Anda di halaman 1dari 15

Makalah Hematologi

Mekanisme Pembentukan Granulosit

Disusun oleh :
Aulia Rifa
Yuziwanti Panggabean

Poltekkes Kemenkes Banten Teknik


Laboratorium Medis

Jl. Dr Sitanala, komplek SPK Keperawatan Tangerang, Karangsari, Neglasari,


KotaTangerang, Banten
KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim


Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “Mekanisme Pembentukan Granulosit“ dapat di
selesaikan tepat waktu.
Pada penulisan makalah ini,penulis telah berusaha semaksimal mungkin namun
mengingat kodrat manusia sebagai manusia biasa tidak menutup kemungkinan adanya
kekurangan-kekurangan yang membutuhkan koreksi dan penyempurnaan dari berbagai
piha.Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah S.W.T
2. Semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Saran dn kritik sangat kami harapkan demi perbaikan dalam pembuatan makalah,baik yang
sekarang maupun yang akan datang.

Tangerang, 11 Maret 2020


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah leukosit diferensial disebut juga sel darah putih (WBC) merupakan salah satu tes yang paling
sering dilakukan di laboratorium. Differensial Counting adalah suatu kolompok sel darah putih yang lebih
rinci untuk menentukan berbagai jenis lekosit dari sel darah putih yang terdiri dari basofil,eosinofil,
netrofil, monosit,dan limfosit (Amalia &Rahmadi,2015). Jenis leukosit mempunyai peranan khusus
masing-masing (Freud,2012). Respon lekosit muncul dalam keadaan fisiologis normal dan patogen
abnormal. Respon lekosit dapat diketahui dari beberapa jenis lekosit apabila mengalami penurunan atau
peningkatan dari salah satu jenis lekosit. Informasi peningkatan atau penurunan respon lekosit dapat
memberikan informasi terhadap mendiagnosa penyakit yang disebabkan oleh agen tertentu (Jain, 1993).
Sel darah putih dibagi menjadi 2 kelompok fagosit dan imunosit. Sel darah putih dapat membentuk
kelompok fagosit yaitu terdiri dari granulosit yang mencakup 3 jenis sel yaitu sel basofil, eosinofil dan
netrofil (polimorfonuklear) bersama dengan monosit (Hoffbrand,et all,2005). Salah satu sel granulosit
yaitu netrofil, netrofil disebut juga polimorfonuklear (PMN), karena mempunyai inti berbagai macam
bentuk dan bersegmen (Tizard,2000). Menurut Junqueira dan Canciro (2005), netofil berperan sebagai
garis pertahanan pertama. Netrofil bersama dengan magrofag mempunyai fungsi sebagai fagositosis dapat
menelan organisme patogen dan sel debris (Lee,et al.2003)

