Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum

QUALITY CONTROL URINALISA MENGGUNAKAN DIPSTICK


METODE CARIK CELUP

Kelompok : B1 A
Kelas : D-IV B
Semester : VI (Enam)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES MATARAM
ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
MATARAM
2016/2017
Nama Anggota Kelompok :

1. Aeni Halawiya (P07134114050)


2. Ahmad Busyairi Asgar (P07134114051)
3. Aprilia Prastika (P07134114053)
4. Ari Kurniawati (P07134114054)
5. Baiq Arum Palawangan (P07134114056)
6. Baiq Evianita Putri (P07134114057)
7. Buana Putri Ayu (P07134114058)
8. Diah Ayu Rizki. S (P07134114059)
9. Divika Suci (P07134114060)
10. Emaliana (P07134114061)
11. Esti Amelia Utari (P07134114062)
12. Fatmawati Riskiantini (P07134114063)
13. Hana Fatina (P07134114064)
14. Lalu Ahmad Afifi (P07134114073)
QUALITY CONTROL

URINALISA MENGGUNAKAN DIPSTICK

METODE CARIK CELUP

A. Waktu dan Lokasi Praktikum


1. Hari/ Tanggal : Jumat, 2 Juni 2017
2. Lokasi : Laboratorium Patologi Klinik, Jurusan Analis Kesehatan,
Poltekkes Mataram

B. Tujuan
1. Untuk melakukan kontrol terhadap kualitas dipstick urinalisa yang digunakan
untuk pemeriksaan kimia urine metode Carik Celup.
2. Untuk mengetahui kualitas pemeriksaan urinalisa denga dipstick yang digunakan
untuk pemeriksaan kimia urine metode Carik Celup.
3. Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan urinalisa denga dipstick yang digunakan
untuk pemeriksaan kimia urine metode Carik Celup.

C. Prinsip Kerja

Dibuat urine normal dan urine abnormal dengan penambahan suspensi eritrosit
pada urine normal/murni. Urine tersebut digunakan untuk menilai kualitas dipstick
yang digunakan dalam pemeriksaan urinalisa metode carik celup.

D. Dasar Teori

Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari
1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per
menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal
yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor".
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika
urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat.
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK
yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis
dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan
darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Berikut ini macam macam pemeriksaan urin :
a) Punks Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin
langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan
jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis
yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril.
Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter
sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung
kemih (ujung distal)..
b) Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidak
nyamanan pada penderita. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan
pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-
negative.
c) Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari
urin empat porsi yaitu:
Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra.
Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan
kondisi buli-buli.
Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat.
Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.
d) Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan
leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik
akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul
primer netrofil).Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan
nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada
bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak
semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat
dalam urin menurun akibat obat diuretik. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih
baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin.
e) Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan
bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang
pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
f) Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur
urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang
tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh
merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah <
103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya
merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra.
g) Pemeriksaan Makroskopis Urin
Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih, warna,
kejernihan, pH, dan berat jenis.

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk


kepentingan klinik. Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah untuk membantu diagnosa
penyakit pada penderita atau menegakkan diagnosa penyakit disamping untuk follow
up terapi.
Untuk menentukan apakah hasil yang dikeluarkan oleh bagian laboratorium sudah
sesuai dengan keadaan penderita dan bukan karena kesalahan pemeriksaan, maka dalam
halterdapatnya keraguan perbedaan hasil antara keadaan klinik dan hasil
pemeriksaanlaboratorik, dapat dilakukan pemeriksaan ulang. Hal ini tentu memakan
waktu dan biaya yang lebih banyak untuk melakukan pemeriksaan ulang tersebut.
Sehingga untuk mengatasi hal tersebut umumnya dilakukan penilaian ulang terhadap
tahap tahap pemeriksaan yang dilakukan

Quality Control ( QC) atau pemantapan mutu adalah salah satu komponen dalam
proses kontrol dan merupakan elemen utama dari sistem manajemen mutu. Memonitor
proses yg berhubungan dengan hasil tes serta dapat mendeteksi adanya error yang
bersumber dari alat , keadaan lingkungan atau operator. Memberikan keyakinan bagi
laboratorium bahwa hasil yg dikeluarkan adalah akurat & reliabel.

Alat-alat dilaboratorium harus memenuhi persyaratan mutu untuk mencapai


kepuasan pelanggan dengan presisi dan hasil yang akurat. Salah satu alat pemeriksaan
dibidang kimia klinik yaitu dipstick urinalisa. Dipstick urinalisa merupakan suatu alat
yang terbuat dari secarik plastik kaku yang pada sebelah sisinya dilekati dengan satu
sampai sepuluh kertas isap atau bahan penyerap lain yang masing-masing mengandung
reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat yang mungkin ada didalam urin.
Pemeriksaan kimia urin dengan dipstick menggunakan suatu metode yaitu metode
Carik Celup.

Meskkipun sensitive dan spesifik, pemakaian carik celup menghendaki agar cara
memakainya mengikuti pentunjukpetunjuk yang ditentukan oleh perusahan pembuat
carik celup. Jika tidak mengikutinya maka hasil pemeriksaan dapat menyimpang dari
keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, pelu dilakukan uji Quality Control terhadap alat
secara berkala.

