Kelompok : B1 A
Kelas : D-IV B
Semester : VI (Enam)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES MATARAM
ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
MATARAM
2016/2017
I. Tujuan
II. Prinsip
a) Prinsip Pemeriksaan
Ion cupri ( Cu ) akan bereaksi dengan protein yang terdapat pada sampel
dalam suasana alkali membentuk kompleks yang berwarna ungu. Intensitas
warna yang terbentuk sebanding dengan kadar protein yang terdapat dalam
sampel.
Tujuan pengendalian mutu meliputi dua tahap, yaitu tujuan antara dan tujuan
akhir. Tujuan antara pengendalian mutu adalah agar dapat diketahui mutu barang, jasa,
maupun pelayanan yang dihasilkan. Tujuan akhirnya yaitu untuk dapat meningkatkan
mutu barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan. (Control and Mutu, 1984)
1. Katalisis enzimatik
2. Transportasi dan penyimpanan
3. Koordinasi gerak
4. Penunjang mekanis
5. Proteksi imun
6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf
7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi
(Diarti, Pauzi and Danuyanti, 2015)
Tiga perempat zat padat dari tubuh bersifat protein dan fungsi yang berbeda
beda. Contoh : protein jaringan, protein kontraktil,nukleoprotin,hemoglobin,protein
plasma dll. Hati adalah tempat sintesis lebih dari 90% dari seluruh protein dan 100%
albumin. Menurut distribusinya protein tubuh terdiri dari : protein plasma, protein
jaringan dan hemoglobin. Protein plasma utama terdiri dari albumin, globulin dan
fibrinogen. Fungsi dari protein plasma adalah :
a. Mempertahankan tekanan osmotic plasma
b. Sebagai media transportasi, misalnya transferin, apolipoprotein, transcobalamin
dll
c. Sebagai protektif misalnya antibody, system komplemen dan hemostasis
Protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode
biuret. Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa
larutan),dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasildari reaksi ini. Reaksi ini positif
untuk 2 ataulebih ikatan peptida.
Fotometer berasal dari kata photo yang berarti sinar dan meter alat
pengukur. Fotometer merupakan peralatan dasar di laboratorium klinik untuk
mengukur intensitas atau kekuatan cahaya suatu larutan. Sebagian besar laboratorium
klinik menggunakan alat ini karena alat ini dapat menentukan kadar suatu bahan
didalam cairan tubuh seperti serum atau plasma.
A. Alat
1. Alat sampling darah vena (spuit, torniquet, tabung reaksi 5ml)
2. Sentrifuge
3. Tabung reaksi volume 5ml
4. Rak tabung
5. Mikropipet 1000l dan tip
6. Mikropipet 20l dan tip
7. Fotometer 4010
8. Tissue
9. Kapas
B. Bahan
1. Serum (darah yang disentrifugasi untuk dipisahkan serumnya)
2. Aquadest
3. Alkohol 70%
C. Reagen
1. Reagen pemeriksaan protein total
2. Larutan standart
V. Interpretasi Hasil
Westgard Multirule
1-2s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas.
