Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPRAIN ANKLE

MAKALAH

Oleh
KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPRAIN ANKLE

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Pembimbing: Ns. Rondhianto, S. Kep., M. Kep

Oleh:
Bagus Maulana NIM 152310101188
Uswatun Hasanah NIM 152310101197
Joveny Meining Tyas NIM 152310101209
Bintang Amzad Jahy F NIM 152310101268
Sari Mulianingrum NIM 152310101348

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER

ii
2017

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Makalah Asuhan Keperawatan dengan Judul: “Asuhan Keperawatan


Klien dengan Sprain”
yang disusun oleh:
Kelompok :5
Kelas :C

telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada:


hari/tanggal: Maret 2017
Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang makalah yang telah ada

Penyususn,

(Kelompok 5)

Mengetahui,
Penanggung jawab mata kuliah Dosen Pembimbing

(Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp. Kep. MB) (Ns. Rondhianto, M. Kep)
NIP 19810319201404 1 001 NIP 19830324200604 2 002

iv
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Sprain Ankle”. Karya tulis ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp. Kep. MB selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
2. Ns. Rondhianto, S. Kep., M. Kep selaku dosen pembimbing pembuatan makalah ini
3. Rekan-rekan yang senantiasa memberi dukungan dan semangat
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis menerima segala bentuk kritikan dan masukkan guna sempurnanya
karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat.

Jember, Maret 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
PRAKATA ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3
2.1 Pengertian .............................................................................. 3
2.2 Etiologi.................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi ............................................................................... 3
2.4 Patofisiologi/ Patologi ............................................................ 4
2.5 Manifestasi Klinis .................................................................. 4
2.6 Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 4
2.7 Penatalaksanaan .................................................................... 5
BAB 3. PROSES KEPERAWATAN ....................................................... 7
3.1 Pengkajian .............................................................................. 7
3.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 7
3.3 Intervensi ................................................................................ 8
3.4 Evaluasi .................................................................................. 11
BAB 4. POHON MASALAH .................................................................... 12
BAB 5. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN .................................. 13
5.1 Ilustrasi Kasus ....................................................................... 13
5.2 Pengkajian .............................................................................. 14
5.3 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 23
5.4 Intervensi ................................................................................ 24

vi
5.5 Implementasi .......................................................................... 26
5.6 Evaluasi .................................................................................. 27
BAB 6. PENUTUP ..................................................................................... 29
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 29
6.2 Saran ....................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 30
LAMPIRAN

vii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu anggota tubuh yang paling sering mengalami cedera adalah pada bagian
sendi pergelangan kaki. Cedera ini dapat terjadi karena terkilir secara mendadak ke arah
lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligementum pada sendi pergelangan
kaki. (Arnheim, 1985 : 473, Peterson, 1990 : 341, Brukner, P. Dan Khan, K., 1993: 439
dalam Bambang Priyonoadi). Ditiap persendian terdapat serabut-serabut otot yang
menghubungkan tulang satu dengan tulang yang lainnya disebut ligamentum. Cedera
yang mengenai pada daerah ligamentum ini disebut sprain.
Kejadian sprain di Indonesia ini sering dialami oleh atlet olahraga. Pada atlet pelatda
PON XVIII DKI Jakarta di dapatkan bahwa kasus cedera sprain ini sebanyak 41,1 %
dan merupakan cedera yang paling tinggi atau yang sering dialami oleh para atlet. Sejak
dicanangkan pelatda PON XVIII/2012 Privinsi DKI Jakarta, prevalensi cedera sprain ini
terus meningkat yaitu sebanyak 412 atlet mengalami cidera sprain dari tahun 2009-2012
(Junaidi, 2003). Hal ini sesuai dengan penambahan jumlah cabang yang masuk dalam
pelatda maupun peningkatan intensitas pelaksanaan program latihan selama pelatda.
Sprain dapat terjadi karena stres yang berlebihan dan mendadak atau penggunaan
berlebihan yang berulang-ulang pada sendi. Kerusakan-kerusakan yang parah pada
sendi ini akan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil. Gejala yang ditimbulkan adalah
rasa sakit, bengkak, memar, ketidakstabilan dan kehilangan kemampuan untuk
bergerak. Akan tetapi tanda-tanda dan gejala dapat bervariasi salam intensitas,
tergantung pada beratnya sprain tersebut. (Andun, 2000 dalam Sri Sumartiningsih,
2012).
Untuk mencegah cidera sprain pada olahraga dapat dilakukan dengan cara
streatching, pemanasan, latihan penguatan ligamen-ligamen sendi, otot dan tendon yang
melintasi sendi, latihan pergelangan kaki, serta melakukan pembebatan pergelangan
kaki pada saat latihan maupun pertandingan. Hal tersebut dapat dilakukan oleh sesorang
sebelum olahraga atau bertanding untuk memperkecil cedera sprain.