Netrofil mempunyai enzim berasal dari dalam netrofil yang disebut lisosom,kandungan enzim
lisosom dapat membunuh bakteri dalam tubuh. (Colville&Basster2008). Netrofil dikelompokkan menjadi
dua yaitu netrofil segmen 50% - 70 % dari jumlah lekosit dan netrofil batang 6%-7% dari jumlah lekosit
(Kiswari,2010). Pada impedance, jenis-jenis leukosit dibedakan menurut ukuran yaitu sel berukuran kecil
kelompok limfosit, sel berukuran besar kelompok granulosit dan sel yang berukuran sedang kelompok
mid-cell (Aziz&Wahyu,2015). Metode impedansi dihitung dan diukur berdasarkan perubahan hambatan
listrik yang dihasilkan sebuah pratikel. Sel darah disuspensikan pengencer konduktif saat melewati lubang
dimensi. Setiap pratikel yang melewati lubang terjadi perubahan sementara saat berlawanan elektroda
yang diproduksi. Perubahan listrik menghasilkan dorongan listrik yang terukur. Setiap pulsa amplitude
sebanding dengan volume pratikel, pulsa diperkuat dan dibandingkan dengan saluran tegangan acuan
internal,hanya menerima dorongan amplitude tertentu (Hidayah I ,2011). Pemeriksaan apusan darah tepi
untuk hitung jenis lekosit dengan metode manual dapat mengetahui bentuk morfologi jenis lekosit normal
maupun abnormal didalam darah perifer. Sel lekosit abnormal adalah sel lekosit muda secara normal
terdapat pada sumsum tulang dan bisa dijumpai darah perifer (Santosa.B.2010).
Permintaan pemeriksaan hitung sel darah terus meningkat dengan menggunakan metode manual
tidak dapat memenuhi kebutuhan. Hampir semua laboratorium menggunakan cara automatik untuk
menghitung sel dengan menghitung partikel – partikel secara elektronik atau pembauran cahaya yaitu
metode impedansi (Intan,2011). Faktor yang mempengaruhi khususnya pada alat automatik yaitu,arus
listrik yang tidak stabil pembentukan pulsa listrik terganggu,besar tegangan listrik mempengaruhi
ukuran dan volume sel,dan suhu ruang meningkat mempengaruhi kerja alat hematologi analyzer. Suhu
alat meningkat maka sel yang dilewatkan tidak akan bisa terbaca keseluran akibatnya banyak sel dapat
diukur dengan alat (Rizky,2017). Berdasarkan uraian diatas maka hal ini melatar belakangi penulis untuk
melakukan penelitian tentang perbandingan hasil hitung (Differential Count) jumlah sel granulosit
dengan metode impedansi dan cara manual.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses granulopoesis ?
2. Apakah sel-sel pada tahapan pembentukan granulosit ?
3. Apakah kelainan sel granulosit ?

C. Tujuan Makalah
1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses granulopoesis !
2. Mahasiswa mampu menjelaskan sel-sel pada tahapan pembentukan ganulosit !
3. Mahasiswa mampu menjelaskan kelainan sel granulosit !
BAB II
Pembahasan
1. Proses Granulopoesis

Granulopoiesis adalah proses pembaruan sel granulosit yang beredar dalam darah dan

merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh. Granulopoiesis terjadi di sumsum tulang.

Proses ini meliputi pembentukan dan pematangan sel-sel granulositik seperti neutrofil

tersegmentasi, eosinofil, dan basofil.Sel darah muncul dari sel induk berpotensi majemuk yang

berdiferensiasi menjadi berbagai garis sel; dan ini pada gilirannya berdiferensiasi menjadi garis

sel yang sedikit lebih berdiferensiasi, hingga mencapai sel dewasa yang bersirkulasi. Selama

proses granulopoiesis, sel mengalami serangkaian perubahan saat mereka berdiferensiasi

menjadi sel yang lebih matang

 Ukuran sel berkurang.


 Penurunan rasio nukleus-sitoplasma (nukleus yang lebih kecil dan sitoplasma yang lebih luas).
 Pemadatan dan fragmentasi nukleus.
 Lenyapnya nukleolus.
 Penampilan butiran primer dan sekunder di sitoplasma.

Butiran primer adalah azurofil dan selanjutnya berubah menjadi asidofil, neutrofil atau basofil, tergantung
pada garis sel tempat mereka akan berada. Sel-sel granulocytic melewati berbagai keadaan diferensiasi:
mieloblas, promyeloblast, myelocytes, metamyelocytes, dan granulosit matang.Proses ini diatur dengan
menstimulasi dan menghambat zat yang diproduksi oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh.

Proses pembentukan semua sel darah disebut hematopoiesis. Karena itu, granulopoiesis

adalah bagian dari hematopoiesis.Granulopoiesis mewakili pembentukan dan pematangan

kelompok sel tertentu yang membentuk 60% sel darah.Kinetika lengkap granulosit meliputi

pembentukan, pematangan, sirkulasi, dan redistribusi dalam organ dan jaringan.Ini berarti

bahwa granulopoiesis bukanlah proses statis, karena selama proses pembentukan dan

kematangan sel bermigrasi ke berbagai kompartemen di dalam dan di luar sumsum

tulang.Kompartemen fungsional anatomi di mana granulopoiesis terjadiKompartemen ini telah


dipelajari secara luas, berdasarkan kinetika neutrofil tersegmentasi karena merupakan

granulosit paling melimpah dalam darah.

