Pembimbing I Pembimbing II
iii
dr. Hotman Sinaga, Sp.PK Margaretha Haiti M.Kes
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
iv
Pradian Mariadi, S.Si.,M.T
v
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PROPOSAL........................................................................ iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1. Tujuan Umum............................................................................ 3
2. Tujuan Khusus........................................................................... 4
vi
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
1. Manfaat Teoritik........................................................................ 4
2. Manfaat Aplikatif....................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian......................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka........................................................................... 7
1. Darah.......................................................................................... 7
2. Eritrosit...................................................................................... 11
4. Homogenisasi............................................................................. 17
5. Pemeriksaan Laboratorium........................................................ 19
B. Kerangka Pemikiran...................................................................... 40
C. Hipotesis........................................................................................ 41
vii
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 42
A. Jenis Penelitian.............................................................................. 42
C. Subjek Penelitian........................................................................... 42
1. Populasi penelitian..................................................................... 42
2. Sampel penelitian....................................................................... 42
E. Rancangan Penelitian..................................................................... 43
F. Definisi Oprasional........................................................................ 44
G. Alur Penelitian............................................................................... 45
H. Cara Kerja...................................................................................... 46
1. Tahap Pra-Analitik..................................................................... 46
2. Tahap Analitik........................................................................... 48
viii
I. Analisa Data.................................................................................... 52
1. Pengumpulan Data..................................................................... 52
2. Pengolahan Data........................................................................ 52
3. Penyajian Data........................................................................... 54
4. Analisis Data.............................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 57
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eritrosit merupakan sel yang berbentuk cakram bikonkaf, tidak berinti,
tidak bergerak, berwarna merah karena mengandung hemoglobin, jumlah di
dalam tubuh paling banyak kira-kira mencapai 4,5-5 juta/mm 3 (Nugraha,
2015). Pemeriksaan erotrosit dilakukan sebagai skrining rutin bagian dari
pemeriksaan hitung darah lengkap maupun darah rutin guna mendiagnosis
gangguan hematologis (Daniels, 2006). Anemia merupakan gangguan
hematologis yang berupa keadaan jumlah sel darah merah berada di bawah
normal (Desmawati, 2013) dimana keadaan tubuh kekurangan haemoglobin,
gangguan hematologis lainnya berupa polisetemia dimana eritrosit bisa
mengalami peningkatan dalam sirkulasi, ditandai dengan keadaan kadar
haemoglobin pada laki-laki lebih dari 16,5g/dL atau hematokrit lebih dari 49%
dan pada wanita kadar haemoglobin lebih dari 16.0g/dL atau hematokrit lebih
dari 48%.(Cahyanur, 2019)
Hitung jumlah eritrosit merupakan suatu pemeriksaaan untuk
menentukan jumlah eritrosit dalam 1 µL darah (Nugraha, 2015) Pada
umumnya beberapa rumah sakit seperti RS PB Charitas Belitang, RS RK
Charitas, dan BBLK (Balai Besar Laboraturium Kesehatan) untuk melakukan
pemeriksaan hitung jumlah eritrosit sudah menggunakan alat otomatis seperti
hematology analyzer.
Pada pemeriksaan Eritrosit di laboraturium baiasanya menggunakan
sampel darah vena karena darah yang berada diluar tubuh cepat membeku
maka dilakukan dengan penambahan antikoagulan (Wahdaniah, 2018)
Antikoagulan adalah zat yang ditambahkan kedalam darah dengan tujuan
untuk menghambat dan mencegah proses pembentukan bekuan darah.
1
Antikoagulan yang digunakan dalam pemeriksaan hematologi untuk hitung
jumlah eritrosit adalah antikoagulan EDTA.(Nughraha, 2015)
2
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, peneliti
merumuskan suatu permasalahan apakah ada perbedaan hasil hitung julmah
eritrosit dengan teknik homogenisasi sekunder inversi( bolak- balik) sebanyak
5 kali dan homogenisasi sekunder inversi (bolak-balik) 8 kali setelah darah
didiamkan selama 10 menit.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan
teknik homogenisasi sekunder 5 kali dan homogenisasi sekunder 8 kali.