1
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Mampu memahami dan mengetahui konsep dasar penyakit pada kasus sprain.
b. Mampu memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada kasus sprain.
c. Mampu memahami dan mengetahui pengelolaan asuhan keperawatan pada kasus
sprain.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai pengetahuan untuk
pembaca tentang penyakit sprain.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar (Brunner & Suddarth, 2001).
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas
sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga
berlebihan dalam bidang gerakan sendi (Sabiston, 1994).
Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi (Kowalak, 2011).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera
struktural ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga
merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen. Selain itu sprain juga bisa
dikatakan sebagai keadaan cidera dimana sebagian dari ligamen robek, kondisi ini
biasanya disebabkan karena memutar secara mendadak, dimana sendi bergerak melebihi
batas normal. Organ yang paling sering terkena sprain adalah lutut dengan pergelangan
kaki.

2.2 Etiologi
Penyebab sprain adalah tekanan ekternal berlebih, yaitu pemuntiran mendadak
dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan
gerakan sendi di luar kisaran gerak (RPS) normal seperti terglincir saat berlari atau
melompat sehingga terjadi sprain.

2.3 Klasifikasi
a. Sprain derajat I (kerusakan minimal)
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif,
menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau
gangguan fungsi.
b. Sprain derajat II (kerusakan sedang)

3
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih
menyebar dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi
mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.

c. Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)


Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan
gerak yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran pergerakan pasif
mungkin kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah (serabut saraf sudah benar-
benar rusak). Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan
pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.

2.4 Patofisiologi/ Patologi


Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut
dengan sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan
serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek
dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan
membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema ; sendi mengalami nyeri
dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat
selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi
maka menimbulkan masalah yang disebut dengan sprain

2.5 Manifestasi Klinis


Pada umumnya tanda dan gejala yang dialami orang yang mungkin timbul karena
sprain meliputi :
a. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
b. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
c. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah
cedera)

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Foto rontgen/ radiologi.
yaitu pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa.
Hasil pemeriksaan di temukan kerusakan pada ligamen dan sendi.
b. MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
4
Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi
radio, tanpa menggunakan sinar x atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh yang lebih detail.

2.7 Penatalaksanaan Medis

2.7.1 Penatalaksanaan Medis


1) Imobilisasi
a) Penggunaan gips
b) Elastis
2) Farmakologi
a) Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh
obat analgetik :
- Aspirin
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau
3tablet perhari,anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,maksimum 1 ½ sampai
3tablet perhari.
- Bimastan
Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ; Indikasi :
nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif, tungkak lambung,
asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ;
Dosis: dewasa awal 500mg lalu 250mg tiap 6jam.

