Anda di halaman 1dari 27

PMI

Imunoserologi
• Unsur penting dalam menjaga keseragaman dalam hasil
laboratorium adalah standar opersional prosedur (SOP) yang
merinci semua tahap prosedur laboratorium (termasuk
tindakan pencegahan keselamatan) dan digunakan oleh
semua petugas dilaboratorium. SOP ini harus mencakup
instruksi untuk mengumpulan, trasport dan penyimpanan
spesimen. Selain itu untuk menyiapkan, menyimpanan
reagen dan melakukan tes. Bahan kontrol dan kalibrator
yang digunakan harus terdaftar. Selain itu SOP bersisi
petunjuk untuk penggunaan bahan kontrol atau kalibrator
dan intruksi perbaikan jika terjadi hasil out of control.
• Tujuan dari PMI imunoserologi adalah untuk
meningkatkan kualitas hasil pada pemeriksaan
laboratorium bidang imunoserologi, sehingga dapat
dibuat interpretasi klinik yang sesuai berdasarkan
hasil laboratorium tersebut. PMI dalam bidang
imunserologi memilki tantangan karena kompleksitas
dari setiap metode imunoserologi. Variabilitas ini
ditimbulkan dari berbagai tahapan, termasuk sumber
antigen, antibodi yang dideteksi, sistem deteksi
antibodi, konjugasi dan variasi metodologi
• Dalam pemeilihan metode imunoserologi
setiap laboratorium harus memperhatikan
beberapa faktor diantaranya akurasi,
spesifisitas, sensitivitas, presisi, biaya dan
kemudahan prosedur.
• Spesifisitas klinis metode imunoserologi dapat
dievaluasi dengan menguji sampel negatif dan
sampel yang mengandung zat yang mungkin
menyebabkan gangguan. Sensitivitas klinis
metode imunoserologi dievaluasi dengan
membandingkan dengan metode lain atau
metode gold standar. Dimana hasil
pemeriksaan harus dapat membedakan antara
normal dan abnormal
• Banyak faktor yang mempengaruhi presisi,
yang sering diabaikan pada pemeriksaan
imunoserologi adalah penambahan
pengenceran. Jika semua variabel lainnya
konstan, uji ini cenderung menjadi kurang
tepat karena ukuran kenaikan pengenceran
meningkat. Misalnya, pengenceran empat kali
lipat akan kurang tepat apabila dibandingkan
dengan pengenceran dua kali lipat
• PENGUMPULAN SPESIMEN
• Darah yang lisis tidak cocok untuk pemeriksaan imunoserologi. Selalu
dianjurkan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan hemolisis.
Spesimen mengandung yang presipitat harus disentrifugasi sebelum
pengujian. Penyebab hemolisis yang dapat dihindari :
• 1. Pengambilan sampel darah melalui jarum suntik yang terlalu kecil
• 2. Memaksakan pengisapan darah di spuit selama pengumpulan darah
• 3. Guncangan darah yang kuat dari spuit, terutama melalui jarum
• 4. Sentrifugasi spesimen darah dengan kecepatan tinggi sebelum
pembekuan
• 5. Pembekuan dan pencairan darah
• 6. Tabung kotor mengandung sisa deterjen
• 7. Air dalam semprit atau tabung
• Kinerja pemeriksaan dipantau dengan bahan
kontrol. Serum antigenik yang diketahui
jumlah antibodinya tersedia dan digunakan
secara rutin. Beberapa bahan kontrol tersedia
secara komersial. Umumnya dalam volume
kecil, dan tersedia sebagai komponen dalam
kit tetapi dimaksudkan untuk digunakan hanya
untuk kit tersebut
Bahan kontrol
• Secara umum setiap prosedur pemeriksaan harus memiliki
serum kontrol normal (negatif), serum kontrol positif kuat, dan
serum kontrol positif lainnya yang reaktif pada konsentrasi
kritis (borderline positive). Bahan kontrol dengan konsentrasi
analit yang rendah harus disertakan. Bahan kontrol yang
direkomendasikan oleh produsen tes tertentu harus selalu
digunakan. Serum yang digunakan sebagai bahan kontrol harus
distandarisasi oleh standar internasional. Bahan kontrol yang
termasuk dalam kit komersial tidak dikalibrasi satu sama lain
dan seringkali tidak boleh saling dipertukarkan. Pembekuan
dan pencairan ulang bahan kontrol harus dihindari.
• Beberapa pabrik memproduksi bahan kontrol
dengan rentang target yang relatif lebar. Untuk
menentukan rentang nilai QC permulaan
dengan reagen tersebut, rentang nilai dari
pabrik harus dibagi 6 untuk memperkirakan
simpangan baku, jika tidak rentang nilai
tersebut menjadi terlalu lebar.
• validasi prosedur dan reagen imunoserologi yang
dapat dilakukan dengan :
• 1. Harus memiliki proses verifikasi kinerja
prosedur yang tepat.
• 2. Harus memiliki proses verifikasi bahwa reagen
akan bereaksi positif dengan zat yang diuji.
• 3. Harus memiliki proses verifikasi bahwa reagen
tidak akan bereaksi jika tidak ada zat yang diuji.
• Prosedur umum PMI imunoserologi dilakukan sebagai berikut:
• 1. Pemilihan bahan kontrol yang sesuai
• 2. Uji bahan kontrol dalam 20 pengujian dicoba terpisah
• 3. Tentukan mean (nilai target) dan standar deviasi (SD) dari
bahan kontrol

