Anda di halaman 1dari 12

SPERMA ANALISA

TUJUAN :
Untuk menganalisa pemeriksaan semen (seperti: volume, warna, bau,
konsistensi, dll) dan karakteristik morfologi/kemampuan fungsional dari
konstituen spermatozoa, dengan memperhatikan kualitas stabilitas semen.
Analisa sperma umumnya digunakan untuk studi infertilitas, studi postvasektomi,
diagnosa azoospermia, oligospermia dll.

PRINSIP PEMERIKSAAN :
Secara Makroskopis : warna, bau cairan semen diamati serta dilakukan
pengukuran liquefaksi, pH, viskositas dan pengukuran volume dilakukan paling
akhir minimal setelah proses pemeriksaan motilitas dilakukan (untuk mengurangi
resiko kontaminasi dari tabung kerucut/gelas ukur dengan mengestimasi
banyaknya sperma yang telah digunakan).
Secara Mikroskopis : Aduk cairan semen secara perlahan sampai homogen dan
amati adanya spermatozoa, motilitas, aglutinasi, dan jumlah spermatozoa.
Setelah dibuat pengecatan preparat amati marfologi, leukosit serta viabilitas
spermatozoa

METODE : Makroskopis dan Mikroskopis


METODE REFERENCE: -

SAMPEL :
Jenis : Cairan semen (mani/ejakulat)
Jumlah : Semua ejakulat yang dikeluarkan (tidak boleh ada yang tumpah)
Stabilitas : Dalam 1 jam pada suhu kamar sejak dikeluarkan, dengan puasa
seksual 2-7 hari
Catatan :
Semua persyaratan sampel yang tidak terpenuhi, sebaiknya ditolak kecuali
ada permintaan atau persetujuan dari klinisi/pasien
Untuk hasil azoospermia setelah dilakukan pemutaran >3000g selama 15
menit. Tuliskan pada HPsL di kolom Catatan: dianjurkan untuk dilakukan
pengulangan sampel dengan menggunakan sampel baru, dengan jarak waktu
antara 1 minggu - <3 minggu, kecuali untuk keterangan klinis pasca vasektomi
atau sebelumnya sampel sudah pernah dilakukan pengulangan dengan sampel
baru, maka tidak perlu diberi catatan. Untuk proses pemantauan pengobatan,
jarak waktu pengulangan sample disesuaikan dengan permintaan dokter. Hal-
hal yang perlu diperhatikan pada saat pemeriksaan sperma adalah suhu ruang
kerja > 200 40o C dan kondisi ruang kerja harus bersih, bebas debu serta tidak
menimbulkan bau yang menyengat, contoh: pengharum ruangan, alkohol dan
lain lain. Hal ini dapat mengganggu pemeriksaan motilitas sperma.

REAGEN :
Pengecatan preparat
Giemsa (Romanovsky-Giemsa)
Aquabidest
Metanol p.a
Kertas pH : 6.5 - 10.0 (Katalog: 9543) atau bila pH > 10 pergunakan kertas pH
0-14 (Katalog 1.09533.000.1)
NaCl 0.9%
Larutan pengencer jumlah spermatozoa disiapkan oleh Perbekalan Pusat
Eosin 0.5% disiapkan oleh Perbekalan Pusat

KONTROL : -

KALIBRATOR : -

ALAT :
Kamar hitung Improved Neubauer
Mikroskop
Objek glass
Deck glass 22 X 22 mm
Pipet ukur 5,0 mL
Stop watch
Tabung reaksi
Batang Pengaduk
Gelas ukur / tabung kerucut kaca
Mikro pipet

