Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai tenaga kesehatan non medis yang bergerak di bidang laboratorium, peran
seorang analis kesehatan di bidang kesehatan memiliki pengaruh yang cukup besar.
Tenaga analis, khususnya analis kesehatan yang bekerja di laboratorium kesehatan
ataupun rumah sakit bertugas untuk membantu seorang dokter dalam memberikan
diagnose pasti mengenai suatu penyakit.
Laboratorium secara umum merupakan tempat untuk melakukan sebuah penelitian,
dengan menggunakan berbagai macam sample, baik sample biologis maupun samplesample lainnya. Khususnya laboratorium medis merupakan laboratorium yang bergerak
di bidang kesehatan, dimana penelitian yang dilakukan di laboratorium ini bertujuan
untuk menentukan diagnose pasti sebuah penyakit. Terkait dengan tugasnya sebagai
penegak diagnose penyakit tenaga analis kesehatan sudah tentu memiliki resiko yang
besar akan terinfeksi oleh sebuah penyakit saat bekerja di laboratorium medis.
Tingginya resiko terinfeksi berbagai macam penyakit saat bekerja di laboratorium
medis, bagi seorang analis kesehatan keselamatan kerja saat bekerja di laboratorium
harus menjadi prioritas pertama dan utama. Terkait dengan hal tersebut Indonesia
sebagai negara hukum telah secara resmi menyebutkan dalam UU No. 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja. Dimana dalam UU tersebut dijelaskan tentang kewajiban
pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
Ketika seorang tenaga analis kesehatan dapat bekerja dengan baik dan lancar sudah
tentu hasil yang didapatkan pun akan maksimal. Terlebih jika penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja dapat diterapkan dengan baik maka akan meningkatkan efisiensi
kerja serta
petugas kesehatan yang bekerja khususnya di laboratrium akan
mendapatkan jaminan keselamatan kerja. Pada dasarnya setiap instansi baik yang
bergerak di bidang kesehatan maupun non kesehatan harus dapat menerapkan
kesehatan dan keselamatan kerja, dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja akibat kerja yang pada akhirnya akan merugikan pekerja, sosial dan
lingkungan.
Salah satu jenis laboratoium kesehatan yaitu laboratorium serologi, dimana
laboratorium ini melakukan pemeriksaan dengan menggunakan sample serum darah
yang diambil secara langsung dari pasien, sehingga resiko terinfeksi penyakit akan
lebih besar. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
keselamatan kerja di laboratoium kesehatan khusunya laboratorium serologi.

KESKER Laboratorium

Page 1

1.2 Rumusan Masalah


1. Seperti apa peraturan di Laboratorium Serologi ?
2. Apa saja APD yang harus digunakan saat bekerja di Laboratorium Serologi ?
3. Bagaimana cara kerja di Laboratorium Serologi ?
4. Apa saja pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Serologi ?
5. Seperti apa bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium Serologi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peraturan di Laboratorium Serologi
2. Untuk mengetahui APD yang harus digunakan saat bekerja di Laboratorium
Serologi
3. Untuk mengetahui cara kerja di Laboratorium Serologi
4. Untuk mengetahui jenis pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Serologi
5. Untuk mengetahui bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium
Serologi
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui peraturan di Laboratorium Serologi
2. Dapat mengetahui APD yang harus digunakan saat bekerja di Laboratorium
Serologi
3. Dapat mengetahui cara kerja di Laboratorium Serologi
4. Dapat mengetahui jenis pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Serologi
5. Dapat mengetahui bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium
Serologi

KESKER Laboratorium

Page 2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Laboratorium
a. Pengertian Laboratorium
Laboratorium berasal dari bahasa Latin, yaitu Labora yang berarti bekerja.
Secara umum laboratorium didefinisikan sebagi tempat bekerja, yaitu bangunan,
gedung atau ruangan yang dilengkapi peralatan (instrumen) untuk melakukan
pekerjaan ilmiah seperti riset, demonstrasi, dan diskusi. Di samping itu, yang
dimaksud dengan laboratorium secara umum adalah:
1.
Bangunan, atau ruangan untuk melakukan penyelidikan atau eksperimen secara
ilmiah maupun teknis.
2.
Situasi atau tempat yang menyediakan sarana untuk melakukan studi, observasi
atau eksperimen.
3.
Tempat dimana bahan kimia dan obat-obatan disiapkan.
Untuk dapat menerapkan K3 yang baik, fasilitas laboratorium harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut ini:
Harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai agar sirkulasi udara berjalan
lancar.