2-2s : seluruh pemeriksaan dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil
pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu X+2s atau X-
2S
R-4s : seluruh pemeriksaan dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan antara
2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4s (satu kontrol di atas +2s dan yang
lainnya di bawah -2s
4-1s : seluruh pemeriksaan dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol
berturut-turut keluar dari batas yang sama, baik X+ S maupun X-S
10x : seluruh pemeriksaan dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 ontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
7x : seluruh pemeriksaan dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 6 ontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Kadar
Absorbance Protein
No Tanggal Xi-X (Xi-X)2
Sampel (X)
(gr/dl)
1. 30/3/17 0,441 8,842 5,925 35,103
2. 30/3/17 0,421 8,441 6,326 40,016
3. 30/3/17 0,471 9,444 5,323 28,338
4. 30/3/17 0,748 14,997 -0,231 0,053
5. 30/3/17 0,472 9,464 5,303 28,125
6. 30/3/17 0,841 16,862 -2,095 4,390
7. 30/3/17 0,857 17,183 -2,416 5,837
8. 30/3/17 0,918 18,406 -3,639 13,243
9. 30/3/17 0,924 18,526 -3,759 14,133
10. 30/3/17 0,951 19,068 -4,301 18,496
11. 30/3/17 0,930 18,647 -3,880 15,052
12. 30/3/17 0,864 17,323 -2,556 6,535
x = 177,203 (xi-x)2 = 209,322
a) Standar Deviasi
b) Koefisien Variasi
1) Batas 1SD
Xi+1SD = 19,129
Xi-1SD = 10,405
Xi-2SD = 6,042
3) Batas Penolakan (3SD)
Xi+3SD = 27,854
Xi-3SD = 1,680
Keterangan :
X : kadar protein
Xi : kadar rata-rata protein
SD : standar deviasi
CV : koefisien variasi
n : banyak data
+3SD
+2SD
+1SD
Mean
-1SD
-2SD
-3SD
VIII. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan Quality Control (QC) pemeriksaan protein total
metode Biuret pada alat Fotometer 4010. Pemeriksaan ini menggunakan sampel
serum yang diuji sebanyak 12 kali. Berdasarkan grafik Levey Jennings, setelah 12 kali
pengujian terdapat 7 kontrol berturut-turut berada di atas nilai rata-rata (mean).
Kemudian hasil ini dianalisis menggunakan aturan Westgard Multirule System di
mana kesalahan ini termasuk aturan 7x yaitu 7 kontrol berturut-turut pada 1 sisi atas
atau di bawah nilai mean. Aturan 7x ini memang tidak termasuk aturan Westgard
Multirule System yang sering diterapkan.
Menurut Shah (2013), aturan 7x merupakan ketentuan penolakan yang
disebabkan oleh kesalahan sistematik. Ketentuan penolakan artinya hasil yang
dikeluarkan tidak dapat digunakan karena hasil yang dikeluarkan bukan merupakan
nilai yang sebenarnya. Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang sifatnya
sistematik sehingga mengikuti suatu pola yang pasti. Kesalahan ini mengakibatkan
setiap pengukuran cenderung ke salah satu kutub, selalu lebih tinggi atau selalu lebih
rendah. Kesalahan ini menunjukkan tingkat ketepatan (akurasi). Kesalahan sistematik
umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
IX. Kesimpulan
Baret, J. M., Abramoff, P., Kumaran, A. K. and Millington, W. F. (1986) Biology. New
Jersey: Prentice Hall.
Diarti, M. W., Danuyanti, I. and Ernawati, F. (2016) Penuntun Praktikum Kimia Klinik II
ntuk Mahasiswa Prodi DIV Analis Keesehatan Semester IV. Mataram: Poltekkes Mataram
Jurusan Analis Kesehatan.
Diarti, M. W., Pauzi, I. and Danuyanti, I. (2015) Diktat Praktikum Biokimia Semester II.
Mataram: Poltekkes Mataram Jurusan Analis Kesehatan.
Widhyari,S.D., Anita Esfandiari.,&Herlina. 2011. Profil Protein Total, Albumin Dan Globulin
Pada Ayam Broiler Yang Diberi Kunyit, Bawang Putih, Dan Zink (Zn)
Jifi.ffup.org/wp-content/uploads/2012/03/1.-zuhelmi-1-.pdf
Journal.uad.ac.id/index.php/media-farmasi/article/download/11/838
Eprints.upnjatim.ac.id/2791/3/7._Pengaruh_Quality_control_Eddi_P.pdf
https://www.scribd.com/doc/242339797/Uji-Kualitatif-Protein-I-jurnal-docx
https://www.scribd.com/doc/32769327/UJI-BIURET
http://www.scribd.com/mobile/doc/113071440/fhotometer-4010
Laporan Praktikum
Kelompok : B1 A
Kelas : D-IV B
Semester : VI (Enam)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES MATARAM
ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
MATARAM
2016/2017
B. Tujuan
1. Untuk melakukan kontrol terhadap kualitas dipstick urinalisa yang digunakan
untuk pemeriksaan kimia urine metode Carik Celup.