LANGKAH KERJA/PROSEDUR PEMERIKSAAN


DAN PARAMETER YANG DILAPORKAN
1. DATA SAMPEL
Tuliskan jam pengumpulan, jam penerimaan dan jam pemeriksaan sampel. Cara
pelaporan :
Jam Pengumpulan : 07.30
Jam Penerimaan : 07.40
Jam Pemeriksaan : 08.10
Keterangan : Jam pemeriksaan di catat pada saat mengerjakan pemeriksaan
motilitas
2. TERTAMPUNG
A. Interpretasi hasil
Lengkap : Jika semua sampel tertampung pada wadah.
Tidak Lengkap : Jika tidak semua sampel tertampung pada wadah (tumpah
sebagian)
B. Cara Pelaporan
Tuliskan kondisi dari sampel tersebut
Contoh : Lengkap
3. CARA PENGELUARAN
A. Cara Pengeluaran : Masturbasi, Coitus interuptus, kondom atau lainnya
B. Cara Pelaporan : Tuliskan cara mengeluarkan sperma dari pasien. Contoh :
Masturbasi
C. Catatan : Cara pengeluaran sampel yang dianjurkan adalah masturbasi

4. WADAH (tempat penampungan sample sperma)


A. Wadah : gelas atau plastik disposable yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh TQA Pusat.
B. Cara Pelaporan : Tuliskan tempat (wadah) dari sampel. Contoh : Wadah plastik
yang memenuhi persyaratan untuk sperma
Keterangan : wadah plastik yang distandardisasi oleh T-QA Pusat dan dianjurkan
menggunakan wadah disposable.

5. PUASA SEKSUAL (ABSTINENSIA)


A. Puasa seksual yang dimaksud adalah berapa lama tidak melakukan hubungan
seksual/tidak mengeluarkan sperma atau waktu terakhir sperma dikeluarkan
B. Nilai normal : 2 - 7 hari
C. Cara Pelaporan :Tuliskan berapa hari pasien tidak berhubungan seksual.
Contoh : 3
Catatan :
Bila abstinensia < 2 hari atau > 7 hari, beri catatan di HPsL
Pada saat pasien mimpi basah, berarti pasien tidak dihitung sebagai waktu
abstinensia/puasa seksual (karena ada sperma yang dikeluarkan)

6. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
SEMUA PARAMETER ANALISA SPERMA DIKERJAKAN SETELAH TERJADI LIQUEFAKSI
SEMPURNA
Jika sampai 1 jam belum terjadi liquefaksi sempurna, maka pemeriksaan boleh
dikerjakan, dengan diberi catatan pada HPsL " Pemeriksaan dilakukan pada
sampel yang belum liquefaksi sempurna "
A. VOLUME
Dikerjakan paling akhir dengan memperhitungkan volume sample yang telah
digunakan untuk pemeriksaan.
Nilai Normal : Volume : > 2.0 mL
Cara Kerja : Volume semen diukur dengan menggunakan gelas ukur kaca atau
tabung sentrifuse kaca (dasar kerucut) yang berskala 0,1 mL.
Cara pelaporan : Tulis volume yang ditunjukkan pada tabung kerucut/gelas
ukur kaca dan dinyatakan dalam mL. Contoh : 2.0 mL
Catatan : Jika volume sampel kurang dari 2 mL, disarankan untuk mengulang
penampungan sample (bila memungkinkan). Bila tidak memungkinkan sampel
tetap dikerjakan dan parameter yang diperiksa disesuaikan dengan jumlah
sampel.

B. BAU
Nilai Normal : Bau : Khas
Interpretasi Hasil
Khas : Jika bau seperti bunga akasia
Tidak Khas : Jika bau tidak seperti bunga akasia
Cara Pelaporan : Sebutkan bau dari sampel. Contoh : Khas

C. WARNA
Nilai Normal : Warna : Putih keabu-abuan atau kelabu pucat
Interpretasi Hasil
Putih keabu-abuan/kelabu pucat : jika jumlah spermatozoa normal
Putih Jernih : Jika jumlah spermatozoa sedikit
Coklat : Jika ada eritrosit
Kuning : Jika pasien ikterus atau minum vitamin
Cara Pelaporan : Sebutkan warna dari sampel yang dilihat. Contoh : Putih
keabu-abuan