Harus mempunyai alat pemadam kebakaran terhadap bahan kimia yang


berbahaya yang dipakai.
Harus menyediakan alat pembakar gas yang terbuka untuk menghindari bahaya
kebakaran.
Meja yang digunakan harus diberi bibir untuk menahan tumpahan larutan yang
mudah terbakar, korosif dan melindungi tempat yang aman dari bahaya
kebakaran
Menyediakan dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran dan terpisah
sejauh mungkin.
Tempat penyimpanan di laboratorium di desain untuk mengurangi sekecil
mungkin risiko oleh bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
Harus tersedianya alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas
yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat
yang aman dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung talam.
b. Fungsi Laboratorium
Secara garis besar laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut:
Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual
melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.

KESKER Laboratorium

Page 3

Mengembangkan keterampilan motorik. Akan menambah keterampilan dalam


mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan
kebenaran.
Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran
ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
Memupuk rasa ingin tahu sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuan.
Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau
penemuan yang diperolehnya.

c. Jenis-Jenis Laboratorium
1. Laboratorium Analisa Air dan Udara
Laboratorium Analisa Air dan Udara menyediakan layanan untuk
menganalisa kualitas air dan udara dan juga memberikan layanan konsultasi
untuk penilaian dan pengukuran keadaan lingkungan di lapangan.
2. Laboratorium Analisa Tanah dan Tanaman
Laboratorium Analisa Tanah dan Tanaman memberikan layanan analisa
unsur-unsur hara tanah dan tanaman. Selain itu juga memberikan layanan
analisa fisika tanah.
3. Laboratorium Analisa Pangan dan Pakan
Laboratorium Analisa Pangan dan Pakan memberikan layanan analisa
produk-produk pangan seperti vitamin dan mineral. Selain itu juga
memberikan Program Pelatihan HACCP bekerjasama dengan instansi/ lembaga
terkait.
4. Laboratorium Kultur Jaringan
Laboratorium Kultur Jaringan menghasilkan plantlets dan bibit berbagai
jenis tanaman. Laboratorium ini juga memberikan konsultasi teknis kepada
siapa saja yang tertarik dengan pengusahaan tanaman.
5. Laboratorium Terpadu
Laboratorium terpadu dilengkapi dengan fasilitas yang menunjang
penelitian di bidang bioteknologi, biologi, kimia, dan disiplin ilmu yang terkait
lainnya. Fasilitas yang terdapat di laboratorium terpadu antara lain DNA
sequencer, PCR (Polymerase Chain Reaction), Eliza Reader, Spektrofotometer
UV-VIS, Ultrasonic Cleaners, HPLC (High Performance Liquid
Chromatography), GC (Gas Chromatography) dan Regulator. Saat ini
laboratorium terpadu memberikan layanan analisa PCR untuk kebutuhan
penelitian bioteknologi yang meliputi analisa RAPD (Random Amplification of
Polymorphic DNA), RT-PCR (Reverse Transcription-Polymerase Chain
Reaction), dan isolasi gen dari bakteri, tanaman, dan hewan.

2.2. Serologi
Serologi adalah ilmu yang mempelajari reaksi antigen, antibodi secara invitro.
Untuk dapat menegakkan diagnosa suatu penyakit infeksi : kita dapat mengisolasi

KESKER Laboratorium

Page 4

atau menemukan kuman penyebabnya. Proses isolasi atau menemukan kuman


tersebutmemakan waktu yang cukup lama dan sulit dalam pelaksanaannya.

2.3. Laboratorium Serologi


Laboratorium serologi merupakan jenis laboratorium yang melakukan
pemeriksaan dengan sample serum. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan juga
seperti pemeriksaan Widal, VDRL, Toxoplasma, Hepatitis, AIDS, dsb.

