Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM QUALITY CONTROL DAN

VALIDASI METODE
QUALITY CONTROL PEMERIKSAAN CHOLESTEROL

OLEH :
Lalu Nugraha Dwi Saputra (P07134114074)
Maulia Hardian Hayati (P07134114075)
Maulina Dewi Nova Yanti (P07134114076)
Ni Kadek Ayu Sawitri (P07134114078)
Nurfemi Setiawati (P07134114080)
Nurul Azmi (P07134114081)
Petrus Nurman Febryantoro (P07134114082)
Pradini Restu Wiriantini (P07134114083)
Putu Anggi Widia Karmany (P07134114084)
Putu Desy Anggraeni (P07134114085)
R. Rian Jaya Kusuma (P07134114086)
Rani Mardiyanti Hastri (P07134114087)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
ANALIS KESEHATAN
MATARAM
2017
Hari/tanggal praktikum : Kamis, 30 Maret 2017

I. Prinsip
Prinsip Kerja

Sampel control diukur absorbance dengan menggunakan alat fotometer 4010


kemudian dihitung dan dibuat grafik menurut Levey Jenning dan diamati
adanya kesalah menurut Westgard Multirule dan disimpulkan.

Prinsip Pemeriksaan
CHE
Cholesterolester + H2O Cholesterol + Fatty Acid
CHO
Cholesterol + O2 Cholestene-3-one + H2O2
POD
2 H2O + 4-amino Quinoneimine + 4 H2O

Phenazone + Phenol

II. Tinjauan Pustaka


Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah
berkembang dengan pesat, namun masih banyak hal yang perlu dibenahi
terutama dalam menghadapi desentralisasi dan globalisasi saat ini.

Salah satu upaya yang merupakan prioritas utama adalah meningkatkan


mutu pelayanan kesehatan, karena dengan dilakukannya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan akan meningkatkan efisiensi
pelayanan kesehatan, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan
kualitas hidup individu dan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu program pengendalian mutu laboratorium adalah pemantapan mutu


laboratorium intra laboratorium (pemantapan mutu internal) tujuan pelaksanaan
pemantapan mutu internal laboratorium adalah mengendalikan hasil
pemeriksaan laboratorium tiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil
laboratorium untuk segera diperbaki. Menfaat melaksanakan kegiatan
pemantapan mutu internal laboratorium antara lain mutu presisi meupun akurasi
hasil laboratorium akan meningkat, kepercayaan dokter tehadap hasil
laboratorium akan meningkat. Hasil laboratorium yang kurang tepat akan
menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan pengguna laboratorium.
Manfaat lan yaitu pimpinan laboratorium akan mudah melaksanakan
pengawasan terhadap hasil laboratorium. Kepercayaan yang tinggi terhadap
hasil laboratorium ini akan membawa pengaruh pada moral karyawan yang
akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja di laboratorium tersebut
(PATELKI,2006)

Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan


pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi
klinik, imunologi klinik, atologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan
dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di dalam


hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, Protein atau lemak. Jumlah yang
disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah diperoleh dari makanan.
Kolesterol hanya terdapat di dalam makanan asal hewan. Sumber utama
kolesterol adalah hati, ginjal, dan kuning telur. Setelah itu daging, susu penuh
dan keju serta udang dan kerang. Ikan dan daging ayam sedikit sekali
mengandung kolesterol. (Sunita Almatsier, 2004).

Mutu Pemeriksaan Laboratorium Klinik


Hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang terbaik adalah apabila tes tersebut
teliti, akurat, sensitif, spesifik, cepat, tidak mahal dan dapat membedakan orang
normal dari abnormal.

Teliti atau presisi adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir
sama pada pemeriksaan yang berulang-ulang dengan metode yang sama.
Namun teliti belum tentu akurat.
Tepat atau akurat adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang sama atau
mendekati nilai biologis yang sebenarnya (true value), tetapi untuk dapat
mencapainya mungkin membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal.