4
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan teknik
homogenisasi sekunder 5 kali
b. Mengetahui hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan teknik
homogenisasi sekunder 8 kali
c. Mengetahui apakah ada perbedaan untuk hasil pemeriksaan hitung
jumlah eritrosit dengan teknik homogenisasi sekunder 5 kali dan
homogenisasi sekunder 8 kali pada laboraturium hematologi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan informasi di bidang pemeriksaan laboraturium
hematologi terhadap hitung jumlah eritrosit dengan teknik homogenisasi
sekunder 5 kali dan homogenisasi sekunder 8 kali.
2. Manfaat aplikatif
Dapat digunakan sebagai acuan dalam pengolahan specimen jika hasil
pemeriksaan eritrosit pada homogenisasi sekunder 5 kali dan 8 kali
berbeda maka digunakan teknik homogenisasi yang sama dengan standar
homogenisasi primer yaitu 8 kali tetapi jika tidak terdapat perbedaan
maka dapat digunakan teknik homogenisasi sekunder cukup dengan 5 kali
untuk pemeriksaan hitung jumlah eritrosit.
5
E. Keaslian Penelitian
Nama Peneliti
Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
(tahun)
Azhari Muslim Pengaruh Waktu Variabel bebas : terjadi penurunan Penelitian sebelumnya :
(2015) Simpan Darah Darah K2EDTA kadar hemoglobin Waktu darah didiamkan
K2EDTA dan didiamkan pada pada penundaan selama 1 jam, 2 jam, dan 3
Na2EDTA Pada suhu kamar selama waktu 1 jam, 2 jam jam
Suhu Kamar 1 jam, 2 jam dan 3 dan 3 jam Pemeriksaan kadar
Terhadap Kadar jam hemoglobin
Hemoglobin Darah Na2EDTA
didiamkan pada Penelitian ini :
suhu kamar selama Homogenisasi primer 8 kali
1 jam, 2 jam dan 3 Homogenisasi sekunder 5
jam kali dan 8 kali
Waktu tunggu homogenisasi
Variabel terikat : primer ke sekunder 10 menit
Pemeriksaan kadar Pemeriksaan hitung jumlah
hemoglobin eritrosit
2.1 DARAH
2.1.1 Pengertian
Darah merupakan jaringan pada tubuh yang berbentuk cair
berwarna merah yang dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat lain
sehingga mampu menyebar ke berbagai kompartemen tubuh.
(Nugraha, 2015)
Darah sendiri terbentuk dari dua komponen yaitu komponen
selular sekitar 45% yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit.
Sedangkan komponen non selular sekitar 55% berupa cairan yang
biasa disebut plasma yang terdiri dari air, protein, karbohidrat, lipid,
asam amino, vitamin, mineral. Plasma yang tidak mengandung faktor-
faktor pembekuan darah disebut serum. (Nugraha, 2015)
Proses pembentukan sel-sel darah biasa disebut hematopoiesis
yang terjadi pada masa embrional dan tempat terjadinya
hematopoiesis ialah pada kandung kuning telur, pada minggu keenam
sampai bulan ke enam atau ketujuh kehidupan janin, hati dan limpah
menjadi organ utama yang menghasilkan sel-sel darah hingga dua
minggu kelahiran bayi. Setelah itu pada umur 6-7 bulan masa janin,
sum-sum tulang memiliki peran penting dalam hematopoiesis sampai
ke masa bayi. Pada masa kanak-kanak terjadi pergantian tulang oleh
lemak yang bersifat progresif. Sehingga sumsum tulang yang bersifat
hemopoetik terbatas pada tulang rangka sentral serta ujung-ujung
proksimal tulang paha dan lengan atas pada orang dewasa (Nugraha,
2015)
Sel-sel darah bermula dari satu sel induk yaitu sel punca yang
merupakan sel precursor semua sel darah dan terdapat pada sumsum
tulang. Sel punca mampu berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel
spesifik dan diklasifikasikan sebagai myeloid atau limfoid. Setelah
7
8
2.2 ERITROSIT
2.2.1 Pengertian
Eritrosit merupakan sel yang berbentuk cakram bikonkaf, tidak berinti,
tidak bergerak, berwarna merah karna mengandung hemoglobin,
eritrosit berdiamater 7,5 µm dan tebal 2,0 µm. jumlah di dalam tubuh
paling banyak kira-kira mencapai 4,5-5 juta/mm 3 dan memiliki bentuk
yang bersifat elastis agar bisa berubah bentuk ketika melalui berbagai
macam pembuluh darah yang dilalauinya (Nugraha, 2015)
2.2.2 Proses Pembentukan Eritrosit
Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis dan dibentuk pada
sumsum tulang, setiap hari eritrosit dibentuk sekitar 1012 sel melalui
tahap eritopoesis yang kompleks dan teratur. (Nugraha, 2017) eritrosit
berawal dari eritlobas yang muncul dari sel primitive dalam sumsum
tulang, eritloblas adalah sel berinti yang dalam proses pematangan
di sum-sum tulang menimbun haemoglobin dan secara bertahap
kehilangan intinya. Pada tahap ini sel dikenal sebagai retikulosit.
