Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. S DENGAN CEREBRO VASKULER ACCIDENT NON


HEMORAGIC (CVA NON HEMORAGIC) DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
PUJIYANTI (2104100)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN


PADA NY. S DENGAN CEREBRO VASKULER ACCIDENT NON
HEMORAGIC (CVA NON HEMORAGIC) DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA

Telah diperiksa dan disetujui Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klinik

Yogyakarta, Juni 2022

Mengetahui

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

(Ns. Dewi Purnasiwi, S.Kep.,M.Kep.) (Isnanto, S.Kep., Ns., MAN.)


LAPORAN PENDAHULUAN CVA NON HEMORAGIC

A. Definisi
Stroke adalah kerusakan pada otak yang muncul mendadak, progresif, dan cepat
akibat gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan tersebut secara
mendadak menimbulkan gejala antara lain kelumpuhan sesisi wajah atau anggota
badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran,
gangguan penglihatan, dan lain-lain (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Stroke non hemoragik merupakan keadaan sementara atau temporer dari disfungsi
neurologic yang dimanifestasikan oleh kehilangan fungsi motorik, sesorik atau
visual secara tiba-tiba. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik terjadi akibat
obstruksi atau pembuluh organ distal, tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Stroke non hemoragik diakibatkan karena adanya sumbatan pada
pembuluh darah otak yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti (Wijaya & Putri, 2016).

Gambar 1. Stroke Hemoragik


Sumber: Wijaya & Putri, 2016

B. Anatomi Fisiologi
1. Otak
Otak terletak dalam rongga cranium , terdiri atas semua bagian system saraf
pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari cerebrum
cerebellum, brainstem, dan limbic system (Derrickson & Tortora, 2013). Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron
telah di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau
plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak mengambil alih
fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak belajar kemampuan baru, dan ini
merupakan mekanisme paling penting dalam pemulihan stroke.
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla
spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi
dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan
bagian tubuh lainnya (Derrickson & Tortora, 2013).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen bagiannya
adalah:

Gambar 2. Otak
Sumber: LeMone, 2016

a. Cerebrum
Bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan
kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan
girus (Patrisia, 2020). Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus Frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area
broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini
mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik
(area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Patrisia, 2020).
2) Lobus Temporalis
Mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari
fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis
(Patrisia, 2020). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
3) Lobus Parietalis
Lobus parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran.
4) Lobus Oksipitalis
Lobus Oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini
dengan informasi saraf lain & memori (Widowati, 2021).
5) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom.
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk
keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot
volunter secara optimal. Cerebelum atau otak kecil merupakan bagian
terbesar dari otak belakang. Cerebelum menempati fosa kranialis
posterior dan diatapi tentorium cerebri yang merupakan lipatan
duramater yang memisahkan dari lobus oksipitalis serebri. Bentuknya
oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang
melebar pada bagian lateral disebut hemisfer. Cerebelum berhubungan
dengan batang otak melalui pedunkulus cerebri inferior (corpus retiform).
Permukaan luar cerebelum berlipat-lipat seperti cerebrum tetapi lebih
lipatanya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan cerebelum ini
mengandung zat kelabu. Korteks cerebelum dibentuk oleh substansia
grisea, terdiri dari tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye,
lapisan granular dalam. Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari
cerbrum harus melewati cerebelum.
c. Batang Otak
Batang otak terdiri dari 3 struktur utama, yakni otak tengah, pons, dan
medulla oblongata. Otak tengah adalah pusat pengatur gerakan otot mata,
sedangkan pons terlibat dalam koordinasi gerakan mata dan otot wajah,
pendengaran, dan keseimbangan.

Gambar 3. Bagian-bagian otak


Sumber: LeMone, 2016

1) Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal berwarna bening dan jernih yang
mengelilingi dan melindungi otak serta saraf tulang belakang.
Selain untuk melindungi otak dan saraf tulang belakang, cairan
ini juga berfungsi untuk membawa nutrisi melalui darah ke
otak, serta menghilangkan produk limbah atau sisa
metabolisme dari otak. Cairan serebrospinal dihasilkan di
bagian ventrikel otak. Banyaknya jumlah cairan ini
dikendalikan oleh jaringan otak.
2) Meninges