Sensitif adalah kemampuan menentukan substansi pada kadar terkecil yang


diperiksa. Secara teoritis tes dengan sensitifitas tinggi sangat dipilih namun
karena nilai normalnya sangat rendah misalnya enzim dan hormon, atau tinggi
misalnya darah samar, dalam klinik lebih dipilih tes yang dapat menentukan nilai
abnormal.

Spesifik adalah kemampuan mendeteksi substansi pada penyakit yang


diperiksa dan tidak dipengaruhi oleh substansi yang lain dalam sampel tersebut,
misalnya TPHA (Treponema Palidum Haemaglutination Test). Secara teoritis
spesifisitas sebaiknya 100% hingga tidak ada positif palsu (false positive).
Contoh :
Pewarnaan Ziehl Nelson sputum, biakan Lowenstein Jensen dan PCR untuk tbc
paru spesitifitasnya 100% tetapi sensitifitasnya misalnya berturut-turut adalah
70%, 100% dan 98%. Tes yang baik adalah bila sensitivitas dan spesitifitasnya
100% atau mendekati 100%.

Cepat berarti tidak memerlukan waktu yang lama dan dapat dengan segera
diketahui oleh dokter yang merawat pasien .

Tidak mahal dan tidak sulit, artinya dapat dimanfaatkan oleh banyak
laboratorium dan penderita/orang yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.

Pada umumnya untuk tes saring diperlukan tes yang sensitif, cepat dan
tidak mahal, sedangkan untuk diagnosis pasti diperlukan tes spesifik yang
biasanya lebih mahal. Ketepatan dalam pemanfaatan tes laboratorium untuk
mendapatkan diagnosis akurat dan cepat serta jaminan kualitas hasil
pemeriksan laboratorium akan menghemat pembiayaan, baik untuk diagnosis,
terapi maupun lama rawat inap.

Nilai normal harus ditetapkan oleh masing-masing laboratorium dan


dilaporkan bersama-sama dengan hasil pemeriksan. Biasanya praktisi
laboratorium melaporkan rentang normal berdasarkan umur dan jenis kelamin,
dan dokter menginterpretasi hasil tersebut lebih jauh dengan melihat faktor
spesifik lain (mis. diet, aktivitas fisik, kehamilan, dan pengobatan)

Hasil pemeriksan laboratorium dapat mengalami variasi dan bila variasi


ini besar (lebih dari 2 SD), maka dianggap menyimpang. Penyebab variasi hasil
pemeriksaan laboratorium secara garis besar dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Pengambilan spesimen, seperti : antikoagulan, variasi fisiologis pasien
(puasa dan tidak puasa, umur, jenis kelamin, latihan fisik, pengobatan,
kehamilan, konsumsi tembakau, dsb), cara pengambilan, kontaminasi,
dsb.
2. Perubahan spesimen, seperti : suhu, pH, lisis, bekuan darah lama tidak
dipisahkan dari serum, dsb. Perubahan bisa terjadi di dalam laboratorium
atau selama pengiriman ke laboratorium.

3. Personel. Faktor personel yang dapat menimbulkan variasi yang besar


pada hasil laboratorium misalnya :

o Kesalahan administrasi, tertukar dengan pasien lain, kesalahan


menyalin pada formulir hasil

o Kesalahan pembacan, kesalahan penghitungan

o Kesalahan teknis dalam prosedur pemeriksaan

4. Prasarana dan sarana laboratorium, misalnya :

o Gangguan aliran listrik, air bersih.


o Suhu tidak sesuai dengan suhu yang dianjurkan untuk penentuan
tes.

o Air suling dengan pH yang tidak netral.

o Reagensia yang tidak baik, tidak murni, rusak atau kadaluwarsa.


Bahan standard kurang baik atau tidak ada.

o Peralatan (fotometer, pipet, dsb) tidak akurat.