Pematangan lebih lanjut menjadi eritrosit disertai dengan
menghilangnya material berwarna gelap dan ssedikit penyusutan
ukuran. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Dalam
12
2) Diet
Konsumsi makanan dapat mengubah komposisi darah maka dari
itu makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan seperti jumlah eritrosit dimana asupan cairan yang
berlebih dapat menyebabkan penurunan hemoglobin(Permenkes
No.43, 2013; Riswanto, 2013)
3) Kehamilan
Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah)
pada eitrosit yang dimulai dari minggu ke 10 kehamilan dan akan
terus menerus meningkat sampai minggu ke 35 sehingga dapat
menyebabkan penurunan jumlah eritrosit (Permenkes No.43,
2013; Riswanto, 2013)
4) Trauma
Trauma pada luka perdarahan akan menyebabkan penurunan pada
kadar hemoglobin dan hematokrit karena terjadi pemindahan
cairan tubuh kedalam pembuluh darah yang menyebabkan
pengenceran darah sehingga jumlah eritrosit berkurang
(Permenkes No.43, 2013)
b. Anemia
Anemia merupakan keadaaan dimana eritrosit yang beredar tidak
mampu memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh, maka dari itu anemia disebut juga penyakit dimana
eritrosit mengalami penurunan karna kadar hemoglobin berada
di bawah normal (I Made Brakta,2006)
c. Polisetemia
Peningkatan hematokrit atau sel darah merah dapat disebabkan oleh
penurunan volume plasma atau peningkatan jumlah sel darah merah.
polisitemia dibagi menjadi polisitemia relatif dan polisitemia
absolut. Polisitemia relatif adalah peningkatan hematokrit, sel darah
merah akibat penurunan volume plasma. Sedangkan, polisitemia
absolut adalah peningkatan jumlah sel darah merah (Cahyanur,
2019)
d. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan keadaan dimana cairan tubuh mengalami
penurunan misal karena muntah atau diare prestinen dan karna hal
itu dehidrasi dapat menyebabkan hemokonsentrasi palsu yang
mampu membuat komponen darah seperti eritrosit mengalami
peningkatan (Kiswari,2014)
2.4 HOMOGENISASI
Homogenisasi adalah proses mencampur sampel darah sebelum dilakukan
pemeriksaan pada laboraturium supaya komponen darah pada saat keluar dari
tubuh masih pada bentuk dan kondisi yang sama saaat beredar dalam aliran
darah. Proses dari homogenisasi dilakukan dengan membolak-balik tabung
sampel beberapa kali sebelum dilakukan pemeriksaan jika penghomogenan
dilakukan dengan tidak tepat dan memadai maka akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan yang akan dilakukan (riswanto, 2013)
18
b. Secara automatic
Teknik homogenisasi secara automatik dapat dilakukan
dengan menggunakan alat. Salah satu alat pencampur darah yang
biasa digunakan dalam laboratorium yaitu roller mixer. Roller
mixer merupakan alat yang digunakan untuk mencampur antara
sampel darah dan antikoagulan dengan gulungan atau rol yang
berputar, hal ini untuk menghindari terjadinya pembekuan.Alat ini
dilengkapi dengan pengaturan waktu dan kecepatan.( Yucel et al,
2016) Lamanya waktu pencampuran antara darah dengan
antikoagulan berkisar 1-5 menit dengan kecepatan 33-40 rpm rpm
(Elfyansyah & Hutabarat, 2017; Cheesbrough, 2005). Keuntungan
alat roller mixer, yaitu memudahkan dalam proses pencampuran
darah dengan antikoagulan menjadi homogen sehingga dapat
mempercepat dalam proses pengambilan data.
2.6 PEMERIKSAAN
Kegiatan pada laboraturium untuk pemeriksaan seperti eritrosit
memiliki 3 tahap penting yaitu tahap pra analitik, analitik, dan pasca analitik.
Menurut Yaqin dan Arista (2015) kesalahan pada tahap pra analitik
memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium,
sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Berikut
tahapan-tahapan yang harus diilakukan sebelum pemeriksaan di laboraturium
2.6.1 Pra Analitik
Tahap pra analitik merupakan serangkaian kegeiatan laboraturium
sebelum pemeriksaan specimen, yang meliputi :
2.6.1.1 Formulir permintaan pasien
Formulir permintaan pasien adalah hal utama yang harus
dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium. Pada
formulir permintaan pemeriksaan biasanya harus mencantumkan
seperti nama lengkap, usia, jenis kelamin, nomor rekam medis,
NIK, diagnosis, nama dokter, waktu pengumpulan spesimen, dan
jenis uji laboratorium yang akan diperiksa. Identitas pasien yang
dicantumkan pada label harus sama dengan formulir permintaan,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan pada saat pelaporan
hasil.
2.6.1.2 Persiapan pasien
Sebelum specimen diambil pasien harus dipersiapkan terlebih
dahulu dengan baik sesuai prosedur. Persiapan pasien mencakup
beberapa hal, diantaranya yaitu petugas laboratorium harus
menyarankan kepada pasien untuk :
tidak merokok karena dengan merokok dapat menyebabkan
terjadinya perubahan cepat dan lambat pada kadar zat
tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam
hanya dengan 1-5 batang dan terlihat akibatnya seperti
peningkatan kadar hemoglobin pada perokok kronik
21
1. Wadah sampel
Wadah yang digunakan untuk penampungan specimen harus
terbuat dari gelas atau plastik, tidak bocor, tertutup rapat,
harus bersih dan kering. Pada pemeriksaan eritrosit wadah
yang digunakan tabung EDTA, karena jenis sampel yang
digunakan yaitu darah utuh (whole blood). Pada tabung berisi
antikoagulan EDTA (Riswanto, 2013).
2. Antikoagulan
Antikoagulan merupakan suatu zat yang dapat mencegah
pembekuan darah dengan cara mengikat atau mengendapkan
kalsium sehingga menghambat pembentukan trombin dalam
proses pembekuan darah (Riswanto, 2014. Dengan
pemberian antikoagulan maka didapatkan specimen darah
utuh (whole blood) dan jika darah tersebut di sentrifuse maka
akan didapatkan plasma yang masih mengandung fibrinogen.
Antikoagulan diberikan berdasarkan keperluan pemeriksaan
karena sifatnya dari zat adiktif yang memiliki pengaruh
berbeda terhadap specimen darah (Yayuningsih, 2017).
Pada dasarnya darah yang keluar dari pembuluh darah
akan membeku karena proses koagulasi, maka dari itu darah
harus ditampung dalam tabung yang berisi antikoagulan
untuk mencegah terjadinya pembekuan.
Ketika menggunakan tabung yang mengandung
antikoagulan penting untuk memperhatikan volume yang
sesuai dengan pemeriksaan yang diinginkan dan cara
pencampurannya harus benar. Jika pencampuran antara darah
dengan antikoagulan tidak benar maka akan mengakibatkan
kegagalan dalam mencegah pembekuan darah. (Kiswari,
2014). Berikut beberapa macam antikoagulan yang biasanya
digunakan pada laboraturium :
23
2.6.2 Analitik
Tahap analitik merupakan tahap kedua dalam pemeriksaan dan
terdiri dari alat, reagen, bahan control dan metode pemeriksaan
2.6.2.1 Alat
Peralatan pada laboratorium untuk melaksanakan suatu
pemeriksaan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan, maka dari itu alat yang
digunakan harus dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.
Kalibrasi sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya. Kalibrasi peralatan
dilakukan pada alat baru di install dan diuji fungsi dan kalibrasi
alat dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu tahun, atau sesuai dengan pedoman pada pabrikserta
27
2.6.2.2 Reagen
2.6.2.4 Metode
Menurut Permenkes No. 25 (2015), Metode pemeriksaan harus
memenuhi persyaratan yaitu uji validasi dan verifikasi. Menurut
Riswanti (2013) menghitung jumlah eritrosit dapat dilakukan
dengan 2 metode yaitu metode manual dan elektronik
(automatic) namun untuk menghitung jumlah eritrosit metode
manual sangat jarang dilakukan karna tingkat ketelitiannya
rendah berbedan dengan menghitung jumlah eritrosit
menggunakan alat penghitung otomatis yang merupakan alat
yang memberikan hasil yang dapat diandalkan dan reproducible,
instrument-instrumen ini deprogram untuk memberika hasil yang
cepat dan akurat. Berikut metode untuk pemeriksaan eritrosit :
1. Metode manual
Menurut Yayuningsih (2017), pada pemeriksaan
eritrosit menggunakan metode mikroskopis, salah satunya
dengan menggunakan alat bilik hitung hemositometer
pengencerkan darah dengan larutan hayem menggunakan
pipet thoma eritrosit atau tabung pemeriksaan eritrosit
menggunakan darah yang diencerkan 200 kali.
Cara menghitung sel eritrosit dengan cara manual
menggunakan bilik hitung adalah (Yayuningsih, 2017;
Riswanto, 2013) :
29
dalam Levey Jenning Chart dan hasil kontrol yang didapat menggunakan
aturan Westgard’s Multi Rules. Berikut ini beberapa cara yang digunakan
dalam menganalisa hasil bahan kontrol yang digunakan dalam
pemeriksaan:
a. Levey Jenning Chart
Menururt Sukoirini (2010) Levey Jennings Chart
merupakan grafik dimana nilai kontrol yang diperoleh akan
ditemukan nilai rata-rata dan batas nilai yang dapat dinyatakan
diterima . Pada penggunaannya grafik Levey Jennings digunakan
untuk menilai hasil bahan kontrol dan terdiri atas sumbu X (hari) dan
Y (hasil dari bahan kontrol). Grafik ini memiliki garis yang
menyatakan nilai mean (rata-rata) dan garis yang menyatakan batas
nilai kontrol yang masih dapat diterima menurut aturan (±2SD atau
±3SD) (Permenkes No.1792, 2010).
Rumus satuan SD :
xi−Mean
Satuan SD =
SD
Keterangan :
Xi :Nilai bahan kontrol
Mean : Nilai rata-rata;
SD : Nilai SD
2. Aturan 1-3S
Aturan ini yang merupakan penolakan. Satu nilai kontrol
berada diluar batas +/- 3SD. Aturan ini mendeteksi kesalahan
acak sehingga perlu dilakukan pengecekan instrumen.
37
4. Aturan R-4S
Aturan ini dapat digunakan apabila dua hasil kontrol
berada pada garis mean +2SD dan nilai kontrol selanjutnya pada
mean –2SD. Aturan ini termasuk kriteria penolakan dimana perlu
dilakukan pengecekan terhadap reprodusibilitas analayzer.
38
5. Aturan 4-1S
Kriteria peringatan dimana 4 nilai kontrol berturut-turut
diluar 1 SD, dimana termasuk kesalahan sistematik yang berarti
mengindikasikan adanya shift atau trend didalam proses analitik.
6. Aturan 10-x
Aturan ini termasuk kriteria penolakan jika 10 nilai
kontrol berturut-turut berada pada sisi yang sama dari nilai rerata
yang dimana termasuk tipe kesalahan sistematik dimana
mengindikasikan alat tersebut keluar dari kalibrasi atau bahan
kontrol yang sudah kadaluwarsa.
39
Faktor Laboratorium
Didiamkan 10 menit
Faktor Patologis
( 2 menit)
Pemeriksaan hitung
Eritrosit
Hasil Pemeriksaan
hitung Eritrosit
2.10 HIPOTESIS
Tidak terdapat perbedaan hasil pemeriksaan eritrosit dengan teknik
homogenisasi sekunder 5 kali dan 8 kali
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimen. Pra-
eksperimen adalah jenis penelitian dimana tidak ada variabel kontrol dan
sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2015). Penelitian ini dilakukan
untuk melihat perbedaan hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan
teknik homogenisasi sekunder 5 kali dan 8 kali.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang akan digunakan adalah mahasiswa Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
42
adalah mahasiswa-mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehataan UKMC
Palembang. Berjumlah 30 orang yang masuk kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi
43
43
E. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah “Static Group
Comparison” yang berarti bahwa dalam rancangan ini kelompok eksperimen
menerima perlakuan (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau
observasi (O2) (Notoatmojo, 2018). Desain penelitiannya, yaitu:
44
X1 O1
S
X2 O2
Keterangan:
S = Subjek terpilih atau Sampel
X1 = Perlakuan Teknik Homogenisasi Sekunder 5 kali
X2 = Perlakuan Tidak Homogenisasi Sekunder 8 kali
O1 = Hasil Pengukuran pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan teknik
homogenisasi sekunder 5 kali
O2 = Hasil Pengukuran pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan teknik
homogenisasi sekunder 8 kali
F. Definisi Oprasional
G. Alur Penelitian
Populasi
P
Subjek target
E
M Kriteria Inklusi
E
Subjek terpilih
R
Mengisi inform concent
I
S
Pengolahan sampel darah
A
Homogenisasi sekunder 8 kali (CLSI,
A 2017 dan BD Vacutainer, 2010)
N
Didiamkan selama 10 menit
(2 menit)
E
Homogenisasi Sekunder Homogenisasi
R sebanyak 5 kali Sekunder 8 kali
I
Pemeriksan Eritrosit dengan
Analitik alat Sysmex XS-800i
T
R
Hasil pemeriksaan
O
Pasca Analitik
Analisa data
S
T
47
H. Cara Kerja
1. Tahap pra-analitik
2. Tahap Analitik
b) Cara kerja :
1. Siapkan sampel, minimal 500µl yang diambil sebanyak 20µl
oleh alat
2. Cek status dalam keadaan ready (lampu ready menyala hijau)
3. Klik manual ico atau tekan F2
4. Muncul window (masukkan nomor sampel, pilih dicrete (CBC
atau CBC + DIFF) lalu isi patient ID
5. Klik OK setelah selesai di set
6. Mix sampel (homogenkan sampel)
7. Buka tutup sampel (vacutube)
8. Masukan kedalam aspiration port kemudian tekan tombol start,
maka lampu akan hijau akan berkedip dan tunggu sampai
terdengar bunyi beep 2x lalu tarik sampel
9. Tunggu hasil annalisa sampel keluar di layar monitor
10. Tulis langsung hasil di blanko pemeriksaan ? primt hasil analisa
sampel
c) Hasil : Hasil print out diambil dan didokumentasi dengan cara
diketik dikomputer.
(Buku Petunjuk Operasional Sysmex XS-800i).
3. Tahap Pasca-analitik
3) printer; 4) kertas
b. Cara kerja :
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan
2. Mengetik hasil dari print out alat pemeriksaan pada dikomputer
3. Mencetak dokumen dari hasil yang sudah diketik
4. Menyerahkan dokumen hasil pada pejabat atau petugas lab yang
bewenang untuk divalidasi.
5. Setelah hasil divalidasi, kemudian hasil dikeluarkan.
c. Hasil : tersedia dokumen dari hasil pemeriksaan yang sudah
divalidasi.
54
I. Analisa Data
Adapun tahapan pada analisis data yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data primer
dan data sekunder. Data hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit yang
telah divalidasi kemudian digunakan untuk pemecahan masalah yang
diteliti atau menguji hipotesis yang sudah dirumuskan (Siregar, 2013)
2. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian merupakan proses dalam
memperoleh data ringkasan menggunakan cara atau rumusan tertentu.
Pengolahan data dalam suatu penelitian meliputi beberapa tahap yaitu
(Notoatmojo, 2018)
2.1 Editing
Editing merupakan merupakan suatu proses pengecekan atau
pemeriksaan data yang telah dikumpulkan dari penelitian. Editing
bertujuan untuk mengkoreksi kesalahan-kesalahan dan kekurangan
data yang telah dikumpulkan. Pada penelitian pengolahan data
dikumpulkan dari informed consent, melalui proses editing yang akan
dilakukan:
1) Apa data telah lengkap, seperti :
Pada informed consent pertanyaan yang tersedia telah di isi semua
dan pada informed consent jawaban relevan dengan pertanyaan
2) Apa data pemeriksaan hitung eritrosit dengan teknik homogenisasi
sekunder 5 kali dan 8 kali.
2.2 Coding
Coding adalah suatu tahap pemberian kode pada hasil data yang
termasuk kategori yang sama. Tujuannya untuk membedakan hasil
analisis antara data atau identitas data. Dalam penelitian pemeriksaan
hitung jumlah eritrosit dilakukan coding pada homogenisasi sekunder
55
5 kali diberi kode A dan 8 kali diberi kode B. Kode angka 1-30
menunjukkan urutan sampel, pada penelitian dilakukan codeing diberi
label seperti tabel:
Tabel 3.3Kode sampel
Kode sampel
No Homogenisasi sekunder Homogenisasi sekunder
5 kali 8 kali
1. A1 B1
2. A2 B2
3. A3 B3
4. A4 B4
5. A5 B5
6-30 A6-A30 B6-B30
2.3 Tabulasi
Tabulasi merupakan suatu proses penempatan data kedalam
bentuk tabel yang sudah diberi kode yang sesuai dengan kebutuhan
analisis. Tabulasi bertujuan untuk memudahkan meringkas proses
analisis data. Pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan
tabulasi dengan bentuk data 30 dari jumlah populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
Tabel 3.4 Tabulasi Data
Homogenisasi sekunder 5 kali Homogenisasi sekunder 8 kali
No
Kode Hasil Kode Hasil
1 A1 - B1 -
2 A2 - B2 -
3 A3 - B3 -
4 A4 - B4 -
5 A5 - B5 -
6-30 A6 – A30 - B6 – B30 -
Keterangan :
56
3. Penyajian data
Penyajian data disajikan dalam bentuk deskriptif untuk
menggambarkan ukuran kelompok data yang dianalisis menggunakan uji
statistik. Penyajian ini digunakan untuk membuat gambaran secara
sistematis, data yang akan digunakan berupa tabel, grafik, dan diagram.
Pada penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel.Tabel merupakan
kumpulan angka-angka yang berdasarkan kategori tertentu.Sebuah tabel
minimal memuat judul tabel, judul kolom, dan judul baris (Siregar, 2013).
4. Analisa data
ini data yang digunakan adalah data kuantitatif dan variabel yang
digunakan adalah dua variabel yaitu varibel bebas dan variabel terikat.
Dalam uji beda untuk mengetahui uji perbedaan dapat
dilakukan dengan parametrik dan non parametrik. Jika data yang
didapatkan terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji
parametrik yaitu uji T data berpasangan ( Paired sample T - test).
Namun, jika data yang didapatkan tidak terdistribusi dengan normal
dilakukan transformasi data. Jika hasil transformasi data didapatkan
data berdistribusi normal maka digunakan uji T data berpasangan
(Paired sample T- test). Jika data tidak terdistribusi normal, maka
dilanjutkan uji non parametrik menggunakan uji Wilcoxom signed
rank test. Dengan ketentuan uji bila sig () ≤ 0,05 terdapat perbedaan
maka hipotesis (Ho) ditolak, sedangkan jika nilai sig () > 0,05 tidak
terdapat perbedaan maka hipotesis (Ho) diterima (Dahlan, 2013
DAFTAR PUSTAKA
60
Hartina., Garini.A., Tarmizi.M.I (2018). Perbandingan Teknik Homogenisasi
Darah EDTA Dengan Teknik Inversi dan Teknik Angka Delapan Terhadap
Jumlah Trombosit. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang) Vol. 13 No
2
61
62
Riyanto (2017) Validasi dan Verifikasi Metode uji; sesuai ISO/IEC 17025
laboratorium pengujian dan kalibrasi edisi 1 cetakan 4. Yogyakarta :
DEEPUBLISH
Yaqin dan Arista (2015). Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di RS. Muji Rahayu Surabaya.
ISSN 2087-0725; Jurnal Sains Vol.5 No.1
Yucel, Cigdem., Turhan, Turan., Esin, Calci (2016). The effect of preanalytical
mechanical mixing time on complete blood cell count parameters in the
emergency laboratory. Ankara Numune Eğitim ve Araştırma Hastanesi,
Ankara, Turkey