5
b) Analsik
Kandungan : Metampiron 500mg, Diazepam 2mg ; Indikasi : nyeri otot dan sendi ;
Kontra indikasi : hipersensitif ; Efek samping : agranulositosis ; Dosis : sesudah
makan (dewasa 3xsehari 1 kaplet, anak 3xsehari 1/2kaplet).
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat)
4) Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo berat, pemasangan gips
lunak atau bidai untuk imobilisasi sendi

5) Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat kesembuhan, termasuk


penjahitan kedua ujung potongan ligamen agar keduanya saling merapat (pada
sebagia altet).

2.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan


1) Imobilisasi sendi yang cedera untuk mempercepat penyembuhan
2) Elevasi sendi di atas ketinggian jantung selama 48 hingga 72 jam (yang segera
dilakukan sesudah cedera)
3) Penggunaan kruk dan pelatihan cara berjalan (pada keseleo pergelangan kaki)
4) Kompres es secara intermiten selama 12 hingga 48 jam untuk mengendalikan
pembengkakan (letakkan handuk kecil diantara kantung es dan kulit untuk
mencegah cedera karena hawa dingin).

6
BAB 3. PROSES KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
a. Identitas klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat.
b. Identitas penanggung jawab meliputi: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat.
c. Tanggal masuk RS, No. Medical Record dan Diagnosa Medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : kaki bengkak, memar, nyeri tekan
b. Riwayat penyakit sekarang : terjadi pembengkakan pada tubuh terjadi sprain, nyeri
tekan, memar
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi :
a) Kelemahan
b) Edema
c) Perdarahan perubahan warna kulit
d) Ketidakmampuan menggunakan sendi
b. Palpasi :
a) Mati rasa
c. Auskultasi.
d. Perkusi.
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan
patah tulang.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan cedera pada Ligamen
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur
7
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen
tulang, edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.
Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.
Kriteria Hasil:
1) Klien menyatakan nyeri berkurang.
2) Edema berkurang/hilang.
Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 ± 10).
Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbal.
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan
untuk /keefektifan analgesic.
b. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembeban,
dan traksi.
Rasional: Meminimalkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan jaringan
yang cedera.
c. Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.
Rasional: Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa nyeri
d. Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.
Rasional: Mempertahankan kekuatan/mobilisasi otot yang sakit dan memudahkan
resolusi inflamasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan
yang terkena.
e. Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).
Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan
otot.
f. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif,
latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.
Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan kelelahan otot.

8
g. Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan udema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri.
h. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Rasional: Diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
2. Dx.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan
sekitar fraktur.
Tujuan: Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang.
Kriteria Hasil:
1) Klien akan meningkat/mempertahankan mobilitas pada tingkat kenyamanan
yang lebih tinggi.
2) Klien mempertahankan posisi/fungsional.
3) Klien meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian
tubuh.
4) Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktifitas.
Intervensi:
a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap imobilisasi.
Rasional: Mengetahui persepsi diri pasien mengenai keterbatasan fisik aktual,
mendapatkan informasi dan menentukan informasi dalam meningkatkan kemajuan
kesehatan pasien.
b. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi dan pertahankan rangsang
lingkungan.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.
c. Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif pada ekstremitas
yang sakit dan yang tak sakit.
Rasional: Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan respon kalsium karena
tidak digunakan.
d. Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi
digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.

9
Rasional: Menurunkan resiko kontraktur fleksi panggul.
e. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi dan mencukur).
Rasional: Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien
dalam situasidan meningkatkan kesehatan diri langsung.
f. Berikan/bantu dalm mobilisasi dengan kursi roda, kruk dan tongkat sesegera
mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi.
Rasional: Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh flebitis) dan
meningkatkanpenyembuhan dan normalisasi fungsi organ.
g. Awasi TD dengan melakukan aktivitas dan perhatikan keluhan pusing.
Rasional: Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan
dapat memerlukan intervensi khusus.

3. Dx.3 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
Tujuan: Pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga bertambah.
Kriteria Hasil:
1) Menyatakan pehaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
2) Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan
tindakan.
Intervensi:
a. Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.
Rasional: Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi.
b. Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis
fisik bila diindikasikan.
Rasional: Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama proses
penyembuhan. Kerusakan lanjut dan pelambatan penyembuhan dapat terjadi sekunder
terhadap ketidak tepatan pengguanaan alat ambulasi.
c. Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan
yang memerlukan bantuan.

10
Rasional: Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan bantuan.
d. Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di bawah
fraktur.
Rasional: Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot, meningkatkan
kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini.
e. Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
Rasional: Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh lengkap dan
kerjasama pasien dalam program pengobatan membantu untuk penyatuan yang tepat
dari tulang.
f. Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi (massa
ototkurang). Anjurkan untuk memberikan sokongan pada sendi di atas dan di
bawah bagian yang sakit dan gunakan alat bantu mobilitas, contoh verban
elastis, bebat, penahan, kruk, walker atau tongkat.
Rasional: Kekuatan otot akan menurun dan rasa sakit yang baru dan nyeri sementara
sekunder terhadap kehilangan dukungan.

3.4 EVALUASI

S : Data subyektif dari pasien setelah dilakukan implementasi


O : Data obyektif dari pasien setelah pasien dilakukan implementasi
A : mengkaji kembali apakah masalah pasien telah teratasi sepenuhnya teratasi sebagian
atau belum teratasi
P : Rencana selanjutnya berupa pilihan untuk melanjutkan atau menghentikan intervensi
sesuai kebutuhan pasien dan intervensi keperawatan.

11
BAB 4. POHON MASALAH

12
BAB 5. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN

5.1 Ilustrasi Kasus

Seorang pemain sepakbola, Tn. K (28) asal jember dilarikan ke sebuah rumah sakit
karena mengalami keseleo ketika bertanding dengan klub sepakbola bodwoso pada 10
maret 2017. Klien tampak meringis mengeluh kesakitan di daerah pergelangan kaki
kanannya berawal dari jatuh ketika berlari di lapangan yang tidak rata. Sebelumnya
klien mengaku langsung mengkonsumsi analgesik yang diberikn temannya, tetapi nyeri
tidak kunjung hilang. Menurut keluarga, klien terus merintih dan merngatakan tidak
nyaman beraktivitas. Ketika diperiksa, kaki kanan klien tampak memar, nyeri saat
ditekan dan Tanda-tanda vital klien TD 135/85 mmHg, suhu 37, RR 22x/menit, Nadi
90x/menit

13
5.2 Pengkajian

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Uswatun Hasanah


NIM : 152310101197
Tempat Pengkajian : RSU Universitas Jember
Tanggal : 13 Maret 2017

I. Identitas Klien
Nama : Tn. K No. RM : 123
Umur : 28 tahun Pekerjaan : Atlet Sepak bola
Jenis : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin
Kelamin
Agama : Islam Tanggal MRS : 12 Maret 2017
Pendidikan : SMA Tanggal : 13 Maret 2017
Pengkajian
Alamat : Jember Sumber Informasi :Pasien dan Keluarga

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:Sprain Ankle

2. Keluhan Utama:Nyeri tekan pada bagian lat maleolus ankle kanan

3. Riwayat penyakit sekarang: mengeluh sakit di daerah pergelangan kaki


kanannya ketika berlari dan terjatuh di lapangan yang tidak rata. Sebelumnya
klien mengaku mengkonsumsi analgesik tetapi nyeri tidak kunjung hilang.

14
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Klien mengaku tidak pernah mengalami penyakit serius. Hanya diare dan
maag
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tidak ada alergi yang dirasa klien dan keluarga
c. Imunisasi:
Klien hanya ingat pernah menerima imunisasi BCG ketka masih anak-anak
d. Kebiasaan/polahidup/life style:
menurut keluarga klien rutin erolahraga kurang lebih 3 kali seminggu, klien
bukan seorang perokok. Tetapi hanya makan sedikit jenis sayuran.
e. Obat-obat yang digunakan
Klien sering meminum obat/vitamin penambah stamina

5. Riwayat penyakit keluarga:


Keluarga mengaku bahwa kakek klien adalah penderita DM.

Genogram:

Keterangan: : laki-laki : menikah : pasien

: perempuan : garis keturunan : tinggal 1 rumah


III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan& pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan bahwa kesehatan bisa didapatkan dari olahraga yang rutin
Interpretasi : klien memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan yang ditandai
dengan pola aktivitas dan olahraganya.

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)


- Antropometeri
Umur : 28 tahun
TB: 170 cm
BB: 65 kg
Interpretasi Klien memiliki berat yang normal dihitung dari (tinggi badan-
100)- 10%(tinggi badan-100)= (170-100)-0,1(70) : 63
BB klien: 65

15
- Biomedical sign :
Albumin: 4.0 gr % HB: 15.5 gr/dl
Globulin: 2.8 gr %

Interpretasi:
Pemeriksaan biomedik menunjukkan kondisi pasien normal

- Clinical Sign :
TD: 135/85 Nadi: 90x/menit
RR: 22x/menit Suhu: 37
Interpretasi:
Terjadi peningkatan tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan nadi klien.
Untuk suhu masih dalam keadaan normal
- Diet Pattern :
Sebelum sakit, klien makan dengan porsi sepiring penuh 3-4 kali sehari
dan minum air sebanyak 2L/hari.
Tidak ada perubahan pola makan atau mnum walau klien dalam keadaan
sakit
Interpretasi:
Tidak ada gangguan dalam pola nutrisi klien
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : 4-5 kali/hari
- Jumlah : 1200cc
- Warna : kuning terang
- Bau : bau khas urin normal
- Karakter : jernih khas urin normal
- BJ : 1.005
- Alat Bantu : tidak ada
- Kemandirian : mandiri
- Lain : tidak ada
BAB
- Frekuensi :Klien mengaku BAB sehari sekali
- Jumlah : 150 gr atau 100cc
- Konsistensi : padat sedikit lembek, berbentuk
- Warna : kuning
- Bau : khas feses
- Karakter : normal
- BJ :
- Alat Bantu : tidak ada
- Kemandirian : mandiri
- Lain : tidak ada
BALANCE CAIRAN = intake- output- IWL
Intake: air+air metabolisme(5xBB)= 2000+(5x65)=2325cc

16
Output: BAB+BAK= 1200+100= 1300
IWL= (15xBB)
15x65= 975cc
Balance cairan: 2325-1300-975=50 cc
Interpretasi:
tidak terdapat gangguan pada pola eliminasi, klien tidak mengalami dehidrasi

4. Pola aktivitas & latihan


Keluarga mengatakan bahwa klien tidur selama 6-7 jam per hari. Tidak ada
hambatan untuk melakukan aktivitas sebelum sakit. Setelah sakit, klien lebih
banyak duduk, dan sesekali meminta bantuan untuk berjalan.

17
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

- Status Oksigenasi
Status normal, 96%

- Fungsi kardiovaskuler:
masih normal, tetapi ada peningkatan frekuensi pernafasan

- Terapi oksigen
tidak diberikan

Interpretasi: ketika sakit klien meminta bantuan alat atau orang lain untuk
berpindah, frekuensi pernafasan meningkat

5. Pola tidur & istirahat


- Durasi
6-7 jam sebelum sakit, ketika sakit 4-5 jam

- Gangguan tidur
Seekali klien terbangun karena sakit di pergelangan kakinya, klien juga
merasakan sakit saat beraktivitas

- Keadaan bangun tidur


Masih tampak segar, tidak ada tanda-tanda tidur kurang

Lain-lain: -
Interpretasi: klien merasa tidurnya sedikit berkurang akibat rasa sakit

6. Pola kognitif & perceptual


- Fungsi Kognitif dan Memori
klien mengingat jelas keluarga dan kronologi kejadian sehingga akhirnya sakit

- Fungsi dan keadaan indera


18
klien dapat melihat dengan jelas, mencium bau-bau, meraba benda kasar dan
halus, merasakan makanan/minuman, dan mendengan dengan baik
Interpretasi : tidak ada gangguan pada kognitif dan pancaindra klien
7. Pola persepsi diri
- Gambaran diri
klien merasa sakitnya menyebabkan dia tidak bisa ikut bermain dengan klub
sepakbolanya
- Identitas diri :
Klien mampu menjelaskan siapa dirinya, apa kelebihan dan kelemahan dirinya
- Harga diri
Klien merasa dirinya adalah atlet sepakbola yang ulet dan berbakat
- Peran Diri
Klien merasa walaupun sakit masih bisa melaksanakan perannya sebagai suami
dan ayah dengan baik

Interpretasi: tidak ada gangguan mengenai konsep diri klien


8. Pola seksualitas & reproduksi
- Pola seksualitas
Klien melakukan hubungan seksual dengan istrinya dua kali dalam seminggu
- Fungsi reproduksi
Fungi reproduksi klien masih normal

Interpretasi : tidak ada gangguan dalam pola seksualitas dan reproduksi klien
9. Pola peran & hubungan
Keluarga mengatakan bahwa klien memiliki hubungan yang baik dengan teman-
teman atau pun keluarga.
Interpretasi: klien tidak memiliki gangguan dalam pola hubungan dan peran
10. Pola manajemen koping-stress
Apabila banyak pikiran klien akan melampiaskannya dengan bermain bola
seharian.
Interpretasi : koping stres cukup bagus tetapi sedikit berlebihan jika olahraga
dilakukan terus menerus
11. System nilai & keyakinan
Klien mengaku bahwa kehidupan ini bisa berubah apabila kita yang mau
merubah nya sendiri. Tidak ada kekuatan yang melebihi Tuhan, ia menyerahkan
segala urusannya kepada Allah SWT. Keluarga juga mengatakan bahwa klien
seorang yang rajin ibadah
Interpretasi
klien memiliki konsep spiritual dan mekanisme koping yang bagus

19
IV. PemeriksaanFisik
Keadaan umum:
Klien tampak meringis menahan sakit, tidak ada tanda-tanda kelemahan lain.
Tanda vital:
- TekananDarah : : 135/85 mm/Hg
- Nadi : 90 X/mnt
- RR : 22 X/mnt
- Suhu : 37 C

Interpretasi : terjadi kenaikan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernafasan sebagai
akibat dari nyeri cedera

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
Inspeksi : Bentuk normal, simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Bentuk dan kondisi normal
3. Telinga
Inspeksi : tidak terkaji
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
Inspeksi : Bentuk normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Bentuk normal, mukosa bibir lembab.
6. Leher
Bentuk normal, simetris, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
7. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : bentuk normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

20
Perkusi : sonor
Aukultasi : vesikuler
Jantung
Inspeksi : tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak terdengar suara tambahan
8. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus (-)

9. Urogenital
Tidak ditemukan keluhan ketika dilakuka inspeksi, palpasi, perkusi, maupun
auskultasi
10. Ekstremitas
Terdapat nyeri tekan di pergelangan kaki
11. Kulit dan kuku
Kulit warna sawo matang dan kuku bersih, CRT < 2 detik
12. Keadaan lokal
Terdapat infus di tangan kiri klien
V. Terapi
N Nama Golongan Indikasi Kontra Indikasi Efek samping Mekanisme
o Obat Obat
1 Bimastan Analgesik Nyeri Hipersensitif, Mual muntah, Per oral,
sendi, tukak lambung, agranulositosis, 500mg
nyeri asma, dan aeukopenia awal
otot ginjal selanjutnya
250 mg tiap
6 jam

21
VI. Pemeriksaan Penunjang &Laboratorium
Tidak dilakukan
Jember, 13 Maret 2017
Pengambil Data,

(Uswatun Hasanah)

22
5.3 Diagnosa Keperawatan

Tabel Analisa Data

No Tgl/Jam Data Penyebab Masalah Paraf

1 13 DS: - klien mengeluh Nyeri akut Nyeri akut


Maret sakit
2017 DO: klien meringis
Jam kesakitan Sprain ankle
08.00 TD : 135/85 mmHg
WIB RR: 22x/menit
Nadi: 90x/menit Cedera ligamen

2 13 DS: - Menurut Gangguan rasa Gangguan rasa


Maret keluarga, klien terus nyaman nyaman
2017 merintih dan
Jam merngatakan tidak
08.10 nyaman beraktivitas Nyeri akut
WIB DO: klien meringis
menahan sakit

Sprain ankle

No Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Paraf

1 13 Maret 2017 Nyeri akut berhubungan dengan sprain


Jam 08.00 WIB nkle yang ditandai dengan klien
23
mengeluh sakit, meringis, TD 135/85
mmHg, RR: 22x/menit, Nadi:
90x/menit.
2 13 Maret 2017 Gangguan rasa nyaman berhubungan
Jam 08.10 WIB dengan nyeri akut yang ditandai dengan
klien meringis dan menurut keluarga
klien terus merintih dan mengatkan
tidak nyaman beraktivitas.

5.4 Intervensi Keperawatan

Lembar Intervensi

No Tgl/Jam Diagnosa Tujuan Intervensi Paraf

1 13 Maret Nyeri akut Setelah dilakukan - Kaji keluhan


2017 perawatan selama nyeri,
perhatikan
Jam 2x24 jam nyeri
lokasi, lamanya,
09.00 dapat berkurang dan intensitas
WIB dan tidak (skala 0 ± 10).
Perhatikan
mengganggu
petunjuk verbal
aktivitas dan non-verbal.
- Monitor TTV
Kriteria Hasil: - Bantu pasien
dalam
- TD normal,
melakukan
- RR normal, gerakan
- Nadi normal, pasif/aktif.
- Klien mampu - Berikan
alternatif
memanajemen tindakan

24
nyeri kenyamanan
- Klien menyatkan (massage,
perubahan
nyaman setelah
posisi).
nyeri berkurang - Dorong
penggunaan
teknik
manajemen
stress,
contohnya
relaksasi
progresif,
latihan nafas
dalam, imajinasi
visualisasi dan
sentuhan
terapeutik.
- Lakukan
kompres
dingin/es
selama 24-48
jam pertama
dan sesuai
indikasi.
- Kolaborasi
dengan dokter
pemberian
analgetik.

2 13 Maret Gangguan Setelah dilakukan - Kontrol


2017 rasa nyaman perawatan selama lingkungan
Jam 2x24 jam yang dapat
09.00 hipertermi tidak mempengaruhi
WIB terjadi. nyeri
- Kurangi faktor
Kriteria Hasil: presipitasi nyeri

25
- Klien mampu - Ajarkan teknik
mengontrol nyeri nonfarmakologi
- Status - Evaluasi
kenyamanan keefektifan
meningkat kontrol nyeri
- Tingkatkan
istirahat

5.5 Implementasi

Lembar Implementasi

No Tgl Jam Diagnosa Implementasi Paraf

1 13 09.10 Nyeri akut - Mengkaji keluhan nyeri,


Maret perhatikan lokasi,
lamanya, dan intensitas
2017
(skala 0 ± 10). Perhatikan
petunjuk verbal dan non-
verbal.
- Memoonitor TTV
09.10

- Membantu pasien dalam


09.25
melakukan gerakan
pasif/aktif.
09.30 - Memberikan alternatif
tindakan kenyamanan
(massage, perubahan
posisi).
09.40 - Mendorong penggunaan
teknik manajemen stress,
contohnya relaksasi
progresif, latihan nafas
dalam, imajinasi
visualisasi dan sentuhan
26
terapeutik.
- Melakukan kompres
dingin/es selama 24-48
09.50
jam pertama dan sesuai
indikasi.
- Melakukan kolaborasi
dengan dokter pemberian
10.00
analgetik
2 13 10.05 Gangguan rasa - Mengontrol lingkungan
Maret nyaman yang dapat mempengaruhi
2017 nyeri
10.10 - Mengurangi faktor
presipitasi nyeri
10.25 - Mengajarkan teknik
nonfarmakologi
10.30 - Mengevaluasi keefektifan
kontrol nyeri
10.45 - Tingkatkan istirahat

5.6 Evaluasi

Lembar Evaluasi

Nama
No Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi Perawat

1 13 Maret Nyeri akut S: pasien merasa nyerinya Uswatun


2017 tidak lagi mengganggu
O: Suhu 370C, RR
20x/menit, HR 60x/menit

A: Maslah teratasi

27
P: Pantau TTV dan
perilaku klien tentang
nyeri

28
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Sprain juga bisa dikatakan sebagai keadaan cidera dimana sebagian dari ligamen
robek, kondisi ini biasanya disebabkan karena memutar secara mendadak, dimana sendi
bergerak melebihi batas normal. Organ yang paling sering terkena sprain adalah lutut
dengan pergelangan kaki.
Penatapelaksanaan medis yang dapat dilakukan yaitu:
1. Imobilisasi
2. Farmakologi
3. Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cidera berat)
Penatapelaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Imobilisasi sendi yang cedera untuk mempercepat penyembuhan
2. Elevasi sendi di atas ketinggian jantung selama 48 hingga 72 jam (yang segera
dilakukan sesudah cedera)
3. Penggunaan kruk dan pelatihan cara berjalan (pada keseleo pergelangan kaki)
4. Kompres es secara intermiten selama 12 hingga 48 jam untuk mengendalikan
pembengkakan (letakkan handuk kecil diantara kantung es dan kulit untuk
mencegah cedera karena hawa dingin).

6.2 Saran
Keberhasilan dalam pengobatan cidera atau sprain hingga cepat sembuh adalah
tergantung dari tingkat kedisiplinan, ketekunan, dan kemauan untuk menjalani semua
proses perawatan baik medis dan keperawatan yang dijalankan oleh klien.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arnheim, D.D., (1985). Modern Principles of Athletic Training. United States of


America: Times Mirror/Mosby College Publishing.

Bambang Priyonadi, Pengelolaan Cedera Sprain Tingkat II pada Pergelangan


Kaki.[online].http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131453189/Sprain%20II%2
0Ankle.pdf (diakses 12 Maret 2017)

Brukner, P., dan Khan, K., (1993). Clinical Sports Medicine. Australia: Mc.
Graw-Hill Book Company.

Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc. diagnosis keperawatan: definisi


& klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Junaidi, 2013. Cedera Olahjraga pada Atlet Pelatda PON XVIII DKI
Jakarta.[online].http://download.portalgaruda.org/article.php?article=1782
16&val=4571&title=Cedera%20Olahraga%20Pada%20Atlet%20Pelatda%
20PON%20XVIII%20DKI%20Jakarta (diakses 12 Maret 2017)

Nurarif, A. Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction.

Peterson, L., dan Renstrom. P., (1990). Sport Injuries: Their Prevention and
Treatment. London: CIBA-GEIGY.

Smelzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Dan
Suddarth. Ed 8. Jakarta :EGC

Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta:
Erlangga

Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Jakarta: EGC

30
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:EGC

Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta:EGC

Sri Sumartiningsih, 2012. Cedera Keseleo pada Pergelangan Kaki (Nakle


Sprains).[online].http://download.portalgaruda.org/article.php?article=137106&
val=5683 (diakses 12 Maret 2017)

31
LAMPIRAN

32

Anda mungkin juga menyukai