5. Kesalahan sistematis (systematic error), yaitu berkaitan dengan metode


pemeriksan (alat, reagensia, dsb)

6. Kesalahan acak (random error). Variasi hasil yang tidak dapat dihindarkan
apabila dilakukan pemeriksaan berturut-turut pada sampel yang sama
walaupun prosedur pemeriksaan dilakukan dengan cermat.

A. PRESISI DAN AKURASI

1) Nilai prisisi menunjukkan seberapa dekatnya suatu hasil pemeriksaan bila


dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Ketelitian terutama
dipengaruhi olehkeselahan acak yang tidak dapat dihindari. Presisi biasanya
dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (%KV atau %CV) yang dihitung
dengan rumus berikut:

SDx100%
KV (%)
x
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)

x = rata-rata hasil pemeriksaan berulang

Presisi (ketelitian) serimg dinyatakan juga sebagai impresisi (ketidak teletian).

Semakin tinggi nilai KV (%) semakin teliti sistem atau metode tersebut dan
sebaliknya.
2) Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidak tepatan) dipakai untuk menilai
adanya kesalahan acak atau sistematik atau keduanya (total). Nilai akurasi
menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya yang telah
ditentukan oleh metode standar. Kesalahan total menunjukkan beberapa
besar kesalahan jika komponen kesalahan acak dan sistematik terjadi
bersamaan pada arah yang sama. Akurasi dapat dinilai dari hasil
pemeriksaan bahan kontrol dan dihitung sebagai nilai biasanya (d%):

x NA
d%
NA

X= hasil pemeriksaan bahan kontrol

NA= nilai aktual atau sebenarnya dari bahan kontrol

Nilai d (%) dapat positif atau negatif

Nilai positif menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya

Nilai negatif menunjukkan nilai yang lebih rendah dari sebenarnya

Akurasi dapat pula dinilai dari study recovery yaitu dengan melakukan
pemeriksaan bahan sempel yang telah ditambahkan analit murni kemudian
hasilnya dihitung terhadap hasil yang diharapkan:

R%= x 100

Akurasi metode yang baik adalah yang memberikan nilai R mendekati 100%.

Akurasi dapat juga dinilai berdasarkan perbandingan hasil pemeriksaan


dengan sistem (reagen kit) lain melalui uji korelasi menggunakan persamaan
berikut:
Y = ax+b dan r (koefisien korelasi)

y = persamaan regresi

a = slope, semakin mendekati 1 menunjukkan korelasi yang baik

b = intersep, semakin mendekati 0 menunjukkan korelasi yang baik

r = koefisien korelasi semakin mendekati 1 menunjukkan korelasi yang baik

3) Akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang lainnya

Gambar 1. Akurasi dan Presisi (Sumber : Jasakalibrasi.net)

Metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan presisi yang baik.
Untuk tujuan penanganan penyakit dan atau pemantauannya, pemilihan
metode dengan presisi yang baik lebih dianggap penting dari pada akurasi
yang baik. Untuk parameter pemeriksaan yang membutuhkan penilaian
diagnosis pada kadar yang sangat rendah, misalnya TSH, diperlukan metode
dengan akurasi yang tinggi pada kadar tersebut.

4) Daftar dari batas minimum presisi (CV maksimal) beberapa pemeriksaan, dapat dilihat
pada tabel

Parameter CV maksimum
Bilirubin total 7
Kolesterol 6

Kreatinin 6

Glukosa 5

Protein total 3

Albumin 6

Ureum 8

Asam urat 6

Trigliserida 7

GOT 7

GPT 7

GGT 7

LDH 7

Fosfatase Alkali 7

Fosfatase asam 11

Kolinestrase 7

B. JENIS KESALAHAN

Dalam proses analisis dikenal 3 jenis kesalahan yaitu:

1. Inherent Random Error; merupakan kesalahan yang hanya disebabkan


limitasi metodik pemeriksaan
2. Systematic Shift (kesalahan sistematik); suatu kesalahan yang terus
menerus dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar,
kalibarasi atau instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini berhubungan
dengan akurasi (ketepatan).

