Anda di halaman 1dari 27

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus praktek klinik di Ruang Rawat Inap mulai tanggal 23 April
sampai dengan 27 April 2018 dengan judul kasus “Gangguan ADL et causa
Hemiparese Dextra Post Stroke Non Hemoragik” telah disetujui oleh
Pembimbing Lahan (Clinical Educator) dan Preceptor.

Makassar, 30 April 2018

Clinical Educator, Preceptor,

NIP. NIP.
BAB I

PENDAHULUAN

Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada satu sisi.
Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan
daripada hemiplegi. Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu
infark serebral atau perdarahan.
Kata paralisis berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang berarti separuh,
sebelah, sebagian, dan lysis yang berarti kehilangan atau kerusakan. Dalam istilah
kedokteran, paralisis diartikan sebagai kehilangan fungsi motorik dalam mengatur
pergerakan volunter akibat gangguan dari salah satu bagian jaras motorik mulai
dari cerebrum hingga ke serabut otot.Selain itu sering juga digunakan kata paresis
yang dapat diartikan kehilangan sebagian fungsi motorik biasanya berupa
kelemahan, berbeda dengan paralisis yang dianggap kehilangan seluruh fungsi
motorik.

Stroke hemorage adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan
oleh karena gangguan peredaran darah otak yang terjadi secara mendadak atau
secara cepat yang menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah di
otak yang terganggu. stroke hemorage pada umumnya terjadi pada orang dengan
umur di atas 65 tahun, tetapi setiap orang ada kemungkinan terkena stroke,
bahkan anak-anak atau bayi sekalipun. stroke hemorage termasuk
penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian
jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan
oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini dikarenakan adanya
sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Adapun klasifikasi stroke
adalah stroke hemorage dan stroke non hemorage, stroke hemorage adalah jenis
stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah
tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

Penyebab hemiparesis bermacam-macam tergantung dari letak lesinya.


Lesi dapat terjadi pada korteks, subkorteks, batang otak, medulla spinalis dan
saraf perifer. Letak lesi akan menentukan karakteristik hemiparesis yang terjadi.
Hal ini dapat dikelompokkan menjadi lesi tipe upper motor neuron (UMN) dan
lower motor neuron (LMN).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisologi

a. Anatomi dan Fisiologi Otak


Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif
yang saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron
(Leonard, 1998). Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuron-neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi,
kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu
bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang
rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke
(Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak
dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf
tepi (SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik
antara SSP dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen
bagiannya adalah:
a. Cerebrum

Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari


sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks
ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003).
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:

- Lobus frontalis

Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual


yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,
bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi.
Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di
gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur
gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif
(Purves dkk, 2004).

- Lobus temporalis

Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks


serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah
posterior dari fisura parieto-oksipitalis (White, 2008). Lobus ini
berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran
dan berperan dlm pembentukan dan perkembangan emosi.

- Lobus parietalis

Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran


sensorik di gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa
raba dan pendengaran (White, 2008).

- Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan


area asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan
rangsang ini dengan informasi saraf lain & memori (White,
2008).
- Lobus Limbik

Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,


memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan
perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin dan
susunan otonom (White, 2008).

Gambar 2.1.1. Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan samping.

(Sumber : White, 2008)


b. Cerebellum

Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih


banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki
peran koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan
pada informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih
banyak dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian
fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan
informasi ke bagian lain dari sistem saraf pusat.

Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan


tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara
optimal. Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus
medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).

Gambar 2.1.2. Cerebellum, dilihat dari belakang atas.


(Sumber : Raine, 2009)

c. Brainstem

Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh


proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon
diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur-struktur
fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan
desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-
bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.

Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu


mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
Gambar 2.1.3. Brainstem.
(Sumber : White, 2008)

b. Anatomi Peredaran Darah Otak


Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang
diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat
mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus terus
dipertahankan (Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak merupakan
suatu jalinan pembuluhpembuluh darah yang bercabang-cabang,
behubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai
darah yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002).
1. Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis
dan arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk
circulus willisi (Wilson, 2002).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat
akhir arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans
posterior yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri
serebri anterior saling berhubungan melalui arteri communicans anterior
(Chusid, 1979).
Arteri vertebralis kiri dan kanan bersal dari arteria subklavia sisi yang
sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata,
sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri
vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan
pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris
(Wilson, 2002).
2. Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater yang
liat. Sinus-sinus dura mater tidak mempunyai katub dan sebagian besar
berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengallir ke dalam sinus
longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang
utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus
longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam
sinus transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari
basal ganglia (Wilson, 2002).

Gambar 2.2.1. Circulus Willisi


(Sumber : swaramuslim. Stroke, 2009)
B. Hemiparese (NHS)
1. Definisi
Non Haemoragik Stoke (NHS) adalah stroke yang disebabkan
peredaran darah ke sebagian jaringan otak terhenti karena sumbatan
thrombus dan embolus yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial
(arteri yang berada di luar tengkorak) yang menyebabkan sumbatan di
satu atau beberapa arteri intracranial (arteri yang berada di dalam
tengkorak). Stadium recovery adalah stadium pada penderita stroke
dimana terjadi reabsorbsi oedema pada otak, sehingga terjadi penurunan
proses desak ruang akut yang ada didalam otak, aktifitas reflek spinal
sudah dapat berfungsi tetapi belum mendapat kontrol dari sistem
supraspinal, berlangsung sekitar 6-8 bulan setelah terjadinya serangan
stroke. Apabila fase ini diberikan penanganan yang baik maka perbaikan
kearah impairment masih dapat ditingkatkan. (Kuntono, 2002 ).
Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada
satu sisi. Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan
lebih ringan daripada hemiplegi. Penyebab tersering hemiparesis pada
orang dewasa yaitu infark serebral atau perdarahan. Hemiparase yang
terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang
traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai
darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan
langsung dan tidak langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor.
Hal tersebut selanjutnya akan mengakibatkan adanya gangguan pada
traktus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot anggota
gerak atas dan bawah.
Hemiparese adalah kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh yang
menyebabkan hilangnya tenaga otot sehingga sukar melakukan gerakan
volunter (Sidharta, dkk. 2001).
2. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner
dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144).
- Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan
dalam sistem vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama
manusia masih hidup, serta bekuan darah didalam pembuluh darah
otak atau leher. Koagulan darah dinamakan trombus. Akumulasi
darah yang membeku diluar sistem vaskular, tidak disebut sebagai
trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak yang
dapat menimbulkan edema disekitarnya.
- Embolisme serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang
dibawa ke otak dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan
pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada
umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebri.
- Iskemia serebri
Iskemia adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak
normalnya menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak
per menit. Jika alirah darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul
gejala iskemia dan infark. Yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu
hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit lain.
- Hemoragi serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral
dengan pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak.
Pendarahan intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan
didalam ruang subarakhnoid atau didalam jaringan otak sendiri.
Pendarahan ini dapat terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi.
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkim otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh
rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya
tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1) Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :
- Perokok.
- Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
- Tekanan darah tinggi.
- Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
- Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2) Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
- Usia di atas 65.
- Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya
artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan
stroke).
- DM.
- Keturunan ( Keluarga ada stroke).
- Pernah terserang stroke.
- Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
- Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita )
Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke non haemoragik dibedakan
menjadi:

a. TIA (Transient Ischemic Attack).


Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang cdengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi.
Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau
beberapa hari.
c. Stroke Komplet.
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai
dengan istilahnya stroke komplet dapat di awali dengan serangan TIA
berulang.

3. Tanda dan Gejala


Serangan stroke jenis apa pun akan menimbulkan defisit neurologis yang
bersifat akut (De Freitas dkk, 2009). Tanda dan gejala stroke antara lain :
- Hemidefisit sensorik
- Hemidefisit motorik
- Penurunan kesadaran
- Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus(XII) yang bersifat
sentral
- Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan berbahasa (afasia) dan
gangguan fungsi intelektual (demensia)
- Buta separuh lapangan pandang (hemianopsia)
- Defisit batang otak.

4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi


Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks dan berperan
penting bagi kesehatan dan kehidupan yang baik. Ukurannya relatif kecil
dibandingkan bagian tubuh yang lain. Beratnya hanya 1,5 kg atau sekitar 2
% dari berat total tubuh kita. Namun organ ini menerima hampir seperlima
dari total oksigen dan pasokan darah. Nutrisi yang kita makan sangat
diperlukan untuk menjaga agar otak tetap dapat bekerja dengan optimal
(Feigin, 2006).
Otak bergantung total pada pasokan darahnya. Interupsi sekitar 7 –
10 detik saja sudah dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki pada bagian otak yang terkena (Feigin, 2006).
Dalam jumlah normal darah yang mengalir ke otak sebanyak 50-
60ml per 100 gram jaringan otak per menit. Jumlah darah yang
diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840 ml/menit, dari jumlah
darah itu di salurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri
karotis (dekstra dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian depan
otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak
disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior, selanjutnya sirkulasi
arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum
posterior membentuk suatu sirkulus Willisi
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulus willisi serta cabang-cabangnya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai
20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa
oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak
yang di perdarahi oleh arteri tersebut dikarenakan masih terdapat
sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik
yang sering mendasari dari berbagi proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarhai otak diantaranya dapat berupa :
- Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti
pada aterosklerosis dan thrombosis.
- Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya
syok atau hiperviskositas darah.
- Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium.

Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat


menjadikan terjadinya kelainian-kelainan neurologi tergantung bagian otak
mana yang tidak mendapat suplai darah, yang diantaranya dapat terjani
kelainan di system motorik, sensorik, fungsi luhur, yang lebih jelasnya
tergantung saraf bagian mana yang terkena.
Stroke sering dikenal dengan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian dan disability. Stroke Non hemoragik yaitu suatu gangguan
fungsional otak akibat gangguan aliran darah ke otak karena adanya bekuan
darah yang telah menyumbat aliran darah (Yastroki, 2007). Pada stroke non
hemoragik aliran darah ke sebagian jaringan otak berkurang atau berhenti.
Hal ini bisa disebabkan oleh sumbatan thrombus, emboli atau kelainan
jantung yang mengakibatkan curah jantung berkurang atau oleh tekanan
perfusi yang menurun.

5. Pendekatan Intervensi Fisioterapi


a. Infrared
Infra Red merupakan alternatif terapi yang mempunyai penetrasi yang
hanya berada pada tingkat superfisial jaringan saja. Diharapkan agar terjadi
efek analgesik, efek anti imflamasi, efek sedatif, peningkatan suhu jaringan,
efek rileksasi otot sehingga intensitas spasme menurun, dan efek
vasodilatasi agar terjadi peningkatan blood flow.

b. Interferential Current
Merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan arus
listrik dengan frekuensi 4000 Hz dan jenis arus yang continu dangan AMF
50 Hz dan AMF Modifikasi 100 Hz. Gabungan dari dua arus bolak balik
berfrekuensi menengah dalam bentuk empat elektrode sehingga terjadi
interaksi arus dalam bentuk superposisi

c. Proprioceptif Neuromuscular Fascilitation


Teknik PNF adalah serangkaian metode fasilitasi, dimana target
perbaikan pada fungsi tubuh, struktur tubuh dan/atau aktivitas dalam
konteks goal terapi. Pasien dengan gangguan neuromuscular seperti
paraparese perlu diberikan PNF dengan beberapa pola dasar dan gerakan
untuk melatih koordinasi gerak dan proprioceptif. Hal ini dibutuhkan untuk
mengembalikan kemampuan fungsional pasien.
d. Breathing Exercise
Breathing exercise adalah latihan pernapasan untuk melatih otot
respirasi, memperbaiki ventilasi paru, memelihara mobilitas chest, serta
memperbaiki pola napas abnormal.

e. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan modalitas fisioterapi dengan menggunakan
gerak tubuh baik aktif maupun pasif untuk pemeliharaan dan perbaikan
kekuatan otot, mobiltas dan stabilitas, fleksibilitas dan menambah ROM.
Adapun teknik terapi latihan yang dilakuka pada kasus hemiparese
yaitu menggunakan teknik Relaxed Passive Movement yang bertujuan
untuk menambah ROM dan menjaga elastisitas otot.
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien

Nama : Ny. Y

Umur : 63 tahun

Alamat : Jl. Pintu 0 Unhas Tamalanrea

Sex : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. Anamnesis Khusus

Keluhan utama : Kelemahan pada kedua ekstremitas sisi kanan

Lokasi keluhan : Sisi kanan pada kedua ekstremitas

Lama keluhan : ± 2 tahun yang lalu

RPP : Sejak tahun 2016 pasien mendadak terkena stroke.


Pada awalnya pasien merasakan kram namun
menganggapnya biasa. Kemudian pada saat pasien
menyapu, tangannya sudah tidak dapat
menggenggam sesuatu.
Riwayat penyakit penyerta : Hipertensi, kolesterol, asam urat.

Riwayat trauma : Pernah jatuh 2 minggu yang lalu.

Riwayat Operasi :-
C. Pemeriksaan Vital Sign

- Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg


- Denyut Nadi : 68x / menit
- Pernapasan : 20x / menit
- Suhu : 36 °C

D. Inspeksi/Observasi

- Statis : bahu asimetris, asimetris pelvic, dan postur tubuh tampak


khyposis
- Dinamis : pasien lebih dominan menggunakan anggota gerak/badan
sisi kiri dalam seperti berjalan.

E. Pemeriksaan spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

a. Pemeriksaan MMT

Kanan Kiri
3 5

3 5

Kesimpulan : Hasil menunjukkan adanya penurunan otot pada lengan dan


tungkai kanan

b. Pemeriksaan Sensorik
- Tes rasa sakit (tajam tumpul) : Normal
- Tes rasa posisi : Normal

c. Pemeriksaan Motorik

- Reaksi Keseimbangan
Hasil : pasien positif mengalami imbalance karena cenderung
bertumpu pada sisi yang sehat.

- Reaksi Transfer

Hasil : pasien sulit melakukan perubahan posisi terlentang ke


miring dan sulit menggerakkan kaki kanan secara aktif.

d. Tes Koordinasi

- Finger to finger : Sedikit terganggu


- Finger to noise : Sedikit terganggu
- Finger to finger terapis : Sedikit terganggu
- Heel to knee : Sedikit terganggu
- Heel to finger terapis : Sedikit terganggu

e. Tes ADL

No Item yang dinilai Skor nilai


1. Makan 0 = tidak mampu mandiri 1
1 = perlu bantuan memotong mengoles
mentega, dan sebagainya, atau perlu
mengubah diet
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = tidak mampu mandiri 1
1 = mandiri
3. Merawat diri 0 = perlu bantuan untuk perawatan diri 0
1 = mandiri untuk wajah/rambut/gigi
4. Berpakaian 0 = tidak mampu mandiri 2
1 = perlu bantuan untuk bisa
melakukan sendiri atau setengah
dibantu.
2 = mandiri (termasuk
kencing,resleting,dsb)
5. Buang Ai Besar 0 = tidak mandiri 1
(BAB) 1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
6. Buang Air Kecil 0 = tidak mandiri 1
(BAK) 1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
7. Menggunakan toilet 0 = tidak mandiri 1
1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
8. Bergerak 0 = tidak mampu, tidak seimbang 2
1 = butuh bantuan satu atau dua orang
2 = bantuan minimal
3 = mandiri
9. Mobilitas 0 = tidak bisa berjalan 3
1 = bergantung pada kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu
orang
3 = mandiri
10. Naik Tangga 0 = tidak mampu mandiri 1
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
Total 0-20 13

Intepretasi hasil :

20 : mandiri

12-19 : ketergantungan ringan

9-11 : ketergantungan sedang

5-8 : ketergantugan berat


0-4 : ketergantungan total

Dari hasil indeks barthel, pasien mengalami ketergantungan ringan.

F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (sesuai konsep ICF)


- Diagnosis

“Gangguan ADL et causa Hemiparese Dextra Post Stroke Non


Hemoragik”

- Problematik Fisioterapi :

1. Impairment

a. Kelemahan pada anggota gerak sisi dextra


b. Spastisitas pada jari-jari tangan dan wrist
c. Terdapat nyeri pada shoulder
d. Keterbatasan ROM
2. Acivity Limitation
a. Kesulitan berjalan, berdiri lama, dan jongkok ke berdiri
b. Gangguan ADL
3. Participation Restriction
Tidak dapat melakukan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga
serta berpartisipasi dengan lingkungan masyarakat.

G. Rencana Intervensi Fisioterapi


a. Infra Red
b. Interferential Current
c. Pursed Lip Breathing Exercise
d. PNF
e. Relaxed Passive Movement
f. Edukasi
H. Program Intervensi Fisioterapi

1. Infra Red
Tujuan : Untuk mengurangi rasa nyeri, dan rileksasi otot

Posisi pasien: Supine lying

Persiapan alat: Cek alat, kabel dan pastikan alat dalam keadaan baik.

Teknik pelaksanaan:

- On kan alat
- Panaskan sekitar 5 menit
- Pastikan daerah yang ingin disinari tidak terhalangi oleh
pakaian / assesoris pasien
- Atur jarak IR dengan tubuh ± 30 cm
- Atur waktu selama 15 menit
- Setelah waktu habis, jauhkan IR dari tubuh pasien lalu tekan
tombol off
2. Interferential Current
Tujuan: Untuk menstimulasi otot, mengurangi rasa nyeri, mengurangi
edema
Posisi Pasien: Supine Lying
Teknik Pelaksanaan: basahi terlebih dahulu tempat pad, kemudian
bersihkan area yang akan diterapi, usahakan daerah yang di terapi bebas
dari pakaian, kemudian nyalakan alat, tempatkan kedua pad pada area
lumbal, atur waktu, gelombang, frekuensi, dan intensitas.

3. Breathing Exercise
Tujuan : Memperbaiki ventilasi, pola nafas tidak efisien, mengurangi
dan mengontrol sesak napas.
Posis pasien : sitting
Teknik pelaksanaan : Dengan tehnik purshed lip breathing ajarkan
pasien menarik nafas dalam hitungan 1,2 kemudian hembuskan
perlahan-lahan dalm hitungan 3,4,5,6 lewat mulut. Tangan fisioterapi
melakukan palpasi diatas abdomen, tidak boleh ada kontraksi otot
abdomen.

F: sekali dalam sehari

I : toleransi pasien

T : sitting dan posisi rileks

T : 5 menit

4. Relaxed Passive Movement

Tujuan : Untuk menambah ROM,sebagai rileksasi otot dan menjaga


elastisitas otot

Posisi Pasien : Supine Lying dalam keadaan senyaman mungkin

Tehnik palaksanaan : posisi teapis usahakan nyaman dan dapat


menjangkau dengan baik tehadap gerakan yang akan dilakukan, pada
kasus ini terapis berada di sebelah kiri pasien, Lengan dan tungkai yang
ingin digerakkan harus di fiksasi dengan baik dan mendapat penyangga
yang sempurna. Lalu mobilisasi persendian lengan dan tungkai ,pada
kasus ini yang di latih adalah shoulder joint, elbow joint, dan wrist joint
lengan kiri lalu hip joint, knee joint,dan ankle joint tungkai kiri

F : Sekali dalam sehari

I : toleransi pasien

T : telentang dalam posisi rileks

T : 15-20 menit
5. PNF

Tujuan : Untuk meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan ADL

Posisi pasien : Supine lying

Tehnik pelaksanaan : lakukan pola gerakan pada tungkai dengan pola


fleksi-abduksi-endorotasi + kombinasi, ekstensi-adduksi-eksorotasi +
kombinasi, fleksi-adduksi-endorotasi + kombinasi, dan ekstensi-
abduksi-eksorotasi + kombinasi. Lalu pola gerakan pada lengan yaitu
fleksi-abduksi-eksorotasi + kombinasi, ekstensi-adduksi-endorotasi +
kombinasi, fleksi-adduksi-eksorotasi + kombinasi, dan ekstensi-
abduksi-endorotasi + kombinasi.dan lakukan pegangan dengan
pegangan lumbrical.

F : sekali dalam sehari

I : toleransi pasien

T : telentang dalam posisi rileks

T : 8 x hitungan dengan 3-4 kali repitisi

6. Edukasi

Tujuan : Agar pasien dan keluarga mengetahui intervensi yang


diberikan dan dapat melakukan intervensi tersebut secara mandiri. Serta
memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

Tehnik penatalaksanaan : Memberikan edukasi dan bimbingan kepada


penderita dan keluarga untuk berobat dan berlatih secara teratur
baik saat terapi dan dirumah.
I. Evaluasi
a. Evaluasi sesaat : pasien nampak lelah setelah latihan
b. Evaluasi berkala :
- ROM pada gerakan fleksi knee dan fleksi hip mengalami
sedikit peningkatan
- Pasien sudah sedikit mampu mengangkat lengan dan
tungkainya lebih tinggi tanpa bantuan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah adanya tanda-
tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di Negara maju dan ketiga
terbanyak di negara berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2002, lebih dari
5,47 juta orang meninggal karena stroke di dunia.

Hemiparese sinistra adalah Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak yang
menyebabkan kelemahan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan sebelah
kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan
memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita mamberikan perhatian hanya
kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihat (Harsono,
2006). Adapun intervensi yang dapat diberikan adalah : Breathing Exercise, PNF,
Relaxed Passive Movement dan Edukasi.

B. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami anatomi, fisiologi, patologi
tentang stroke. Selain itu mahasiswa dapat melakukan tehnik assessment dan
pemeriksaan yang sesuai untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Kemampuan
keterampilan dan skill dalam melakukan proses intervensi fisioterapi perlu dicapai
dalam pembelajaran melalui pembimbing lahan dan berbagai referensi yang
diperoleh agar yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmayanti, Siti. 2011. Hemiparese.


https://www.scribd.com/doc/68839012/HEMIPARESE Diakses 11 April 2018

http://erepo.unud.ac.id/17414/3/1102106073-3-BAB%20II.pdf. Diakses pada 26


April 2018

Sholeh, Anwar. 2015. Makalah Hemiparesis.


https://www.scribd.com/document/259540464/Makalah-Hemiparesis-Anwar-
Sholeh. Diakses pada 26 April 2018

http://erepo.unud.ac.id/8298/3/9d9825a203a1f153e178908c357b5e41.pdf Di
akses pada 19 April 2018

Anda mungkin juga menyukai