Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ penting dan merupakan organ ekskresi utama pada tubuh
manusia.Ginjal juga merupakan organ pembentuk urin dimana dalam prosesnya terjadi
penyaringan dan penyerapan zat – zat yang berfungsi bagi tubuh. Orang yang mengalami gagal
ginjal merupakan orang yang mengalami kegagalan dalam proses penyaringan zat– zat yang ada
pada tubuh sehingga ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik.Penyakit gagal ginjal ini dapat
menyerang baik pada laki – laki maupun perempuan diberbagai usia. Orang yang menderita
penyakit gagal ginjal dapat mengurangi produktivitas kerjanya bahkan mungkin mengancam
kelangsungan hidupnya.

Terapi yang dilakukan oleh penderita gagal ginjal adalah terapi hemodialisis atau cuci darah.
Terapi hemodialisis merupakan bentuk terapi untuk penyakit gagal ginjal, terapi ini dilakukan
pada orang yang menderita penyakit gagal ginjal karena ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik yaitu mensirkulasi darah sehingga dalam tubuh ginjal tidak dapat
menyaring darah dan terapi hemodialisis tersebut digunakan sebagai alternatif untuk
menyalurkan darah. Terapihemodialisis memberikan penderita penyakit gagal ginjal keuntungan
yang besar namun, pada penelitian ahli juga menyatakan bahwa bagi penderita gagal ginjal yang
sedang menjalani terapi hemodialisis memunculkan berbagai gangguan baik fisik maupun
psikologis (Weisborn, 2005).

Orang – orang yang menjalani terapi hemodialisis menimbulkan beberpa gejala fisik dan psikis
seperti sakit pada tulang persendian, mati rasa, mulut kering, penurunan minat sexual dan
gangguan tidur. Selain itu pasien hemodialysis menggambarkan adanya gangguan pada kualitas
hidupnya seperti menurunnya produktivitas penderita, adanya tingkat stress dan depresi yang
tinggi setelah mengetahui kondisi kesehatannya (Yuwono,2000).

Tekanan yang dialami penderita gagal ginjal dan juga sekitar penderita karena harus menjalani
terapi yang diketahui terapi tersebut bukan bersifat menyembuhkan dan dapat menimbulkan
penolakan – penolakan dari penderita gagal ginjal itu sendiri. Oleh sebab itu untuk mengurangi
munculnya tekanan dibutuhkan rasa
percaya bahwa dukungan sosial akan membantu penderita dan keluarganya untuk beradaptasi
terhadap penyakitnya juga mengurangi tekanan yang dialami (Siklos, 2006). Dukungan sosial
yang diterima akan efektif bila digunakan dengan keterlibatan dan usaha pasien gagal ginjal
dalam pemenuhan kebutuhannya secara lengkap baik secara fisik maupun psikis. Dukungan yang
diterima oleh pasien penderita gagal ginjal dengan terapi hemodialisis membuat penderita
mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang dialami selain itu dukungan juga dapat
membantu orang tetap sehat dan membantu cepat pulih dari sakit (Taylor, 2009).

Taylor (2009) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau
pendampingan yang diberikan oleh orang- orang disekitar individu bisa keluarga, tetangga,
ataupun teman untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam
kehidupan. Bentuknya dapat berbagai macam baik langsung maupun tidak langsung, ada yang
berupa perhatian emosional yang diekspresikan dengan dukungan, ada yang berupa instrumental
yang diwujudkan dalam pemberian jasa maupun barang yang dibutuhkan pasien, ada yang
berupa informasi yaitu pemberian informasi yang dibutuhkan pasien dan yang terakhir penilaian
diri berupa penegasan apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Penelitian yang
dilakukan menyatakan bahwa kesejahteraan seseorang secara kuat dipengaruhi oleh dukungan
sosial yang diterima oleh orang tersebut.Hasil penemuan ahli menunjukkan bahwa rata – rata
orang yang tinggal di rumah sakit lama karena kurangnya dukungan sosial begitu pula
sebaliknya (Abraham, 1997).Bukti mengenai pentingnya dukungan sosial dalam mengatasi
ancaman penyakit juga datang dari berbagai survey terhadap orang dewasa di Alameda Hal ini
menunjukkan bahwa dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kelangsunggan hidup orang
sakit khususnya pada penderita gagal ginjal. Selain itu dukungan sosial merupakan efek positif f
terhadap penyakit gagal ginjal yang terbukti bukan hanya menurunkan gangguan depresi namun
juga meningkatkan kesejahteraan pasien (Hoth, 2007).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan fungsi ginjal

2. Apa yang dimaksud dengan filtrasi glomelurus

3. Apa yang dimaksud dengan non protein nitrogen


C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang fungsi ginjal

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang filtrasi glomelurus

3. mahasiswa mampu menjelaskan tentang non protein nitrogen


BAB II
ISI
1. Fungsi Ginjal

Fungsi utama ginjal dalam keadaan normal adalah mengatur cairan tubuh, mempertahankan
keseimbangan asam basa dan PH dalam darah, serta memiliki fungsi endokrin dan hormonal
(Smeltzer, 2008). Bila pasien Chronic Kidney Disease (CKD) berada pada tahap End Stage
Renal Disease (ESRD) terapi pengganti fungsi ginjal menjadi satu-satunya pilihan untuk
mempertahankan fungsi tubuh (Lemone & Burke 2008). Saat ini hemodialisis merupakan terapi
terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ketahun terus
meningkat. Data dari Indonesia Renal Registry, jumlah pasien hemodialisis di indonesia
mencapai 2260 orang pada tahun 2009 terjadi peningkatan 5,2 % dari tahun 2008 (Indonesia
Renal Registry, 2010). Hasil survey yg dilakukan perhimpunan nefrologi Indonesia di Semarang
ditemukan bahwa kasus Cronic Kidney Disease (CKD) pada bulan November 2011 sebanyak
232 kasus di Jawa Tengah (kidney organizazion, 2011). Salah satu penyebab Cronic Kidney
Disease (CKD) adalah penyakit vaskuler yaitu hipertensi. Bila penyakit hipertensi tidak diobati,
tekanan darah semakin meningkat dengan bertambahnya umur penderita. Tekanan darah terus
meningkat dapat menimbulkan komplikasi jantung, ginjal, dan otak. Hipertensi lama
menyebabkan nefrosklerosis benigna. Gangguan ini 2 merupakan akibat langsung dari iskemia
renal. Ginjal mengecil, biasanya simetris dan permukaan berlubang – lubang dan berglanula.
Secara histology lesi yang esensial adalah sklerosis arteri arteri kecil serta arteriol yang paling
nyata pada arteriol eferen. Penyumbatan arteri dan arteriol menyebabkan kerusakan glomerulus
dan atrofi tubulus, sehingga seluruh nefron rusak (Price, 2005). Perawat hemodialisis memiliki
peran penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Perawat berperan dalam melaksanakan
pengkajian, melakukan pemantauan, memberikan dukungan pada pasien, serta memberikan
pendidikan yang berkelanjutan pada pasien dan keluarga (Smeltzer, et al, 2008). Studi
pendahuluan telah dilakukan di Ruang hemodialisis RS Dr. Moewardi Surakarta pada bulan
Juni- juli 2012. Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta memberikan pelayanan kesehatan
hemodialisa dan memiliki mesin hemodialisa sebanyak 24 unit dengan perawat sebayak 15 orang
dan jumlah pasien sekitar 300 orang per bulan. Pelayanan Hemodialisis di Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta diselenggarakan selama 6 hari kerja, tiap hari terbagi dalam 2 shift yaitu
shift pagi dan shift siang. Pasien menjalani hemodialisis antara 1- 2 kali dalam 1 minggu, adapun
lama setiap hemodialisis adalah 3- 5 jam dalam setiap dilakukan hemodialisis. Hasil observasi
penulis menemukan masih ditemukan komplikasi hipertensi pada saat mejalani hemodialisis,
Pembahasan pada asuhan keperawatan ini akan berguna untuk meminimalkan masalah hipertensi
yang 3 sering muncul pada pasien yang menjalani hemodialisis, sehingga kedepan perawat
mampu mengantisipasi masalah yang muncul, berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan pembahasan mengenai Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan chronic kidney
disease (CKD) yang mengalami hipertensi diruang Hemodialisis Rumah Sakit Dr. Moewardi
Surakarta.

2. Filtrasi Glomerulus

Filtrasi glomerulus adalah proses di mana sekitar 20% plasma masuk ke kapiler glomerulus
menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium, kemudian ke dalam kapsula bowman.
Ada ginjal yang sehat, sel darah merah atau protein plasma hamper tidak ada yang mengalami
filtrasi.

Proses filtrasi menembus glomerulus serupa dengan yang terjadi pada proses filtrasi
diseluruh kapiler lain. Hal yang berbeda pada ginjal adalah bahwa kapiler glomerulus
sangat permeable terhadap air dan zat-zat terlarut yang berukuran kecil. tidak seperti kapiler lain,
gaya yang mendorong filtrasi plasma menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman
lebih besar dari gaya yang mendorong reabsorpsi cairan kembali ke kapiler dengan demikian,
terjadi filtrasi bersih cairan ke dalam ruang bowman. Cairan ini kemudian masuk dan berdisfusi
kedalam kapsula bofman dan memulai perjalanannya ke seluruh nefron. Pada glomerulus/,
adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik koloid pada kedua sisi kapiler menyebabkan
terjadinya perpindahan cairan.

Kecepatan filtrasi glomerulus (Glomerular Filtration Rate atau GFR) didefinisikan sebagai
volume filtrate yang masuk kedalam kapsula bowman per satuan waktu. GFR relative konstan
dan member indikasi kuat mengenai kesehatan ginjal. GFR bergantung pada empat gaya yang
menentukan filtrasi dan reabsorpsi (tekanan kapiler, tekanan cairan interstisium, tekanan osmotik
koloid plasma, dan tekanan osmotik koloid cairan interstisium).Dengan demikian, setiap
perubahan dalam gaya-gaya ini dapat mengubah GFR. Selain itu, GFR juga bergantung pada
berapa luas permukaan glomerulus yang tersedia untuk filtrasi.Jadi penurunan luas permukaan
glomerulus akan menurunkan GFR. Nilai rata-rata untuk GFR pada seorang pria dewasa adalah
180 liter per hari (125 ml per menit). Volume plasma normal adalah sekitar 3 liter (dari volume
darah total sebesar 5 liter). Plasma difiltrasi oleh ginjal sekitar 60 kali sehari atau sekitar
berjumlah 180 liter dan untuk menjaga keseimbangan cairan dari 180 liter cairan per hari yang
difiltrasi ke dalam kapsula bowman hanya sekitar 1,5 liter per hari diekskresikan dari tubuh
sebagai urine.

Kontrol fisiologis filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal untuk mempertahankan
fungsinya, suplai darah ke ginjal perlu mendapat aliran yang seimbang agar ginjal dapat bertahan
serta untuk mengontrol volume plasma dan elektrolit. Perubahan aliran darah ginjal dapat
meningkatkan atau menurunkan tekanan hidrostatik glomerulus yang memengaruhi GFR. Ginjal
memiliki beberapa mekanisme untuk mengontrol aliran darah ginjal. Mekanismeini membantu
dalam mempertahankan fungsi ginjal dan GFR konstan walaupun terjadi perubahan tekanan
darah sistemik. Aliran darah ginjal dikontrol oleh mekanisme intrarenal dan ekstrarenal.
Mekanisme intrarenal mencakup kemampuan inheren arteriol aferen dan eferen untuk
berdilatasi dan berkonstriksi, yang dapat menentukan seberapa banyak darah yang mengalir
melintasi ginjal. Kemampuan inheren disebut otoregulasi. Mekanisme ekstrarenal yang mengatur
aliran darah ginjal mencakup efek langsung peningkatan atau penurunan tekanan arteri rerata dan
efek susunan saraf simpatis. Mekanisme ketiga yang mengatur aliran darah yang memiliki
komponen intrarenal dan ekstrarenal adalah hormon yang dihasilkan oleh ginjal. Hormon ini
tidak saja memengaruhi aliran darah ginjal, tetapi juga sirkulasi sistemik. Hormon ini disebut
renin yang bekerja melalui pembentukan suatu vasokonstriktor kuat yang disebut dengan
angiotensin II.

3. Non Protein Nitrogen


Daftar Pustaka

http://eprints.ums.ac.id/31785/7/04._BAB_I.pdf

https://fdokumen.com/document/makalah-filtrasi-glomerulus.html

Anda mungkin juga menyukai