3. Random Error (kesalahan acak); suatu kesalahan dengan pola yang tidak
tetap. Penyebabnya adalah ketidak-stabilan, misalnya pada penangas air,
reagen, pipet, dan lain-lain.Kesalahan ini berhubungan dengan presisi
(ketelitian)

C. KOLESTEROL

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% di hasilkan dari dalam
tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk
bermacam macam fungsi di dalam tubuh , anatra lain membentuk dinding
sel.

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat
meningkatkan kadar kolesteol dalam darah tetapi, sejauh pemasukan ini
seimbang dengan kebutuhan tubuh, tubuh kita akan tetap sehat.

Kolesterol tidak larut dalam cairan darah, untuk itu agar dapat di kirim ke
seluruh tubuh perlu di kemas bersama protein menjadi partikel yang di sebut
lipoprotein, yang dapat di anggap sebagai pembawa (carier) kolesterol
dalam darah.

Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon


steroid. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut,secara normal di produksi
sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat.Tetapi ia bisa meningkat
jumlahnya karena asupan makanan yang berasal dari lemak hewani,telur dan
yang di sebut makanan sampah ( jungfood).

Kolesterol yang berlebihan (akan tertimbun dalam pembuluh darah dan


menimulkan kondisi yang di sebut arterosklerosis yaitu penyempitan atau
pengerasan pembuluh darah). Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya
penyakit jantung dan struk.
Faktor penyebab meningkatnya kolesterol:

1. Faktor genetik

Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol. Seperti yang kita ketahui 80%
kolesterol dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri. Ada sebagian orang
yang memproduksi kolesterol lebih banyak di bandingkan yang lain .Ini
disebabkan karena faktor keturunan. Pada orang ini meskipun hanya sedikit
saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak
jenuh,tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak

2. Faktor makanan

Dari beberapa faktor makanan ,asupan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk di perhatikan. Lemak yang cukup maka tenaga kita akan
berkurang ,tetapi bila kita makan lemak yang cukup maka tenaga kita akan
berkurang,tetapi bila kita makan lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah.seperti di ketahui lemak dalam makanan dapat
berasal dari dagang-dagang tetapi di indonesia sumber asupan jenis lemak
dapat di bedakan menjadi 2 :

Lemak jenuh berasal dari daging ,minyak kelapa


Lemak tidak jenuh terdiri dari : asam lemak omega 3,asam lemak,
omega 6 dan asam lemak omega 8

III. Alat, Bahan, dan Reagensia


a. Alat :

Fotometer 4010

Tabung Reaksi 3ml + Rak


Mikropipet + Tip

b. Bahan :

Tisu

Sampel Serum

c. Reagen :

RGT (4 x 30 ml, 3 x 250 ml atau 100 ml reagen enzim)

Phosphate Buffer (pH 6,5) 100 mmol/l


4-aminophenazone 0,3 mmol/l
Phenol 5 mmol/l
Peroxidase >5 KU/I
Cholesterolesterase >150 U/l
Cholesteroloxsidase >100 U/l
Sodium azideacid 0,05 %
STD (3 ml )

Cholesterol 200mg/dl atau 5,17 mmol/l


IV. Interpretasi Hasil
1-2S : Peringatan, satu hasil kontrol keluar batas 2SD baik di atas atau di
bawah

2-2S : Penolakan, dua hasil kontrol keluar batas 2SD baik di atas atau di
bawah

1-3S : Penolakan, satu hasil kontrol keluar batas 3SD baik di atas atau di
bawah

4-1S : Penolakan, 4 hasil kontrol terakhir keluar batas 1SD baik di atas
atau di bawah
R-4S : Penolakan, 2 hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama
(accross run) atau berbeda (within run), keluar dari 2 SD disisi yang
berseberangan sehingga perbedaan nilainya menjadi 4SD