KESKER Laboratorium

Page 5

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tata Tertib Laboratorium Serologi
Saat melakukan praktikum di laboratorium serologi, praktikan harus memerhatikan
beberapa peraturan yang harus ditaati saat di dalam laboratorium, baik sebelum mulai
bekerja, saat bekerja maupun setelah selesai bekerja, adapun tata tertib tersebut antara
lain:
1. Praktikan harus mengisi absen hadir
2. Letakkan tas dan benda-benda lain pada tempat yang telah disediakan
3. Kenakan jas laboratorium selama bekerja di laboratorium
4. Seka dengan baik meja laboratorium sebelum dan sesudah praktikum
5. Cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah praktikum
6. Dilarang merokok, makan, minum, di Laboratorium
7. Alat yang pecah atau rusak oleh praktikan menjadi tanggung jawab praktikan
8. Bahan sampel yang digunakan ditangani sebagai bahan patogen
9. Sebelum meninggalkan laboratorium, pastikan semua bahan gas, lampu spiritus,
keran air, lampu listrik dan alat-alat listrik lainnya yang tidak digunakan dalam
keadaan mati (off).
10. Tata semua alat dan reagen pada tempat semula, sebagaimana ketika mulai
praktikum dan melapor ke pembimbing.

3.2. Alat Pelindung Diri di Laboratorium Serologi


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. Jenis-jenis alat
pelindung diri :
1. Perlindungan Mata Dan Wajah
Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus
dikenakan oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Jenis perlindungan
wajah yang digunakan yaitu masker dan kacamata. Penggunaan masker bertujuan
untuk melindungi saluran nafas dari gas-gas beracun atau reagen-reagen yang
toksik. Sedangkan kacamata biasanya digunakan untuk melindungi mata dari
percikan reagen atau sample yang berbentuk cair. Karena di laboratorium serologi
banyak menggunakan sample cair.

2. Perlindungan Badan

KESKER Laboratorium

Page 6

Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium , merupakan suatu


perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas
laboratorium dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun
dan bahan sintetik. Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan jas
laboratorium yaitu kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi
tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan
pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan
kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium
terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia atau sample yang infeksius, lepaslah jas
secepatnya. Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan
Jumpsuits.

3. Perlindungan Tangan
Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting
apabila terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi
solusi tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia
tersebut, sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang
pecah atau rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas
atau dingin. Sarung tangan harus secara periodik diganti berdasarkan frekuensi
pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang
sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan
pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi. Jenis karet yang digunakan pada
sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC
(Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan
kimia yang akan ditangani.
APD tangan dikenal dengan Safety Glove dengan berbagai jenis
penggunaanya. Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan
yang tidak terbatas hanya untuk melindungi dari bahan kimia. Jenis-Jenis Safety
Glove antara lain : Sarung Tangan Metak Mesh, Sarung metal mesh tahan terhadap
ujung yang lancip dan menjaga terpotong, Sarung tangan Kulit, Sarung tangan yang
terbuat dari kulit ini akan Melindungi tangan dari permukaan kasar, Sarung tangan

KESKER Laboratorium

Page 7

Vinyl dan neoprene Melindungi tangan terhadap bahan kimia beracun, Sarung
tangan Padded Cloth Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas,
kotoran dan Vibrasi, Sarung tangan Heat resistant Mencegah terkena panas dan api,
Sarung tangan karet Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet
merupakan isolator (bukan penghantar listrik), Sarung tangan Latex disposable
Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuk sekali
pakai,Sarung tangan lead lined digunakan untuk melindungi tangan dari sumber
radiasi.

4.

Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia
adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas
yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat
kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh
karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang
lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai
didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis
perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila
tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus
diganti.