2. Untuk mengetahui kualitas pemeriksaan urinalisa denga dipstick yang digunakan
untuk pemeriksaan kimia urine metode Carik Celup.
3. Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan urinalisa denga dipstick yang digunakan
untuk pemeriksaan kimia urine metode Carik Celup.
C. Prinsip Kerja
Dibuat urine normal dan urine abnormal dengan penambahan suspensi eritrosit
pada urine normal/murni. Urine tersebut digunakan untuk menilai kualitas dipstick
yang digunakan dalam pemeriksaan urinalisa metode carik celup.
D. Dasar Teori
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari
1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per
menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal
yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor".
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika
urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat.
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK
yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis
dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan
darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Berikut ini macam macam pemeriksaan urin :
a) Punks Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin
langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan
jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis
yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril.
Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter
sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung
kemih (ujung distal)..
b) Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidak
nyamanan pada penderita. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan
pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-
negative.
c) Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari
urin empat porsi yaitu:
Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra.
Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan
kondisi buli-buli.
Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat.
Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.
d) Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan
leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik
akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul
primer netrofil).Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan
nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada
bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak
semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat
dalam urin menurun akibat obat diuretik. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih
baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin.
e) Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan
bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang
pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
f) Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur
urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang
tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh
merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah <
103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya
merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra.
g) Pemeriksaan Makroskopis Urin
Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih, warna,
kejernihan, pH, dan berat jenis.
Untuk menentukan apakah hasil yang dikeluarkan oleh bagian laboratorium sudah
sesuai dengan keadaan penderita dan bukan karena kesalahan pemeriksaan, maka dalam
halterdapatnya keraguan perbedaan hasil antara keadaan klinik dan hasil
pemeriksaanlaboratorik, dapat dilakukan pemeriksaan ulang. Hal ini tentu memakan
waktu dan biaya yang lebih banyak untuk melakukan pemeriksaan ulang tersebut.
Sehingga untuk mengatasi hal tersebut umumnya dilakukan penilaian ulang terhadap
tahap tahap pemeriksaan yang dilakukan
Quality Control ( QC) atau pemantapan mutu adalah salah satu komponen dalam
proses kontrol dan merupakan elemen utama dari sistem manajemen mutu. Memonitor
proses yg berhubungan dengan hasil tes serta dapat mendeteksi adanya error yang
bersumber dari alat , keadaan lingkungan atau operator. Memberikan keyakinan bagi
laboratorium bahwa hasil yg dikeluarkan adalah akurat & reliabel.
Meskkipun sensitive dan spesifik, pemakaian carik celup menghendaki agar cara
memakainya mengikuti pentunjukpetunjuk yang ditentukan oleh perusahan pembuat
carik celup. Jika tidak mengikutinya maka hasil pemeriksaan dapat menyimpang dari
keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, pelu dilakukan uji Quality Control terhadap alat
secara berkala.
2. Bahan
Urin;
Eritrosit.
Aquadest
F. Prosedur Kerja
A. Mempersiapkan Urin Normal dan Abnormal
i. Disiapkan urin normal dan urine abnormal
ii. Urine abnormal dibuat dengan mencampur urine normal dengan suspensi
eritrosit yang telah dipisahkan dari serumnya.