10(x) : Penolakan, 10 hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama
(accross run) atau berbeda (within run), berada pada sisi yang
sama di atas atau di bawah nilai rata-rata

2 of 32S : Penolakan, 2 dari 3 hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang
sama, keluar disisi yang sama baik 2SD diatas atau dibawah

3-1S : Penolakan, tiga hasil kontrol keluar batasan baik 1SD diatas atau
dibawah

6(x) : Penolakan, enam hasil kontrol berturut-turut berada pada sisi yang
sama diatas atau dibawah nilai rata-rata

9(x) : penolakan, sembilan hasil kontrol berturut-turut berada pada sisi


yang sama diatas atau dibawah nilai rata-rata

V. Cara Kerja
1. Dihidupkan alat fotometer 4010 dan disiapkan alat dan reagen/RGT
(metode CHOD-PAP), serum control, dan standar cholesterol (STD)

2. Pipet ke dalam masing-masing tabung

Bahan Blanko Standar (200mg/dl) Sampel


Serum - - 10 l
Standard - 10 l -
Reagen 1ml 1ml 1ml

3. Campur, inkubasi selama 5 menit pada suhu 37 o atau pada suhu kamar
10 menit.
4. Baca absorban sampel dan standar terhadap blanko pada panjang
gelombang 546 nm, maksimal pembacaan sampai 60 menit.

5. Dicatat hasil dan dibuat grafik menurut Levey Jennings

VI. Hasil dan Perhitungan


Hasil
Didapatkan :
Konsentrasi standar : 200 mg/dl
Absorbance Standar : 0,248 A
Faktor : 806,4

Percobaan
Abs Sampel x x1-x (x1-x)^2
ke-

1 0,144 116,12 2,1504 4,6242


2 0,145 116,93 1,3440 1,8063
3 0,149 120,15 -1,8816 3,5404
4 0,149 120,15 -1,8816 3,5404
5 0,144 116,12 2,1504 4,6242
6 0,143 115,32 2,9568 8,7427
7 0,152 122,57 -4,3008 18,4969
8 0,141 113,70 4,5696 20,8812
9 0,131 105,64 12,6336 159,6078
10 0,159 128,22 -9,9456 98,9150
11 0,151 121,77 -3,4944 12,2108
12 0,152 122,57 -4,3008 18,4969

Total 1419,2640 355,4869


Rata - rata 118,2720

Perhitungan
1. Nilai Rata rata ( x )
x
x 1419,2640 118,2720
n 12

2. Standar Deviasi (SD)

SD
(x1 x) 2

355,4869
5,4868
n 1 12 1

3. Koefisien Variasi (CV)


SD x 100% 5,4868 x 100%
CV 4,8066%
x 118,2720

4. Batas 1 SD

+1 SD = x + 1 SD
= 118,2720 + 1(5,4868)
= 123,9568

-1 SD = x - 1 SD
= 118,2720 - 1(5,4868)
= 112,5872

5. Batas Peringatan (2 SD)


+2 SD = x + 2 SD
= 118,2720 + 2(5,4868)
= 129,6416

-2 SD = x - 2 SD
= 118,2720 - 2(5,4868)
= 106,9024
6. Batas Kontrol (3 SD)
+3 SD = x + 3 SD
= 118,2720 + 3(5,4868)
= 135,3264

-3 SD = x - 3 SD
= 118,2720 - 2(5,4868)
= 101,2176

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan quality control pada pemeriksaan
cholesterol dengan menggunakan bahan serum dari mahasiswa. Control yang
digunakan pada praktikum ini berjumlah 12 control dengan menggunakan reagen
cholesterol. Kemudian alat yang digunakan pada praktikum adalah fotometer
4010 dengan program absorbance.