3.3. Jenis Pemeriksaan Laboratorium Serologi


KESKER Laboratorium

Page 8

1. Pemeriksaan Widal
Adalah pemeriksaan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi spesifik terhadap
antigen Salmonella (Bakteri penyebab tifus). Pemeriksaan Widal test ini dapat
memberikan hasil negatif palsu sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit
tifus,hasil tes Widal negatif tidak berarti dipastikan tidak terjadi infeksi. Oleh
karena itu, pemeriksaan tunggal penyakit tifus dengan tes Widal sebenarnya
kurang baik.
2. Pemeriksaan Infeksi Lambung
Pemeriksaan infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori
yang dapat menyebabkan radang, tukak pada lambung dan dapat menimbulkan
keganasan. Oleh karena itu, adanya infeksi dengan kuman Helicobacter pylori
dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap H.pylori IgG-IgM.
3. Pemeriksaan Sifilis
Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat
dilakukan pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL adalah pemeriksaan yang tidak
spesifik tetapi cukup sensitif untuk penyakit syphilis. Tetapi pada beberapa
penyakit seperti TBC, kusta, frambusia dapat menimbulkan hasil positif palsu.
Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis stadium lanjut sering menghasilkan
reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan seseorang pernah kontak dengan
kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan serologi TPHA yang
menguji adanya antibodi spesifik terhadap kuman Treponema pallidum.
4. Pemeriksaan Urine (HCG)
Human chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon yang dihasilkan plasenta,
didapatkan pada darah dan urin wanita hamil 14 26 hari setelah konsepsi.
Kadar HCG tertinggi pada minggu ke 8 kehamilan. HCG tidak didapatkan pada
wanita yang tidak hamil, pada kematian janin dan 3 4 hari pasca melahirkan.
HCG meningkat pada keganasan seperti mola hidatidosa, koreonepitelioma,
koreocarcinoma dari testis.

3.4. Cara Kerja di Laboratorium Serologi


A. Pengambilan Sampel
Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus memperhatikan
universal precaution atau kewaspadaan universal untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit dari pasien ke paramedis maupun lingkungan sekitar.
Hal tersebut meliputi :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan SEBELUM dan
SESUDAH tindakan.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kontaminasi dengan sampel yang
infeksius.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), minimal yang HARUS digunakan :
a. Jas laboratorium
b. Sarung tangan karet

KESKER Laboratorium

Page 9

c. Masker disposable
3. Alat dan bahan pengambilan spesimen.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu harus yang steril, agar tidak
membahayakan praktikan maupun pasien.
4. Daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak terjadi kesalahan).
Pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh dokter, perawat atau tenaga
laboratorium yang terampil dan berpengalaman atau sudah dilatih sesuai
dengan kondisi dan situasi setempat.
B. Contoh Pengambilan sampel darah
Prosedur kerja :
1. Alat-alat yang diperlukan disiapkan diatas meja.
2. Keadaan pasien diperiksa, diusahakan pasien tenang begitu pula petugas
(Phlebotomis).
3. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang
tidak terlihat dibantu dengan palpasi
4. Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap adanya
peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
5. Tempat penusukan didesinfeksi dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering
6. Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 7 cm dari
lipatan tangan.
7. Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak
bergerak
8. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o 60o
sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan berkurangnya
tekanan dan masuknya darah keujung semprit.
9. Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang diinginkan.
10. Torniquet dilepas, kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari
kiri, lalu jarum ditarik.
11. Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 2 menit dan setelah itu
bekas luka tusukan diberi plester hansaplast.

KESKER Laboratorium

Page 10

12. Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan kedalam
botol atau tabung penampung melalui dinding secara perlahan. Bila
menggunakan anticoagulant, segera perlahan-lahan dicampur.
C. Hal hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan darah vena :
1. Lepas tutup jarum secara perlahan, jangan sampai ujung jarum menyentuh
tutupnya, sebab jarum dapat tumpul
2. Pada Vacutainer pemasangan tabung vakum pada holder harus kuat, dengan
cara ibu jari kanan mendorong tabung sedangkan jari telunjuk dan jari tengah
(kanan) tertumpu pada kedua sisi holder, ibu jari tangan kiri memegang holder
dengan sedikit menekan agar holder tidak bergerak
3. Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan mengenai apa
yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya
4. Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru biasanya sukar digunakan
5. Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam, usaha
coba-coba dilarang untuk dilakukan
6. Pembendungan yang terlalu lama jangan
mengakibatkan hemokonsentrasi setempat