B. Pemeriksaan Quality Control Dipstick Urinalisa
a. Diamati tanggal kadaluarsa dipstick pada botol dipstick
b. Dikeluarkan dipstick (bahan kontrol) dari wadahnya.
c. Dibandingkan warna setiap parameter pada dipstick dengan standar warna pada
wadah.
d. Jika didapatkan hasil/ warna yang sama antara dipstick dengan standar warna,
maka dapat dikatakan bahwa dipstick dalam keadaan baik dan dapat digunakan
untuk pemeriksaan sampel urine
Catatan :
2 V
10
Target
Skala 0 5 10 15 20 25 30 - +1 +2 +3 - + 5 6 7 8 9 - +1 +2 +3 - +1 +2 +3 +4 - +1 +2 +3 N +1 +2 +3 +4 - +1 +2 +3 +4 - +1 +2 +3
Paramete BERAT JENIS LEUKOSIT NITRI PH PROTEIN GLUKOSA KETON UROBILINOGEN BILIRUBIN DARAH
r T
Keterangan :
Pemeriksaan 1-2 menggunakan sampel urine yang murni (normal)
Pemeriksaan 3-5 menggunakan sampel urine modifikasi (urine murni dicampur dengan eritrosit)
DIPSTICK URINALISYS QUALITY CONTROL
NILAI KONTROL 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF NORMAL NEGATIF NEGATIF
PEMERIKSAAN
KE-
3 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF 1 mg/dl NEGATIF 250 Ery/l
4 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF 1 mg/dl NEGATIF 250 Ery/l
5 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF 1 mg/dl NEGATIF 250 Ery/l
10
Keterangan :
Pemeriksaan 1-2 menggunakan sampel urine yang murni (normal)
Pemeriksaan 3-5 menggunakan sampel urine modifikasi (urine murni dicampur dengan eritrosit)
H. Pembahasan
Pada praktikum ini, quality control terhadap dipstick urinalisa dilakukan dengan
cara menggunakan urine untuk menguji dipstick tersebut. Urine dibagi menjadi dua
kategori yaitu urine normal dan urine abnormal. Urine abnormal diperoleh dengan
mencampur urine normal dengan gula, serum dan darah secara terpisah kemudian urine
diuji menggunakan dipstick urinalisa.
Sebelum dilakukan Quality Control dipstick menggunakan urine terlebih dahulu
memastikan dipstick tersebut belum melewati tanggal kadaluarsa. Kemudian
bandingkan warna dipstick tersebut dengan standar warna pada wadah dipstick yang
telah tersedia untuk memastikan kondisi dipstick masih dalam keadaan baik, sehingga
warna masing-masing parameter pemeriksaan pada dipstick yang belum digunakan
tersebut harus menunjukkan hasil negatif dan normal.
Pada pengamatan membandingkan warna tersebut dapat dilihat bahwa warna
dipstick pada beberapa parameter menunjukkan bahwa dipstick dalam keadaan tidak
baik karena telah terjadi perubahan warna sebelum digunakan.
Quality control terhadap dipstick ini dilakukan dengan melakukan pengulangan
pemeriksaan terhadap urine normal sebanyak tiga kali dan pengulangan pemeriksaan
terhadap urine yang ditambahkan eritrosit sebnyak 2 kali. Hasil yang diperoleh berupa
hasil yang tinggi pada pemeriksaan parameter eritrosit/blood, yaitu kadar glukosa
sebesar 250 ery/l, sedangkan pada urine normal yang diperiksa tidak diperoleh kadar
eritrosit negatif melainkan kadar eritrosit sebesar 10 ery/l.
Dari hasil quality control tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa
penyimpangan, baik dari warna dipstick yang sudah tidak baik dikarenakan beberapa
faktor maupun bahan urine kontrol / normal yang tidak mendukung dalam kontrol
kualitas parameter pemeriksaan eritrosit pada urine karena memang sudah mengandung
sedikit kadar eritrosit.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil quality control yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dipstick
yang diuji kualitasnya tidak layak digunakan untuk pemeriksaan urinalisa metode carik
celup karena terdapat perbedaan warna antara dipstick dan warna standar.
J. Dokumentasi
Standar warna Dipstick Urinalisa
dipstick urinalisa
Kelompok : B1 A
Kelas : D-IV B
Semester : VI (Enam)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES MATARAM
ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
MATARAM
2016/2017
I. TUJUAN
Untuk mengetahui keakuratan serta kelayakan alat Inkubator yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
IV. ALAT
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
1. Inkubator yang akan dikalibrasi;
2. Termometer standar.
V. PROSEDUR KERJA
1. Catat suhu yang terlihat pada digital display pada inkubator setiap hari sebelum
mulai bekerja.