• 4. Buat diagram kontrol Shewart dengan mean dan ±1SD, ±2SD


dan ±3SD sertakan bahan kontrol di setiap uji coba berikutnya
dan plot hasilnya pada diagram kontrol
• 5. Penentuan validitas masing-masing uji yang dijalankan
dengan menerapkan aturan Westgard.
• A. UJI KUALITAS ANTIGEN-ANTIBODI
• Sebelum melakukan pemeriksan imunoserologi berikut adalah hal-hal
penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan
antibodi :
• 1. Penggunaannya harus mengikuti petunjuk pabrik.
• 2. Setiap akan digunakan, antigen atau antibodi dalam botol harus
dikocok dahulu dan sesuaikan suhunya dengan suhu kamar.
• 3. Simpan pada suhu yang dianjurkan.
• 4. Ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan.
• 5. Hindari pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.
• 6. Periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai antigen-antibodi bila
masa kadaluarsanya terlampaui.
• 7. Untuk menguji aglutinasi antibodi, gunakan kultur kuman
segar dan murni yang diketahui reaktifitasnya.
• 8. Pemeriksaan selalu dilakukan dengan mengikutsertakan
beberapa serum kontrol yang sudah diketahui reaktifitasnya.
• 9. Jika memungkinkan, nyatakan kekuatan serum kontrol
dalam IU per mL.
• 10. Setiap batch pemeriksaan serologis harus diikuti:
• • Serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas)
• • Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitivitas)
• • Serum reaktif yang kuat (control titrasi)
• • Titer seluruh serum kontrol harus selalu dicatat
• Pengujian kulitas antigen dan antibodi dapat dilakukan, dengan beberapa uji yaitu :
• 1. Uji Kualitas Antigen
• • Uji biokimia

• Uji antigen dari kuman hidup (mikrobiologi) dengan tabel yang sesuai.
• • Uji fisik-kimia

• Uji antigen dengan hapusan untuk mendapatkan kuman yang spesifik.


• • Uji aglutinasi

• Uji antigen dengan antisera polivalen, kemudian antisera univalen untuk mendapatkan antigen yang sesuai.
• • Uji titrasi

• Uji antigen dengan antibodi yang sudah standar dan nilai cut-offnya sudah diketahui pada suhu, pH dan waktu
yang tertentu. Bila ada titer aglutinasi positif (+) yang berada di bawah nilai cut-off, maka berarti ada
kontaminasi dan antigen harus dibuang.
• • Uji kemurnian

• Uji antigen secara aglutinasi dengan berbagai antibodi untuk melihat adanya reaksi silang. Bila ada lebih dari
satu reaksi yang positif, berarti ada reaksi silang.
• • Uji binatang percobaan

