan centrifuge

 Mengambil darah vena sesuai yang dibutuhkan

 Memindahkan darah ke dalam tabung melalui dinding tabung

 Sentrifuge sampel selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm

 Mengambil serum pada tabung yaitu cairan yang berwarna kuning

bening yang berada di bagian atas eritrosit. Serum bebas dari

darah, lemak, dan kontaminasi. Serum dapat disimpan pada suhu 1-

8⁰C selama 48 jam jika tidak segera dikerjakan.

 Sampel siap digunakan.


c. Prinsip Pemeriksaan

Tes CRP adalah test aglutinasi slide secara kualitatifdan semi

kuantitatif. Dimana pereaksi mengandung antibody khusus CRP yang

akan bereaksi dengan serum yang mengandung CRP sehingga terjadi

aglutinasi.

d. Persiapan Alat dan Bahan

Alat:

- Tip kuning

- Mikropipet

- Batang pengaduk

- Slide test

- Rotator

- Rak tabung

- Tabung reaksi

- Timer

Bahan:

- Sampel serum

- NaCl 0.9 %

- Reagen:

Reagen Lateks: Mengandung partikel latex berwarna putih yang

dilapisi antibody anti-human C-Reaktif Protein.

Kontrol positif : Mengandung serum positif CRP

Kontrol negative : Mengandung serum yang tidak terdapat CRP


2. Analitik

Cara Kerja:

 Metode kualitatif

1) Reagen CRP dihomogenkan

2) Ditempatkan 1 tetes serum, kontrol positif dan control negative

pada lingkaran reaksi terpisah.

3) Ditambahkan 1 tetes reagen latex disetiap lingkaran reaksi

4) Dihomogenkan menggunakan batang pengaduk

5) Kemudian, menghomogenkan slide dengan rotator atau secara

manual dengan cara Slide dimiringkan secara perlahan kedepan

dan kebelakang selama 2 menit.

6) Slide dibaca setelah inkubasi mencapai 2 menit.

 Metode Semi Kuantitatif

1) Hasil pemeriksaan positif pada Metode Kualitatif dilanjutkan untuk

tes pengenceran terseri (metode semi kuantitatif)

2) Disiapkan 4 tabung masing-masing berisi NaCl 0,9% sebanyak 100

µl

3) Dimasukkan sampel serum darah sebanyak 100µl kedalam tabung

pertama, dan dihomogenkan (Pengenceran 1/2)

4) Dipipet sebanyak 100µl larutan dari tabung pertama kedalam

tabung kedua dan dihomogenkan (pengenceran 1/4)


5) Dipipet sebanyak 100µl larutan dari tabung kedua kedalam tabung

ketiga dan dihomogenkan (pengenceran 1/8)

6) Dipipet sebanyak 100µl larutan dari tabung ketiga kedalam tabung

keempat dan dihomogenkan (pengenceran 1/16)

7) Tiap larutan pengenceran di teteskansebanyak 50µl padalingkaran

slide yang berbeda, serta control negative danpositifsebanyak 1

tetes.

8) Tiaplingkaran slide diteteskan reagen lateks sebanyak 1 tetes, dan

dihomogenkan secara manual.

9) Dilakukan pembacaan setelah 2 menit.

3. Pasca analitik

a. Interpretasi hasil

 Hasil Positif (+) ditandai adanya aglutinasi

 Hasil Negatif (-)


( ) ditandai dengan tidak adanya aglutinasi

 Nilai normal C-RP


C < 8 mg/dl
1) Metode Kualitatif

Hasil : sampel serum negatif C-RP karena tidak terbentuk

aglutinasi

2) Metode Semi Kuantitatif

Hasil negatif karena tidak terbentuk aglutinasi pada lingkaran ½, ¼, 1/8,

dan 1/16.

Penentuan kadar C-RP:

Kadar CRP = 6 /
b. Kelebihan dan Kekurangan Pemeriksaan C-RP

 Kelebihan Metode Kualitatif

 Deskripsi dan interpretasi dari informan dapat diteliti secara

mendalam.

 Dapat diketahui kadar C-RP dalam sampel pada metode semi

kuantitatif

 Pengerjaannya sederhana

 Kekurangan Metode Kualitatif

 Tidak dapat menujukkan kadar C-RP secara pasti dalam sampel

pada metode kualitatif

 Tidak efektif jika ingin meneliti secara keseluruhan

C. Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan C-RP metode kualitatif dapat disimpulkan

bahwa sampel serum yang diperiksa Negatif C-RP yang ditandai dengan tidak

terbentuknya aglutinasi pada sampel. Sedangkan pada pemeriksaan metode

Semi kuantitatif yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel serum

yang diperiksa negatif C-RP karena tidak terbentuk aglutinasi pada sampel,

yang artinya kadar C-RP dalam sampel serum tersebut adalah < 8 mg/dl.
DAFTAR PUSTAKA

Arman. 2013. Pemeriksaan CRP. Online.

http://armantonnynasution.blogspot.com/2013/01/pemeriksaan-crp-c-reaktif-

protein.html

Bratawijaya, KG. 1996. Imunologi Dasar. Edisi ke-5. Balai penerbit FK UI :

Jakarta.

Handojo, indro. 1982. Diktat Kuliah FK Unair Serologi Klinik.Surabaya : Bagian

Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UNAIR

Setiawan I, Wardhani V, Sargono D,2011. Akurasi Fibrinogen dan Hs-CRP

sebagai Biomarker pada Sindrom Koroner Akut. Jurnal Kedokteran

Brawijaya

Sylvawani M, Lindarto D, 2009. Perbandingan Kadar C-Reactive Protein pada

Keturunan Diabetes Melitus Tipe .

Anda mungkin juga menyukai