dilakukan

karena

dapat

7. Hematome, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan pada kulit
disekitar tusukkan akan terlihat berwarna biru, biasanya akan terasa nyeri,
perintahkan pasien untuk mengompresnya dengan air hangat beberapa menit
atau beberapa hari sampai sakitnya hilang
D. Pemeriksaan Serologi Pengumpulan Spesimen Darah
1. Penggunaan kertas saring (filter paper khusus).
a. Darah diteteskan pada kertas saring sampai jenuh, bolak-balik sehingga
seluruh permukaan filter paper terisi darah rata.
b. Darah dapat dari pembuluh vena dapat pula darah dari ujung jari (ujung jari
ditusuk).
c. Kertas saring yang berisi darah dibiarkan kering pada temperatur kamar.
d. Jangan dikeringkan dengan panas sinar matahari atau yang lainnya.
e. Kertas saring yang berisi darah yang telah kering disimpan dalam tempat
yang kering pada suhu kamar tidak lebih dari 3 bulan.
f. Kirimkan dalam amplop atau kantong plastik ke laboratorium secepatnya
sebelum waktu 3 bulan tersebut.
2. Penggunaan Serum
a. Darah diambil secara asepsis 2-6 cc darah venous dengan menggunakan
semprit.

KESKER Laboratorium

Page 11

b. Serum dipisahkan dengan diputar 1500-2000 putaran sekitar 10-15 menit.


Serum yang terpisah
c. Dipindahkan dalam botol kecil dengan menggunakan pipet Pasteur.
d. Serum tersebut disimpan pada suhu -20 C sebelum dikirim ke laboratorium.
Cara ini merupakan cara yang terbaik, tetapi bila diingat bahwa pengumpulan
serum serum memerlukan alat-alat khusus (semprit steril, lemari es, sentrifuse,
pipet Pasteur steril, termos es dll.), maka cara kedua adalah lebih tepat. Hasil
yang diperoleh dengan menggunakan kertas saring adalah cukup baik, terutama
apabila cara pengisian dilakukan dengan betul.

3.5. Bentuk Kecelakaan yang Dapat Terjadi di Laboratorium Serologi


1. Mengambil sampel darah atau cairan tubuh lainnya
Resiko : Tertusuk jarum suntik, tertular virus AIDS dan Hepatitis B
Pencegahan :
Gunaka Alat suntik sekali pakai
Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah
dipakai,
Jarum yang sudah digunakan langsung dibuang ke tempat yang
telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction clip)
Bekerja dibawah pencahayaan yang cukup
2. Kontak dengan bahan kimia
Resiko : Iritasi, keracunan.
Pencegahan :
Material Safety Data Sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia
yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
clemek, jas laboratorium) dengan benar.

KESKER Laboratorium

Page 12

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Secara umum laboratorium didefinisikan sebagi tempat bekerja, yaitu bangunan,
gedung atau ruangan yang dilengkapi peralatan (instrumen) untuk melakukan
pekerjaan ilmiah seperti riset, demonstrasi, dan diskusi.
Laboratorium serologi merupakan jenis laboratorium yang melakukan
pemeriksaan dengan sample serum. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan juga
seperti pemeriksaan Widal, VDRL, Toxoplasma, Hepatitis, AIDS, dsb.
Kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar
petugas, masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Oleh karena itu saat
bekerja dilaboratorium praktikan harus menerapkan K3 dengan benar dan juga harus
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap sesuai Standar Operational
Procedure (SOP) untuk meminimalisasi kecelakaan kerja dan kecelakaan akibat
kerja. Disamping itu, di laboratorium juga harus terdapat kotak P3K untuk
memberikan pertolongan/perawatan darurat pada korban saat terjadi kecelakaan
dilaboratorium saat bekerja.

4.2. Saran
Di laboratorium Serologi yang terdapat di kampus Politeknik Kesehatan
Mataram belum terdapat kotak P3K. Sementara kotak P3K ini sangat berperan
penting di laboratorium, bilamana terjadi kecelakan kerja atau kecelakaan akibat
kerja pada praktikan.
Sebaiknya kotak P3K ini harus disediakan disetiap laboratorium, untuk
memberikan perawatan darurat pada korban sebelum pertolongan yang lebih lengkap
yang diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan.

KESKER Laboratorium

Page 13

Anda mungkin juga menyukai