Anda di halaman 1dari 31

QC IMUNOLOGI DAN

SEROLOGI
KELOMPOK 9

1. Wulan Permata Sari 21113353140


2. Yuli Fitriana 21113353142
3. Wulan Nur Eva 21113353139
4. Ferdi Sarwoko 21113353116
5. Amalyn Mulya Ulfa 21113353099
Pengenalan PMI Imunoserologi

Bahan Reagen, alat


Kontrol gelas,performa
pengukuran,ketid
akpastian
spesimen
pengukuran
Pengumpulan
pemilihan
Prosdur

SOP
Analytical System

Quality
Laboratory Result
Goal

Quality Control System

3
 
Integritas sampel tentukan keakuratan hasil
laboratorium

Dokumentasi, pengumpulan, penanganan,


transportasi dan penyimpanan sampel yang
baik
Periode mengerjakan QC internal

Minimum 2 level  dalam 24 jam


Frekuensi :
- tiap 8 jam      
- tergantung jumlah tes :         
a. < 50 tes/ hari  ----- 1 level (1x / hr)         
b. 50- 100tes/hari ----- 2 level (1x / hr)          
c. >100 tes / hari  ----- 2 level ( 2 x / hr) Jika  statistik I
QC tidak cukup dpt  menggunakan  spesimen  pasien
Perlu diperhatikan

Petunjuk penggunaan, homogen,


penyimpanan, kadaluarsa, serum
control, kelengkapan kit.
UJI KUALITAS ANTIGEN-ANTIBODI

Sebelum melakukan pemeriksan imunoserologi, hal-hal penting


yang harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan
Antibodi

1. Penggunaannya harus
mengikuti petunjuk
Pabrik
2. Setiap akan digunakan, antigen atau
antibod idalam botol harus dikocok
dahulu dan sesuaikan suhunya
dengan suhu kamar

3. Simpan pada suhu yang


dianjurkan
UJI KUALITAS ANTIGEN-
ANTIBODI
Sebelum melakukan pemeriksan imunoserologi, hal-hal penting yang
harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan
antibodi

04 05 06

Ada beberapa reagen Hindari pembekuan dan Periksa masa


serologik yang tidak pencairan yang kadaluarsanya, jangan
boleh dibekukan. berulang-ulang memakai antigen-
antibodi bila masa
kadaluarsanya
terlampaui
UJI KUALITAS ANTIGEN-
ANTIBODI
Sebelum melakukan pemeriksan imunoserologi, hal-hal penting yang
harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan
antibodi

07 08 09

Untuk menguji Pemeriksaan selalu Jika memungkinkan,


aglutinasi antibodi, dilakukan dengan nyatakan kekuatan serum
gunakan kultur kuman mengikutsertakan kontrol dalam IU
segar dan murni yang beberapa serum kontrol per mL
diketahui reaktifitasnya yang sudah diketahui
reaktifitasnya
UJI KUALITAS ANTIGEN-
ANTIBODI
Sebelum melakukan pemeriksan imunoserologi, hal-hal penting yang
harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan antibodi

10

Setiap batch • Serum kontrol negatif • Serum reaktif yang


pemeriksaan serologis (kontrol spesifIsitas) kuat (control titrasi)
harus diikuti:

• Serum reaktif yang • Titer seluruh serum


lemah (kontrol kontrol harus selalu
sensitivitas) dicatat
QC
IMUNOLO

HIV Rapid test GI DAN


SEROLOGI
 metode : Imunochromatografy Assay
 Sampel : serum atau plasma
 Internal QC ditunjukkan dengan adanya
tanda garis merah pada tanda C sebagai garis
control dan T sebagai garis tes
QC
IMUNOL
HbsAg Rapid test OGI DAN
SEROLOG
I
 metode : Imunochromatografy Assay
 Sampel : serum atau plasma
 Internal QC ditunjukkan dengan adanya
tanda garis merah pada tanda C sebagai garis
control dan T sebagai garis tes
QC
IMUNOL
HbsAb Rapid test OGI DAN
SEROLOG
I
 metode : Imunochromatografy Assay
 Sampel : serum atau plasma
 Internal QC ditunjukkan dengan adanya
tanda garis merah pada tanda C sebagai garis
control dan T sebagai garis tes
IgG DAN IgM Dengue
 metode : Imunochromatografy Assay
 Sampel : serum atau plasma
 Internal QC ditunjukkan dengan adanya tanda
garis merah pada tanda C sebagai garis control
dan T1(IgG) DAN T2 (IgM) sebagai garis tes
Proses Reaksi yg terjadi antara
antigen dan antibodi
QC
IMUNOL
OGI DAN
SEROLOG
Rhematoid
I
Faktor
 Tujuan : Untuk membantu mendiagnosa Rheumatoid Arthritis (RA) secara kualitatif
dan semi kuantitatif pada sampel serum.
 Dasar teori : Rheumatoid Arthritic Factor (RF) adalah pemeriksaan penyaring untuk
mendeteksi adanya antibodi golongan IgM, IgG atau IgA yang terdapat dalam serum
pada penderita artritis reumatoid. Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 – 94% pasien
dengan arthritis rheumatoid. Selain itu, RF bisa didapatkan pada bermacam-macam
penyakit jaringan ikat seperti lupus erythematosus, sklerodema, dermatomiositis serta
pada penyakit TBC, leukemia, hepatitis, sirosis hati, sifilis dan usia lanjut. Pada dugaan
Artritis Reumatoid (AR) pemeriksaan Anti-citrullinated protein antibodies (ACPA)
memegang peranan penting dalam membantu menegakkan diagnosis AR. Pemeriksaan
ACPA meliputi anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP), anti-mutated citrullinated
vimentin (anti-MCV) bersamaan dengan pemeriksaan RF.
Alat dan Bahan :
Alat:
- Rotator - Slide latar hitam - Yellow tip
- Pipet disposible - Rak tabung - Tabung serologi
- Mikropipet - Pengaduk - Tissue
Bahan :
- Serum
- RF Lateks Reagen - Kontrol (+) - Kontrol (-)
- Glycine-NaCL Buffer (saline)

Prosedur kerja :
Pre-Analitik

Persiapan Paisen: Tidak ada persiapan khusus


Persiapan sampel :
 Darah vena diambil sesuai dengan prosedur baku dan dibiarkan membeku
 Disentrifuge untuk mendapatkan serum
 Bila tes akan ditunda sebelum 48 jam serum disimpan di dalam refrigerator suhu 2-8°C, jika akan ditunda lebih dari 48
jam, serum disimpan dalam keadaan beku (-20°C)
 Serum lipemik dan hemolysis tidak dapat digunakan

ANALITIK

Metode kualitatif
• Siapkan reagen kit dan sampel pada suhu ruang
• Tambahkan 40ul sampel dan kontrol negatif dan positif masing-masing 1 tetes pada slide
• Tambahkan reagen RF lateks masing-masing satu tetes pada sampel dan kontrol
• Aduk menggunakan pipit/pengaduk sekali pakai
• Putar slide menggunakan rotator pada 100 rpm selama 2 menit
• Baca dibawah cahaya terang
Prosedur kerja :

Metode semi-kuantitatif
• Tambahkan 40ul dari 9g/l larutan saline ke lingkaran 2,3,4, dan 5.
Jangan sebarkan saline.
• Tambahkan 40ul sampel dan control negative dan positif ke lingkaran
1 dan 2 secara terpisah
• Campur saline dan sampel di lingkaran 2, hindari terbentuknya
gelembung, perlakukan sama ke bahan control
• Pindahkan 40ul dari lingkaran 2 ke saline pada lingkaran 3
• Lakukan seri pengenceran dengan perlakuan yang sama hingga
lingkaran terakhir, buang 40ul pada lingkaran terakhir.
• Dengan menggunakan pipet/ pengaduk, sebarkan sampel yg telah
diencerkan ke seluruh area dari tiap lingkaran dimulai dari lingkaran 5
dan bekerja kebelakang secara teratur hingga sampel pada lingkaran 1.
• Lanjutkan sebagai tes kualitatif dari tahap 3 pada metode kualitatif.
 Pasca Analitik
Pembacaan Hasil :

• Diamati adanya aglutinasi atau gumpalan sebelum 1 menit


setelah rotator berhenti
• Bila terdapat aglutinasi maka mengindikasikan hasil positif
kadar ≥6mg/L
• Bila tidak ada aglutinasi maka mengindikasikan hasil negative
kadar <6mg/L
• Bandingkan hasil sampel dan control, semua hasil yg berbeda
dari hasil control negative dapat diindikasikan sebagai hasil
positif
• Titer serum didefinisikan sebagai pengenceran tertinggi yang
dapat menunjukkan aglutinasi. Titer x sensitivitas reagen
(6mg/L)
QC
IMUNOL
OGI DAN
SEROLOG ASTO
I

