Laporan kasus praktek klinik di Ruang Rawat Inap mulai tanggal 23 April
sampai dengan 27 April 2018 dengan judul kasus “Gangguan ADL et causa
Hemiparese Dextra Post Stroke Non Hemoragik” telah disetujui oleh
Pembimbing Lahan (Clinical Educator) dan Preceptor.
NIP. NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada satu sisi.
Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan
daripada hemiplegi. Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu
infark serebral atau perdarahan.
Kata paralisis berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang berarti separuh,
sebelah, sebagian, dan lysis yang berarti kehilangan atau kerusakan. Dalam istilah
kedokteran, paralisis diartikan sebagai kehilangan fungsi motorik dalam mengatur
pergerakan volunter akibat gangguan dari salah satu bagian jaras motorik mulai
dari cerebrum hingga ke serabut otot.Selain itu sering juga digunakan kata paresis
yang dapat diartikan kehilangan sebagian fungsi motorik biasanya berupa
kelemahan, berbeda dengan paralisis yang dianggap kehilangan seluruh fungsi
motorik.
Stroke hemorage adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan
oleh karena gangguan peredaran darah otak yang terjadi secara mendadak atau
secara cepat yang menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah di
otak yang terganggu. stroke hemorage pada umumnya terjadi pada orang dengan
umur di atas 65 tahun, tetapi setiap orang ada kemungkinan terkena stroke,
bahkan anak-anak atau bayi sekalipun. stroke hemorage termasuk
penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian
jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan
oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini dikarenakan adanya
sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Adapun klasifikasi stroke
adalah stroke hemorage dan stroke non hemorage, stroke hemorage adalah jenis
stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah
tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisologi
- Lobus frontalis
- Lobus temporalis
- Lobus parietalis
- Lobus oksipitalis
Gambar 2.1.1. Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan samping.
c. Brainstem
b. Interferential Current
Merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan arus
listrik dengan frekuensi 4000 Hz dan jenis arus yang continu dangan AMF
50 Hz dan AMF Modifikasi 100 Hz. Gabungan dari dua arus bolak balik
berfrekuensi menengah dalam bentuk empat elektrode sehingga terjadi
interaksi arus dalam bentuk superposisi
e. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan modalitas fisioterapi dengan menggunakan
gerak tubuh baik aktif maupun pasif untuk pemeliharaan dan perbaikan
kekuatan otot, mobiltas dan stabilitas, fleksibilitas dan menambah ROM.
Adapun teknik terapi latihan yang dilakuka pada kasus hemiparese
yaitu menggunakan teknik Relaxed Passive Movement yang bertujuan
untuk menambah ROM dan menjaga elastisitas otot.
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
Nama : Ny. Y
Umur : 63 tahun
Sex : Perempuan
Agama : Islam
B. Anamnesis Khusus
Riwayat Operasi :-
C. Pemeriksaan Vital Sign
D. Inspeksi/Observasi
a. Pemeriksaan MMT
Kanan Kiri
3 5
3 5
b. Pemeriksaan Sensorik
- Tes rasa sakit (tajam tumpul) : Normal
- Tes rasa posisi : Normal
c. Pemeriksaan Motorik
- Reaksi Keseimbangan
Hasil : pasien positif mengalami imbalance karena cenderung
bertumpu pada sisi yang sehat.
- Reaksi Transfer
d. Tes Koordinasi
e. Tes ADL
Intepretasi hasil :
20 : mandiri
- Problematik Fisioterapi :
1. Impairment
1. Infra Red
Tujuan : Untuk mengurangi rasa nyeri, dan rileksasi otot
Persiapan alat: Cek alat, kabel dan pastikan alat dalam keadaan baik.
Teknik pelaksanaan:
- On kan alat
- Panaskan sekitar 5 menit
- Pastikan daerah yang ingin disinari tidak terhalangi oleh
pakaian / assesoris pasien
- Atur jarak IR dengan tubuh ± 30 cm
- Atur waktu selama 15 menit
- Setelah waktu habis, jauhkan IR dari tubuh pasien lalu tekan
tombol off
2. Interferential Current
Tujuan: Untuk menstimulasi otot, mengurangi rasa nyeri, mengurangi
edema
Posisi Pasien: Supine Lying
Teknik Pelaksanaan: basahi terlebih dahulu tempat pad, kemudian
bersihkan area yang akan diterapi, usahakan daerah yang di terapi bebas
dari pakaian, kemudian nyalakan alat, tempatkan kedua pad pada area
lumbal, atur waktu, gelombang, frekuensi, dan intensitas.
3. Breathing Exercise
Tujuan : Memperbaiki ventilasi, pola nafas tidak efisien, mengurangi
dan mengontrol sesak napas.
Posis pasien : sitting
Teknik pelaksanaan : Dengan tehnik purshed lip breathing ajarkan
pasien menarik nafas dalam hitungan 1,2 kemudian hembuskan
perlahan-lahan dalm hitungan 3,4,5,6 lewat mulut. Tangan fisioterapi
melakukan palpasi diatas abdomen, tidak boleh ada kontraksi otot
abdomen.
I : toleransi pasien
T : 5 menit
I : toleransi pasien
T : 15-20 menit
5. PNF
I : toleransi pasien
6. Edukasi
Hemiparese sinistra adalah Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak yang
menyebabkan kelemahan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan sebelah
kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan
memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita mamberikan perhatian hanya
kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihat (Harsono,
2006). Adapun intervensi yang dapat diberikan adalah : Breathing Exercise, PNF,
Relaxed Passive Movement dan Edukasi.
B. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami anatomi, fisiologi, patologi
tentang stroke. Selain itu mahasiswa dapat melakukan tehnik assessment dan
pemeriksaan yang sesuai untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Kemampuan
keterampilan dan skill dalam melakukan proses intervensi fisioterapi perlu dicapai
dalam pembelajaran melalui pembimbing lahan dan berbagai referensi yang
diperoleh agar yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
http://erepo.unud.ac.id/8298/3/9d9825a203a1f153e178908c357b5e41.pdf Di
akses pada 19 April 2018