Oleh :
Sabda Girijati P1337434115015
Frizna Hilda K.L. P1337434115019
Rohmatul Mukharomah P1337434115022
Aessy Fadelia P1337434115027
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau
septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong
darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam
dengan sistem terbuka.
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan
dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam
pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena
keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan
alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%. PCR merupakan pilihan
utama untuk anemia kronik karena volumenya yang lebih kecil dibandingkan dengan whole
blood.
Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien, makin sedikit
jumlah darah yang diberikan per et mal di dalam suatu seri transfusi darah dan makin lambat
pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal
jantung. Dosis yang dipergunakan untuk menaikkan Hb ialah dengan menggunakan rumus
empiris:
Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan adanya auto
immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji coombs dari serum resipien
terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian
washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping pemberian immuno
supressive (prednison, imuran) terhadap resipien.
Eritrosit dibuat dari darah keseluruhan (whole blood) dengan sentrifugasi dan
menghilangkan plasma. Larutan yang paling umum digunakan sebagai antikoagulan aadalah
CPDA-1. Antikoagulan ini dilengkapi dengan dekstrosa dan adenine untuk mengawetkan
pada tingkat adenosine trifosfat pada eritrosit. Eritrosit dengan CPDA-1 dapat disimpan
sampai 35 hari pada suhu 1-60 C. eritrosit juga dapat ditambahlarutan yang mengandung
glukosa dan substrat lainnya selama pembuatan. Larutan aditif tersebut memungkinkan
periode penyimpanan yang lebih lama (42 hari) dan memiliki nilai hematokrit (Ht) rendah.
Selama penyimpanan, eritrosit mengalami penuaan perubahan serupa yang terjadi dalam
tubuh (in vivo), sehingga sebagian sel darah merah yang ditransfusikan dengan cepat akan
dimusnahkan oleh limpa resipen. Kebocoran kalium intraselular akan terjadi selama
penyimpanan eritrosit. Konsentrasi kalium dalam supernatan sel darah merah bisa mencapai
76 mmol/L, yang mungkin mengkhawatirkan. Namun, jumlah total kalium yang dikeluarkan
setiap unit eritrosit nilainya lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan fisiologis harian,
sehingga hiperkalemiasetelah transfuse jarang terjadi. Eritrosit juga kehilangan 2-3-
difosfogliserat (2,3-diphosphoglycreate, [2,3-DPG|) intraselular selama penyimpanan,
mengakibatkan pergeseran kurva disosiasi Hb-oksigen ke kiri. Dengan demikian, tidak lama
setelah transfuse, eritrosit yang disimpan memiliki afinitas oksigen yang relative tinggi. Kadar
normal 2,3-DPG akan dikembalikan dalam waktu 24 jam setelah transfuse. Pergeseran dalam
hubungannya dengan disosiasi oksigen secara klinis jarang terjadi.
Penyelesaian donasi
1. Tekanan manset harus diturunkan dan jarum kemudian dikeluarkan dari
lengan. Segera berikan tekanan pada situs pungsi ven kasa streil.
2. Jarum harus dibuang kedalam wadah khusus yang dirancang untuk
meminimalkan resiko bagi personil
3. Kantung harus di bolak-balik dengan lembut bebebrapa kali untuk memastikan
isinya tercampur
2. Donasi Komponen Darah : Aferesis
Donor dengan prosedur aferesis untuk koleksi plasma, trombosit, sel darah merah,
atau kombinasinya dapat dilakukan pada tempat pengumpulan yang tetap atau
berpindah-pindah.
Prosedur Leukafersis untuk mengumpulkan, misalnya granulosit, limfosit, sel-sel
progenitor darah perifer , hanya boleh dilakukan di unit aferesis tetap.
Dalam setiap unit aferesis, atau pada setiap sesi donor darah dimana aferesis
dilakukan, telepon harus tersedia sehingga layanan darurat dapat dihubungi setiap saat.
Konsultan yang bertanggung jawab untuk aferesis harus memastikan bahwa, setiap
persyaratan minimum, semua profesional kesehatan yang terlibat dengan prosedur
aferesis telah menerima pelatihan.
Peralatan resusitasi seperti yang dipersyaratkan untuk sesi donor darah harus tersedia
di semua sesi dalam melakukan prosedur aferesis rutin.
Frekuensi Aferesis. Donor tidak harus menjalani total lebih dari 24 plasma atau trombosit
aferesis per tahun termasuk tidak lebih dari 12 prosedur leukaferesis per tahun. Tidak lebih
dari 15 liter plasma yang di sumbangkan oleh salah satu donatur dalam sethaun. Tidka lebih
dari 2,4 liter plasma yang disumbangkan oleh salah satu donatur dalam jangka waktu satu
bulan. Setelah donor darah lengkap, atau setara dengan hilangnya jumlah sel darah merah
selama prosedur aferesis, donor sebaiknya tidak mendonorkan plasma, trombosit, atau
leukositnya untuk jangka waktu delapan minggu.
