HALAMAN SAMPUL
oleh:
Uswatun Hasanah, S.Kep
NIM 192311101090
Mahasiswa
_______________________________ _______________________________
NIP.___________________________ NIP.___________________________
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
_______________________________ _______________________________
NIP.___________________________ NIP.___________________________
h
A. Konsep Teori Penyakit
1. Anatomi Fisiologi Otak
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen
bagiannya adalah:
a) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks
ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum
dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang
lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara
(area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini
mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik
(area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial,
berbicara, motivasi dan inisiatif(Purves dkk, 2004).
2) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum
yang berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari
fisura parieto-oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk
mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm
pembentukan dan perkembangan emosi.
3) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di
gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasaraba dan
pendengaran (White, 2008).
4) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini
dengan informasi saraf lain & memori (White, 2008).
5) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dansusunan otonom (White,
2008).
3. Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1999 diperkirakan 5,54 juta
orang meninggal akibat stroke. Jumlah ini merupakan 9,5% dari seluruh
kematian di dunia. Selain itu stroke juga mengakibatkan kecatatan. Pada
tahun 1999, 50 juta orang mengalami kecatatan akibat stroke
(Bahrudin,2013). Stroke merupakan penyebab kematian nomer tiga di
Amerika dan terdapat 750.000 orang terserang stroke (Davis, 2005).
Data stroke di Indonesia menunjukan peningkatan terus baik dalam
hal kejadian, kecatatan, maupun kematian. Angka kematian berdasarkan
umur adalah sebesar 15,9% (umur 45-55 th) dan 26,8 % (umur 55-64 th),
dan 23,5% (umur >65th). Kejadian stroke sebesar 51,6/100.000 penduduk,
dan kecatatan 4,3% dan semakin memberat, penderita laki-laki lebih banyak
daripada penderita perempuan(Misbach dkk, 2011)
4. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008), beberapa penyebab CVD infark adalah
sebagai berikut :
a. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan
karena adanya:
1) Aterosklerostis: pengerasan/ berkurangnya elastisitas dinding
pembuluh darah
2) Hiperkoagulasi: pengentalan darah yang menyebabkan viskositas
hematokrit meningkat dan melambatkan aliran darah serebral
3) Arteritis: radang pada arteri
b. Emboli
Emboli terjadi akibat penyumbatan pada pembuluhan darah otak
oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Adapun beberapa keadaan yang dapat menimbulkan emboli antara lain:
1) Penyakit jantung, reumatik
2) Infark miokardium
3) Fibrilasi dan keadaan aritmia: dapat membentuk gumpalan-gumpalan
kecil yang dapat menyebabkan emboli serebri
4) Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
Adapun faktor resiko terjadinya stroke infark adalah sebagai berikut:
(Muttaqin, 2008):
1) Hipertensi
2) Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari jantung:
Penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel
kiri, abnormalitas irama (khususnya fibrilasi atrium), penyakit jantung
kongestif
3) Kolesterol tinggi
4) Obesitas
5) Peningkatan hematokrit
6) Diabetes Mellitus
7) Merokok.
5. Klasifikasi
Klasifikasi stroke dapat dibedakan menjadi stroke secara umum
dan stroke yang menjadi materi bahasan dalam laporan yakni stroke infark.
Pembagian stroke secara umum berdasarkan gambaran manifestasi klinisnya
adalah sebagai berikut:
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Gambaran defisit neurologis secara tiba-tiba, defisit tersebut hanya
berlangsung sementara (tidak lebih dari 24 jam) dan disfungsi fokalnya
bersifat reversibel.
b. Stroke in Evolution
Menggambarkan perkembangan defisit neurologis yang berlangsung
secara bertahap dan berangsur-angsur dalam beberapa jam sampai 1 hari.
c. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit)
Disfungsi fokal yang reversibel dalam waktu lebih dari 24 jam.
d. Completed Stroke
Dibagi menjadi dua yaitu hemoragik dan non-hemoragik.Merupakan
kasus hemiplegia yang disajikan pada tahap dimana tubuh penderita
sudah mengalami kelumpuhan sesisi yang tidak memperlihatkan progresi
lagi.
Pembagian stroke berdasar sifat gangguan aliran darah :
1) Non Hemoragik (infark/ iskemik): Dibagi menjadi dua yaitu trombosis
dan emboli.Stroke Infark/ Iskemik/ Non Hemoragik adalah stroke yang
terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada
sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat berupa bekuan yang terbentuk dalam
jantung/ pembuluh darah (trombus) maupun benda asing berbentuk
padat/ cair/ gas yang tersangkut dalam sirkulasi darah (embolus) (Price,
2006). Selain itu, menurut Barret & Meschia (2013), stroke infark adalah
salah satu jenis stroke yang ditandai dengan defisit neurologi fokal atau
global yang berlangsung akut pada pembuluh darah serebrovaskular.
2) Hemoragik: Dibagi menjadi dua yaitu subarachnoidal dan intraserebral.
Stroke hemoragik merupakan suatu gangguan peredaran darah otak yang
ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam
otak.
Berikut ini adalah perbedaan antara jenis-jenis stroke:
6. Patofisiologi/patologi
Berbagai kondisi seperti obesitas, kolesterol tinggi, Diabetes
mellitus, Hipertensi, peningkatan hematokrit dan embolisme jantung
merupakan faktor risiko terjadinya stroke. Klien dengan obesitas akan
memiliki kadar leptin dalam darah yang lebih tinggi. Hal tersebut
meningkatkan tahanan vascular jantung. Akibatnya terjadi hipertensi.
Kondisi hipertensi menyebabkan disfungsi endotel pembuluh darah, dimana
pada keadan normal endotel menghasilkan Nitrit Oksida (NO) yang
berfungsi dalam relaksasi vascular. Akibat disfungsi endotel, terjadi
penurunan NO yang mengakibatkan vasokontriksi dan penurunan
permeabilitas sel endotel yang berimplikasi pada terjadinya arteriosklerosis
(Astuti, 2012).
7. Manifestasi klinis
Gelaja umum terjadinya stroke dapat berupa baal/ lemas mendadak
di wajah, lengan, tungkai terutama di salah satu bagian tubuh, gangguan
penglihatan ganda, bingung mendadak, pusing bergoyang, hilangnya
keseimbangan dan koordinasi, dan nyeri kepala mendadak tanpa penyebab
yang jelas (Price, 2006). Sedangkan bebarapa gejala klinis juga dapat
muncul sesuai letak oklusi di area otak.Berikut adalah beberapa gejala klinis
stroke berdasarkan letak oklusinya:
a. Lobus Frontal
1) Defisit kognitif: kehilangan memori, rentang perhatian singkat,
peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak
mampu menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak
2) Defisit motorik: hemiparese, hemiplegia, disatria (kerusakan otot-otot
bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
3) Defisit aktivitas mental dan psikologi antara lain: labilitas emosional,
kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial, penurunan toleransi
terhadap stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan
mental dan keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.
b. Lobus Parietal
Dominan:
i. Defisit sensori antara lain defisit visual (jarak visual terpotong
sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap
sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin),
hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang
posisi bagian tubuh)
ii. Defisit bahasa/komunikasi: Afasia ekspresif (kesulitan dalam
mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang dapat dipahami);
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan);
Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat);
Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan);
dan Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide
dalam tulisan).
Non Dominan:
Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan
tepat dan menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:Gangguan
skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas
yang mengalami paralise); Disorientasi (waktu, tempat dan orang);
Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan objek-objak
dengan tepat); Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi
lingkungan melalui indra). Selain itu klien juga mengalami kelainan
dalam menemukan letak obyek dalam ruangan dan kerusakan
memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat.
c. Lobus Oksipital: defisit lapang penglihatan penurunan ketajaman
penglihatan, diplobia(penglihatan ganda), dan kebutaan.
d. Lobus Temporal: defisit pendengaran dan gangguan keseimbangan
tubuh.
8. Pemeriksaan penunjang
Periksaan penunjang yang dapat dilakukanuntuk penegakan
diagnosis stroke infark antara lain:
a. Laboratorium:
1) Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVD ada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam
Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen
(Muttaqin, 2008)
2) Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVD
infark mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju
endap darah (LED) pada pasien CVD bertujuan mengukur kecepatan sel
darah merah mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi
menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu
radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium
(135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,) (Price, 2005).
b. Pemeriksaan sinar X toraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung
(kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung
kongestif (Pricedkk,2005)
c. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standard untuk mendeteksi
gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan memmperbaiki
kausa stroke (Price dkk, 2005)
d. Angiografi serebrum : membantu menentukan penyebab dari stroke
secara Spesifik seperti lesi ulseratrif, stenosis, displosia fibraomuskular,
fistula arteriovena, vaskulitis dan pembentukan thrombus di pembuluh
besar (Price dkk, 2005)
e. Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET): mengidentifikas
seberapa besar suatu daerah di otak menerima dan memetabolisme glukosa
serta luas cedera (Price dkk, 2005)
f. Ekokardiogram Transesofagus (TEE): mendeteksi sumber
kardioembolus potensial (Price dkk, 2005)
g. CT scan: pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak
(Muttaqin, 2008)
2 Muntah Ya 1x2
Tidak 0x2
Total
d) Discharge Planning
Stroke Prevention:
1. Kontrol TD (hipertensi)
2. Turunkan kolesterol: kurangi intake lemak (Saturated fat)
3. Hindari merokok
4. Kontrol DM
5. Jaga keseimbangan BB
6. OR teratur
7. Kelola stress
8. Hindari alkohol
9. Hindari minum sembarang obat
DAFTAR PUSTAKA