D. pH
Nilai Normal : pH : 7.2 7.8 (Reff. WHO Ed. 3)
Cara Kerja :
Teteskan setetes sampel diatas kertas pH dan sebarkan secara merata
Setelah 30 detik bandingkan warna yang terjadi dengan kertas standard dari
kertas pH
Baca pH dari sampel tersebut.
Cara pelaporan: Tulis pH yang ditunjukkan oleh kertas pH. Contoh : 7.0

E. LIQUEFAKSI ( PENCAIRAN )
Nilai Normal : Mencair maximal dalam waktu 60 menit
Cara Kerja :
Biarkan sperma dan tunggu sampai terjadi liquefeksi sempurna.
Siapkan stop wacth (jam), tunggu selama 20 menit kemudian homogenkan
sampel dengan cara memutar-mutarkan wadah sampel secara manual untuk
mengurangi kesalahan (jangan diaduk-aduk). Bila diperlukan homogenisasi dapat
dilakukan dengan menggunakan batang pengaduk kaca.
Catatan : homogenisasi sample tidak boleh dilakukan dengan menggunakan
benda tajam/runcing, seperti: tip pipet
Interpretasi Hasil
Normal : Sampel mencair maximal 60 menit
Abnormal : mencair > 60 menit
Cara Pelaporan : Tuliskan waktu lamanya proses pencairan. Contoh : 20 menit

F. VISKOSITAS
Nilai Normal : < 2 cm . Cara Kerja : Viskositas dapat dikerjakan dengan
menggunakan batang pengaduk kaca atau pipet 5.0 mL Dengan pipet 5.0 mL
Sperma yang telah homogen diisap secara perlahan dengan pipet 5.0
Dengan posisi tegak lurus biarkan sperma menetes karena gaya berat . Ukur
panjang dari benang tetesan tersebut. Dengan batang pengaduk Masukkan
batang pengaduk kaca ke dalam wadah sampel Tarik batang pengaduk dan
ukur panjang benang yang terbentuk pada saat batang pengaduk ditarik Cara
pelaporan : Tulis berapa cm benang tetesan yang terbentuk (Lihat pada lampiran
3). Contoh : 1,5 cm Catatan : Jika didapatkan sampel sangat encer, sehingga
tidak terbentuk benang, maka laporkan < 1 cm 7. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Dalam 1 sediaan dapat dilakukan pemeriksaan untuk : Motilitas Aglutinasi
Jumlah perkiraan spermatozoa. Cara kerja : Ambil masing-masing 10 uL sampel
yang sudah homogen dan buat 2 sediaan dalam 1 kaca obyek Tutup masing-
masing sediaan dengan kaca penutup ukuran 22x22 mm atau 20x20 mm,
biarkan 1 menit Cek penyebaran sperma di masing-masing sediaan. Bila
penyebaran sperma sudah tampak merata dalam lapang pandang di masing-
masing sediaan, lihat perkiraan jumlah sperma pada ke-2 sediaan (contoh:
perkiraan jumlah sperma di sediaan 1 dan sediaan 2 tidak boleh berbeda jauh
(Lihat tabel pada lampiran2). Jika terjadi perbedaan jumlah sperma/LP berbeda
jauh, lakukan homogenisasi sample dan ulangi No. 1- 4) Periksa sediaan
dengan pembesaran 400X. Lakukan pembacaan untuk motilitas, pengamatan
terhadap adanya aglutinasi dan pencacahan jumlah spermatozoa. A. MOTILITAS
Kategori hasil : Bergerak cepat dan maju lurus Bergerak lambat atau sulit
maju lurus Bergerak di tempat Tidak bergerak Nilai Normal : A + B : > 50%
dan/atau A : > 25%. Contoh : A = 35% + B = 30% atau A = 30% + B = 10%
Cara Kerja :
Sediaan yang sudah dibiarkan 1 menit
Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 400X
Amati motilitas dari spermatozoa dan cek penyebaran sperma seluruh lapang
pandang untuk memastikan homogenisasi sampel. Hitung motilitas minimal
dalam 200 sperma (semakin banyak sperma yang dihitung semakin baik).
Contoh pemilihan area sepeti pada gambar :