2. Secara berkala periksa dengan menggunakan termometer standar.
3. Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang ditunjukkan oleh termometer digital
display dengan termometer standar.
Catatan : Diganti per bulan (2x per hari), ditampilkan dalam bentuk grafik.
Contoh kartu pencatatan suhu :
PENCATATAN SUHU
I. TUJUAN
Untuk mengetahui keakuratan serta kelayakan alat Lemari Es yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
IV. ALAT
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
1. Lemari es yang akan dikalibrasi;
2. Termometer standar.
V. PROSEDUR KERJA
1. Catat suhu setiap hari dengan termometer atau suhu yang terlihat pada digital
display pada freezer.
Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang dikalibrasi,
misalnya 2-8C, -20C atau -76C.
2. Secara berkala periksa dengan menggunakan termometer standar.
3. Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang ditunjukkan oleh termometer digital
display dengan termometer standar.
Catatan : Upayakan memantau suhu lemari es dengan thermometer maksimum dan
minimum, sehingga bisa dipantau suhu terendah dan tertinggi yang pernah
dicapai lemari es.
Contoh kartu pencatatan suhu :
PENCATATAN SUHU
I. TUJUAN
Untuk mengetahui keakuratan serta kelayakan alat Oven yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
IV. ALAT
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
1. Oven yang akan dikalibrasi;
2. Termometer standar.
V. PROSEDUR KERJA
1. Catat suhu dengan termometer atau suhu yang terlihat pada digital display pada
oven.
2. Secara berkala lakukan pemeriksaan suhu dengan menggunakan termometer
standar.
3. Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang tercantum dalam oven dengan suhu
yang ditunjukkan oleh termometer standar.
Contoh kartu pencatatan suhu :
PENCATATAN SUHU
I. TUJUAN
Untuk mengetahui keakuratan serta kelayakan alat Autoclave yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
.
II. DASAR TEORI
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar
ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk
satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabularyof International Metrology
(VIM) kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai
yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili
oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran
yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, Kalibrasi adalah kegiatan untuk
menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur
dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable)
ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan atau internasional
dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Tujuan Kalibrasi :
1. Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat
dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer
nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak
terputus.
2. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional
penunjukan suatu instrument ukur.
3. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional
maupun Internasional.
Manfaat Kalibrasi :
1. Menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya.
2. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada
peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
3. Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara nilai benar dengan nilai
yang ditunjukkan oleh alat ukur.
Alat-alat di laboratorium harus memenuhi persyaratan mutu untuk mencapai
kepuasan pelanggan dengan presisi dan hasil yang akurat. Salah satu alat yang penting
dalam menunjang pemeriksaan dibidang mikrobiologi yaitu autoclave. Autoclave
adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan alat ataupun bahan dalam bidang
mikrobiologi menggunakan uap air bertekanan tinggi pada 120C selama sekita 15-20
menit. Alat ini bekerja dengan sistem sterilisasi basah. Penurunan tekanan pada
autoclave tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan
meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh
micro organisme. Autoclave terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel
resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan,
dan antibiotik. Autoclave harus dibersihkan setiap 1 bulan sekali. Selain itu, autoclave
juga perlu dikalibrasi. Manfaat dilakukannya kalibrasi autoclave adalah untuk menguji
apakah fungsi alat, suhu, waktu dan tekanannya sudah benar.
V. PROSEDUR KERJA
Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Autoclave Indicator Tape
a. Rekatkan indicator tape secara melingkar pada kemasan yang akan disterilisasi.
Pada autoclave yang besar, kemasan diletakkan pada bagian atas dan bagian
bawah autoclave.
b. Atur suhu, waktu dan tekanan.
c. Hidupkan autoclave.
d. Setelah selesai, baca indicator tape dengan melihat perubahan warna yang terjadi
pada garis-garis diagonal.