• Uji yang biasanya digunakan untuk penelitian, untuk mengetahui respon tubuh terhadap antigen
• Uji kualitas antibodi:
• • Uji aglutinasi
• Uji antibodi dengan antigen standar pada suhu, pH dan waktu tertentu. Bila reaksi
aglutinasi positif, berarti antibodi tersebut spesifik.
• • Uji titrasi

• Uji antibodi dengan menggunakan antigen standar yang nilai cut-offnya sudah
diketahui. Pengujian ini digunakan untuk memastikan tidak adanya antibodi yang non
spesifik. Bila ada titer aglutinasi positif (+) yang berada di bawah nilai cut-off, maka
berarti ada kontaminasi.
• • Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCI 0,9%

• Pengujian ini untuk meyakinkan bahwa antibodi spesifik terhadap satu macam antigen
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
IMUNOSEROLOGI KUALITATIF
• 1. Metode Aglutinasi
• Reaksi aglutinasi sangat sensitif dan relatif muddah untuk
dilakukan. Mekanisme terjadinya reaksi aglutinasi adalah
reaksi antara antigen dengan salah satu reseptor pengikat
yang terdapat pada antibodi. Untuk memantau performen
pemeriksaan imunoserologi metode aglutinasi dapat
dilakukan menggunakan bahan kontrol. Pada umumnya
produsen telah menyediakan panel serum yang
mengandung antigen dan serum yang mengandung
sejumlah antibodi yang telah diketahui dan harus dikerjakan
secara rutin ketika pemeriksaan terhadap sampel dilakukan
• 2. Metode Tes Rapid
• Pada metode rapid tes terdapat dua macam kontrol yang dapat
digunakanan yaitu :
• a. Kontrol internal
• Setiap reagen rapid mempunyai kontrol internal yang menyatu dengan
alat. Kontrol internal pada strip bervariasi tergantung pabrik yang
memproduksi sehingga penjelasan dari pabrik pada kit insert harus
dibaca dan dipahami mengenai fungsi kontrol internal yang dipakai.
Kontrol internal harus dievaluasi daIam setiap kali penujian. Jika kontrol
internal tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka hasil
pemeriksaan pasien adalah invalid, tidak boieh dilaporkan dan harus
diulang. Jika hasii invalid terjadi 2 kali, maka kontrol eksternal harus
dievaluasi sebelum mengulang pemeriksaan yang ke tiga.
• b. Kontrol eksternal
• Kontrol ini merupakan material kontrol yang telah diketahui reaktif
dan non reaktif yang disediakan dalam setiap kit atau bisa dibeli
secara terpisah dari pabrik tertentu. Kontrol eksternal merupakan
sampel pengganti yang digunakan untuk mengevaluasi integritas dan
sistem dan mengetahui apakah petugas laboratoium melakukan
pemeriksaan dengan benar. Pemeriksaan kontrol eksternal dengan
hasil invalid atau mencurigakan harus dilakukan untuk menemukan
apakah masalah yang terjadi berasal dari prosedur pemeriksaan yang
tidak tepat atau sesuatu terjadi pada spesimen. Kontrol positif dan
negatif harus diuji jika terjadi dua hasil invalid berturut-turut pada
seorang pasien. Jika hasil kontroi eksternal valid, masalah mungkin
disebabkan oleh substansi yang mengganggu spesimen.
• Penggunaan kontrol eksternal direkomendasikan untuk
dilakukan pada kondisi berikut:
• 1) Setiap pergantian petugas atau petugas yang baru
melakukan pemeriksaan
• 2) Jika membuka lot kit baru, ketika menerima kiriman
kit baru meskipun dengan nomor lot yang sama
dengan yang sedang digunakan.
• 3) Jika temperatur area pemeriksaan diluar yang
diinstruksikan oleh pabrik
• 4) Secara periodik dengan interval tertentu
• Jika kontrol eksternal memberikan hasil tidak benar,
pemeriksaan sampel pasien tidak boleh dilakukan
dan tidak satupun tes yang dilakukan sejak
pelaksanaan kontrol dengan hasil benar yang
terakhir dianggap valid sampai penyelesaian
masalah dilakukan untuk menentukan sumber
masalah. Jika reagen atau kit dinyatakan
bermasalah, setiap orang yang telah diperiksa sejak
kontrol terakhir tersebut harus dipanggil ulang
untuk pemeriksaan ulang.
• PMI imunoserologi kuantitatif biasanya diiakukan dengan tiga
jenis konsentrasi bahan kontrol karena kurva imunoassay
dosis-respon tidak linear dan membutuhkan banyak kalibrator.
Penggunaan dua jenis bahan kontrol (normal dan abnormal)
sering tidak memadai untuk diterapkan. Penggunaan tiga
bahan kontrol dapat meningkatkan sensitivitas dari prosedur
QC terhadap meningkatnya kesalahn analitik. Namun, dalam
situasi tertentu, penggunaan dua bahan kontrol sudah
memadai. Pemeriksaan tiga jenis bahan kontrol dibutuhkan
untuk mendapatkan hasii QC analit yang memuaskan pada
sistem otomatik. Sebagian besar sistem otomatik stabil dalam
operasi rutin
• Jika kontrol dari lab menunjukkan pergeseran,
material kontrol dari pabrik dapat membantu
menentukan apakah terdapat masalah
kalibrasi atau masalah dari matriks kontrol
multilevel
• PMI imunoserologi kuantitatif dilakukan
dengan kartu control Shewhart, dan
penggunaan metode statistik untuk
interpretasi
Kesalahan sistematik dan kesalahan acak pemeriksaan
imunoserologi
Sumber variasi Kesalahan sistemik Kesalahan acak