3. Kriteria Penerimaan Donor
Donor aferesis yang pertama kali diberikan setidaknya satu donor darah rutin tanpa
efek yang tidak diinginkan dalam dua tahun terakhir (hal ini dapat memerikan indikasi
kemampuan mereka untuk mentoleransi prosedur aferesis). Selain itu, kriteria berikut harus
diperhatikan untuk pedonor aferesis:
a. Pendonor pertama kali harus berumur 18-60 tahun. Donor dapat terus
menyumbangkan dengan metode ini hingga sebelum umur 65 tahun.
b. Berat badan tidak boleh kurang dari 50 kg. Untuk donor dengan berat badan antara 50
dan 60 kg, extra-corporeal volume (ECV) harus dihitung dda tidak pernah melebihi
20%.
c. Jumlah trombosit pra-donasi minimum harus 150 x 103/ml.
d. Pascaprosedur, jumlah trombosit diprediksi harus tidak kurang dari 100x103/ml
e. Penderita sel sabit tidak bisa diterima sebagai donor aferesis.
f. Periode penangguhan dilakukan terhadap donor trombosit yang sedang mengonsumsi
obat yang mempengaruhi fungsi trombosit (misalnya aspirin atau obat anti-inflamasi
non-steroid).
Reaksi tranfusi yang tidak diinginkan dapat dicegah dengan melakukan beberapa
tindakan, diantaranya yang penting adalah pemeriksaan komponen darah resipen maaupun
donor sebelum dilakukan tranfusi, khususnya pengujian kesesuain (kompatibilitas).
Sebenarnya istilah pengujian inkompatibilitas lebih tepat karena tidak ada darah transfuse
yang 100 % kompatibel kecuali bila digunakan darah dari kembar identik atau transfuse
autolog.
Pengujian inkompabilitas dilakukan dengan uji silang minor dan uji silang major. Uji
silang aminor adalah menguji plasma donor terhadaperitrosit resipien. Pada saat ini
sebenarnya uji silang minor sudah jarang dilakukan terutama bila diberikan transfuse
konsentrat eritrosit (packed cells) dan bila telah dilakukan uji penyaring antibody secara
rutin. Namun demikian uji silang minor masih tetap perlu dilakukan bila plasma dalam jumlah
besar. Dengan uji silang minor dapat diperoleh konfirmasi mengenai golongan ABO dan
kesan mengenai ada tidaknya antibody serta memungkinkan ditemukannya factor gologan
darah yang baru. Uji silang major menguji eritrosit donor terhadap plasma atau serum resipen.
a. Eritrosit donor perlu dicuci dahulu sebelum digunakan untuk menghilangkan berbagai
antigen yang larut, misalnya antigen Le, dan lain-lain
b. Lebih baik melakukan reaksi silang dengan 2 tabung daripada 1 tabung
c. Perlu membedakan hasil uji inkompatibilitas yang positif dari pembentukan rouleaux
d. Pada saat yang sama perlu dilakukan control dengan menguji plasma resipen terhadap
eritrositnya sendiri (autocontrol)
Bila uji silang positif sedangkan autokontrol negative dapat dipikirkan adanya
aloantibodi, misalnya anti-A1 atau anti-H. bila autocontrol positif mungin terjadi
autoantibody.
Kehilangan darah >15 % dari volume darah Mungkin ada indikasi transfuse sel darah
merah, terutam jika diperkirakan perdarahan
berlanjut
Pada awal program afetesis, kesehatan donor dan kesesuaian umum harus dinilai.
Sebagai persyaratan minimul untuk semua donor, tekanan darah, denyut nadi, dan berat badan
harus diperiksa dan dicatat. Pada setiap pertemuan berikutnya, kesehatan donor dan
kesesuaian untuk melanjutkan program aferesis harus dinilai ulang.
Donor darah diambil dengan teknik yang aseptik kedalam kantung-kantung plastik
yang mengandung sejumlah antikoagulan yang sesuai, biasanya sitrat, fosfat, dekstrosa
(CPD). Sitrat mencegah koagulasi darah dengan cara bergabung dengan kalsium darah.
Sebelum digunakan, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan berikut: Penggolongan darah ABO
dan RhD, penapisan antibodi eritrosit, dan pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan sifilis,
antigen permukaan hepatitis B(Hbs Ag).
Darah disimpan di suhu 40C dan dapat bertahan selama 21 hari, setelah 48 jam
pertama banyak ion K+ yang hilang dari sel eritrosit menuju plasma. Dalam hal ini infusi K+
dapat berbahaya, darah segar seharusnya digunakan dalam penukaran transfusi pada penyakit
hemolisis baru lahir. Darah dapat diberikan dengan whoole blood atau dipisahkan menjadi
beberapa komponen. Lebih dibutuhkan untuk infus hanya dengan komponen yang diperlukan
seperti paket sel darah merah untuk penderita anemia.
Transfusi darah harus melalui prosedur yang ketat untuk mencegah efek samping
(reaksi transfuse) yang dapat timbul. Prosedur ini adalah
1. Penentuan golongan darah ABO dan Rh. Baik donor maupun resipien harus
mempunyai golongan darah yang sama
2. Pemeriksaan untuk donor terdiri atas :
a. Penapisan (screening) terhadap antibody dalam serum donor dengan tes
antiglobulin indirek (tes coombs indirek)
b. Tes serologic untuk hepatitis (B&C), HIV, sifilis (VDRL) dan CMV
C. Skema donor darah
Pertama perlu diingat bahwa transfusi darah hanya dilakukan apabila indikasi untuk
transfusi darah telah diidentifikasi secara pasti dan akurat dan harus selalu diusahakan agar
transfusi hanya dengan komponen yang diperlukan.
Indikasi utama untuk transfusi darah lengkap adalah untuk mengantisipasi perdarahan.
Menentukan jumlah kehilangan darah secara sulit.