2. Bacillus stearothermophilus
a. Masukkan Bacillus stearothermophilus dalam bentuk liofilisasi dalam autoclave.
b. Atur suhu, waktu dan tekanan.
c. Hidupkan autoclave.
d. Setelah selesai, ambil Bacillus stearothermophilus dan tanam pada agar darah
(Blood agar) dan inkubasi pada suhu 40-60C selama 24-48 jam.
I. TUJUAN
Untuk mengetahui keakuratan serta kelayakan alat-alat gelas yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
.
III. PRINSIP
Diukur berat air yang ditampung atau yang ditransfer oleh alat gelas tertentu lalu
ditentukan berat jenis aquadest pada suhu percobaan untuk mendapatkan volume
terkoreksi rata-rata. Bandingkan selisih antara volume terkoreksi rata-rata dengan
volume yang dipipet terhadap batas penyimpangan yang masih diperbolehkan.
3. Standar Deviasi
6. Selisih Volume
Selisih = Volume aquadest yang dipipet Volume terkoreksi rata-rata
VII. TABEL STANDAR
A. Tabel harga kerapatan air () pada berbagai suhu
Dikutip dari " Total Quality Control in the Clinical Laboratory"
B. Tabel Batas Toleransi Penyimpangan Pengukuran Pipet dan lain-lain berdasarkan
National Bureau of Standards
IX. HASIL
Hasil Kalibrasi
Suhu aquadest = oC
BJ aquadest =
PERCOBAAN
1 2 3 dst
Berat wadah (gram)
Berat wadah + aquadest (gram)
Berat aquadest (gram)
Volume terkoreksi (ml)
Akurasi (%)
Persen Kesalahan (%)
Volume terkoreksi rata-rata +
standar deviasi
Selisih (volume pemipetan
vol.terkoreksi rata-rata)
KALIBRASI WATERBATH
I. TUJUAN
Untuk mengetahui keakuratan serta kelayakan alat Waterbath yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
V. PROSEDUR KERJA
1. Isi waterbath dengan air (sebaiknya dengan aquadest) hingga tanda batas. Tunggu
beberapa menit hingga suhu air didalamnya telah sesuai dengan keinginan.
2. Catat suhu setiap hari yang terlihat pada digital display pada waterbath.
3. Secara berkala lakukan pemeriksaan suhu air pada waterbath dengan menggunakan
termometer standar.
4. Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang tercantum dalam waterbath pada
digital display dengan suhu yang ditunjukkan oleh termometer standar.
Contoh kartu pencatatan suhu :
PENCATATAN SUHU
I. TUJUAN
Untuk mengetahui keakuratan serta kelayakan alat Waterbath yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
V. PROSEDUR KERJA
1. Kalibrasi rpm
Dapat dilakukan dengan menggunakan:
a. Tachometer mekanik yaitu dengan kabel yang lentur.
Cara :
1) Ujung kabel yang satu dikaitkan pada kumparan motor di dalam, sedangkan
ujung yang lain dihubungkan dengan alat meter.
2) Set sentrifus pada rpm tertentu, kemudian jalankan.
3) Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer.
4) Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata.
b. Tachometer elektrik
Cara :
1) Letakkan bagian magnet di sekeliling kumparan, sehingga menimbulkan aliran
listrik bila alat dijalankan.
2) Set sentrifus pada rpm tertentu.
3) Aliran listrik yang timbul akan menggerakkan bagian meter.
4) Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer.
5) Ulangi beberapa kali, hitung nilai rata-rata.
c. Strobe light
Alat ini digunakan bila tachometer tidak dapat menjangkau motor. Pemeriksaan
dilakukan beberapa kali dan hitung nilai rata-rata.
2. Kalibrasi Alat Pencatat Waktu (Timer)
Dapat dilakukan dengan menggunakan stopwatch.
Cara:
a. Set sentrifus pada waktu yang sering dipakai, misalnya 5 menit.
b. Jalankan alat dan bersamaan dengan itu jalankan stopwatch.
c. Pada waktu sentrifus berhenti, matikan stopwatch, catat waktu yang ditunjukkan
stopwatch.
d. Ulangi beberapa kali, hitung nilai rata-rata.
Keterangan :
= nilai rata-rata
= jumlah hasil pengukuran
n = banyaknya pengukuran/pengulangan yang dilakukan
I. TUJUAN
Untuk mengetahui tingkat keakuratan dan kelayakan alat Neraca Analitik yang
digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi.
IV. ALAT
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
1. Neraca elektrik yang akan dikalibrasi;
2. Pinset;
3. Anak timbangan standar;
4. Tissue.
V. PROSEDUR KERJA
1. Lakukan penimbangan anak timbangan standar.
2. Catat hasil penimbangan.
3. Ulangi sampai 5 kali, hitung nilai rata-rata.
Catatan : Kalibrasi timbangan dilakukan setiap hari dengan memakai anak
timbangan standar yang bersertifikat kelas S.
Keterangan :
= nilai rata-rata penimbangan
= jumlah hasil penimbangan
n = banyaknya penimbangan yang dilakukan
KALIBRASI TERMOMETER
I. TUJUAN
Untuk mengetahui tingkat keakuratan serta kelayakan alat Termometer yang digunakan
dalam pemeriksaan mikrobiologi.
IV. ALAT
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
1. Termometer yang akan dikalibrasi;
2. Termometer standar bersertifikat;
3. Oven.
V. PROSEDUR KERJA
1. Letakkan termometer yang dikalibrasi dan thermometer standar bersertifikat
berdekatan dalam ruang ber AC (suhu 20- 25C) dan diamkan selama 1 jam.
2. Catat suhu yang ditunjukkan oleh kedua termometer.
3. Termometer memenuhi syarat bila perbedaan pembacaan suhu antara kedua
termometer adalah 0,5C.
4. Ulangi pemeriksaan di atas dengan menggunakan suhu 30C - 40C (dalam oven).
Catatan : Kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan sekali.
QUALITY CONTROL
Kelompok : B1 A
Kelas : D-IV B
Semester : VI (Enam)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES MATARAM
ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
MATARAM
2016/2017
Nama Anggota Kelompok :
XI. TUJUAN
Untuk mengetahui kualitas serta kelayakan Air Demineralisasi yang akan digunakan
untuk pemeriksaan.
C. Pemeriksan Amonium
a. Pada 50 ml air tambahkan 2 ml larutan Kalium tetraiodohidrargirat (II) basa.
b. Buat larutan pembanding dengan mencampur 50 ml air bebas Amoniak dengan 2
ml Amonium klorida encer.
c. Bandingkan warna air yang diperiksa dengan warna air dalam tabung
pembanding di atas dasar putih.
E. Pemeriksaan Kalsium
e. Pada 100 ml air tambahkan 2 ml Amonium oksalat 2,5 % b/v.
F. Pemeriksaan Klorida
a. Pada 10 ml air tambahkan 1 ml larutan perak nitrat 5,0% b/v.
b. Biarkan selama 5 menit.
G. Pemeriksaan Nitrat
a. Masukkan sejumlah air dalam sebuah tabung.
b. Tuangkan dengan hati-hati 5 ml larutan difenilamin di atas air.
c. Perhatikan warna pada bidang atas.
H. Pemeriksaan Sulfat
a. Pada 10 ml air tambahkan larutan barium klorida 12,0% b/v.
b. Biarkan selama 5 menit.
I. Pemeriksaan Karbondioksida
c. Pada 25 ml air tambahkan 25 ml larutan Kalsium hidroksida 0,04 N.
d. Biarkan selama 5 menit.
Catatan : Pengujian kualitas air demineralisasi sama seperti pengujian yang dilakukan
untuk air suling, ditambah dengan pemeriksaan Amonia albuminoid dan
pemeriksaan daya tahan listrik (resistivitas).