Semua spermatozoa dengan kategori A dan B dihitung terlebih dahulu, baru


kemudian kategori C dan D pada lapang pandang yang sama.
Jumlah spermatozoa untuk semua kategori dihitung sampai mendapatkan
jumlah min. 200 spermatozoa, kecuali bila jumlah spermatozoa sangat sedikit
maka hitung sperma dalam seluruh lapang pandang.
Pemeriksaan dilakukan Duplo dengan membuat 2 sediaan, dan hitung rata-
ratanya
Catatan: Jumlah ke-2 perhitungan tersebut untuk tiap kategori tidak boleh
melebihi selisih yang diperbolehkan (Lihat tabel pada Lampiran 2)
Buat prosentasi tiap kategori dari motilitas spermatozoa untuk masing-masing
sediaan :
% motilitas sperma = Jumlah masing-masing kategori motilitas x 100 %
Total sperma
Contoh : Bila ditemukan 20 sperma D dalam 210 sperma :
% D = 20/210 x 100% = 9.5 %
Cara Pelaporan : Tulis prosentasi untuk masing-masing kategori dan catat pada
lembar kerja ( LKj )
Contoh hasil pembacaan 2 siapan :
Siapan Kategori (%)
ABCD
I 50 20 20 10
II 20 20 30 30
Jumlah 70 40 50 40
Selisih 30 0 10 20
Selisih yang diijinkan (Tabel) 16 12 14 12

Dari data diatas , pada kategori A dan D terdapat perbedaan lebih dari selisih
yang diperbolehkan pada tabel Lampiran 1, maka harus dibuat 2 sediaan baru
dan interpretasikan hasilnya kembali.
Contoh hasil 2 sediaan baru adalah :
Siapan Kategori (%)
ABCD
I 50 20 20 10
II 40 20 30 10
Jumlah 90 40 50 20
Selisih 10 0 10 0
Selisih yang diijinkan (Tabel) 19 12 14 9

Contoh pelaporan :
A : 45 % ( rata-rata dari 50 + 40 )
2
B : 20% ( rata-rata dari 20 + 20 )
2
C : 25% ( rata-rata dari 20 + 30 )
2
D : 10% ( rata-rata dari 10 + 10 )
2

B. AGLUTINASI
Yang disebut aglutinasi adalah spermatozoa motil (sperma yang masih dapat
bergerak) yang saling melekat satu dengan yang lainnya/bergerombol (bisa
kepala dengan kepala, bagian tengah dengan tengah, ekor dengan ekor atau
campuran) di mana dalam 1 gerombol ditemukan minimal 5 spermatozoa yang
bergerak.
Nilai Normal : Negatif
Cara Kerja : Diamati bersamaan pada saat mengerjakan motilitas (Lihat
minimal dalam 10 lapang pandang secara acak).
Interpretasi Hasil
Negatif : Jika tidak ada aglutinasi
Positif (+1) : terdapat 1 2 kelompok
Positif (+2) : terdapat 3 5 kelompok
Positif (+3) : terdapat > 5 kelompok
Cara pelaporan : Negatif atau Positif. Contoh : (+1)

C. KONSENTRASI SPERMATOZOA
Pencacahan jumlah spermatozoa dengan Hemositometer (Tabel Pengenceran).
Jumlah sperma
kotak sedang < 10 sperma 10 40 Sperma > 40 Sperma
Pengenceran Dihitung
25 kotak Dihitung
10 kotak Dihitung
5 kotak
1 : 4 20 8 4
1 : 9 10 4 2
1 : 19 5 2 1
1 : 49 2 0.8 0.4
Pengenceran 1 : 19 biasanya dilakukan sebagai pengenceran awal.
Cara Kerja
Aduk sampel dengan batang pengaduk sampai homogen.
Lakukan pengenceran awal sampel dengan pengenceran 1 : 19
Siapkan bilik hitung Improved Neubauer dan kaca penutup. Kemudian
teteskan sampel yang sudah diencerkan dari salah satu sisi kaca penutup.
Amati penyebaran spermatozoa, bila tidak merata ulangi No. 3. Bila
spermatozoa yang diperoleh terlalu banyak ulangi dengan pengenceran yang
lebih tinggi, dan bila terlalu sedikit ulangi dengan pengenceran yang lebih
rendah.
Hitung semua jumlah spermatozoa.
Bidang yang dipakai adalah kotak besar (tengah) yang terdiri dari 25 kotak
sedang (R).
Perhatikan cara penghitungan sesuai dengan yang tertera pada tabel
pengenceran :
Hitung rata-rata spermatozoa pada kotak sedang (tengah) :