 metode : Latex aglutinasi


 Sampel : serum atau plasma
 Internal QC ditunjukkan dengan ada tidaknya
gumpalan/aglutinasi pada serum kontrol.
1. pada serum kontrol negatif tidak terjadi
gumpalan/aglutinasi.
2. Pada serum kontrol positif terjadi
gumpalan/aglutinasi
QC
IMUNOL
OGI DAN
SEROLOG CRP
I
 metode : Latex aglutinasi
 Sampel : serum atau plasma
 Internal QC ditunjukkan dengan ada tidaknya
gumpalan/aglutinasi pada serum kontrol.
1. pada serum kontrol negatif tidak terjadi
gumpalan/aglutinasi.
2. Pada serum kontrol positif terjadi
gumpalan/aglutinasi
QC
IMUNOL
OGI DAN
WIDAL
SEROLOG
I
 metode : reaksi aglutinasi antigen dan
antibodi
 Sampel : serum atau plasma
 Internal QC ditunjukkan dengan ada tidaknya
gumpalan/aglutinasi pada serum kontrol.
1. pada serum kontrol negatif tidak terjadi
gumpalan/aglutinasi.
2. Pada serum kontrol positif terjadi
gumpalan/aglutinasi
VDRL
 Tujuan : Untuk mengidentifikasi adanya antibodi yang terdapat didalam serum/plasma
pada penderita syphilis atau dengan penyakit treponema yang lain.

 Dasar teori :
Sifilis adalah salah satu jenis infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.
Bakteri ini menyebabkan infeksi jika masuk ke tubuh melalui luka terbuka di kulit atau lapisan dalam yang
terdapat pada kelamin. Sifilis paling sering menular melalui hubungan seksual, namun bisa juga tertular
dari ibu hamil ke bayinya. Jika tidak ditangani segera, sifilis bisa menyebabkan kerusakan pada otak,
jantung, dan pembuluh darah. Selain itu, sifilis juga bisa menyebabkan kebutaan, kelumpuhan, hingga
kematian. Apabila terjadi pada ibu hamil, sifilis bisa menyebabkan bayi lahir tidak normal, bahkan
kematian saat lahir. Karena itu, penting bagi orang yang berisiko tinggi terkena sifilis untuk menjalani
deteksi dini, mengingat tingkat akurasi skrining sifilis tahap awal bisa mencapai 75% hingga 85%.
Treponema pallidum memiliki tahap infeksi klinis yang diklasifikasi sebagai berikut : primer, sekunder,
laten dini, sifilis laten dan tersier. Sifilis primer ditandai adanya ulkus genital yang berkembang dalam 9-90
hari (rata-rata 21 hari) sejak awal infeksi. Apabila tidak diobati maka akan berkembang menjadi sifilis
sekunder. Sekitar 50% dari kasus sekunder tidak diobati akan berkembang menjadi infeksi laten. Sekitar
sepertiga dari kasus infeksi laten yang tidak dioabati akan maju ke sifilis tersier.
Alat dan Bahan :
Alat :
 - Rotator - Slide - Yellow tip
 - Mikropipet - Pengaduk - Tissue
Bahan :
 Serum (bila tidak segera diperiksa maka serum dapat disimpan pada suhu 2-8ºC sampai 24 jam
atau -20ºC sampai 4 minggu
 Antigen VDRL berupa suspensi keruh atau berupa mikropartikel karbon mengandung EDTA ,
choline chloride dan merthiolate
 Kontrol serum positif
 Kontrol serum negatif

Prosedur kerja :
Pra Analitik :
 Mempersiapkan sampel Serum/Plasma yang akan di uji.
 Biarkan semua reagen dan sampel pada suhu ruang
Prosedur Kerja
Analitik

A. Uji Kalititatif
 Teteskan 1 tetes sampel (pipet disposibel) kedalam lingkaran kartu tes
 Ratakan serum/plasma menyebar keseluruh permaukaan lingkaran dengan menggunakan ujung
pipet disposibel
 Homogenkan carbon dalam botol dan masukkan dalam botol tetes yang disediakan
secukupnya. Buang tetesan pertama yang keluar dari botol tetes, kemudian teteskan 1 tetes (16-
18 ul) Antigen carbon kedalam sampel. Jangan campur/aduk antigen dengan sampel.
 Letakkan kartu tes pada rotator dan set pada 100 rpm selama 8 menit.

Prosedur kerja :
Pasca Analitik :
 Interpretasi hasil
• Reaktif : Jika terjadi flokulasi (ada gumpalan-gumpalan hitam)
• Non Reaktif : Jika tidak terjadi flokulasi
Kesalahan sistematik dan acak Pemeriksan imunoserologi
DAFTAR PUSTAKA
• Siregar, Maria.dkk. 2018. Bahan Ajar Teknologi
Laboratorium Medik (TLM) Kendali Mutu.
BPPSDMK Kemkes.
• https
://pdfcoffee.com/laporan-praktikum-serologi-as
o--
pdf-free.html
• Buku penuntun praktikum imunologi dan
serologi
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai