Anda di halaman 1dari 45

SUMBER-SUMBER KESALAHAN PADA TAHAP

PRA ANALITIK, ANALITIK DAN


PASCA ANALITIK
Maria Tuntun, S.Pd., M.Biomed

Pendahuluan
pengendalian mutu melalui 5Q Frame work untuk kualitas manajemen, maka Anda
etelah Anda mempelajari dasar-dasar pengendalian mutu dan dapat menerapkan

S harus mengetahui sumber-sumber kesalahan yang sering terjadi di laboratorium klinik.


Kegiatan pemeriksaan sampel di laboratorium dimulai dari tahap pra analitik, tahap
analitik dan tahap pasca analitik. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang dipercaya/ bermutu, maka setiap tahap kegiatan harus benar, sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP). Mulai dari mempersiapkan pasien untuk mendapatkan sampel
yang reprasentatif, pengambilan sampel, pengolahan sampel, pengiriman sampel,
pemeriksaan sampel sampai distribusi hasil pemeriksaan pasien kepada klinisi. Pada setiap
tahap, mulai dari tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik selalu ada peluang
untuk terjadinya kesalahan.
Anda sebagai seorang tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) yang telah
bekerja di laboratorium klinik rumah sakit atau laboratorium klinik puskesmas, apakah pernah
mendapatkan hasil pemeriksaan yang meningkat atau turun secara terus menerus dengan
pola yang sama dalam beberapa waktu? Apabila mendapati keadaan seperti ini, apa yang
terfikir oleh Anda? Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi keadaan seperti ini?
Hasil pemeriksaan yang mempunyai pola yang sama, seperti ada kecenderungan
meningkat secara terus menerus atau turun yang menjurus ke satu arah, atau hasilnya selalu
lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya. Hal ini merupakan suatu tanda bahwa
telah terjadi kesalahan di laboratorium. Kesalahan tersebut dinamakan kesalahan sistematik.
Kesalahan sistematik menunjukan tingkat ketepatan (akurasi) hasil pemeriksaan berkurang.
Sebagai seorang tenaga ATLM, Anda pasti mengetahui adanya kesalahan-kesalahan
dalam kegiatan pemeriksaan di laboratorium. Kesalahan-kesalahan ini ada yang sulit untuk
dihindari, seperti ketidakstabilan yang dapat terjadi pada penangas air, reagen, pipet, dan
lainlain. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan acak, yaitu suatu kesalahan dengan pola yang
tidak tetap. Apa yang Anda lakukan bila mendapati keadaan demikian?
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di
laboratorium, mulai dari tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik. Secara

✓ Kendali Mutu 1
umum ada 2 jenis kesalahan, yaitu kesalahan teknik dan kesalahan non teknik. Dalam
kesalahan teknik ada 2 jenis kesalahan yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan acak.
Manfaat yang Anda dapatkan setelah mempelajari bab ini, yaitu mengetahui tentang
sumber-sumber kesalahan tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik di
laboratorium, kesalahan acak, dan kesalahan sistematik. Materi dalam bab ini harus dikuasai,
agar Anda dapat mengurangi atau menghilangkan sumber-sumber kesalahan dalam kegiatan
di laboratorium yang menjadi profesi Anda. Dengan semakin sedikitnya sumber-sumber
kesalahan diharapkan mutu laboratorium semakin meningkat. Sehubungan tugas Anda
sebagai seorang ATLM, yang membantu dokter dalam menegakkan diagnosa pasiennya, hasil
pemeriksaan laboratorium menjadi penentu dalam melakukan terapi, atau tindakan
selanjutnya.
Uraian dalam bab I ini terdiri dari 2 topik, yaitu:
Topik 1. Sumber Kesalahan Teknik
Topik 2. Sumber Kesalahan Non teknik

Berikut ini adalah beberapa petunjuk belajar yang dapat Anda cermati untuk menguasai
materi dalam bahan ajar ini, yaitu:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan sehingga dapat dipahami dengan tuntas
tentang apa, bagaimana, serta manfaat mempelajari bahan ajar ini.
2. Bacalah dengan cermat tiap bagian serta temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
dianggap baru. Kemudian carilah pengertian kata kunci tersebut dalam kamus yang
Anda miliki.
3. Cermatilah konsep-konsep yang dibahas dalam bahan ajar ini melalui pemahaman
sendiri, diskusi dengan teman, atau diskusi dengan dosen Anda.
4. Carilah sumber atau referensi yang relevan terkait materi atau konsep yang Anda baca
untuk menambah wawasan apabila materi yang dibahas dalam bahan ajar ini menurut
Anda dianggap masih kurang.
5. Anda juga perlu membaca ringkasan yang disajikan dalam tiap akhir topik untuk
membantu Anda mengingat kembali pokok-pokok pembahasan pada topik tersebut.
Mantapkan pemahaman yang telah Anda kuasai dengan mengerjakan latihan yang
tersedia dalam bahan ajar.
6. Kerjakan semua latihan untuk membuat Anda lebih memahami isi setiap topik.
7. Kerjakan semua soal tes yang disediakan pada setiap akhir topik. Hal ini penting
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Anda terhadap materi yang
dipelajari dalam bahan ajar ini. Dengan mengerjakan latihan dan tes yang telah
disiapkan, pemahaman Anda akan lebih komprahensif. Tes dikembangkan dengan
maksud membantu mengukur tingkat pemahaman Anda terhadap materi yang
disajikan.

Akhirnya selamat belajar, semoga kesuksesan menyertai Anda!

✓ Kendali Mutu 2
Topik 1
Sumber Kesalahan Teknik
lepas dari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di laboratorium. Pada Topik 1 ini

D alam pendahuluan telah disampaikan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium tidak


diharapkan Anda mempunyai kompetensi dalam mengidentifikasi kesalahankesalahan
teknik, seperti kesalahan acak dan kesalahan sistematik. Secara umum
kesalahankesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium dikelompokkan
menjadi:
1. Pra analitik
a. Ketatausahaan (clerical)
b. Persiapan penderita (patient Praparation)
c. Pengumpulan spesimen (specimen Collection)
d. Penanganan sampel (sampling handling)
2. Analitik
a. Reagen (reagents)
b. Peralatan (instruments)
c. Kontrol & bakuan (control & standard)
d. Metode analitik (analytical method)
e. Ahli Teknologi (Technologist)
3. Pasca analitik
a. Perhitungan (calculation)
b. Cara menilai (method evaluation)
c. Ketatausahaan (clerical)
d. Penanganan informasi (information handling) (Kahar, 2005).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak melahirkan inovasi di laboratorium
klinik. Banyak metode manual telah diubah menjadi otomatisasi untuk mendapatkan hasil
laboratorium yang cepat dan akurat. Namun laboratorium tidak terlepas dari kerjasama
dengan klinisi yang membutuhkan hasil laboratorium dalam menetapkan diagnosa pasiennya.
Upaya untuk mendapatkan hasil laboratorium yang andal dalam tahap analitik, harus diiringi
dengan tahap pra analitik dan pasca analitik yang benar. Prosedur yang tepat pada tahap pra
analitik dan pasca analitik sama pentingnya, tahap dimana persiapan, pengambilan dan
pengolahan spesimen (pra analitik) dan tahap setelah spesimen dianalisis di laboratorium
(pasca analitik) memberikan kontribusi yang besar untuk keandalan hasil laboratorium
(Usman, 2015).

✓ Kendali Mutu 3
Tahap-tahap pemeriksaan spesimen di laboratorium mulai dari tahap pra analitik lalu tahap
analitik dan yang terakhir tahap pasca analitik, yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1. Tahap-tahap proses pemeriksaan di laboratorium


(Sumber: Usman, 2015)

Pada setiap tahap selalu ada peluang untuk terjadinya kesalahan, baik kesalahan yang
tidak dapat dihindari maupun kesalahan yang sulit untuk diatasi. Kesalahan yang terjadi pada
tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu dapat mencapai 68%, sedangkan kesalahan pada
tahap analitik sekitar 13%, dan pada tahap pasca analitik kesalahannya sekitar 19% (Usman,
2015).
Kesalahan yang terjadi di laboratorium selama proses pemeriksaan, dikelompokkan
menjadi 2 jenis kesalahan analitik, yaitu kesalahan teknik dan kesalahan non teknik. Kesalahan
teknis sering terjadi pada tahap analitik, yaitu berhubungan dengan reagensia, peralatan,
bahan kontrol, metode pemeriksaan yang digunakan dan pada tenaga ATLM. Kesalahan ini
sering terjadi pada saat proses pemeriksaan berlangsung, yaitu dapat berupa kesalahan acak
dan kesalahan sistematik.
Kesalahan non teknis sering terjadi pada tahap pra analitik dan pasca analitik. Pada
tahap pra analitik kesalahan yang terjadi berhubungan dengan ketatausahaan, persiapan
pasien, pengumpulan spesimen, dan penanganan spesimen. Pada tahap pasca analitik
kesalahan sering terjadi pada penghitungan hasil (jika masih menghitung cara manual) dan
pada saat penulisan hasil. (Santoso, Witono, dkk, 2008). Kesalahan non teknik akan dibahas
lebih lanjut pada Topik 2 bab ini.

A. KESALAHAN TEKNIK

Pemeriksaan sampel pasien di laboratorium klinik pada dasarnya adalah kegiatan


pengukuran analit yang terkandung di dalam sampel tersebut dengan suatu instrumen dan
metode tertentu untuk mengetahui kadar/jumlah analit yang dimaksud. Pengukuran
dilakukan untuk mengetahui kadar atau jumlah kandungan analit tertentu. Misalkan pada
✓ Kendali Mutu 4
pengukuran kandungan biokimia darah, dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa darah,
kadar protein darah, kadar lemak darah dan lain-lain. Pada pengukuran jumlah sel-sel darah,
dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah putih (lekosit), jumlah sel darah merah
(eritrosit), jumlah sel trombosit dan kandungan kadar hemoglobin dalam darah, serta pada
pengukuran kandungan (titer) antibodi atau antigen yang ada dalam tubuh seseorang.
Kegiatan pengukuran tersebut pada dasarnya adalah untuk mengetahui seberapa
banyak kadar/kandungan analit yang terdapat dalam sampel pasien. Kegiatan pengukuran ini
merupakan pekerjaan rutin di laboratorium yang dilaksanakan oleh tenaga Ahli Teknologi
Laboratorium Medik (ATLM). Pengukuran/pemeriksaan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan dalam tahap analitik. Setiap hasil pengukuran/pemeriksaan spesimen di
laboratorium akan selalu mengandung kesalahan/error. Tidak ada pengukuran yang bebas
dari kesalahan. Kesalahan ini disebut kesalahan teknik, yaitu kesalahan yang timbul pada saat
melaksanakan pemeriksaan di labortaorium. Kesalahan teknik merupakan kesalahan yang
sudah melekat, bersifat alamiah, selalu ada pada setiap pemeriksaan dan seakan-akan tidak
mungkin dapat dihindari. Usaha perbaikan hanya dapat memperkecil kesalahan tapi tidak
mungkin menghilangkannya, misalnya kesalahan dalam mengatur panjang gelombang pada
fotometer atau kesalahan dalam mengatur suhu waterbath atau kesalahan dalam
pengenceran larutan standar (Depkes, 2008; Santoso, 2008).
Kesalahan teknik atau kesalahan analitik yang terjadi di laboratorium, umumnya
dipengaruhi faktor sebagai berikut:
1) Reagen (reagents)
2) Peralatan (instruments)
3) Kontrol & bakuan (control & standard)
4) Metode analitik (analytical method)
5) Ahli Teknologi (Technologist)

1. Reagen (Reagents)
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.

a. Menurut tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi:


1) Reagen tingkat analitis (Analytical Reagen/ AR)
Reagen tingkat analitis adalah reagen yang terdiri atas zat-zat kimia yang mempunyai
kemurnian sangat tinggi. Kemurniannya dicantumkan pada botol/wadahnya.
Penggunaan bahan kimia ini tidak dapat digantikan dengan bahan kimia tingkat
lain.
2) Zat kimia tingkat lain
Zat kimia ini tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang berbeda, yaitu:
a. Tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade)
b. Tingkat praktis (Practical Grade)

✓ Kendali Mutu 5
c. Tingkat komersil (Commercial Grade)
Merupakan zat kimia yang bebas diperjualbelikan dipasaran, seperti alkohol
70%.
d. Tingkat teknis (Technical Grade)
Umumnya zat kimia tingkat ini digunakan pada industri kimia
Zat kimia yang mempunyai tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade) yang hanya
dapat digunakan sebagai reagensia di laboratorium, sedangkan zat kimia lainnya
(practical grade, commercial grade, technical grade) tidak perbolehkan (Depkes, 2008).

b. Menurut cara pembuatannya, dibagi menjadi:


1) Reagen jadi (reagen komersial)
Reagen komersial yaitu reagen yang dibuat oleh pabrik, reagen ini direkomendasikan
sebagi pilihan utama. Jika tidak ada reagen komersial, maka diperbolehkan
menggunakan reagen buatan sendiri.
2) Reagen buatan sendiri
Keuntungan reagen buatan sendiri:
 Dapat dibuat segar sehingga penundaan dan kerusakan akibat
transportasi dan penyimpanan dapat dihindari.
 Penggunaan zat pengawet dapat dihindari.
 Bila timbul masalah, pemecahannya lebih mudah sebab proses
pembuatannya diketahui.
 Bila reagen rusak atau terkontaminasi, maka dapat segera membuat
reagen tersebut. Tidak perlu menunggu pemgiriman reagen tersebut.
 Penghematan dari segi biaya.

Kerugian reagen buatan sendiri:


 Sulit distandarisasi
 Biasanya tidak melalui uji Quality Control (QC)
 Tidak dapat ditentukan stabilitasnya (Depkes, 2008).

2. Peralatan (instruments)
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual)
yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut
pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan (Depkes,
2008).
Cara penggunaan/pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus
ditulis dalam instruksi kerja. Setiap peralatan harus dilakukan pemeliharaan (maintenance)
sesuai dengan petunjuk penggunaan, yaitu agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat
beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan

✓ Kendali Mutu 6
secara rutin. Setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan dekat alat
tersebut, kartu ini berisi catatan setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan
kelainankelainan yang ditemukan. Bila terjadi kerusakan/kelainan pada alat, maka segera
dilaporkan kepada penanggung jawab alat tersebut untuk dilakukan perbaikan (Depkes,
2008).
Keuntungan melakukan pemeliharaan alat (maintenance) akan diperoleh: a.
Peningkatan kualitas produksi
b. Peningkatan keamanan kerja
c. Pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti
d. Penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana
e. Penurunan biaya perbaikan (Depkes, 2008).

3. Kontrol dan Bakuan (Control and Standard)


Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu
pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari.
Persyaratan bahan kontrol:
a. Harus memilki komposisi yang sama dengan spesimen.
Misalnya: untuk pemeriksaan urine digunakan bahan kontrol urine atau menyerupai urine,
untuk pemeriksaan darah digunakan bahan kontrol darah atau menyerupai darah. b. Harus
stabil
Komponen yang terkandung dalam bahan kontrol harus stabil, artinya tidak akan berubah
dalam masa penyimpanan sampai batas kadaluarsa.
c. Mempunyai sertifikat analisa yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:


a. Sumber bahan kontrol
Berdasarkan sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau bahan
kimia murni. Untuk pemeriksaan spesimen dari manusia, sebaiknya menggunakan
bahan kontrol dari manusia. Karena dalam bahan kontrol yang berasal dari binatang ada
beberapa zat yang berbeda dengan spesimen dari manusia.
b. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuk bahan kontrol ada yang berupa: bentuk cair, bentuk padat bubuk (liofilisat)
dan bentuk strip. Bentuk liofilisat lebih stabil dan tahan lama dibandingkan bentuk cair.
Bahan kontrol bidang kimia klinik, hematologi dan imunoserologi umumnya
menggunakan bentuk cair dan liofilisat. Bidang urinealisa menggunakan bentuk cair,
liofilisat dan strip.
c. Cara pembuatan bahan kontrol
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dibeli dalam bentuk jadi. Bahan kontrol yang dibuat
sendiri dapat menggunakan bahan dari manusia (serum, lisat) atau menggunakan bahan

✓ Kendali Mutu 7
kimia murni. Bahan kontrol yang diambil manusia harus bebas dari penyakit menular
lewat darah, seperti HIV, hepatitis, HCV dan lain-lain.

Ada bermacam-macam bahan kontrol buatan sendiri, yaitu:


1) Pool sera
Bahan kontrol ini dibuat dari kumpulan sisa serum pasien sehari-hari. banyak digunakan
bidang kimia klinik. Keuntungan pool sera yaitu: mudah didapat, bahan berasal
dari manusia (pasien), tidak perlu dilarutkan (rekonstitusi), dan murah.
Kerugiannya yaitu: merepotkan tenaga teknis untuk membuatnya, harus
membuat kumpulan serum khusus untuk enzim, snalisis statistik harus dikerjakan
setiap 3-4 bulan, stabilitas beberapa komponen kurang terjamin (aktivitas enzim,
bilirubin dan lain-lain), bahaya infeksi sangat tinggi.
2) Bahan kontrol kimia murni
Bahan kontrol ini dibuat dari bahan kimia murni (larutan spikes), banyak digunakan
bidang kimia klinik, urinealisa dan kimia lingkungan.
3) Hemolisat
Bahan kontrol ini dibuat dari lisat, banyak digunakan bidang hematologi
4) Bahan kontrol dari strain murni
Bahan kontrol ini untuk pemeriksaan bidang mikrobiologi.

Bahan kontrol yang sudah jadi (komersial), yaitu:


1) Unassayed
Merupakan bahan kontrol yang tidak memiliki nilai rujukan sebagai tolak ukur. Nilai
rujukan dapat diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya dibuat
kadar normal/abnormal (abnormal tinggi atau abnormal rendah). Keuntungan
bahan kontrol
2) Assayed
Merupakan bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi
menurut metode pemeriksaannya. Hanya bahan kontrol ini lebih mahal. Bahan
kontrol ini dapat digunakan untuk akurasi kontrol, selain itu dapat digunakan
untuk menilai alat dan cara baru.

4. Metode analitik (Analytical Method)


Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang laboratorium berkembang dengan pesat,
persaingan antar laboratorium semakin ketat, serta tuntutan pelanggan terus meningkat, hal
ini harus menjadi perhatian laboratorium dalam memilih metode pemeriksaan yang
dibutuhkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa metode pemeriksaan yang digunakan tetap
memiliki makna klinis sebagaimana yang dibutuhkan. Mampu mendeteksi analit dengan
sensitifitas dan spesifisitas tinggi, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di bidang kesehatan.

✓ Kendali Mutu 8
Berkembangnya teknologi automatisasi dan teknologi Informasi di dunia laboratorium
semakin memudahkan dan mempercepat proses pemeriksaan untuk mendapatkan hasil
laboratorium yang akurat.

Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pemeriksaan: a.


Tujuan Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan dapat untuk uji saring, diagnostik dan evaluasi
hasil pengobatan serta surveilen. Pemilihan metode pemeriksaan harus dengan
kemampuan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, agar hasil yang didapatkan
mempunyai keandalan dan dapat dipercaya.
b. Kecepatan Hasil Pemeriksaan
Pasien di UGD (Unit Gawat Darurat) memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium yang
cepat untuk mengatasi kegawatdaruratannya, sehingga dibutuhkan metode
pemeriksaan yang cepat untuk diagnostik dan pengobatan.
c. Rekomendasi Resmi
Metode pemeriksaan yang digunakan di laboratorium harus yang direkomendasikan oleh:
1) WHO (World Health Organization)
2) IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)
Meliputi pemeriksaan kimia klinik
3) NCCLS (National Comittee for Clinical Laboratory Standards)
Meliputi pemeriksaan mikrobiologi
4) ICSH (International Comittee for Standarisationin Hematology)
Meliputi pemeriksaan hematologi

Metode pemeriksaan dan prosedur kerjanya harus sesuai dengan persyaratan standar,
diantaranya:
1) Penerimaan, identifikasi, labeling, penanganan, pengambilan dan penyimpanan
spesimen dan bahan kontrol.
2) Spesifikasi spesimen yang akan diperiksa
3) Metode analisa baik rekomendasi nasional maupun internasional termasuk metode
baku (referensi).
4) Metode-metode lain yang perlu dipertimbangkan oleh pihak klien dan laboratorium
(Imankhasani, 2005)

5. Ahli Teknologi (Technologist)


Seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam mengeluarkan hasil laboratorium, sehingga harus mempunyai kompetensi yang
sesuai. Hasil laboratorium digunakan oleh dokter untuk menangani pasien dalam hal terapi
dan diagnostik, sehingga seorang ATLM berperan penting dalam proses penyembuhan

✓ Kendali Mutu 9
penyakit pasien. Seorang ATLM yang bekerja di laboratorium harus memperoleh cukup
banyak informasi mengenai pasien dan penyakitnya untuk mengambil keputusan hasil
laboratorium (WHO, 2011).
ATLM dan dokter yang meminta pemeriksaan laboratorium wajib merahasiakan
informasi mengenai hasil pemeriksaannya; hanya dokter yang berhak menerima laporan hasil
laboratorium. Ketika pasien meminta keterangan mengenai hasil pemeriksaan tersebut,
pasien diberi tahu agar menanyakannya kepada dokter (WHO, 2011).
Di kebanyakan negara, terdapat standar perilaku moral dan profesional yang tinggi bagi
para dokter serta personel laboratorium yang kompeten. Setiap pekerja laboratorium yang
bekerja dengan bahan-bahan klinis harus menjaga standar tersebut (WHO, 2011).
Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium terdiri dari 2 jenis
kesalahan, yaitu:
a. Kesalahan acak (random error)
b. Kesalahan sistematik (systematic error)
a. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak (random error) disebabkan oleh faktor-faktor yang secara acak/random
berpengaruh pada proses pengukuran. Kesalahan ini bersumber dari variasi yang bersifat acak
dan dapat terjadi diluar kendali personil yang melakukan pengukuran. Kesalahan jenis ini
menunjukkan tingkat ketelitian (prasisi) pemeriksaan. Kesalahan ini akan tampak pada
pemeriksaan yang dilakukan berulang pada sampel yang sama dan hasilnya bervariasi,
kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai seharusnya. Hasil pengukuran
berulang tersebut akan terdistribusi di sekitar nilai sebenarnya (true value), dan mengikuti
distribusi normal (Gausian). Faktor kesalahan acak ini sebenarnya dapat dikurangi dengan
melakukan banyak pengulangan pengukuran. Kesalahan acak dapat ditentukan dengan
menggunakan metode statistic (Santoso, 2008; Depkes, 2008).
Kesalahan ini merupakan kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebab kesalahan
ini adalah ketidakstabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet, dan lain-lain. Kesalahan
ini berhubungan dengan prasisi/ketelitian.
Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut:
1) instrumen yang tidak stabil
2) variasi temperatur, variasi reagen dan kalibrasi
3) variasi teknik pada prosedur pemeriksaan (pipetasi, pencampuran, waktu
inkubasi)
4) variasi operator/analis

Selain beberapa hal tersebut, ada penyebab lain yang dapat menyebabkan kesalahan acak
seperti fluktuasi tegangan listrik dan kondisi lingkungan (Santoso, 2008; Depkes, 2008).

b. Kesalahan Sistematik (Systematic error)

✓ Kendali Mutu 10
Kesalahan sistematik disebabkan oleh berbagai faktor yang secara sistematis
mempengaruhi hasil pengukuran. Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketepatan (akurasi)
pemeriksaan. Sifat kesalahan ini menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar
atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya.
Kesalahan sistematik ini merupakan kesalahan yang terus menerus dengan pola yang
sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik.
Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi suatu metode atau alat, dan kesalahan ini dapat
menghasilkan nilai yang tetap atau jika berubah dapat dipradiksi. Jadi kesalahan sistematik
akan memberikan bias pada hasil pengukuran. Bias tersebut dapat bernilai positif atau negatif.
Sifat kesalahan ini menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu
lebih kecil dari nilai seharusnya. Kesalahan ini tidak dapat dikurangi dengan cara pengulangan
pengukuran. Dalam prakteknya, kesalahan ini sangat sulit untuk diidentifikasi/ditentukan
(Santoso, 2008; Depkes, 2008).
Kesalahan sistematik umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1) Spesifitas reagen rendah (mutu rendah)
2) Kelemahan metode pemeriksaan
3) Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak
4) liniear)
5) Mutu reagen kalibrasi kurang baik
6) Alat bantu (pipet) yang kurang akurat
7) Panjang gelombang yang dipakai
8) Salah cara melarutkan reagen

Kesalahan sistematik dibagi dua, yaitu:


a. Kesalahan sistematik konstan (constant systematic error)
Yaitu kesalahan pada tes sistem dimana besarnya kesalahan tetap konstan pada seluruh
rentang dari pengukuran tes.
Kondisi ini disebut juga constant bias.
Contoh: Seluruh nilai hemoglobin terbaca 2 g/dl lebih tinggi dibandingkan nilai benar.

Tabel 3.1. Contoh kesalahan sistematik konstan

Nilai Hb terukur (g/dl) Nilai Hb benar (g/dl)


10 8
11 9
12 10
13 11

b. Kesalahan sistematik proporsional (proportional systematic error)


✓ Kendali Mutu 11
Yaitu kesalahan pada tes sistem dimana besarnya kesalahan meningkat sesuai dengan kadar
substansi yang terukur.
Contoh: Besarnya bias meningkat secara proporsional dengan besar nilai benar.

Tabel 3.2. Contoh kesalahan sistematik proporsional

Nilai Hb terukur (g/dl) Nilai Hb benar (g/dl)


9,0 8
10,5 9
12,0 10
13,5 11
(Sukorini, 2010).

B. CARA MENGATASI KESALAHAN TEKNIK

Kesalahan teknis yaitu kesalahan yang timbul pada saat melaksanakan pemeriksaan di
labortaorium (tahap analitik). Walaupun kesalahan teknik yang paling kecil jika dibandingkan
kesalahan pra analitik dan pasca analitik, tetapi tetap harus mendapat perhatian.
Laboratorium dengan instrumen otomatis yang terintegrasi dengan komputer, akan lebih
mudah melakukan pelacakan kesalahan yang terjadi selama proses pemeriksaan berlangsung.
Melakukan pemeriksaan bahan kontrol sebelum pemeriksaan spesimen pasien juga
merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan
laboratorium. Pelaksanaan sistem jaminan mutu di laboratorium akan membuat semakin kecil
kesalahan tahap analitik, sehingga akan didapatkan hasil laboratorium yang dapat dipercaya
oleh pelanggan (Usman, 2015).
Tahap analitik meliputi mulai dari spesimen yang siap diperiksa dengan instrumen
laboratorium sampai didapatkan hasil pemeriksaannya. Menyiapkan reagen, melakukan
perawatan peralatan laboratorium secara teratur, melakukan pemantapan mutu internal
secara rutin, menggunakan metode pemeriksaan yang andal dan teknisi laboratorium yang
kompeten akan mengurangi kesalahan yang dapat terjadi pada tahap analitik (Kahar, 2005).
Di bawah ini adalah cara mengatasi/ meminimalkan kesalahan teknis yang berupa kesalahan
acak dan sistematik.

✓ Kendali Mutu 12
Tabel 3.3. Cara meminimalkan kesalahan acak dan sistematik

Jenis Kesalahan Cara meminimalkan kesalahan

Ambil lebih banyak data. Kesalahan acak dapat dievaluasi melalui analisis
statistik dan dapat dikurangi dengan rata-rata pada sejumlah besar
Kesalahan acak pengamatan.

Jenis Kesalahan Cara meminimalkan kesalahan

Perhatikan hal-hal berikut ini:


1. Kestabilan instrumen harus dijaga
2. Temperatur harus konstan, reagen dengan lot yang sama dan lakukan
kalibrasi pada alat
3. Prosedur pemeriksaan sesuai SOP (
4. Teknik pipetasi yang benar, pencampuran, dan waktu inkubasi yang
tepat.
5. Teknisi laboratorium (ATLM) harus kompeten

Kesalahan sistematik sulit dideteksi dan tidak dapat dianalisis secara


statistik, karena semua data menuju ke arah yang sama (baik ke tinggi atau
terlalu rendah). Melihat dan mengoreksi kesalahan sistematis
membutuhkan banyak perawatan.
Perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Periksa sistem kontrol kualitas, pastikan bahan kontrol tidak
terkontaminasi, atau kadaluarsa.
2. Periksa reagensia yang digunakan
3. Periksa larutan standar

Kesalahan 4. lakukan kalibrasi kembali


sistematik 5. Periksa instrumentasi yang digunakan

Untuk mengatasi kesalahan acak yang terjadi di laboratorium, perlu dilakukan suatu upaya
agar kesalahan tersebut dapat diminimalisir, sehingga didapatkan hasil laboratorium yang
andal dan dipercaya. Di bawah ini adalah alur pemecahan masalah untuk kesalahan acak.

✓ Kendali Mutu 13
Gambar 3.2. Alur pemecahan masalah untuk kesalahan acak (sumber:
PPDS, 2015)

Di bawah ini adalah alur pemecahan masalah untuk kesalahan sistematik, agar
didapatkan hasil laboratorium yang andal dan dipercaya.

✓ Kendali Mutu 14
Gambar 3.3. Alur pemecahan masalah untuk kesalahan sistematik (sumber:
PPDS, 2015)

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
1) Jelaskan sumber kesalahan pemeriksaan di laboratorium!
2) Jelaskan tentang kesalahan teknik/analitik!
3) Jelaskan tentang kesalahan acak!
4) Jelaskan tentang kesalahan sistematik!
5) Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan tahap analitik!
6) Sebutkan tingkat kemurnian reagen/ bahan kimia!
7) Sebutkan keuntungan melakukan pemeliharaan/maintenance alat!
8) Jelaskan tentang bahan kontrol yang saudara ketahui!
9) Jelaskan tentang persyaratan bahan kontrol!

✓ Kendali Mutu 15
10) Jelaskan faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode
pemeriksaan!

Petunjuk Jawaban Latihan


1) Pelajari sumber kesalahan pemeriksaan di laboratorium.
2) Pelajari tentang kesalahan teknik/analitik.
3) Pelajari tentang kesalahan acak.
4) Pelajari tentang kesalahan sistematik.
5) Pelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan tahap analitik.
6) Pelajari tingkat kemurnian reagen/ bahan kimia
7) Pelajari keuntungan melakukan pemeliharaan/maintenance alat laboratorium
8) Pelajari tentang bahan kontrol
9) Pelajari tentang persyaratan bahan kontrol
10) Pelajari faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode
pemeriksaan.

Ringkasan
Secara umum kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Pra analitik
2. Tahap Analitik
3. Tahap Pasca analitik

Kesalahan yang terjadi di laboratorium selama proses pemeriksaan, dikelompokkan


menjadi 2 jenis kesalahan analitik, yaitu:
1. Kesalahan teknik
Kesalahan teknik sering terjadi pada tahap analitik
2. Kesalahan non teknik
Kesalahan non teknik sering terjadi pada tahap pra analitik dan pasca analitik.

Kesalahan teknik atau kesalahan analitik yang terjadi di laboratorium, umumnya


dipengaruhi faktor sebagai berikut:
1. Reagen (reagents)
2. Peralatan (instruments)
3. Kontrol & bakuan (control & standard)
4. Metode analitik (analytical method)
5. Ahli Teknologi (Technologist)

Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium terdiri dari 2 jenis
kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan acak (random error)
2. Kesalahan sistematik (systematic error)
✓ Kendali Mutu 16
Topik 2
Sumber Kesalahan Non Teknik
proses pemeriksaan di laboratorium, terbagi dalam 2 jenis kesalahan, yaitu: eperti sudah
dijelaskan dalam Topik 1 di atas, kesalahan yang dapat terjadi selama

1. Kesalahan teknik
Kesalahan teknik sering terjadi pada tahap analitik
2. Kesalahan non teknik
Kesalahan non teknik sering terjadi pada tahap pra analitik dan pasca analitik.
Pada Topik 2 akan dibahas tentang kesalahan non teknik yang sering terjadi pada tahap pra
analitik dan pasca analitik. Setelah mempelajari topik 2 ini diharapkan Anda mempunyai
kompetensi dalam mengidentifikasi kesalahan-kesalahan non teknik yang sering muncul
pada tahap pra analitik dan pasca analitik.

A. KESALAHAN NON TEKNIK

Kesalahan non teknik merupakan kesalahan yang biasanya dijumpai pada tahap pra
analitik atau pasca analitik. Kesalahan pada pra analitik misalnya kesalahan pada pengambilan
sampel seperti kesalahan pada persiapan pasien, kesalahan pada pemberian identitas,
kesalahan pada pengambilan dan penampungan spesimen, kesalahan pada pengolahan dan
penyimpanan spesimen, kerusakan spesimen karena penyimpanan atau transportasi.
Kesalahan sering pula terjadi pada penghitungan dan penulisan. Pada pasca analitik kesalahan
dapat terjadi berupa penulisan dan penginputan hasil (Santoso, 2008).

1. Kesalahan Tahap Pra Analitik


Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk mendapatkan
spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam pengambilan spesimen penting untuk
memperhatikan keselamatan pasien. Laboratorium merupakan mitra klinisi dalam mencapai
upaya kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan kualitas hasil pengujiannya
merupakan fokus yang utama (Usman, 2015).
Teknisi laboratorium terus menerus mencari dan mengembangkan strategi untuk
memperbaiki dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di laboratorium. Alur
kerja di laboratorium adalah suatu proses yang saling berhubungan satu fase dengan fase
berikutnya, sehingga baik secara langsung atau tidak langsung adanya kesalahan mulai tahap
pra analitik sampai tahap terakhir akan sangat berpengaruh (Usman, 2015).
Ada beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium dalam
tahap pra analitik, yaitu:

✓ Kendali Mutu 17
a. Ketatausahaan (clerical)
b. Persiapan penderita (patient preparation)
c. Pengumpulan spesimen (specimen collection)
d. Penanganan sampel (sampling handling) (Kahar, 2005).

Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian spesimen
pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan, pengambilan sampai
pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik adalah yang terbesar jika
dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca analitik. Kesalahannya sampai 68%,
dikarenakan tahap pra analitik sulit dikendalikan, contohnya pada persiapan pasien.
Laboratorium sulit mengendalikan hal ini, karena banyak faktor yang mempengaruhi kondisi
pasien.

a. Ketatausahaan (Clerical)
Kesalahan pada ketatausahaan diantaranya adalah penulisan identitas pasien pada
formulir/blanko permintaan pemeriksaan. Sering terjadi penulisan nama yang salah, data
tidak lengkap (misalnya tidak ada nama pasien, umur, jenis kelamin atau nomor rekam medis),
dan tidak adanya diagnosis atau keterangan klinis. Kadang-kadang tulisan tidak dapat dibaca
sehingga mempersulit petugas.
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting pada
formulir/blanko permintaan pemeriksaan, pendaftaran, penulisan label wadah spesimen, dan
pada formulir/blanko hasil pemeriksaan. Kesalahan dalam ketatausahaan ini dapat
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang dapat merugikan pasien (Depkes, 1997).

b. Persiapan pasien (Patient Preparation)


Sebelum pengambilan spesimen, harus dilakukan persiapan pasien untuk mendapatkan
spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. Ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium, sehingga laboratorium wajib menolak
spesimen yang tidak memnuhi persyaratan.
Faktor-faktor pada pasien yang mempengaruhi hasil pemeriksaan, yaitu:
1) Makanan dan minuman
Pemeriksaan gula darah puasa dan trigliserida dipengaruhi langsung oleh makanan dan
minuman, karena zat-zat yang dikonsumsi tersebut akan beredar dalam darah dan ikut
terukur pada saat pemeriksaan. Untuk itu pasien ahrus puasa selama 8-10 jam sebelum
darah diambil.
2) Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat yang diberikan
secara intramuskuler dapat menimbulkan jejas pada otot sehingga enzim pada otot akan
masuk ke dalam darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi pemeriksaan seperti
Creatinin Kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH).

✓ Kendali Mutu 18
3) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan:
a) Peningkatan kadar glukosa darah.
b) Perubahan kadar substrat dan ezim, seperti konsentrasi gas darah, kadar asam
urat, kreatinin,CK, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine.
4) Demam
Pada waktu demam akan:
a) Terjadi peningkatan gula darah akibat meningkatnya pelepasan insulin.
b) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigiserida pada awal demam karena
meningkatnya metabolisme lemak. Pada demam yang sudah lama terjadi
peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan
lemak yang meningkat.
c) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
d) Terjadi reaksi anamnestik yang menyebabkan kenaikan titer widal.
5) Trauma
Trauma dengan luka perdarahan menyebabkan penurunan kadar substrat maupun aktivitas
enzim, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi karena
pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga darah menjadi encer.
Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum, kreatinin serta enzim-enzim
dalam otot.
6) Variasi harian
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu yang
disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti:
a) Kadar besi serum yang diambil sore hari akan lebih tinggi daripada pagi hari.
b) Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga bila tes toleransi
glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila
dilakukan pada pagi hari.
c) Aktivitas enzim sering berfluktuasi, disebabkan kadar hormon yang berbeda dari
waktu ke waktu.
d) Jumlah sel eosinofil lebih rendah pada malam sampai pagi hari, dibandingkan pada
siang hari (Depkes, 2008).

c. Pengumpulan spesimen (Specimen Collection)


Spesimen yang akan diperiksa di laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
2) Volume mencukupi
3) Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak
berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4) Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
✓ Kendali Mutu 19
5) Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
6) Identitas benar sesuai dengan data pasien

Beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:


1) Waktu pengambilan
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk
pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi karena umumnya nilai normal
berdasarkan nilai pada pagi hari. Namun ada beberapa spesimen yang diambil sesuai
dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya: a) Demam typhoid
Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut dan konvalesen. Untuk biakan darah
paling baik dilakukan pada minggu I atau II sakit, dan untuk biakan urine atau tinja
dilakukan pada minggu II atau III.
b) Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman Spesimen diambil sebelum
pemberian antibiotik. c) Pemeriksaan Gonorrhoe

Untuk menemukan kuman gonorrhoe, spesimen sekret uretra diambil 2 jam sebelum
berkemih.
a) Pemeriksaan mikrofilaria
Untuk menemukan parasit mikrofilaria, spesimen darah diambil pada waktu senja dan
menjelang tengah malam.
b) Pemeriksaan tuberkulosis
Untuk menemukan kuman tuberkulosis lebih besar, dahak diambil setelah bangun tidur
pada pagi hari, dibandingkan dahak sewaktu.

c) Pemeriksaan enzim-enzim jantung


Pengambilan spesimen sebaiknya segera setelah serangan akut jantung, kemudian
diikkuti secara serial.
d) Pemeriksaan kualitas air
Untuk mengetahui dan memantau kualitas air, spesimen air perlu diambil pada hari dan
jam yang berbeda-beda, sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap
hari maupun setiap jam.

2) Volume spesimen
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium
yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.

3) Lokasi pengambilan spesimen


Sebelum mengambil spesimen harus ditetapkan dahulu lokasi pengambilan yang tepat dan
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, seperti:
 Spesimen darah
✓ Kendali Mutu 20
Darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Darah kapiler diambil dari
ujung jari tengah atau jari manis pada tangan kiri atau tangan kanan, atau pada
daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki, atau cuping telinga pada bayi. Darah
arteri diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di
daerah lipatan paha.
 Spesimen biakan
Diambil pada tempat yang sedang mengalami infeksi.

4) Peralatan pengambilan spesimen


Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat:
 Bersih
 Kering
 Tidak mengandung detergen atau bahan kimia
 Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen
(inert)
 Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
 Untuk pemeriksaan biakan, harus menggunakan peralatan yang steril
 Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan peralatan
yang steril dan disposible.
 Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
 Terbuat dari gelas atau plastik
 Tidak bocor atau tidak merembes
 Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
 Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
 Bersih
 Kering
 Tidak mempengaruhi sifat dari zat-zat dalam spesimen
 Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai
karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna
coklat (aktinis).
 Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
 Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya menggunakan
wadah yang bermulut lebar (Depkes, 2008).

5) Pengawet spesimen
Beberapa spesimen membutuhkan bahan tambahan berupa bahan pengawet atau
antikoagulan. Kesalahan dalam pemberian pengawet/antikoagulan tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan pengawet/antikoagulan yang dipakai harus

✓ Kendali Mutu 21
memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan
diperiksa (Depkes, 2008).
Beberapa contoh pengawet/antikoagulan, jenis spesimen, volume spesimen, wadah dan
stabilitasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4. Beberapa spesimen dengan jenis antikoagulan/pengawet dan wadah yang
dipakai untuk pemeriksaan laboratorium dengan stabilitasnya

Jenis spesimen Antikoagulan/


pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet Wadah Stabilitas

Hematologi
Hematokrit Darah 1 ml K2/K3-EDTA 1-1,5 G/P
mg/m

LED Darah 1 ml K2/K3-EDTA 1-1,5 G/P


Westergren mg/ml darah Suhu Kamar (6 jam)

LED Wintrobe Darah 1 ml K2/K3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu Kamar (2 jam)


mg/ml darah
Suhu Kamar (2 jam)
Lekosit, hitung Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1-1,5 G/P
Jumlah mg/ml darah Suhu Kamar (2 jam)

Jenis spesimen Antikoagulan/


pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet Wadah Stabilitas

✓ Kendali Mutu 22
Darah 2 ml Sitrat 3,8% dengan G/P
Hemostatis perbandingan 1:9 20-25oC (4 jam)
(PT/APTT)
Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1-1,5 G/P
Retikulosit, mg/ml darah Suhu Kamar (6 jam)
hitung jumlah
Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu Kamar (2 jam)
Trombosit mg/ml darah
Segera diperiksa
Darah 4 ml
Masa
pendarahan &
masa pembekuan

KIMIA KLINIK
20-25oC (3 hari)
Gula darah Darah 2 ml NaF-Oksalat G/P 4oC (7 hari)
4,5 mg/ml darah -20oC (3 bulan)

2-8oC (12 jam)


Serum 2 ml - G/P

20-25oC (6 hari)
Kolesterol Serum 1 ml - G/P
4oC (6 hari)
-20oC (6 bulan)

Segera mungkin
Bilirubin Serum 1 ml - G/P

20-25oC (5 hari)
Amilase Serum 1 ml - G/P
4oC (5 hari)
-20oC (7 bulan)

Asam urat Serum 1 ml - G/P 20-25oC (5 hari)


4oC (5 hari)
-20oC (6 bulan)

Jenis spesimen Antikoagulan/


pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet Wadah Stabilitas

✓ Kendali Mutu 23
Lipase Serum 1 ml - G/P
20-25oC (24 hari)
4oC (5 hari)
-20oC (3 bulan)
Protein total Serum 1 ml - G/P
20-25oC (6 hari)
4oC (6 hari)
-20oC (10 hari)
Na, K, Cl Serum 1 ml - G/P
20-25oC (14 hari)
4oC (14 hari)
Fosfatase alkali Serum 1 ml - G/P
20-25oC (>7hari
aktivitas turun 1%)
4oC (7 hari)
-20oC (7 hari)

Kalsium Serum 1 ml - G/P


20-25oC (10 hari)
4oC (10 hari)

Kreatinin Serum 1 ml - G/P


20-25oC (7 hari)
4oC (24 jam)
-20oC (8 bulan)

Y Glutamil Serum 1 ml - G/P


transferase 20-25oC (>3 hari
aktivitas turun
10%)
4oC (7 hari)
-20oC (7 hari)
GOT Serum 1 ml - G/P
4oC (>3 hari
aktivitas turun 8%)
-20oC (7 hari)

Jenis spesimen Antikoagulan/


pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet Wadah Stabilitas

✓ Kendali Mutu 24
20-25oC (>3 hari
GPT -
Serum 1 ml G/P aktivitas turun
17%)
4oC (>3 hari
aktivitas turun
10%)
-20oC (7 hari)

SEROLOGI

Widal - 2-8oC (2-3 hari),


Serum 1 ml G/P Freezer
Treponema, compartment (1
VDRL Serum 1 ml G/P bulan), Deep
freezer 20oC (6
HbsAg bulan, tidak boleh
Serum 2 ml G/P gelas)
Anti HBs
Serum 2 ml G/P
Anti HIV -
Serum 2 ml G/P
TOKSIKOLOGI -
2 ml
Obat - Urine : Suhu
Bahan Napza Serum 2ml G tutup Kamar (segera)
Doping ulir
Toksin

Pestisida -
Logam berat Darah & serum Darah 10 ml
Urine 50 ml

Air bersih Air 1000 ml - G/P 4 jam


24 jam

spesimen
Jenis Antikoagulan/
pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet Wadah Stabilitas

✓ Kendali Mutu 25
URINALISA

Pemeriksaan Urine 5 ml P
urine 24 jam Na Sitrat 1 %
20-25oC (4 hari)

Protein, Urine P
penetapan 5 ml Toulen 2-5 ml/urine
20-25 oC
kuantitatif
(secepatnya)
4oC (24 jam)
Reduksi Urine - G/P
15 ml
Suhu kamar (1 jam)
4-8oC
Urine rutin (pH, Urine pagi - G/P
BJ, protein, Suhu kamar (1
glukosa, jam) 4-8 oC
urobilinogen, 10 ml
bilirubin, keton

Sedimen urine Urine pagi - G/P Suhu kamar


5 ml (segera)
4-8 oC (2 hari)

Kehamilan Urine pagi - G

G Secepatnya

PARASITOLOGI
dan 2 tetes
MIKROBIOLOGI kapiler (tetes

Malaria Darah segar - - Secepatnya

spesimen
Jenis Antikoagulan/
pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet Wadah Stabilitas

✓ Kendali Mutu 26
-
tebal-tetes
tebal)
Langsung
Mikrofilaria Darah segar / 2 tetes Na2EDTA 1-1,5 dikerjakan
darah mg/ml darah
Langsung
Trichomonas Sekret Secukupnya - dikerjakan
vagina/uretra

Candida Sekret vagina Secukupnya -

6) Cara pengambilan spesimen


Pengambilan spesimen harus dilaksanakan oleh tenaga terampil dengan cara yang benar,
agar spesimen mewakili keadaan yang sebenarnya. Untuk mengurangi atau
memperkecil kesalahan dalam pengambilan spesimen, maka prosedur yang benar harus
diikuti. Di bawah ini disampaikan teknik pengambilan untuk beberapa spesimen yang
sering diperiksa di laboratorium. a) Pengambilan darah vena
 Posisi pasien duduk pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan
pasien harus lurus, jangan membengkokan siku. Pilih lengan yang banyak
melakukan aktivasi.
 Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
 Pasang “torniquet”±10 cm di atas lipat siku
 Pilih bagian vena mediana cubiti
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70%
dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar.
Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas
dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung
vakum sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil masuk
vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya lepas torniquet
dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.

✓ Kendali Mutu 27

Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai. Apabila dibutuhkan
darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang lebih banyak,
digunakan tabung vakum yang lain.
 Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70% pada bekas tusukan untuk
menekan bagian tersebut selama ±2 menit. Setelah darah berhenti, plester
bagian ini selama ±15 menit.
 Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena :


 Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras sehingga
mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
 Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh, sehingga
mengakibatkan masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah
merah.
 Mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis.

b) Pengambilan darah kapiler


 Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan sampai
kering lagi.
 Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya
rasa nyeri berkurang.
 Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusukanlah dengan
arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu.
Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup
dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga
untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah
bercampur degan cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan
kesalahan dalam pemeriksaan.
 Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal kapas
kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

Kendali Mutu ✓
28

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler
 Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah seperti vasokontriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau cyanosis setempat.
Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar.
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja darah itu
diencerkan, tetapi darah juga melebar diatas kulit sehingga sitkar diisap ke
dalam pipet.
 Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
 Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.

c) Pengambilan Urine
Pada wanita
Pada pengambilan spesimen urine porsi tengah yang dilakukan oleh penderita sendiri,
sebelumnya harus diberikan penjelasan sebagai berikut:
 Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan
dengan handuk.
 Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan.
 Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan
ke belakang.
 Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang lain.
 Selama proses ini berlangsung, keluarkan urine, aliran urine yang pertama
keluar dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang
sudah disediakan. Hindari urine mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan
urine selesai sebelum aliran urine habis.
 Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium

Pada laki-laki
 Penderita harus mencuci tangan memakai sabun.
 Jika tidak disunat tarik kulit praputium kebelakang, keluarkan urine, aliran
yang pertama keluar dibuang, aliran urine selajutnya ditampung dalam
wadah yang sudah disediakan. Hindari urine mengenai lapisan tepi wadah.

✓ Kendali Mutu 29

Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis.
 Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.

Pada bayi dan anak-anak


 Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil.
 Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan diatas.

Pengambilan urine dilakukan dengan cara:


- Anak duduk dipangkuan perawat.
- Pengaruh anak untuk mengeluarkan urine, tampung urine
dalam wadah atau kantung plastik steril.
- Bayi dipasang kantung penampung urine pada alat genital

Urine katater
 Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70% pada bagian selang katater yang
terbuat dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik)
 Aspirasi urine dengan menggunakan semprit sebanyak kurang lebih 10 ml.
 Masukan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
 Kirimkan segera ke laboratorium.

Urine Aspirasi Suprapubik


Urine aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh.
 Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone Iodine 10%,
kemudian bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas alkohol 70%.
 Aspirasi urine tepat dititik suprapubik menggunakan semprit.
 Ambil urine sebanyak kurang lebih 20 ml dengan cara aseptik (dilakukan oleh
petugas yang berwenang)
 Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
 Kirimkan segera ke laboratorium.

✓ Kendali Mutu 30

Catatan: untuk pemeriksaan narkoba urine pengambilan sampel harus disaksikan oleh
petugas sesuai jenis kelamin.

d) Pengambilan Tinja/ Feses/ Stool


Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan
obat pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja
diambil dari rektum dengan cara colok dubur.

e) Pengambilan Dahak/ Sputum


Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, dan
dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah.
Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya
diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat (GG) 200 mg.
pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air. Bila
memakai gigi palsu, sebaiknya di lepas.
 Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
 Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan
napas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum
keluar.
 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut.
 Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental
purulen dengan volume cukup (3-5ml).
 Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium

f) Pengambilan Sekret Uretra


 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
 Petugas mengenakan sarung tangan.
 Bagi yang tidak disirkumasisi, praputium ditarik ke arah pangkal.
 Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCl fisiologis steril, kemudian
sekret dikeluarkan dengan menekan atau mengerut uretra dari pangkal ke
ujung.
 Sekret yang keluar diambil dengan lidi kapas steril atau sengkelit.

✓ Kendali Mutu 31

 Apabila tidak ada sekret yang keluar atau terlalu sedikit, masukkan sengkelit
atau lidi kapas steril berpenampang 2mm kedalam uretra sedalam kira-kira
2-3 cm sambil diputar searah jarum jam, kemudian ditarik keluar.
 Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopik dan untuk biakan.

g) Pengambilan Sekret Endoservic


 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
 Pasien berbaring telentang diatas kursi obstetrik dengan kedua lutut
diletakan pada penyangganya.
 Petugas mengenakan sarung tangan.
 Spekulum dibasahi dengan air hangat kemudian masukkan ke dalam vagina.
 Masukkan lidi kapas steril ke dalam canalis cervicalis sedalam 2-3 cm, putar
searah jarum jam dan diamkan selama 5-10 detik supaya sekret terserap
oleh kapas kemudian keluarkan lidi kapas tanpa meyentuh spekulum.
Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopik dan untuk biakan.
Spekulum yang habis dipakai direndam dalam larutan hipoklorit 0,1%.
Apabila selaput dara masih utuh, tidak dilakukan pengambilan sekret
endocervic.

h) Pengambilan Sekret vagina


Pengambilan bahan pemeriksaan sama dengan sekret endocervic hanya dilakukan pada
fomix posterior.

i) Pengambilan Swab rectum


 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
 Pasien dalam posisi menungging
 Petugas mengenakan sarung tangan
 Masukkan lidi kapas steril sedalam 3 cm ke dalam saluran anal, putar
beberapa detik untuk mendapatkan sekret dari crypta didalam lingkaran
anal

j) Pengambilan Swab orofaring


Sekret diambil dari tonsil atau bagian posterior faring

k) Pengambilan Pus dari luka purulen/ulcus


✓ Kendali Mutu 32

 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
 Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan NaCl fisiologis
sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran dan lapisan eksudat yang
mengering.
 Tanpa menyentuh bagian kapas buka kapas lidi dari pembungkusnya
kemudian usapkan bagian kapasnya pada luka/ulcus tanpa menyentuh
bagian tepi luka/ulcus. Lakukan sebayak 2 kali dengan menggunakan 2 kali.
 Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula
dimasukkan ke dalam tabung media transpor.
 Patahkan tangkai lidi yang berada diluar tabung.
 Tutup tabung dengan erat
 Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan gunakan surat
pengantar ke laboratorium.

l) Pengambilan Pus dari abses.


Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Lakukan tindakan disinfeksi dengan povidone iodine 10% di atas abses atau
bagian yang akan ditusuk/diinsisi. Bersihkan sisa povidone iodine dengan
kapas alkohol 70%.
 Tususkkan jarum dan hisap dengan semprit steril cairan eksudat atau pus.
 Cabut jarum, dan tutup dengan kapas steril.
 Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus pada lidi kapas steril.
 Kapas lidi dapat langsung diinokulasi pada agar, atau dapat pula dimasukkan
ke dalam media transpor. Sisa eksudat/pus pada semprit dapat dimasukkan
dalam wadah steril dan dikirim ke laboratorium.
 Rendam sisa semprit yang tidak terpakai lagi dalam larutan Natrium
Hipoklorit 0,1% selama 30 menit lalu diautoklaf.
 Dapat juga dilakukan incisi pada abses dan dengan kapas lidi steril usapkan
bagian dasar abses.
 Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula
dimasukkan dalam media transpor.

✓ Kendali Mutu 33

m) Pengambilan Usap nasofaring
 Penderita duduk (kalau anak-anak di pangku).
 Petugas berdiri disamping penderita.
 Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian belakang
kepala penderita.
 Masukkan lidi dacron ke rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus.
Panjang lidi yang masuk kira-kira jarak ujung hidung sampai telinga.
Masukkan sampai menyentuh dinding belakang nasofaring,
kemudian tarik keluar.
 Masukkan lidi darcon kedalam media transpor atau langsung tanam
pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Crystin
Tellurite) dan dibuat sediaan.

n) Pengambilan Swab tenggorok


 Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
 Penderita diminta membuka mulut.
 Lidah ditekan dengan spatel lidah.
 Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga
menyentuh dinding belakang faring.
Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar
dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.

✓ Kendali Mutu 34

Masukkan lidi kapas kedalam media transpor atau langsung


tanam pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin,
Agar Cystin Tellurite) dan dibuat sediaan.

B. PEMBERIAN IDENTITAS

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang


penting, baik saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap : 1. Tanggal
permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk
rekam medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telpon)
5. Nomor laboratorium
6. Diagnosis/keterangan klinik
7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9. Jenis spesimen
10. Lokasi pengambilan spesimen
11. Volume spesimen
12. Transpor media/pengawet yang digunakan
13. Nama pengambil spesimen
14. Inform concern

Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil kelaboratorium harus
memuat :
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nama dan nomor pasien

✓ Kendali Mutu

35

3. Jenis spesimen

1. Penanganan Spesimen (Sampling Handling)


Beberapa contoh pengolahan spesimen seperti tercantum dibawah ini
:
a. Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-
balikan tabung kira-kira 10-12 kali secara perlahan-lahan dan merata.

b. Serum
1) Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama
20-30 menit, kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit.
2) Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan spesimen
3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (lipemik)

c. Plasma
1) Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara pelan-pelan
2) Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen
3) Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (lipemik)

d. Urine
Untuk uji carik celup, urine tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum satu jam, sedangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan
cara :

✓ Kendali Mutu

36

1) Wadah urine digiyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur


(homogen)
2) Masukkan ± 15 ml urine kedalam tabung sentrifus
3) Putar urine selama 5 menit pada 1500-2000 rpm
4) Buang supernatanya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
5) Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.

e. Dahak
1) Masukkan dahak ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama
banyak
2) Kocok dengan baik
3) Inkubasi pada suhu kamar (250-300C) selama 15-20 menit dengan
pengocokan teratur tiap 5 menit.
4) Sentrifus tabung dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
5) Buang supernatan ke dalam larutan lysol.
6) Ambil endapannya untuk dilakukan pemeriksaan.

Penyimpanan spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas
spesimen dapat berubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:
1) Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
2) Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
3) Terjadi penguapan
4) Pengaruh suhu
5) Terkena sinar matahari.

✓ Kendali Mutu

37

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan


dengan memperhatikan jenis pemeriksaannya. Persyaratan penyimpanan
macam-macam spesimen, harus memperhatikan jenis spesimen,
antikoagulan, wadah serta stabilitasnya (lihat tabel).
Beberapa cara penyimpanan spesimen:
1) Disimpan pada suhu kamar
2) Disimpan dalam lemari es dengan suhu 20-80C.
3) Dibekukan suhu - 200C, - 700C atau - 1200C (tidak boleh terjadi beku
ulang).
4) Dapat diberikan bahan pengawet
5) Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau
lisat.

Pengiriman spesimen
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya dikirim
dalam bentuk yang relatif stabil.
Beberapa persyaratan pengiriman spesimen, yaitu:
1) Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.
2) Tidak terkena sinar matahari langsung
3) Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang bertuliskan “Bahan pemeriksaan
infeksius” atau “Bahan pemeriksaan berbahaya”.
4) Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
5) Penggunaan media transport yang tepat untuk pemeriksaan
mikrobiologi.

2. Kesalahan Tahap Pasca analitik


Tahap pasca analitik merupakan tahap terakhir dari rangkaian proses
pengujian di laboratorium. Kesalahan tahap pasca analitis sangat sedikit,
tetapi terkadang menjadi kritis, ketika terjadi kesalahan seperti pelaporan

✓ Kendali Mutu

38

hasil yang salah, keterlambatan dalam pelaporan, atau pemberian informasi


waktu tes dapat menghambat keputusan klinis yang penting. Seperti pada
tahap analitik, kesalahan pada tahap pasca analitik hanya berkisar 15% - 20%.
Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan kesalahan pada
tahap pra analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting (Usman,
2015).
Kesalahan pada pra analitik sering pula terjadi pada penghitungan dan
penulisan (Cleritical error). Pada pasca analitik kesalahan dapat terjadi
berupa penulisan dan pengimputan hasil (Santoso, Witono, dkk, 2008).
Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada tahap pasca analitik, yaitu:
a. Perhitungan (calculation)
b. Cara menilai (method evaluation)
c. Ketatausahaan (clerical)
d. Penanganan informasi (information handling) (Kahar, 2005).

Beberapa hal di bawah ini dapat menjadi sumber kesalahan jika tidak
dikerjakan dengan benar, yaitu:
a. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil dengan
pasien/spesimen.
b. Penulisan hasil uji laboratorium dengan angka dan satuan yang
digunakan.
Pelaporan hasil uji laboratorium yang berupa angka maka perlu disesuaikan
mengenai desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap
keperluan pasien maupun terhadap nilai normal. Bila diperlukan suatu
angka bulat, cukup dilaporkan dalam angka bulat tanpa angka desimal.
Satuan yang digunakan adalah satuan internasional.
c. Pencantuman nilai normal
Pada pelaporan hasil laboratorium perlu dicantumkan nilai normal, yaitu
rentang nilai yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang
normal. Pada pencantuman hasil uji, perlu disertakan metode
pemeriksaan yang digunakan serta kondisi-kondisi lain yang harus

✓ Kendali Mutu

39

diinformasikan seperti batas usia dan jenis kelamin. Satuan yang


digunakan harus sama antara hasil uji dengan satuan pada nilai normal.
d. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan
dilakukan dua kali, spesimen darah yang lisis, atau serum yang lipemik
dan lain-lain.
e. Penyampaian hasil
Pemeriksaan laboratorium sebaiknya segera dilakukan, karena penundaan
pemeriksaan sangat merugikan pasien, yaitu tindakan diagnostik
terhadap pasien dapat terlambat serta dapat merusak spesimen
pasien. Selain itu keterlambatan penyampaian hasil uji juga dapat
menghambat diagnostik dan pengobatan terhadap pasien, maka
sampaikan hasil uji sesegera mungkin jika pemeriksaan laboratorium
telah selesai dilaksanakan.
f. Dokumentasi/ Arsip
Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap,
yang berisi catatan dan laporan hasil uji laboratorium pasien. Dokumen
ini harus lengkap, jelas dan mudah digunakan ketika dibutuhkan untuk
melihat data-data pasien, baik berupa data hasil uji laboratorium
maupun data pasien itu sendiri (Depkes, 1997).

Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen-dokumen


sebagai berikut: a. Surat permintaan pemeriksaan
laboratorium.
b. Hasil pemeriksaan laboratorium.
c. Surat permintaan dan hasil rujukan (Depkes, 2008).

Prinsip penyimpanan dokumen:


a. Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi
pada dokumen dengan tanda tangan oleh penanggung jawab
laboratorium (supervisor).
b. Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun. Untuk kasus-kasus
khusus dipertimbangkan sendiri.

✓ Kendali Mutu

40

c. Berkas anak-anak harus disimpan hingga batas usia tertentu sesuai


dengan ketentuan yang berlaku.
d. Berkas laboratorium dengan kelainan jiwa disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e. Untuk memudahkan penelusuran pada kasus-kasus tertentu, misalnya
dipakai sebagai barang bukti/ medico legal. Salinan atau berkas hasil
yang dilaporkan harus disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah
ditemukan kembali. Lamanya penyimpanan dapat beragam, tetapi
hasil yang telah dilaporkan harus dapat ditemukan kembali sesuai
kepentingan medis atau seperti yang dipersyaratkan oleh persyaratan
nasional, regional atau internasional (Depkes, 2008).

C. CARA MENGATASI KESALAHAN NON TEKNIK

Pada prinsipnya untuk mengatasi kesalahan non teknik dapat dilakukan


dengan menguasai standar operasional prosedur (SOP) pada setiap proses
kegiatan, baik tahap pra analitik, maupun tahap pasca analitik. Kesalahan non
teknik tahap pra analitik penyumbang terbesar pada hasil uji laboratorium,
sehingga perlu penatalaksanaan pasien dengan tepat dan benar. Jika
mendapatkan spesimen yang tidak sesuai atau rusak, maka harus ditolak dan
diganti dengan spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. Ini
penting dilakukan agar mendapatkan hasil uji laboratorium yang andal dan
bermutu, yang dapat membantu penanganan dan kesembuhan pasien.
Persiapan pasien adalah diluar kendali laboratorium, sehingga pasien harus
mendapatkan informasi yang benar tentang persiapan yang harus dilakukan
agar mendapatkan spesimen yang benar.
Kesalahan pasca analitik dapat dikurangi atau diperkecil dengan
instrumen laboratorium yang sudah otomatisasi dan terhubung dengan
komputer (sistem informasi laboratorium). Sistem kerja instrumen yang
sudah otomatisasi sangat mempermudah proses pemeriksaan di
laboratorium, selain itu dapat dilakukan pemeriksaan spesimen sekaligus
dalam jumlah banyak. Dengan adanya sistem informasi laboratorium maka

✓ Kendali Mutu

41

kesalahan dalam menginput data dapat dikurangi, karena penginputan data


pasien cukup dilakukan satu kali di ruang pendaftaran pasien dan datanya
sudah dapat dilihat di ruang pemeriksaan. Teknisi laboratorium bagian
pemeriksaan tidak perlu menginput data pasien lagi, hanya menginput hasil
uji laboratoriumnya saja (Riswanto, 2010; Usman, 2015).
Namun demikian, otomatisasi tidak menjamin kemungkinan untuk
terjadinya kesalahan. Kesalahan dapat terjadi karena faktor kelalaian teknisi
laboratorium, seperti kesalahan dalam menginput data pasien atau
menginput hasil uji laboratorium (Usman, 2015).

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah Latihan berikut!

1) Jelaskan tentang kesalahan non teknik!


2) Jelaskan kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium dalam tahap pra analitik!
3) Jelaskan mengapa tahap pra analitik menyumbang kesalahan terbesar
!
4) Jelaskan beberapa faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan!
5) Jelaskan persyaratan spesimen yang akan diperiksa di laboratorium!
6) Tuliskan jenis spesimen yang dapat diperiksa di laboratorium klink!
7) Tuliskan persyaratan wadah tempat spesimen!
8) Tuliskan kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena!
9) Jelaskan kesalahan apa saja yang dapat terjadi dalam tahap pasca
analitik!
10) Tuliskan dokumen apa saja yang harus disimpan oleh laboratorium!

Petunjuk Jawaban Latihan


✓ Kendali Mutu

42

1) Pelajari tentang kesalahan non teknik.


2) Pelajari kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium dalam tahap
pra analitik
3) Pelajari kesalahan-kesalahan tahap pra analitik.
4) Pelajari faktor-faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan!
5) Pelajari persyaratan spesimen yang akan diperiksa di laboratorium 6)
Pelajari jenis spesimen yang dapat diperiksa di laboratorium klink 7)
Pelajari persyaratan wadah tempat spesimen.
8) Pelajari kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena.
9) Pelajari kesalahan apa saja yang dapat terjadi dalam tahap pasca
analitik!
10) Pelajari dokumen apa saja yang harus disimpan oleh laboratorium!

Ringkasan
Kesalahan non teknik merupakan kesalahan yang biasanya dijumpai
pada tahap pra analitik atau pasca analitik. Kesalahan pada pra analitik
misalnya kesalahan pada pengambilan sampel seperti kesalahan pada
persiapan pasien, kesalahan pada pemberian identitas, kesalahan pada
pengambilan dan penampungan spesimen, kesalahan pada pengolahan dan
penyimpanan spesimen, kerusakan spesimen karena penyimpanan atau
transportasi. Kesalahan sering pula terjadi pada penghitungan dan penulisan.
Pada pasca analitik kesalahan dapat terjadi berupa penulisan dan
penginputan hasil
Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk
mendapatkan spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam pengambilan
spesimen penting untuk memperhatikan keselamatan pasien. Laboratorium
merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya kesembuhan dan kesehatan

✓ Kendali Mutu

43

pasien sehingga keandalan dan kualitas hasil pengujiannya merupakan fokus


yang utama
Tahap pasca analitik merupakan tahap terakhir dari rangkaian proses
pengujian di laboratorium. Kesalahan tahap pasca analitis sangat sedikit,
tetapi terkadang menjadi kritis, ketika terjadi kesalahan seperti pelaporan
hasil yang salah, keterlambatan dalam pelaporan, atau pemberian informasi
waktu tes dapat menghambat keputusan klinis yang penting. Seperti pada
tahap analitik, kesalahan pada tahap pasca analitik hanya berkisar 15% - 20%.
Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan kesalahan pada
tahap pra analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting

Daftar Pustaka
Charles JP Siregar, Praktik Sistem Manajemen Laboratorium Pengujian Yang
Baik ( Good
Testing Laboratory Manajemen System Practice). EGC, Jakarta, 2007

Depkes RI, 2008, Good Laboratory Practice (Pedoman Praktek Laboratorium


Yang benar.
Dirjen Bina Pelayanan Medik departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Imankhasani, Soemanti. 200. Praktek Laboratorium yang Baik (II).


ManajemenLaboratorium.
Warta Kimia Analitik, nomor 15 tahun XI Agustus 2005.

Kahar, H. 2005. Peningkatan Mutu Pemeriksaan di Laboratorium Klinik


Rumah Sakit.
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 12 (1):
38-40

✓ Kendali Mutu

44

Permenkes RI Nomor 43/Menkes/SK/III/ 2013. Cara Penyelenggaraan


Laboratorium Klinik Yang Baik. Jakarta.

PPDS. 2015. Pemantapan mutu kimia klinik. diunduh


dari
https://dpcpatelkibukittinggi.files.wordprass.com/2015/03/qc.pptx

Santoso, Witono. 2008. Pemantapan Mutu. Pusat Laboratorium Kesehatan.


Jakarta.

Sukorini, U., Nugroho, DK., Rizki, M., Hendriawan, B. 2010. Pemantapan Mutu
Internal Laboratorium Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Usman, U; Javed Ahmed Siddiqui, Javed Lodhi. 2015. Evaluation and Control
of Pra Analytical Errors in Required Quality Variables of Clinical Lab Services.
IOSR-JNHS: 4 (3) 54-71.

WHO. 2011. Manual of basic techniques for a health laboratory. alih bahasa:
Chairlan, Estu Lesfari. EGC. Jakarta

✓ Kendali Mutu

45

Anda mungkin juga menyukai