Jika didapat <10 sperma dalam kotak sedang, hitung sperma dalam 25 kotak
sedang atau buat pengenceran baru dengan pengenceran yang lebih rendah,
contoh : 1:9. Jika didapat 10-40 sperma dalam kotak sedang, hitung sperma
dalam 10 kotak sedang Jika didapat >40 sperma dalam kotak sedang, hitung
sperma dalam 5 kotak sedang atau buat pengenceran baru dengan pengenceran
yang lebih tinggi, contoh: 1:49.
Contoh cara pembacaan (untuk menghindari sperma dihitung 2X) : Untuk
kepala yang letaknya menyinggung garis tengah batas pemisah 2 bidang
sebelah kiri dan atas di mana ekornya masih masuk ke dalam kotak pembacaan,
maka sperma harus dihitung. Sedangkan untuk kepala sperma yang
menyinggung garis tengah batas sebelah kanan dan bawah, maka sperma tidak
ikut dihitung.
Perhitungan jumlah spermatozoa dilakukan pada kedua sisi kamar hitung
( atas dan bawah/Duplo ) dan dibuat rata-ratanya serta ditulis di Lembar Kerja
( LKj ).
Untuk menentukan jumlah spermatozoa dalam 106/mL, bagilah jumlah rata-
rata sperma dengan faktor konversi yang sesuai dengan tabel pengenceran
diatas. Untuk melihat perbedaan hasil Duplo dari ke-2 pemeriksaan, gunakan
tabel pada Lampiran 2: Contoh : Jumlah rata-rata spermatozoa pada masing-
masing bilik adalah 247 dan 213.
Jumlah total = 460, selisih = 34.
Selisih yang diperbolehkan berdasarkan tabel harus < 42 perhitungan ini dapat
dilanjutkan jika didapat perbedaan atau selisih lebih dari yang tercantum dalam
tabel, maka perhitungan harus diulang dengan melakukan homogenisasi sampel
terlebih dahulu . Catatan: Jika tidak ditemukan spermatozoa : Buat sediaan
baru dan lakukan pemeriksaan oleh Analis yang berbeda (dengan
mencantumkan min. 2 nama Analis yang mengerjakan pada LKJ). Lakukan
konfirmasi kepada Branch Operation Supervisor terkait. Bila hasil sediaan tetap
tidak ditemukan spermatozoa, putar semua sampel dengan kecepatan > 3000 g
(lihat konversi gavities ke rpm pada Lampiran 1) selama 15 menit
Periksa kembali apakah ditemukan/tidak spermatozoa.
Jika tetap tidak ditemukan (setelah disentrifuge), maka hasil sperma langsung
dikeluarkan sebagai Azoospermia dengan memberikan catatan HPsL : Disarankan
untuk melakukan pengulangan sampel dengan menggunakan sampel baru,
dengan jarak waktu antara 1 minggu - 3 minggu
Laporkan hasil Analisa Sperma sebagai Azoospermia. Untuk status pasien
pasca vasektomi/sebelumnya sudah pernah dilakukan pengulangan dengan
sampel baru, beri catatan pada HPsL : sampel sudah diulang
Tulis :
Pada kolom kesimpulan " Azoospermia"
Di pelaporan makroskopis: konsentrasi dan jumlah ditulis 0 (nol)
Jika setelah disentrifuge didapatkan beberapa spermatozoa, laporkan hasil
sebagai cryptozoospermia dengan catatan pada HPsL: motilitas dan konsentrasi
tidak dikerjakan karena jumlah sperma sangat sedikit (lihat contoh HPsL untuk
cryptozoospermia).
Nilai Normal : > 20 juta /mL
Cara Pelaporan : Sebutkan jumlah spermatozoa yang didapat dari perhitungan
kamar hitung. Contoh (lihat Tabel Pengenceran) :
Pengenceran : 1:19
Rata-rata per kotak sedang : 10 - 40 sperma
Jadi kotak sedang yang dihitung : 10 kotak
Jumlah spermatozoa yang didapat : 162 & 170
Rata-rata jumlah spermatozoa : 166
Lihat faktor pada tabel pengenceran : 2
Jadi konsentrasi spermatozoa : 166 : 2
Konsentrasi spermatozoa : 83 106/mL
Untuk menghitung jumlah, lakukan perhitungan konsentrasi sperma X volume
ejakulat. Contoh :
Konsentrasi sperma = 83 106/mL
Volume ejakulat = 5.0 ml
Jumlah = 83 X 5.0 = 415 106/ejakulat
D. VITALITAS ( VIABILITAS )
Pemeriksaan vitalitas/viabilitas dilakukan jika jumlah spermatozoa yang tidak
bergerak (tidak motil) > 50%
Nilai normal : Vitalitas : > 75%
Cara Kerja (Sediaan basah) :
Campur sampel supaya homogen
Ambil 1 tetes sampel + 1 tetes Eosin 0,5%, aduk rata diatas obyek glass
Tutup dengan kaca penutup dan biarkan selama 30 detik
Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 400X, hitung dalam 200
spermatozoa, kecuali jika jumlah spermatozoa sangat sedikit maka dapat
dihitung dalam 100 spermatozoa/hitung sperma dalam seluruh lapang pandang.
Bedakan sperma yang hidup (tidak berwarna) dengan spermatozoa yang mati
(merah/oranye)
Interpretasi Hasil
Sperma hidup : kepala spermatozoa tidak berwarna / putih
Sperma mati : kepala spermatozoa berwarna merah / oranye
Cara Pelaporan : Tulis prosentasi spermatozoa yang hidup (tidak berwarna).
Contoh :
Jumlah spermatozoa yang hidup = 115 buah
Total prosentasi = 115 x 100% = 57,5%
200
Vitalitas/Viabilitas : 57,5%
Validasi Hasil :
Vitalitas/viabilitas harus A + B + C . Contoh: A = 5%; B = 20%; C = 20%; D =
55%. Jadi Vitalitas/viabilitas minimal jumlahnya tidak boleh kurang dari A + B +
C = 45%

E. MORFOLOGI
Nilai Normal : > 30%
Cara Kerja :
Campur sampel supaya homogen
Buat apusan sampel di atas obyek glass yang benar-benar bersih dan
keringkan di udara (Pembuatan apusan dapat dilakukan bersamaan pada saat
meneteskan sample untuk hitung motilitas).
Buat 2 preparat (untuk duplo ), dengan ketentuan :
Jika konsentrasi (jumlah) sperma > 20 juta /mL, volume yang dipakai untuk
membuat preparat : 5 uL
Jika konsentrasi (jumlah) sperma < 20 juta /mL, * volume yang dipakai untuk
membuat preparat : 10-20 uL Sediaan yang sudah kering, fixasi dengan
metanol p.a Warnai preparat dengan pewarna Giemsa (pengenceran 1
Giemsa : 9 Aquabidest) selama 15-20 menit. (Keterangan: Modifikasi prosedur
dapat dilakukan apabila menggunakan No Katalog/No Lot Reagen yang berbeda
dengan melakukan pemantauan /evaluasi terhadap hasil preparat). Cuci
dengan aquabidest, keringkan diudara Baca dengan pembesaran 1000X
Hitung dalam 200 spermatozoa, kecuali jika jumlah spermatozoa sangat sedikit
maka dapat dihitung dalam 100 spermatozoa/ hitung sperma dalam seluruh
lapang pandang. Laporkan morfologi sperma dalam prosentasi. Validasi Hasil:
Untuk memvalidasi hasil pemeriksaan analisa sperma, hal-hal yang dapat
dilakukan adalah : Kekentalan sperma berkorelasi dengan motilitas. Contoh:
apabila hasil motilitas sperma untuk A dan B tinggi, maka pada makroskopis
sperma tidak mungkin sangat kental atau parameter pH menjadi abnormal.
Bila dalam pemeriksaan Morfologi Sperma ditemukan jumlah Sperma Normal >
30%, ulangi pemeriksaan morfologi untuk memastikan tidak adanya kategori
Sperma Abnormal yang dimasukkan/dihitung sebagai kategori Sperma Normal,
contoh : bentuk Piri/Lepto dibaca sebagai bentuk
Normal. Jika ditemukan morfologi sperma yang meragukan/antara Normal dan
Abnormal, laporkan sebagai sperma Abnormal.
Hasil motilitas sangat berkorelasi dengan hasil morfologi sperma, contoh: bila
motilitas sperma A+B < 50%, maka tidak mungkin hasil morfologi sperma
Normal > 30%.
Perhitungan vitalitas/viabilitas berkorelasi dengan jumlah motilitas, contoh:
untuk hasil motilitas A= 5%, B= 10%, C= 25%, dan D= 60% maka hasil
vitalitas/viabilitas tidak boleh kurang dari 40%.
Interpretasi Hasil
Morfologi (Lihat pada Lampiran)
Normal : kepala, leher dan ekor memiliki bentuk dan ukuran normal (bentuk
lengkap & ukuran normal)
Abnormal : adanya kelainan pada :
Bentuk kepala, meliputi : Kepala : besar, kecil, bentuk lisong/taper, bola
lampu/round, kepala kembar atau bentuk kombinasi, terato (amorf), pin
Bentuk leher/bagian tengah, meliputi : Leher dan ekor membentuk sudut lebih
besar dari 90, ketidaksimetrisan dari bagian tengah sampai kepala, bag.tengah
tipis, bagian tengah membengkak / irreguler/ bengkok, atau kombinasi dari
semuanya.
Kelainan ekor, meliputi : Ekor pendek, ganda, seperti tusuk rambut, patah,
tergulung, lebar tak teratur
Sisa sitoplasma lebih besar dari 1/3 daerah kepala normal
Cara Pelaporan :
Tulis prosentasi dari bentuk morfologi spermatozoa Normal dan Abnormal yang
dilihat dibawah mikroskop (Lihat HPsL terlampir). Contoh untuk pembacaan
sediaan dalam 200 spermatozoa, hasil morfologi :
Normal : 30 sperma 30 /200 X 100% = 15%
Abnormal : 170 sperma 170 /200 X 100% = 85%
Catatan :
Jumlah morfologi Normal dan Abnormal harus 100%
Untuk gambar morfologi dapat dilihat pada buku Sperma dari WHO atau CD
sperma
Morfologi spermatozoa Abnormal cukup ditulis pada LKJ atau dapat dimasukkan
ke dalam hasil apabila diperlukan/ada permintaan dari dokter, contoh :
Piri : 60 60 /200 X 100% = 30%
Lepto : 36 36 /200 X 100% = 18%
Terato : 26 26 /200 X 100% = 13%
Macro : 30 30 /200 X 100% = 15%
Micro : 10 10 /200 X 100% = 5 %
Double : 4 4 /200 X 100% = 2 %
Tail defect : 4 4 /200 X 100% = 2 %
Midpicedefect : 0 0 %
Cytoplasmicdroplet : 0 0 %
Total : 85 %
Keterangan:
Piri adalah spermatozoa yang mempunyai kepala yang memberi gambarann
tetesan air mata dengan ujung yang menitik pada midpiece/berbentuk buah
pear.
Lepto adalah kepala kurus, lebar1/2 dari normal, akrosom tak jelas, memberi
gambaran cerutu
Terato adalah bentuk kepala yang ganjil, permukaan tak rata misalnya seperti
gitar, kacang tanah dan lain-lain, tidak jelas batas akrosom
Macro adalah kepala spermatozoa yang berbentuk oval tetapi ukurannya 25%
lebih besar dari kepala normal
Micro adalah kepala spermatozoa yang berbentuk oval tetapi ukurannya 25%
lebih kecil dari kepala normal
Double adalah spermatozoa yang mempunyai kepala lebih dari satu
Tail defect adalah spermatozoa yang mempunyai ekor pendek (< dari 9x
panjang kepala), ekor bentuk spiral/koil, atau ekor ganda Midpicedefect adalah
spermatozoa dengan midpiece gemuk (> dari lebar kepala), panjangnya <
dari 2 kali panjang kepala dan tidak satu garis dengan sumbu panjang kepala
Cytoplasmicdroplet adanya tetesan sitoplasma yang menempel pada kepala
atau midpiece
F. LEUKOSIT
Sperma biasanya juga berisi sel-sel bukan spermatozoa seperti leukosit.
Nilai Normal : < 1 x 106/mL
Cara Kerja :
Dilakukan bersamaan pada saat pembacaan morfologi sperma.
Hitung leukosit dalam juta/mL, dengan rumus :
Jumlah lekosit = N X S
200
N = jumlah leukosit dalam 200 spermatozoa
S = konsentrasi sperma dalam 106/mL
200 = sesuai dengan jumlah spermatozoa yang dibaca pada saat menghitung
leukosit, contoh: 200 sperma
Cara Pelaporan : Sebutkan jumlah leukosit dalam 106/mL. Contoh : Untuk
menghitung jumlah leukosit dalam 106/mL
N = 3 sel leukosit dalam 200 spermatozoa
S = 45 x 106/mL
Jumlah leukosit = 3 X 45 X 106 / mL
200
Leukosit = 0,7 x 106/mL
Keterangan: Bila ditemukan spermatozoa sangat sedikit, hitung leukosit dapat
dilakukan minimal dalam 100 spermatozoa/hitung sperma dalam seluruh lapang
pandang.
PERFORMANCE REAGEN: -
INTERFERENSI :
Volume sample berkurang karena tumpah, cara pengambilan yang salah
Stabilitas sample
Kualitas sample berhubungan abstinentia/lamanya puasa
Kebersihan ruang kerja
Pembacaan sebelum liquefaksi sempurna
Kontaminasi sample
Homogenisasi sample
Jenis penampungan/wadah sample
Kualitas dan proses pewarnaan
Kualitas mikroskop
Kompetensi Analis

TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PERINGATAN : -


FAKTOR KONVERSI : -

NILAI RUJUKAN : Lihat pada masing-masing parameter

INTERPRETASI HASIL :
Penilaian berdasarkan 3 parameter yaitu motilitas, konsentrasi (jumlah), dan
morfologi spermatozoa
Normozoospermia : Motilitas, konsentrasi, dan marfologi spermatozoa dengan
hasil normal.
Oligozoospermia : Konsentrasi spermatozoa < 20 juta/mL
Asthenozoospermia : Motilitas A dan B < 50% dan atau motilitas A < 25%
Teratozoospermia : Morfologi sperma normal < 30%
Oligoasthenoteratozoospermia : Ditemukan kelainan pada ketiga variabel
zoospermia, yaitu konsentrasi, motilitas dan morfologi (kombinasi yang terdiri
dari 2 kelainan, hanya 2 awalan dapat dipakai), seperti :
Oligoasthenozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan motilitas
Oligoteratozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan morfologi
Asthenoteratozoospermia : kelainan dari motilitas dan morfologi
Azoospermia : Tidak ada spermatozoa dalam ejakulat
Cryptozoospermia : Jika ada spermatozoa yang tersembunyi
Nekrozoospermia : Jika spermatozoa 100% mati, diam tidak bergerak (None
100% dengan Vitalitas/Viabilitas 0%)

Anda mungkin juga menyukai