Disiapkan 14 tabung dengan 1 tabung blanko , 1 tabung standard, dan 12


tabung serum control. Pada tabung blanko diisi dengan 1 ml reagen cholesterol,
pada tabung standard diisi 1 ml reagen cholesterol dan 10 l standart, dan pada
tabung sampel diisi 1 ml reagen cholesterol dan 10 l serum control. Setelah itu
diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37 oC atau pada suhu kamar 10 menit.
Setelah diinkubasi kemudian dibaca pada fotometer 4010 dengan panjang
gelombang 546 nm, maksimal pembacaan sampai 60 menit. Hasil absorbance
kemudian dihitung dan dibuat dalam bentuk grafik menurut Levey Jenning dan
kemudian disimpulkan menurut westgad multirule.

Quality control dilakukan untuk mengetahui adanya kesalahan yang dapat


terjadi pada pemeriksaan, baik kesalahan sistemik maupun random. Dengan
menggunakan 12 control yang kemudian hasilnya digunakan untuk mengetahui
kondisi dari alat maupun reagen yang digunakan. Namun, kesalahan tidak hanya
terjadi pada alat maupun reagen, tetapi kesalahan pada manusia (human error)
juga dapat terjadi. Kesalahan manusia (human error) ini merupakan
kemungkinan kesalahan terbesar yang terjadi pada quality control.

Hasil percobaan yang dilakukan menggunakan alat fotometer 4010


merupakan absorbance sampel karena program yang digunakan yaitu
absorbance. Kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan kadar
cholesterol dari serum control yang digunakan. Kemudian dibuat grafik levey
jenning dan dianalisis berdasarkan westgard multirule dan kemudian dilakukan
evaluasi hasil terhadap seluruh bahan control.

Gambar 2. Grafik Levey Jenning hasil quality control pemeriksaan cholesterol


Dari hasil pemeriksaan terhadap 12 control didapatkan hasil control pada
percobaan ke-9 menurut westgard multirule merupakan peringatan yaitu 12S, 1
control berada dibawah 2 SD. Artinya bila suatu nilai control berada di luar batas
2SD, tetapi masih di bawah batas 3SD, hal ini harus diwaspadai. Ini merupakan
peringatan akan kemungkinan adanya masalah pada instrumen atau malfungsi
metode. Bila menggunakan 2 level control yang berbeda, harus dilihat apakah
control level yang lain juga berada di luar batas 2SD. Apabila control level yang
lain juga di luar 2SD, maka masalah tersebut harus diselesaikan dahulu sebelum
melakukan pemeriksaan sampel pasien. Apabila control level yang lain berada di
dalam batas 2SD, maka dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan sampel pasien.

Setelah dilakukan perhitungan Standar Deviasi dilakukan penentuan


Koefisien variasi (KV) dimana Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti
system/metode pemeriksaan yang dilakukan tersebut dan begitupun sebaliknya.
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan nilai KV (%) sebanyak 4,80
%, nilai KV (%) yang didapatkan ini menunjukkan bahwa pemeriksaan berulang
yang telah dilakukan pada praktikum ini dapat dikatakan teliti karena nilai KV (%)
masih dibawah batas maksimum untuk nilai KV (%).

VIII. Kesimpulan
Percobaan ke- 9 : Peringatan, berdasarkan wesgard multirule 1-2S yaitu 1 nilai
control berada diatas atau dibawah 2 SD.

Percobaan ke- 10 : Diterima


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Diarti, Maruni Wiwin dkk. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Klinik 2 Untuk Mahasiswa
Prodi DIV Analis Kesehatan Semester IV. Poltekkes Mataram Jurusan Analis
Kesehatan:Mataram.

http://dokumen.tips/documents/evaluasi-hasil-laboratorium-secara-umum-sp2-2pdf.html

Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 7, No. 2, Oktober 2007 : 172 187

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1250/MENKES/SK/XII/2009


tentang pedoman kendali mutu (Quality Control) peralatan radiodiagnostik

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 364/MENKES/SK/III/2003.

Yamin, Gunawan dkk. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar (Good
Laboratory Practice).Departemen Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai