N
DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL : CIDERA KEPALA DI
PAVILIUN CENDANA KAMAR 702
RSUD SITI FATIMAH PALEMBANG
Disusun Oleh :
RIKHA SAULINA NABABAN
2235004
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmatnya penulis dapat mengumpulkan laporan “Keperawatan
Medikal Bedah, Sistem muskuloskeletal : Cidera Kepala”. Laporan ini berisikan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses penyakit dan proses pembelajaran
selama stase keperawatan medikal bedah. Laporan dibuat berdasarkan sumber
yang telah didapatkan dari hasil jurnal maupun buku.
Dalam kesempatan ini kami berterima kasih kepada, Bapak/Ibu/Saudara/i:
1. E.F. Slamet Santoso Sarwono MBA, DBA, selaku Rektor Universitas
Katolik Musi Charitas Palembang
2. Maria Nur Aeni, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Univesitas Katolik Musi Charitas Palembang.
3. Ns. Bangun Dwi Hardika, M.K.M Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
4. Ns.Sanny Frisca, M.K Selaku koordinator mata ajar keperawatan bedah
5. Pembimbing lapangan atau klinik Ns.Sanny Frisca, M.Kep yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing dalam proses
dan juga
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun penulisan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun guna diperbaiki di masa
yang akan datang dari teman-teman, ibu dan bapak dosen mata ajar keperawatan
medikal bedah sangat kami harapkan agar dapat membuat laporan ini menjadi
lebih baik
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 4
A. Latar Belakang............................................................................ 4
B. Ruang Lingkup ........................................................................... 6
C. Tujuan ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 7
A. Konsep Medis Anemia................................................................ 7
B. Konsep Asuhan Keperwatan Anemia ......................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................... 26
A. Konsep Keperawatan ............................................................... 26
B. Pengkajian 11 Pola Gordon ........................................................ 26
C. Diagnose Keperawatan ............................................................... 26
D. Intervensi Keperwatan ................................................................ 26
E. Implemetasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan............... 22
BAB IV PENUTUP ......................................................................... 27
A. Kesimpulan ................................................................................. 27
B. Saran ........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera otak merupakan penyebab kecacatan dan kematian yang
cukup tinggi dalam neurologi yang menjadi masalah kesehatan penyebab
terbanyak terjadinya cedera otak adalah benturan atau kecelakaan. Cedera
otak di bagi 3 yaitu: ringan, sedang, berat tergantung tingkat kesadaran
(Pretyana D. A, 2017). Cedera otak dapat diukur keparahannya yakni
dengan mengukur tingkat kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS) (Suripto Y, 2018). Cedera otak sedang didefenisikan dengan
adanya GCS 9-12 dimana pasien mengeluh nyeri, serta terdapat abrasi dan
hematoma (Rosani P, 2018). Nyeri akut yang muncul pada pasien cedera
otak sedang pada bagian kepala akibat adanya tekanan intra kranial yang
disebabkan oleh hematoma pada bagian otak dan fraktur pada tulang
tengkorak (Rosani P, 2018)
Cedera kepala sedang dimulai dengan adanya kelainan struktural
atau fisiologis pada fungsi otak oleh faktor eksternal yang diindikasikan
sebagai onset baru atau perburukan dari satu atau lebih gejala klinis
meliputi kehilangan kesadaran, kehilangan memori tepat setelah terjadinya
trauma. Pasien cidera kepala sedang masih mampu menuruti perintah
sederhana, namun tampak bingung dan mengantuk, biasanya ditandai
dengan 30 menit awal pasien mengalami penurunan kesadaran dan
amnesia. Setelah kembali ke kesadaran yang composmestis pada tahap
inilah pasien dengan cidera otak sedang akan merasakan nyeri akut yang
timbul mendadak pada bagian kepala akibat tekanan intra kranial yang
disebabkan oleh hematoma pada bagian otak dan fraktur pada tulang
tengkorak (Rosani P, 2018).
4
5
B. Tujuan
1. Tujuan umum Tujuan umum adalah untuk memahami dan
mengaplikasikan asuhahan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem muskoloskeletal : cidera kepala
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep medis Cidera Kepala
b. Mamahami dan melakukan pengkajian keperawatan
c. Memahami dan menentukan diagnosis keperawatan
d. Memahami dan menentukan intervensi keperawatan
e. Memahami dan melakukan Implementasi keperawatan
f. Memahami dan melakukan Evaluasi keperawatan
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Muskoloskeletal : cidera kepala termasuk dalam Keperawatan
Medikal Bedah Tempat di Ruang Cendana dan dilaksanakan tanggal 28
November - 02 Desember 2022
Kamar paviliun Cendana 702 RSUD Siti Fatimah Palembang
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
gangguan muskuloskeletal
b. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam materi pembelajaran
c. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai bahan
penelitian selanjutnya dengan menambah intervensi dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan
muskuloskeletal
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Menurut Brain Injury Association Of America (2009), trauma kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital atau
degenerative, tetapi disebabkan oleh benturan fisik dari luar yang dapat
mengakibatkan kerusakan kemampuan kognitif maupun fisik. Trauma
kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma
tumpul maupun trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena robekanya
subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta
edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca, 2008)
Cedera otak adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa pendarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Pretyana D A, 2017). Cedera kepala
merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran (Febriyanti dkk, 2017). Cedera otak adalah
salah satu penyebab kematian.Secara global insiden cedera otak meningkat
dengan tajam terutama karena peningkatan penggunaan kendaraan
bermotor (Ucha & Rekha, 2016).
2. Klasifikasi
Cedera otak dapat dibagi menjadi 3 menurut Prasetyo, (2016) yaitu
a. Cedera Otak Ringan
Glaslow Coma Scale > 12, tidak ada kelainan dalam CT-Scan, tiada
lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Trauma otak
ringan atau cedera otak ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau
menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya.
Cedera otak ringan adalah trauma kepala dengan GCS : 15 (sadar
penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri
kepala, 23 hematoma, laserasi dan abrasi. Cedera otak ringan adalah
7
8
cedera otak karena tekanan atau terkena benda tumpul. Cedera otak
ringan adalah cedera otak tertutup yang ditandai dengan hilangnya
kesadaran sementara. Pada suatu penelitian kadar laktat rata-rata pada
penderita cedera otaka ringan 1,59 mmol/L.
b. Cedera Otak Sedang
Glaslow Coma Scale 9-12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-
Scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Pasien mungkin
bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah
sederhana (GCS 9-13). Pada suatu penelitian cedera otak sedang
mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15 mmol/L.
c. Cedera Otak Berat
Glaslow Coma Scale < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit.
Hampir 100% cedera otak berat dan 66% cedera otak sedang
menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat
terjadinya cedera otak primer sering kali disertai cedera otak sekunder
apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera
dicegah dan dihentikan. Penelitian pada penderita cedera otak secara
klinis dan eksperimental menunjukan bahwa pada cedera otak berat
dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan
otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan kondisi
asidosis otak. Pada suatu penelitian penderita cedera otak berat
menunjukan kadar rata-rata asam laktat 3,25 mmol/L.
3. Etiologi
Etiologi cedera otak menurut Amin & Hardhi, (2013) yaitu
a. Cedera akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang
tidak bergerak
b. Cedera deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek
diam, seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala
membentur kaca depan mobil
9
4. Manesfestasi Klinik
Tanda gejala pada pasien dengan cedera otak menurut Wijaya dan Putri
(2013), adalah
a. Cedera otak ringan – sedang seperti
1) Disorientasi ringan
2) Amnesia post traumatik
3) Hilang memori sesaat
4) Sakit kepala
5) Mual muntah
6) Vertigo dalam perubahan posisi
7) Gangguan pendengaran
b. Cedera otak sedang – berat seperti
1) Oedema pulmonal
2) Kejang
3) Infeksi
4) Tanda herniasi otak
5) Hemiparase
6) Gangguan syaraf kranial
10
5. Patofisiologi
Patofisiologi cedera otak menurut Pretyana D A, (2017) yaitu
a. Pukulan langsun yaitu dapat menyebabkan kerusakan otak pada sisi
pukulan (coup injury) atau pada sisi yang berlawanan dari pukulan
ketika otak bergerak dalam tengkorak dan mengenai dinding yang
berlawanan.
b. Rotasi atau deselerasi yaitu fleksi, ektensi, atau rotasi leher
menghasilkan serangan pada otak yang menyerang titik-titik tulang
dalam tengkorak (misalnya pada sayap dari tulang sfenoid). Rotasi
yang hebat juga menyebabkan trauma robekan di dalam substansi putih
otak dan batang otak, menyebabkan cedera aksonal dan bintik-bintik
perdarahan intraserebral.
c. Tabrakan
Otak seringkali terhindar dari trauma langsung kecuali jika berat
(terutama pada anak-anak dengan tengkorak yang elastis)
d. Peluru
Cenderung menyebabkan hilangnya jaringan seiring dengan trauma.
Pembengkakan otak merupakan masalah akibat disrupsi tengkorak
yang secara otomatis menekan otak yaitu
1) Derajat cedera otak primer secara langsung berhubungan dengan
jumlah kekuatan yang mengenai kepala.
2) Kerusakan sekunder terjadi akibat : komplikasi sistem pernapasan
(hipoksia, hiperkarbia, obstruksi jalan napas), syok hipovolemik
(cedera kepala tidak menyebabkan syok hipovolemik – lihat
penyebab lain), perdarahan intrakranial, edema serebral, epilepsi,
infeksi, dan hidrosefalus.
11
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan di rumah sakit menurut Pretyana D A, (2017), adalah
a. Berikan infuse dengan cairan non osmotik (kecuali dextrose oleh
karena dexstrose cepat dimetabolisme menjadi H2O+CO2 sehingga
dapat menimbulkan edema serebri)
b. Diberikan analgesia atau anti muntah secara intravena
c. Berikan posisi kepala dengan sudut 15-45 derajat tanpa bantal kepala,
dan posisi netral, karena dengan posisi tersebut dari kaki dapat
meningkatkan dan memperlancar aliran balik vena kepala sehingga
mengurangi kongesti cerebrum dan mencegah penekanan pada syaraf
medula spinalis yang menambah TIK.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan cedera otak menurut
Pretyana D A (2017), yaitu
a. Deficit neurologis
b. Infeksi sistemik (pneumonia, septikemia)
c. Infeksi bedah neuro (infeksi luka, osteomielitis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak)
d. Osifikasi heterotrofik (nyeri tulang pada sendi-sendi yang menunjang
berat badan)
e. Epidural hematoma (EDH) adalah berkumpulnya darah di dalam
ruang epidural di antara tengkorak dan dura meter. Keadaan ini sering
di akibatkan karena terjadi fraktur tulang tengkorak yang
menyebabkan arteri meningeal tengah terputus atau rusak (laserasi)
dimana arteri ini berada diantara dura meter dan tengkorak daerah
inferior menuju bagian tipis tulang temporal dan terjadi hemoragik
sehingga menyebabkan penekanan pada otak
12
8. Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos kepala Indikasi dilakukannya pemeriksaan meliputi
jejas lebih dari 5 cm, luka tembus (peluru/tajam), deformasi kepala
(dari inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang menetap, gejala fokal
neurologis, gangguan kesadaran.
b. CT-Scan Indikasi CT-Scan adalah
1) Nyeri kepala menetap atau muntah-muntah yang tidak
menghilang setelah pemberian obat-obatan analgesia.
2) Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna
terdapat pada lesi intrakranial dibandingkan dengan kejang
general.
3) Penurunan GCS lebih dari 1 dimana factor-faktor ekstrakranial
telah disingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi karena
syok, febris, dll).
4) Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai.
5) Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.
6) Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik
dari GCS (Sthavira, 2012).
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI digunakan untuk pasien
yang memiliki abnormalitas status mental yang digambarkan oleh
CT-Scan. MRI telah terbukti lebih sensitive daripada CT-Scan,
terutama dalam mengidentifikasi lesi difus non hemoragig cedera
aksonal.
d. X-Ray X-Ray berfungsi mendeteksi perubahan struktur tulang
(fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan /edema), fragmen
tulang (Rasad, 2011).
e. BGA ( Blood Gas Analyze) Mendeteksi masalah pernafasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial (TIK).
f. Kadar elektrolit Mengoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat
peningkatan tekanan intra kranial (Musliha, 2010).
13
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas bd kurang terpapar informasi
b. Nyeri akut b.d pencedera fisiologis
c. Resiko infeksi bd efek prosedur infasif
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
15
16
tulang baik, tidak tampak ospur, celah sendi dan permukaann sendi baik.
Didapatkan kesimpulan fraktur kominutif phalang distal digiti pedis
sinistra dan edema jaringan lunak distal digiti pedis sinistra.
b. PENGKAJIAN
Annamese :
Keluhan utama :
Nyeri pada jempol kaki kiri post operasi
Riwayat kesehatan sekarang:
Pada tanggal 10 November 2022 pukul 17.20 WIB Ny N berusia 68
tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS RK Charitas
Palembang dengan keluhan nyeri pada jempol kaki kiri dan tidak dapat
digerakkan setelah tertimpa lemari. Sebelumnnya pasien sedang
memindahkan lemari dari kamar depan menuju kamar belakang bersama
suami dan cucu nya. Tiba tiba pasien tidak sengaja tersandung dan pada
saat mengangkat kembali lemari, pasien kehilangan keseimbangan lalu
jempol kaki kiri tertimpa lemari. Lalu pasien dibawa ke RS RK Charitas
Palembang untuk mendapatkan pertolongan.
Pada saat pengkajian, pemeriksaan fisik yang didapatkan keadaan umum
pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah
120/80 mmHg, denyut nadi 80x/menit, pernafasan 21x/menit, suhu 36,4
C, SPO2 98%, nyeri 4/n, O2 3L/m, glasgow coma scale (GCS) 15
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
f. Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi pemberiaan
obat antiansietas
Nyeri Akut bd pencedera a. Mengidentifikasi lokasi,
fisiologis karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
b. Mengidentifikasi skala
nyeri
c. Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
d. Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
e. Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
f. Memfasilitasi istirahat dan
tidur
g. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
h. Menhgajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
i. Kolaborasi pemberian
analgetik
dalam
Mengidentifikasi
Terapeutik : faktor yang
- Berikan teknik memperberat dan
nonfarmakologi untuk memperingan nyeri
mengurangi rasa nyeri 17.40 R/ pasien mengatakan
- Fasilitasi istirahat dan tidur nyeri pada jempol
Edukasi : kaki kiri , nyeri terasa
- Anjurkan memonitor nyeri saat bergerak
secara mandiri 18.00
24
Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
25
Kolaborasi pemberian
analgetik
R/ pasien tampak
tenang
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukukan Pencegahan Infeksi 19.00 Memonitor tanda
bd efek intervensi 3x24 jam Observasi gejala infeksi S= Pasien m
prosedur infasif diharapkan keluhan - Monitor tanda gejala infeksi R/ tampak kemerahan ada luka di jem
resiko infeksi berkurang - Cuci tangan sebelum dan pada luka pasca kiri
dengan kriteria hasil sesudah kontak dengan operasi
a. Keluhan kemerahan pasien 19.10 O = Tampak
berkurang skala 4 Mencuci tangan digiti 1 pedis si
b. Keluhan nyeri Edukasi sebelum dan sesudah
berkurang skala 4 - Ajarkan mencuci tangan kontak dengan pasien A= masalah
dengan benar R/ pasien tampak infeksi belum t
- Ajarkan meningkatkan menahan nyeri
asupan nutrisi P= intervensi d
19.20
- Ajarkan meningkatkan Mengajarkan mencuci
asupan cairan tangan dengan benar
Kolaborasi 19.30 R/ pasien tampak
Kolaborasi pemberian tenang
analgetik
Mengajarkan
26
Kolaborasi pemberian
analgetik
R/ pasien tampak tenang
27
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
pana Ny. N yaitu ansietas bd kurang terpapar informasi, nyeri akut b.d
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
26
28
BAB IV
A. Kesimpulan
Demikianlah makalah ini saya susun guna untuk memenuhi tugas laporan
pada mata kuliah praktik profesi keperawatan bedah. Bagi para pembaca
makalah ini, sebaiknya tidak merasa puas, karena masih banyak ilmu-ilmu
yang didapat dari berbagai sumber. Sebaiknya mencari sumber lain untuk
27
29
DAFTAR PUSTAKA
Asrizal, R. A. (2014). Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Medula, 2(3),
94–100. file:///C:/Users/User/Downloads/335-649-1-SM.pdf
Brunner, Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal – Bedah. Jakarta: EGC
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (A. Suslia &
P. P. Lestari (eds.); 8th ed.). Elsevier.
Risnanto, & Insani, U. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskeletal. Deepublish.
Sagaran, V. C., Manjas, M., & Rasyid, R. (2017). Distribusi Fraktur Femur Yang
Di Rawat Di Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang (2010-2012). 6, 586–589.
Suriya, M., & Zuriati. (2019). Asuhan Keperawtan Medikal Bedah Gangguan
Pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi Nanda NIC & NOC. Pustaka Galeri
Mandiri.
28