volume Kemunduran fungsi mikropipet setelah kalibrasi Penggunaan pipet

waktu Waktu inkubasi melebihi prosedur dari pentunjuk Variasi waktu inkubasi
produsen

suhu Perbedaan suhu di area laboratrium Fluktuasi suhu inkubator

pembacaan penerangan yang kurang menyebabkan kesalahan Variasi pembaca


pembacaan hasil

operator Operator secara konsisten melakukan pengujian Variasi pemeriksa


dengan cara tertentu berbeda dengan operator lain
tapi masih mengikuti instruksi kit reagen.

Batch reagen Satu lot reagen yang menunjukan hasil yang berbda Variasi batch
karena pengaruh penyimpanan dan trasport yang
buruk
• Metode QC seharusnya ditentukan berdasarkan
penampilan dari setiap parameter. Untuk
membuat metode QC yang sesuai untuk setiap
parameter, pertama kali harus ditentukan kualitas
standar yang harus dipenuhi oleh parameter
tersebut. Hal tersebut bisa diperoleh dengan
melihat total error allowable (TEa) yang telah
didokumentasikan oleh CLIA. TEa merupakan
kesalahan atau penyimpangan (TE) maksimal yang
masih bisa ditoleransi, yang dianggap tidak
menggangu suatu keputusan klinik.
• Laboratorium harus mengetahui presisi dan
akurasi dengan cara menghitung CV dan bias dari
setiap parameter. Setelah mengetaui TEa, CV dan
bias dari setiap parameter, akan sangat berguna
bagi setiap laboratorium untuk mengetahui
sigma-metric dari proses pemeriksaan yang
memberi informasi apakah penampilan metode
permeriksaan yang dilakukan memenuhi kualitas
yang ditentukan. Jumlah ketidaksesuaian dalam
satu juta kemungkinan, dinyatakan dengan DPM
(defect per million).
• Sigma metric akan memberi gambaran jumlah
prosedur QC yang dibutuhkan oleh setiap
parameter. Jika CV dan bias rendah, sigma
metric akan tinggi dan hanya dibutuhkan
prosedur QC minimal, namun jika CV dan bias
besar, penampilan metode buruk dan
membutuhkan lebih banyak prosedur QC.
• Sigma = ( %TEa – % Bias) / %CV

Anda mungkin juga menyukai