Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI
PEMERIKSAAN C-REACTIVE PROTEIN (CRP)

Di susun Oleh :
Nama : Aini Rizka Amalia
Nim : 22021150004

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2023
Pukul : 13.00
Tempat : Laboratorium Steril
Hari/tanggal : Kamis, 30 November 2023
Tempat : Laboratorium Steril Lt.3 UMKU
Pembimbing : 1. Okta Yosiana S.tr Kes M.Kes
2. Enjas Fajar,S.Tr.A.K

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu Untuk mendeteksi adanya infeksi kerusakan
jaringan, inflamasi.

II. DASAR TEORI

Protein C-reaktif (bahasa Inggris: C-reactive protein, CRP) adalah


suatu protein yang dihasilkan oleh hati, terutama saat terjadi infeksi atau
inflamasi di dalam tubuh. Namun, berhubung protein ini tidak bersifat
spesifik, maka lokasi atau letak organ yang mengalami infeksi atau
inflamasi tidak dapat diketahui. Pemeriksaan CRP juga telah dikembangkan
menjadi high-sensitivity CRP sehingga dapat digunakan untuk memprediksi
terjadinya penyakit jantung pada masa depan (Mayo dan Lab Prodia, 2013).
Pada pasien penderita penyakit autoimunitas, CRP juga dapat dihasilkan
tubuh dalam jumlah besar, contohnya pada penderita rheumatoid arthritis,
lupus, atau vasculitis.
Pengukuran kadar CRP sering digunakan untuk memantau keadaan
pasien setelah operasi. Pada umumnya, konsentrasi CRP akan mulai
meningkat pada 4-6 jam setelah operasi dan mencapai kadar tertinggi pada
48-72 jam setelah operasi. Kadar CRP akan kembali normal setelah 7 hari
pasca-operasi. Namun, bila setelah operasi terjadi inflamasi atau sepsis
maka kadar CRP di dalam darah akan terus menerus meningkat. Pada
kondisi terinfeksi aktif, kadar CRP di dalam tubuh dapat meningkat hingga
100x kadar CRP pada orang normal sehingga pengukuran CRP sering
digunakan untuk mengetahui apakah pasien dalam kondisi terinfeksi atau
mengalami inflamasi tertentu. Pada saat terjadi infeksi bakteri atau
inflamasi, leukosit akan teraktivasi kemudian melepaskan sitokin ke aliran
darah. Sitokin akan merangsang sel-sel hati (hepatosit) untuk memproduksi
CRP (Gambino, 2007). Pada tahun 2003, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) dan the American Heart Association (AHA)
merekomendasi penggunaan hsCRP untuk memprediksi risiko penyakit
kardiovaskular terutama untuk pasien penderita sindrom koroner akut dan
penyakit koroner stabil

III. PRINSIP
Aglutinasi pasif terbalik dimana latex dilapisi antibodi CRP dan
yang dideteksi adalah antigen CRP dalam serum dengan kadar tinggi,
aglutinasi terlihat dalam waktu 2 menit

IV. METODE
Menggunakan metode Latex Slide Test semi kuantiatif dan
kualitatif.

V. ALAT dan BAHAN


Alat dan Bahan Pemeriksaan C-reactive protein
(CRP)
• Slide hitam
• Batang pengaduk
• Latex (Suspensi polysterin latex)
• Serum probandus
VI. PROSEDUR KERJA
• Reagen dan serum diinkubasi dalam suhu kamar
• Meneteskan 50 µl serum pasien ke dalam lubang slide.
• Kocok reagen latex, kemudian teteskan ke dalam lubang dengan penetes
yang disediakan.
• Mencampur tetesan menggunakan pengaduk untuk memastikan seluruh
lubang test tercampur.
• Memutar test slide, selama 2 menit lihat aglutinasi yang terjadi.
.
VII. HASIL PRAKTIKUM

Kontrol Kontrol (-) Sampel


(+)
Reaksi Aglutinasi Tidak terbentuk Tidak terbentuk
aglutinasi aglutinasi
Hasil Positif Negatif Negatif

Kit CRP Hasil Kuantitatif


VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum Pemeriksaan CRP dilakukan Menggunakan metode semi


kuantitatif dan kualitatif pada pemeriksaan sampel probandus Mr.Y didapatkan
hasil tidak adanya aglutinasi pada kedua metode tersebut yang berarti hasilnya
negatif. Dokter Astrid Wulan Kusumoastuti mengatakan, “Indikasi dilakukannya
tes ini karena adanya kecurigaan inflamasi, baik karena infeksi maupun
noninfeksi. Misalnya, kondisi autoimun seperti rheumatoid artritis atau lupus.”
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum tes CRP. Sebelum tes CRP,
Anda dianjurkan menghindari aktivitas berat seperti latihan angkat beban atau
maraton. Aktivitas tersebut dapat menyebabkan peningkatan kadar CRP di dalam
tubuh. Puasa dapat dilakukan untuk melakukan tes protein C-reaktif sensitivitas
tinggi (hs-CRP).Tes protein C-reaktif sensitivitas tinggi berbeda dengan tes CRP
biasa. Tes hs-CRP umumnya dilakukan untuk memeriksa penyakit jantung.

Masih dilansir dari Healthline, kadar tes CRP di atas angka 10 mg/L memerlukan
pengujian lebih lanjut. Tes lanjutan dapat menentukan penyebab peradangan atau
infeksi di tubuh Anda.
Hasil tes CRP tinggi dapat menunjukkan beberapa kondisi ini:

• Infeksi tulang atau osteomielitis.


• Serangan artritis autoimun.
• Irritable bowel disease.
• Tuberkulosis.
• Lupus atau penyakit autoimun
• Kanker, terutama kanker limfoma.
• Pneumonia atau infeksi lainnya.
Perlu diingat bahwa nilai abnormal tes CRP dapat bervariasi, tergantung dari
laboratorium yang melakukan pengujian.

Umumnya tes CRP merupakan tes dengan risiko sangat rendah. Akan tetapi,
masih ada kemungkinan Anda mengalami efek samping seperti berikut ini:
• Perdarahan berlebihan.
• Pusing atau sakit kepala
• Memar atau infeksi di tempat tusukan jarum

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


hasil sebagai berikut :

• Hasil pemeriksaan CRP pada probandus didapatkan hasil negatif.


X. LAMPIRAN
Alat dan Bahan Pengujian

Mikropipet Tourniquet Spuit 3 cc

Centrifuge alkohol swab yellow tip

Rak tabung dan tabung reaksi

Anda mungkin juga menyukai