Dua kompartemen pertama berkembang di sumsum tulang. Proses pembentukan dan

pematangan granulosit berlangsung sekitar 11 hari, di mana granulosit menghabiskan 7 hari di

kompartemen pembentukan dan pematangan dan kemudian beralih ke kompartemen

cadangan, di mana mereka tetap selama 4 hari.

Ketika neutrofil tersegmentasi meninggalkan kompartemen cadangan dan memasuki sirkulasi, sebagian
dari mereka akan bergerak bebas dalam darah. Namun, yang lain akan menempel pada dinding kapiler
dan venula post-kapiler atau akan disimpan di kapiler dekat dengan vena besar. Inilah yang dikenal
sebagai kompartemen marginalisasi. Granulosit memiliki paruh 6 hingga 8 jam. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan homeostasis dalam hal jumlah granulosit dalam darah, sumsum tulang harus
menghasilkan miliaran granulosit per hari. Dalam hal ini, granulosit yang dihancurkan dalam organ dan
jaringan dengan cepat diganti berkat marginalisasi dan kompartemen cadangan.

Ada penyebab fisiologis yang dapat meningkatkan jumlah neutrofil tersegmentasi, tanpa peningkatan
produksi. Ini terjadi, misalnya, selama latihan fisik. Lebih lanjut, dalam kasus infeksi bakteri, produksi
granulosit meningkat, sementara tinggal sel-sel ini di kompartemen cadangan menurun. Dalam proses
patologis seperti leukemia, ada kurangnya kontrol dalam pembentukan, pematangan dan distribusi sel,
yang mengapa jumlah sel imatur yang beredar terlalu tinggi akan diamati.

2. Sel-sel pada tahapan pembentukan granulosit

Tidak seperti halnya pada eritropoesis, maka dalam pengontrolan granulopoesis tidak ada zat yang
fungsinya dapat disamakan dengan eritropoetin. Mekanisme pengaturan granulopoesis belum sepenuhnya
diketahui tetapi secara umum diterima bahwa ada beberapa hal yang diatur dengan cepat, diantaranya
mobilisasi sel induk pluripotensial menjadi sel induk myeloid multipotensial, rangsangan untuk
proliferasi myeloid dan penglepasan sel dari sumsum tulang secara selektif. Granulosit matang dapat
dilepaskan dari cadangan dalam beberapa menit saja, diikuti kemudian oleh peningkatan produksi
granolosit.

Pada proses biakan sel in vitro dikenal sejumlah zat yang disebut colony stimulating factor (CSF) yang
diperlukan untuk pembentukan koloni granulosit-makrofag. CSF diproduksi oleh monosit-makrofag dan
limfosit yang disensitisasi, dan dapat juga dihasilkan oleh berbagai jaringan dalam tubuh manusia,
termasuk leukosit, jaringan ginjal janin, sumsum tulang, dan plasenta. Walaupun demikian belum dapat
dibuktikan apakah CSF ini juga merupakan regulator pembentukan granulosit in vivo.

Selain itu diketahui pula bahwa zat-zat hasil degradasi granulosit, mikroorganisme, endotoksin, dan sisa-
sisa sel, dapat mempengaruhi kinetik granulosit. Jumlah granulosit dalam sirkulasi meningkat baik relatif
maupun absolut, dan sel-sel muda akan muda tampak dalam darah tepi setelah stimulasi yang efektif.
Pada stimulasi yang intensif sejumlah besar sel batang, beberapa metamielosit dan kadang-kadang
mielosit ditemukan dalam darah tepi. Berikut ini sel seri Granulosit :

Mieloblast
Mieloblast adalah sel termuda diantara seri granulosit. Sel ini memiliki inti bulat yang berwarna biru
kemerah-merahan, dengan satu atau lebih anak inti, kromatin inti halus dan tidak menggumpal.
Sitoplasma berwarna biru dan sekitar inti menunjukkan warna yang lebih muda. Mieloblast biasanya
lebih kecil daripada rubriblast dan sitoplasmanya kurang biru dibandingkan rubriblast. Jumlahnya dalam
sumsum tulang normal adalah < 1% dari jumlah sel berinti.

Promielosit
Dalam fase ini sitoplasma seri granulosit telah memperlihatkan granula berwarna biru tua / biru kemerah-
merahan. Berbentuk bulat dan tidak teratur. Granula sering tampak menutupi inti. Granula ini terdiri dari
lisozom yang mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam, protease dan lisozim. Inti promielosit
biasanya bulat dan besar dengan struktur kromatin kasar. Anak inti masih ada tetapi biasanya tidak jelas.
Jumlah sel ini dalam sumsum tulang normal adalah 1-5 %.

Mielosit
Pada mielosit granula sudah menunjukkan diferensiasi yaitu telah mengandung laktoferin, lisozim
peroksidase dan fosfatase lindi. Inti sel mungkin bulat atau lonjong atau mendatar pada satu sisi, tidak
tampak anak inti, sedangkan kromatin menebal. Sitoplasma sel lebih banyak dibandingkan dengan
promielosit. Jumlahnya dalam keadaan normal adalah 2-10 %.

Metamielosit
Dalam proses pematangan, inti sel membentuk lekukan sehingga sel berbentuk seperti kacang merah,
kromatin menggumpal walaupun tidak terlalu padat. Sitoplasma mengandung granula kecil berwarna
kemerah-merahan. Sel ini dalam keadaan normal tetap berada dalam sumsum tulang dengan jumlah 5-15
%.

Neutrofil Batang
Metamielosit menjadi batang apabila lekukan pada inti melebihi setengah ukuran inti yang bulat sehingga
berbentuk seperti batang yang lengkung. Inti menunjukkan proses degeneratif, kadang-kadang tampak
piknotik pada kedua ujung inti. Sitoplasma mengandung granula halus berwarna kemerah-merahan.
Selanjutnya sel ini menjadi neutrofil segmen. Dalam sumsum tulang normal sel ini merupakan 10-40 %
dari sel berinti.

Monoblast dan Promonosit


Monoblast dan promonosit dalam keadaan normal sulit dikenal atau dibedakan dari mieloblast dalam
sumsum tulang, tetapi pada keadaan abnormal misalnya pada proliferasi berlebihan sel seri ini, monobalst
dan promonosit dapat dikenali dari intinya yang memperlihatkan lekukan terlipat atau menyerupai
gambaran otak dan sitoplasma dengan pseudopodia.

3. Kelainan sel Granulosit

Kelainan sel darah putih dapat dibedakan berdasarkan jumlah atau fungsi dari sel itu sendiri. Berikut
adalah gangguan sel darah putih yang umum terjadi dan penyebab terseringnya:

 Leukositosis, yaitu peningkatan jumlah sel darah putih yang paling sering disebabkan oleh infeksi
bakteri, alergi, radang, obat-obatan, autoimun, dan kanker.

 Neutropenia autoimun, yaitu kondisi ketika tubuh memproduksi antibodi untuk menyerang
neutrofil. Ini terjadi pada penyakit Crohn dan rematoid artritis.

 Neutropenia kongenital berat, yaitu kondisi yang didapat sejak lahir akibat mutasi genetik.
Penderitanya sering kali mengalami infeksi bakteri berulang.

 Neutropenia siklik, yaitu kondisi yang juga disebabkan karena mutasi genetik, tapi terjadi dalam
siklus 21 hari.

 Penyakit granulomatosa kronik, yaitu gangguan pada jenis sel darah putih (neutrofil, monosit, dan
makrofag) sehingga tidak berfungsi dengan baik. Gangguan ini sering mengakibatkan infeksi berulang,
seperti pneumonia dan abses.
 Defisiensi adhesi leukosit, merupakan kelainan genetik langka di mana sel darah putih tidak dapat
bergerak ke tempat infeksi.

Basofil
Basofil adalah salah satu jenis leukosit (sel darah putih) yang juga dibentuk di sumsum tulang. Jumlahnya
paling sedikit ditemukan di dalam sirkulasi darah, yaitu hanya di beberapa jaringan tubuh. 

Ketika jenis leukosit ini berada di atas kadar normal, Anda berarti sedang mengalami kondisi yang
disebut basofilia. Basofil yang terlalu tinggi dapat disebabkan oleh:

 Leukemia mieloid kronis

 Leukemia mieloid akut

 Polisitemia vera

 Mielofibrosis primer

 Trombositemia esensial

 Tumor

Penyebab basofilia lain yang lebih umum adalah:

 Reaksi alergi atau peradangan kronis yang berhubungan dengan infeksi (termasuk influenza dan
TBC)

 Penyakit radang usus

 Penyakit autoimun

 Pengaruh beberapa obat-obatan dan makanan

Gejala yang ditimbulkan akibat kadar basofil di atas normal bisa beragam tergantung penyebabnya.
Sebagai contoh, jika basofilia disebabkan oleh reaksi alergi, Anda mungkin akan mengalami gejala
berupa ruam kulit. 

Kadar di bawah normal dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, yaitu:

 Infeksi akut

 Kanker
 Cedera parah

Gejala yang ditimbulkan akibat kondisi ini juga berbeda-beda tergantung pada penyebabnya. Ketika
mengalami infeksi, Anda mungkin akan mengalami gejala, seperti merasa nyeri ketika disentuh, demam,
hingga diare. 

Eosinofil

Eosinofil adalah bagian dari sel darah putih (leukosit). Tubuh memproduksi eosinofil di sumsum tulang,
dan diperlukan 8 hari sampai eosinofil benar-benar "matang". Eosinofil memiliki peran penting dalam
sistem kekebalan tubuh manusia.Fungsi eosinofil seperti menangkis bakteri dan parasit, hingga
merespons peradangan dalam tubuh, sangatlah penting. Itulah sebabnya, kadar eosinofil harus
dipertahankan dalam jumlah normal.

Eosinofil tinggi terjadi saat tubuh “merekrut” eosinofil dalam jumlah tinggi ke satu titik yang
terinfeksi, atau sumsum tulang memproduksi eosinofil secara berlebihan. Eosinofil tinggi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

 Penyakit parasit dan jamur


 Reaksi alergi
 Kondisi pada kelenjar adrenal
 Penyakit kulit
 Racun
 Penyakit autoimun
 Penyakit endokrin (seperti diabetes)
 Tumor

Walau begitu, masih banyak kondisi maupun penyakit spesifik yang bisa menjadi penyebab eosinofil
tinggi, seperti:

 Leukimia myelogenous akut (AML)


 Alergi
 Ascariasis (infeksi cacing gelang)
 Asma
 Dermatitis atopik (eksim)
 Kanker
 Crohn’s disease (radang usus)
 Alergi obat
 Esofagitis eosinofilik (munculnya infiltrasi eosinofil pada mukosa kerongkongan)
 Leukemia eosinofilik (kanker yang menyebabkan produksi eosinofil berlebihan)
 Rhinitis alergi (peradangan pada hidung akibat reaksi alergi)
 Penyakit Hodgkin (kanker darah yang muncul pada sistem limfatik)
 Sindrom hipereosinofilik (kondisi meningkatnya eosinofil sampai 1.500 sel/mikroliter darah
selama 6 bulan)
 Sindrom hipereosinofilik idiopatik (meningkatnya jumlah eosinofil tanpa sebab jelas)
 Filariasis limfatik (infeksi parasit)
 Kanker rahim
 Trichinosis (infeksi cacing gelang)
 Kolitis ulseratif (radang usus besar)

Dari banyaknya penyebab eosinofil tinggi di atas, penyakit parasit dan reaksi alergi menjadi penyebab
eosinofil tinggi paling umum.

Ada dua penyebab utama dari eosinofil rendah yang harus diwaspadai, yaitu penyalahgunaan alkohol
dan produksi kortisol (hormon stres) yang berlebihan. Berikut ini adalah penjelasan mengapa kedua hal
tersebut dapat menyebabkan eosinofil rendah.
1. Penyalahgunaan alkohol
Penyalahgunaan alkohol tidak hanya menyebabkan eosinofil rendah, tapi juga membuat kadar sel darah
putih lainnya menurun. Di saat kadar eosinofil dan sel darah putih lainnya menurun, maka fungsi sistem
imun tubuh dalam melawan infeksi akan terganggu.
2. Produksi hormon kortisol berlebihan
Produksi hormon kortisol yang berlebihan bisa menyebabkan eosinofil rendah. Umumnya, produksi
hormon kortisol yang berlebihan dapat disebabkan oleh penyakit sindrom Cushing. Sindrom Cushing atau
yang juga dikenal sebagai hiperkortisolisme, bisa membuat seseorang mengalami kenaikan kadar hormon
kortisol dalam jangka waktu lama. Ini dapat disebabkan dari penggunaan obat kortikosteroid.Selain dua
penyebab di atas, seseorang juga bisa mengalami eosinofil rendah saat bangun tidur. Sebab, kadar
eosinofil rendah memang umum terjadi di pagi hari. Sedangkan di malam harinya, kadar eosinofil akan
meningkat.Jika penyalahgunaan alkohol atau produksi hormon kortisol yang berlebihan tidak terbukti
sebagai “pelaku” di balik turunnya kadar eosinofil, maka dapat disimpulkan bahwa eosinofil rendah yang
Anda alami normal alias tidak perlu dikhawatirkan.Namun, jika rendahnya kadar eosinofil disertai dengan
menurunnya kadar sel darah putih lainnya, barulah Anda boleh khawatir. Sebab, hal ini bisa menjadi
tanda adanya masalah pada sumsum tulang.

Netrofil

Neutrofil batang tidak “sematang” neutrofil segmen. Bentuknya seperti huruf “C” atau “S”. Secara
normal, neutrofil batang menyumbang sekitar 5-10% leukosit darah perifer. Neutrofil akan mencegah
infeksi, dengan cara menghalangi, melumpuhkan, atau menangkal partikel serta mikroorganisme yang
menyerang tubuh Anda.

Fungsi neutrofil adalah membantu tubuh untuk menyembuhkan jaringan yang rusak, serta mengobati
infeksi. Tidak heran, kadar neutrofil dalam tubuh, akan meningkat sebagai respons terhadap cedera,
infeksi, dan jenis kerusakan lainnya. Namun, kadar neutrofil juga bisa menurun, di saat infeksi parah
terjadi, sebagai efek dari penggunaan obat tertentu, atau akibat kondisi genetik tertentu.Menurut sumber,
neutrofil memiliki dua jenis, yakni neutrofil segmen dan neutrofil batang, Berikut ini penjelasannya.
 Neutrofil segmen
Neutrofil segmen adalah granulosit neutrofilik paling matang, yang ada di dalam sirkulasi darah.
 Neutrofil batang
Neutrofil batang tidak “sematang” neutrofil segmen. Bentuknya seperti huruf “C” atau “S”. Secara
normal, neutrofil batang menyumbang sekitar 5-10% leukosit darah perifer.Neutrofil akan mencegah
infeksi, dengan cara menghalangi, melumpuhkan, atau menangkal partikel serta mikroorganisme yang
menyerang tubuh Anda. Neutrofil juga bisa “berkomunikasi” dengan sel lain, untuk bekerja sama dalam
memperbaiki sel serta memberikan respons imun yang tepat.Ketika neutrofil sudah berhasil melacak
infeksi dan peradangan dalam tubuh, muncul lah bahan kimia khusus yang memberi tahu neutrofil untuk
segera keluar dari sumsum tulang dan pindah ke bagian tubuh yang membutuhkannya. Itulah fungsi
neutrofil yang sangat berjasa sebagai kelompok untuk melawan infeksi serta peradangan pada tubuh
Anda.

Kondisi tingginya kadar neutrofil secara berlebihan, disebut sebagai neutrofilia. Ini adalah tanda bahwa
tubuh Anda mengalami infeksi. Namun, neutrofilia juga bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor,
seperti:

 Infeksi bakteri
 Peradangan yang tidak menular
 Cedera
 Operasi
 Kebiasaan merokok atau mencium aroma tembakau
 Stres
 Berolahraga secara berlebihan
 Serangan jantung
 Leukomia myeloid kronis

Beberapa penyebab lain, seperti penyakit kanker, mengalami kecelakaan, menjalani pengobatan dengan
kortikosteroid, agonis beta, dan epinefrin, kehamilan, obesitas, hingga Down syndrome, juga bisa
menyebabkan tingginya kadar neutrofil.Neutropenia ada banya jenisnya, dilihat dari seberapa rendah
kadar neutrofil dalam tubuh seperti berikut ini:

 Neutropenia ringan: 1.000-1.500 per mm3


 Neutropenia sedang: 500-999 per mm3
 Neutropenia berat: 200-499 per mm3
 Neutropenia sangat parah: di bawah 200 per mm3

Kondisi rendahnya kadar neutrofil, disebut sebagai neutropenia. Penurunan kadar neutrofil dalam
tubuh, biasanya terjadi saat tubuh menggunakan sel kekebalan tubuh lebih cepat dari biasanya. Jika
sumsum tulang tidak memproduksi neutrofil secara tidak normal, penurunan kadar neutrofil juga bisa
terjadi.Beberapa kondisi di bawah ini, juga menjadi penyebab dari rendahnya kadar neutrofil:

 Infeksi bakteri yang parah atau kronis


 Penyakit alergi
 Penggunaan beberapa obat tertentu, seperti obat kemoterapi, fenitoin, dan sulfa
 Penyakit autoimun
 Kanker, virus influenza, TBC, defisiensi vitamin B-12, terapi radiasi
BAB III
Penutup
Kesimpulan

Leukosit (sel darah putih) berperan penting dalam system kekebalan tubuh

Nilai Normal leukosit 4000-10000 nm

Terdapat 5 macam leukosit yang terbagi dalam 2 golongna yakni :

- Granula : basophil, eusinofil, neutrophil


- Agranula : limfosit, dan monosit

Penyebab keabnomalan leukosit dapat dikarenaka factor spesifik baik dari factor luar maupun faktor
spesifik dari dalam tubuh.

Saran

Pembaca harus dapat mengerti tentang Darah dan leukosit pada khususnya, serta jenis dan fungsinya.Agar
pembaca atau mahasiswa dapat lebih menggali lagi dan lebih mengenal tentan Leukosit diberbagai media,
baik media cetak maupun media elektronik, bahkan dapat mengakses dan internet.
Daftar Pustaka

http://repository.unimus.ac.id/2261/2/BAB%20I.pdf
https://adalah.top/granulopoiesis/
https://hellosehat.com/kelainan-darah/sel-darah-putih/basofil/#gref
https://www.sehatq.com/artikel/eosinofil-rendah-dan-berbagai-penyebabnya
https://www.academia.edu/36437686/MAKALAH_LEUKOSIT

Anda mungkin juga menyukai