E. Alat Dan Bahan


1. Alat
Dipstick;
Wadah dipstick sebagai standard warna;
Centrifuge
Tabung reaksi;
Rak tabung reaksi.
Pipet tetes;
Batang pengaduk;
Tisu;

2. Bahan
Urin;
Eritrosit.
Aquadest

F. Prosedur Kerja
A. Mempersiapkan Urin Normal dan Abnormal
1. Disiapkan urin normal dan urine abnormal
2. Urine abnormal dibuat dengan mencampur urine normal dengan suspensi
eritrosit yang telah dipisahkan dari serumnya.
B. Pemeriksaan Quality Control Dipstick Urinalisa
1. Diamati tanggal kadaluarsa dipstick pada botol dipstick
2. Dikeluarkan dipstick (bahan kontrol) dari wadahnya.
3. Dibandingkan warna setiap parameter pada dipstick dengan standar warna pada
wadah.
4. Jika didapatkan hasil/ warna yang sama antara dipstick dengan standar warna,
maka dapat dikatakan bahwa dipstick dalam keadaan baik dan dapat digunakan
untuk pemeriksaan sampel urine

Catatan :

Ulangi pemeriksaan sebanyak 2-3 kali untuk setiap kategori.


Dipstick urinalisa ini dapat digunakan maksimal 6 bulan setelah botol
dibuka untuk pertama kalinya.
G. Hasil
PEMANTAPAN MUTU KIMIA URINE
BAHAN CONTROL : URINE BULAN/TAHUN : JUNI
2017

2 V

10

Target

Skala 0 5 10 15 20 25 30 - +1 +2 +3 - + 5 6 7 8 9 - +1 +2 +3 - +1 +2 +3 +4 - +1 +2 +3 N +1 +2 +3 +4 - +1 +2 +3 +4 - +1 +2 +3

Parameter BERAT JENIS LEUKOSIT NITRIT PH PROTEIN GLUKOSA KETON UROBILINOGEN BILIRUBIN DARAH

Keterangan :
Pemeriksaan 1-2 menggunakan sampel urine yang murni (normal)
Pemeriksaan 3-5 menggunakan sampel urine modifikasi (urine murni dicampur dengan eritrosit)
DIPSTICK URINALISYS QUALITY CONTROL

BERAT LEUKOSIT NITRIT PH PROTEIN GLUKOSA KETON UROBILINOGEN BILIRUBIN DARAH


JENIS
NILAI KONTROL 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF NORMAL NEGATIF NEGATIF
PEMERIKSAAN
KE-
1 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF 1 mg/dl NEGATIF 10 Ery/l
2 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF 1 mg/dl NEGATIF 10 Ery/l
3 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF 1 mg/dl NEGATIF 250 Ery/l
4 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF 1 mg/dl NEGATIF 250 Ery/l
5 1,030 NEGATIF NEGATIF 6 NEGATIF NEGATIF NEGATIF 1 mg/dl NEGATIF 250 Ery/l
6
7
8
9
10

Keterangan :
Pemeriksaan 1-2 menggunakan sampel urine yang murni (normal)
Pemeriksaan 3-5 menggunakan sampel urine modifikasi (urine murni dicampur dengan eritrosit)
H. Pembahasan
Pada praktikum ini, quality control terhadap dipstick urinalisa dilakukan dengan
cara menggunakan urine untuk menguji dipstick tersebut. Urine dibagi menjadi dua
kategori yaitu urine normal dan urine abnormal. Urine abnormal diperoleh dengan
mencampur urine normal dengan gula, serum dan darah secara terpisah kemudian urine
diuji menggunakan dipstick urinalisa.
Sebelum dilakukan Quality Control dipstick menggunakan urine terlebih dahulu
memastikan dipstick tersebut belum melewati tanggal kadaluarsa. Kemudian
bandingkan warna dipstick tersebut dengan standar warna pada wadah dipstick yang
telah tersedia untuk memastikan kondisi dipstick masih dalam keadaan baik, sehingga
warna masing-masing parameter pemeriksaan pada dipstick yang belum digunakan
tersebut harus menunjukkan hasil negatif dan normal.
Pada pengamatan membandingkan warna tersebut dapat dilihat bahwa warna
dipstick pada beberapa parameter menunjukkan bahwa dipstick dalam keadaan tidak
baik karena telah terjadi perubahan warna sebelum digunakan.
Quality control terhadap dipstick ini dilakukan dengan melakukan pengulangan
pemeriksaan terhadap urine normal sebanyak tiga kali dan pengulangan pemeriksaan
terhadap urine yang ditambahkan eritrosit sebnyak 2 kali. Hasil yang diperoleh berupa
hasil yang tinggi pada pemeriksaan parameter eritrosit/blood, yaitu kadar glukosa
sebesar 250 ery/l, sedangkan pada urine normal yang diperiksa tidak diperoleh kadar
eritrosit negatif melainkan kadar eritrosit sebesar 10 ery/l.
Dari hasil quality control tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa
penyimpangan, baik dari warna dipstick yang sudah tidak baik dikarenakan beberapa
faktor maupun bahan urine kontrol / normal yang tidak mendukung dalam kontrol
kualitas parameter pemeriksaan eritrosit pada urine karena memang sudah mengandung
sedikit kadar eritrosit.

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil quality control yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dipstick
yang diuji kualitasnya tidak layak digunakan untuk pemeriksaan urinalisa metode carik
celup karena terdapat perbedaan warna antara dipstick dan warna standar.
J. Dokumentasi

Standar warna Dipstick Urinalisa


dipstick urinalisa

Hasil pemeriksaan urine abnormal

Mataram, Juni 2017


Dosen Pembimbing Praktikan,

H. Yunan Jiwintarum, S.Si.,M.Kes. Kelompok B1 A

Anda mungkin juga menyukai