Gambar 4. Meninges
Sumber: LeMone, 2016

Meninges adalah lapisan atau membran tipis yang berfungsi


menutupi dan melindungi otak dan saraf tulang belakang. Ada
3 lapisan meninges, yaitu dura mater (lapisan luar paling
tebal), lapisan arachnoid (membran tengah dan tipis), dan pia
mater (lapisan dalam).
3) Corpus Callosum
Gambar 5. Corpus Callosum
Sumber: LeMone, 2016

Corpus Callosum adalah seikat serabut saraf yang terdapat di


antara belahan otak kiri dan kanan. Serabut saraf ini
menghubungkan dan memungkinkan komunikasi antara kedua
belahan otak tersebut.
4) Talamus
Bagian ini merupakan struktur dari otak tengah yang memiliki
2 lobus (bagian). Talamus bertindak sebagai pemancar untuk
hampir semua informasi yang datang dan berjalan di antara
otak dan seluruh sistem saraf di tubuh.

Gambar 6. Talamus
Sumber: LeMone, 2016

5) Hipotalamus
Hipotalamus adalah struktur kecil yang berada di tengah otak,
tepatnya di bawah talamus. Fungsinya untuk mengendalikan
suhu tubuh, sistem reproduksi, tekanan darah, emosi, nafsu
makan, pola tidur, dan produksi hormon.
6) Kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis)

Gambar 7. Kelenjar Pituitari


Sumber: LeMone, 2016
Kelenjar hipofisis atau pituitari adalah organ kecil seukuran
kacang polong yang terletak di dasar otak. Kelenjar hipofisis
menghasilkan hormon yang berfungsi untuk mengatur dan
merangsang kelenjar lain di tubuh untuk bekerja. Contoh
kelenjar yang diatur oeh hipofisis ini adalah kelenjar tiroid dan
kelenjar adrenal. Hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar
hipofisis prolaktin, oksitosin, LH, FSH, TSH, antidiuretik,
adrekortikotropin, dan hormon pertumbuhan.
7) Ventrikel

Gambar 8. Ventrikel
Sumber: LeMone, 2016

Ventrikel adalah ruangan berisi cairan di dalam otak. Ada 4


ventrikel otak, yakni 2 ventrikel samping di belahan otak besar,
di tengah otak, dan di belakang otak. Ventrikel saling
terhubung satu sama lain oleh serangkaian tabung. Cairan di
dalam ventrikel inilah yang disebut cairan serebrospinal.
Ventrikel Lateral terdiri dari ventrikel kiri dan kanan, dengan
satu ventrikel diposisikan di setiap belahan otak besar.
Ventrikel lateral meluas melalui keempat lobus korteks
serebral, dengan area pusat setiap ventrikel terletak di lobus
parietal. Setiap ventrikel lateral terhubung ke ventrikel ketiga
melalui saluran yang disebut foramen interventrikular.
Ventrikel Ketiga terletak di tengah diensefalon,
antara talamus kiri dan kanan. Bagian dari pleksus koroid yang
dikenal sebagai tela chorioidea terletak di atas ventrikel
ketiga. Pleksus koroideus menghasilkan cairan
serebrospinal. Saluran foramina interventrikular antara
ventrikel lateral dan ketiga memungkinkan cairan serebrospinal
mengalir dari ventrikel lateral ke ventrikel ketiga. Ventrikel
ketiga terhubung ke ventrikel keempat oleh saluran air serebral,
yang memanjang melalui otak tengah. Ventrikel keempat
terletak dibatang otak, posterior ke pons dan medula oblongata.
Ventrikel keempat berlanjut dengan saluran air serebral dan
kanal sentral dari sumsum tulang belakang. Ventrikel ini juga
berhubungan dengan ruang subarachnoid. 
Ruang subarachnoid adalah ruang antara materi arachnoid dan
piamater meningen. Koneksi dari ventrikel keempat dengan
kanal pusat dan ruang subarachnoid memungkinkan cairan
serebrospinal beredar melalui sistem saraf pusat.
8) Kelenjar pineal
Kelenjar pineal adalah kelenjar kecil yang berada di ventrikel
otak. Kelenjar ini berperan dalam perkembangan sistem
reproduksi dan menghasilkan hormon melatonin yang
memengaruhi pola tidur sehari-hari. Namun, di luar manfaat
tersebut, fungsi kelenjar ini belum diketahui secara menyeluruh
dan masih diteliti lebih lanjut.
9) Saraf kranial
Terdapat 12 pasang saraf kranial dengan fungsi spesifik di area
kepala dan leher. Satu pasang saraf kranial pertama berada di
otak besar, sedangkan 11 pasang lainnya ada di batang otak.
Fungsi saraf kranial antara lain mengendalikan pergerakan
mata dan otot wajah, memengaruhi indra perasa dan
pendengaran, menjaga keseimbangan tubuh, dan
mengendalikan otot-otot dan kinerja organ di dalam tubuh.

2. Peredaran Darah

Gambar 8. Lingkar Willis


Sumber: LeMone, 2016

Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang diperlukan
bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat mendesak dan
vital, sehingga aliran darah yang konstan harus terus dipertahankan. Suplai
darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh pembuluh darah yang
bercabang-cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (LeMone, 2016).
a. Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan
arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk
circulus willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri
karotis komunis yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri
medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini
keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah kaudal dengan
arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior saling berhubungan melalui
arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari
arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan
cabang dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan
cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui
foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris (LeMone, 2016).
b. Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater.
Sinus-sinus duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar
berbentuk triangular. Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke
dalam sinus longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena
cortex yang utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke
dalam sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang
mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena serebri profunda
memperoleh aliran darah dari basal ganglia (LeMone, 2016).
3. Saraf
Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
1) Nervus olfaktorius, saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh
dahi, membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke
otak.
2) Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan
penglihatan ke otak.
3) Nervus okulomotoris, bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital
(otot pengerak bola mata), menghantarkan serabut-serabut saraf para
simpati untuk melayani otot siliaris dan otot iris.
4) Nervus troklearis, bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf
pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak
mata.
5) Nervus trigeminus, bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini
mempunyai tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga,
saraf ini merupakan saraf otak besar. Sarafnya yaitu:
a) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan
bola mata.
b) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir
atas, palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
c) Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
6) Nervus abdusen, sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital.
Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata.
7) Nervus fasialis, sifatnya majemuk (sensori dan motorik)
serabutserabut motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir
ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik
wajah untuk menghantarkan rasa pengecap.
8) Nervus Vestibulokoklearis, sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar,
membawa rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak.
Fungsinya sebagai saraf pendengar.
9) Nervus glosofaringeus, sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa
rangsangan cita rasa ke otak.
10) Nervus vagus, sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung
saraf-saraf motorik, sensorik dan para simpatis faring, laring,
paruparu, esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen. fungsinya sebagai saraf perasa.
11) Nervus asesorius, saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid
dan muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
12) Nervus hipoglosus, saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya
sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.
C. Patoflowdiagram dari kasus/penyakit

Hipertensi DM Konsumsi Rokok Gangguan Peningkatan Obesitas


alkohol jantung kolesterol
berlebih
Mekanisme Zat dalam
Peningkatan rokok masuk Atrium Lemak Kurang
RAA
kadar glukosa dalam paru fibrilasi menimbun aktifitas dan
Peningkatan
trigriselid dalam darah olahraga

Vasokonstriksi
Glikolisasi Larut dalam Ventrikel tidak Makan
Pengerasan darah Timbul
berkontraksi makanan
arteri plak
secara adekuat mengandung
Peningkatan Peningkatan lemak
vaskuler pembentukan Arteri cepat
protein plasma yang Terjadi mengeras Plak
menganadung sumbatan Membentuk Lemak
memblokir
glukosa trombus menimbun
aliran darah
ke otak dalam darah
Membentuk
Endotel Membentuk trombus
Pembengkakan
injury trombus
osmotik Timbul
plak

Agregasi
Terjadi Membentuk
trombosit
sumbatan trombus

Membentuk
trombus Suplai O2 ke otak
menurun
Iskemik
Serebrum
Hipoksia
Metabolisme
Lobus anaerob
parietalis
STROKE NON HEMORAGIK
Rangsang Peningkatan
Gangguan sensasi nyeri asam laktat
perabaan Iskemik pada arteri Iskemik pada arteri Iskemik pada arteri
serebral anterior serebral medial serebral posterior
Nyeri kepala Gangguan
hebat permeabilitas sel
Parestesia Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan
promotor area Brocha gustatory visual
Pemeriksaan
Nyeri
Kerusakan MSCT kepala
Akut
neuromuskular Disatria, Disfalgia Gangguan
Afasia penglihatan

Pemeriksaan Edema serebri


kekuatan otot Defisit
Gangguan Nutrisi Gangguan
Komunikasi
Persepsi
Verbal Peningkatan
Hemiplegia Hemiparese Sensori
TIK

Gangguan Defisit
Risiko Perfusi
Mobilitas Fisik Perawatan Diri
Serebral Tidak
(Sumber : Widowati, 2021) Efektif
PENGKAJIAN RESUME KASUS DI GAWAT DARURAT

Nama Mahasiswa : Pujiyanti


Semester/Tingkat : Prodi Pendidikan Profesi Ners/Semester II
Tempat Praktek : IGD Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tanggal Pengkajian : Senin, 06 Juni 2022 jam 19.00 WIB

DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Ny. S
2. Umur : 70 tahun 5 bulan 15 hari
3. Alamat : Wonosobo
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS/RB : Senin, 06 Juni 2022 jam 18.53 WIB
6. Nomor Rekam Medis : 02100xxx
7. Diagnosa Medis Definitif : CVA Non Hemoragic
8. Tingkat Kegawatan : II

B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway (jalan napas)
Tidak ada sumbatan jalan napas, pasien dapat bernapas secara spontan.
2. Breathing
Pasien dapat bernapas dengan spontan, respirasi rate : 20x/menit,
pernapasan reguler.
3. Circulation
a. Vital sign
1) Tekanan darah : 172/100 mmHg
2) Nadi : 78x/menit
3) Suhu : 36,20C
b. Capilarry refill : 2 detik
c. Akral : teraba hangat
d. Saturasi oksigen : 97%
4. Disability
a. Keadaan umum
Pasien sadar penuh (compos mentis), pasien mengatakan kepala
pusing, badan terasa lemas, pasien mengalami kelemahan anggota
54
gerak sebelah kiri, kekuatan otot .
53
b. GCS
E: 4 V :5 M :6

C. ANALISIS DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Risiko Perfusi Hipertensi
- Pasien mengatakan Serebral Tidak
kepala terasa pusing Efektif (D.0017)
- Pasien mengatakan
mengalami kelemahan
anggota gerak sebelah
kiri
DO :
- Tekanan darah 172/100
mmHg
- Nadi 78x/menit
- Pasien pucat
54
- kekuatan otot
53
D. RENCANA DAN IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam Data Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
06 Juni DS : Risiko Perfusi Perfusi Manajemen 1. Memonitor S:
2022/19.05 WIB - Pasien Serebral Tidak Serebral Peningkatan Tekanan tanda/gejala - Pasien mengatakan
mengatakan Efektif (D.0017) (L.02014) Intrakranial (I.06194) peningkatan TIK pusing sdah
kepala Setelah 1. Monitor (kesadaran, tekanan berkurang
terasa dilakukan tanda/gejala darah, pola nafas, - Pasien mengatakan
pusing tindakan peningkatan TIK nadi) masih mengalami
- Pasien keperawatan (kesadaran, tekanan DS: kelemahan anggota
mengatakan selama 1 x 10 darah, pola nafas, - Pasien gerak sebelah kiri
mengalami menit, nadi) mengatakan - Pasien mengatakan
kelemahan diharapkan 2. Berikan posisi semi kepala masih badan terasa lemas
anggota perfusi serebral fowler pusing O:
gerak meningkat, 3. Anjurkan pasien - Pasien - Tekanan darah
sebelah kiri dengan kriteria untuk membatasi mengatakan 160/90 mmHg
DO : hasil: aktifitasnya napas tidak - Nadi 80x/menit
- Tekanan 1. Sakit 4. Kolaborasikan sesak - Respirasi 20x/menit
darah kepala pemberian cairan DO: 54
172/100 menurun intravena - Kesadaran - Kekuatan otot
53
mmHg 2. Kecemasa 5. Kolaborasikan pasien A: Masalah risiko perfusi
- Nadi n menurun untuk pemeriksaan compos serebral tidak efektif
78x/menit 3. Tekanan MSCT Kepala mentis belum teratasi
- Pasien intrakrania - Tekanan P: Lanjutkan intervensi
pucat dan l membaik darah 160/95 I:
cemas 4. Tekanan mmHg 1. Memonitor
- Kekuatan darah - Respirasi tanda/gejala
54 sistolik 20x/menit peningkatan TIK
otot membaik 2. Memberikan posisi
53 (kesadaran, tekanan
120-130 semi fowler darah, pola nafas, nadi)
mmHg DS: DS:
5. Tekanan - Pasien - Pasien
darah mengatakan mengatakan
diastolik nyaman pusing
membaik dengan posisi berkurang
80-90 tidurnya - Pasien
mmHg DO: mengatakan
- Pasien lebih napas tidak
rileks dan sesak
tenang DO:
3. Menganjurkan pasien - Kesadaran
untuk membatasi pasien compos
aktifitasnya mentis
DS: - Tekanan darah
- Pasien 160/90 mmHg
mengatakan - Respirasi
akan 20x/menit
beristirahat 2. Anjurkan pasien untuk
dan tidak membatasi aktifitasnya
banyak DS:
bergerak DO:
karena kaki - Pasien tirah
dan tangan baring dan
kiri sulit tidak banyak
digerakkan bergerak
DO: E:
- Pasien rileks S:
4. Memberikan cairan - Pasien
intrevena mengatakan
DS: pusing berkurang
DO: - Pasien
- Pasien mengatakan
dipasang tangan dan kaki
infus RL 500 kiri masih
cc dengan 20 mengalami
tetes per kelemahan
menit O:
5. Melakukan - Tekanan darah
pemeriksaan MSCT 160/85 mmHg
Kepala - Respirasi
DS: 20x/menit
- Pasien - Nadi 70x/menit
mengatakan - Pasien lemas
sudah A: Masalah risiko perfusi
dilakuakn serebral tidak efektif
scan kepala belum teratasi
DO: P: Lanjutkan intervensi
- Mengarah R:Kolaborasi pemberian
CVA infark terapi obat
Pons
E. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan kaki dan tangan sebelah kiri mengalami
kelemahan, jari-jari tangan kiri sulit untuk digerakkan, kaki sulit
untuk digerakan pergerakannya terbatas
b. Keluhan tambahan
Pasien mengatakan badan terasa lemas dan masih sedikit pusing
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 05 Juni 2022 sekitar pukul 21.00
WIB badan terasa lemas tangan dan kaki kiri mengalami kelemahan,
pasien mengatakan menganggap bahwa ini hanya karena lemas jadi
tidak periksa. Tapi pada tanggal 06 Juni 2022 pasien masih
merasakan keluhan yang sama, akhirnya pada pukul 18.00 WIB
keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Pada pukul 18.53 pasien sampai di IGD. Di IGD dilakukan
pemeriksaan pasien mengatakan kepala pusing, tangan dan kaki kiri
mengalami kelemahan, dan badan terasa lemas. Hasil tanda-tanda
vital tekanan darah : 172/100 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,2 0C ,
respirasi 20x/menit, saturasi oksigen 97%.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan ada riwayat hipertensi dan diabetes melitus.
Diabetes sejak kurang lebih 2 tahun, pasien mengatakan tidak rutin
melakukan cek kesehatan dan pengobatan.
2. Pemeriksaan fisik fokus
a. Pemeriksaan Neurologi
1) Tingkat kesadaran compos mentis
2) GCS : E=4, V=5, M=6
3) Pasien mempu membedakan bau
4) Reflek pupil dan cahaya ada
5) Tidak ada kelumpuhan daerah wajah
6) Terdapat refleks muntah dan menelan
7) Kaku kuduk negatif
8) Brudzinsky Neck Sign negatif
54
9) Kekuatan otot , pasien mengalami kelemahan anggota gerak
53
sebelah kiri
3. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tanggal 06 Juni 2022 jam 19.39 WIB.
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
1. Hemoglobin 14,3 g/dL 11,7 – 15,5
2. Leukosit 8,62 ribu/mmk 4,5 -11,5
3. Eosinofil L 0,8 % 2–4
4. Basofil 0,3 % 0–1
5. Segmen neutrofil 58,9 % 50 – 70
6. Limfosit 31,9 % 18 – 42
7. Monosit H 8,1 % 2–8
8. Limfosit total 2,8 10^3/L 1,5– 3,7
9. Rasio 1,82 <3,13
neutrofil/Limfosit
10. Hematokrit 43,3 % 35,0 – 49,0
11. Eritrosit 5,38 juta/mmk 4,20 – 5,40
12. RDW 12,3 % 11,5 – 14,5
13. MCV 80,5 Fl 80,0 – 94,0
14. MCH 26,6 pg 26,0 – 32,0
15. MCHC 33,0 g/dL 32,0 - 36,0
16. Trombosit 282 ribu/mmk 150 – 450
17. MPV 9,8 fl 7,2 – 11,1
18. PDW 10,3 fl 9,0 – 13,0
19. Glukosa Darah H 171,0 mg/dL 70 – 140
Sewaktu
20. Ureum 31,0 mg/dL 14,0 – 40,0
21. Creatinine H 1,06 mg/dL 0,55 – 1,02
22. Natrium 144,6 mmol/L 136-146

b. Pemeriksaan MSCT Kepala: mengarah CVA infark Pons.


4. Terapi medik
a. Plavik 1 x 300 mg
b. Farmasal 1 100 mg
c. Suvesco 1 x 10 mg
F. ANALISIS DATA PENGKAJIAN SEKUNDER
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Risiko Perfusi Hipertensi
- Pasien mengatakan Serebral Tidak
kaki dan tangan Efektif (D.0017)
sebelah kiri mengalami
kelemahan, jari-jari
tangan kiri sulit untuk
digerakkan, kaki sulit
untuk digerakan
pergerakannya terbatas
DO :
- Tekanan darah 160/90
mmHg
- Nadi 60x/menit
54
- kekuatan otot
53
- pasien lemas
G. RENCANA DAN IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam Data Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
06 Juni DS : Risiko Perfusi Perfusi Manajemen 1. Memonitor S:
2022/19.30 WIB - Pasien Serebral Tidak Serebral Peningkatan tanda/gejala - Pasien mengatakan
mengatakan Efektif (L.02014) Tekanan Intrakranial peningkatan TIK sudah tidak pusing
kaki dan (D.0017) Setelah (I.06194) (kesadaran, tekanan - Pasien mengatakan
tangan dilakukan 1. Monitor darah, pola nafas, masih mengalami
sebelah kiri tindakan tanda/gejala nadi) kelemahan anggota
mengalami keperawatan peningkatan TIK DS: gerak sebelah kiri
kelemahan, selama 1 x 1 (kesadaran, - Pasien - Pasien mengatakan
jari-jari jam, diharapkan tekanan darah, mengatakan badan masih terasa
tangan kiri perfusi serebral pola nafas, nadi) pusing lemas
sulit untuk meningkat, 2. Berikan posisi berkurang O:
digerakkan, dengan kriteria semi fowler - Pasien - Tekanan darah
kaki sulit hasil: 3. Berikan obat mengatakan 150/90 mmHg
untuk 1. Tekanan Plavik 1x 300 mg, napas tidak - Nadi 70x/menit
digerakan intrakrania Farmasal 1 x 100 sesak - Respirasi 20x/menit
pergerakanny l membaik mg, dan Suvesco 1 DO: 54
a terbatas 2. Tekanan x 10 mg secara - Kesadaran - Kekuatan otot
53
DO : darah oral pasien A: Masalah risiko perfusi
- Tekanan darah sistolik 4. Anjurkan pasien compos serebral tidak efektif
160/90 mmHg membaik untuk membatasi mentis belum teratasi
- Nadi 120-130 aktifitasnya - Tekanan P: Lanjutkan intervensi
60x/menit mmHg darah 160/90 I:
- kekuatan otot 3. Tekanan mmHg 1. Memonitor tanda/gejala
54 darah - Respirasi peningkatan TIK
53 diastolik 20x/menit (kesadaran, tekanan
- Pasien lemas membaik 2. Memberikan posisi darah, pola nafas, nadi)
80-90 semi fowler DS:
mmHg DS: - Pasien
4. Kekuatan - Pasien mengatakan
otot mengatakan sudah tidak
meningkat nyaman pusing
dengan - Pasien
posisi mengatakan
tidurnya napas tidak
DO: sesak
- Pasien lebih DO:
rileks dan - Kesadaran
tenang pasien compos
3. Menganjurkan pasien mentis
untuk membatasi - Tekanan darah
aktifitasnya 150/90 mmHg
DS: - Respirasi
- Pasien 20x/menit
mengatakan - Nadi
akan 70x/menit
beristirahat - Pasien lemas
dan 2. Anjurkan pasien untuk
membatasi membatasi aktifitasnya
pergerakan DS:
DO: DO:
- Pasien - Pasien tirah
tenang baring dan
4. Memberikan obat tidak banyak
Farmasal 100 mg bergerak
secara oral E:
DS:- S:
DO: - Pasien
- Pasien tidak mengatakan
muntah, pusing berkurang
tidak ada - Pasien
tanda alergi mengatakan
dan efek tangan dan kaki
samping kiri masih
obat, obat mengalami
sudah kelemahan dan
ditelan pergerakan
terbatas
O:
- Tekanan darah
150/85 mmHg
- Respirasi
20x/menit
- Nadi 75x/menit
- Pasien lemas
A: Masalah risiko
perfusi serebral tidak
efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
R:Pasien dipindahkan ke
Ruang Gardenia jam
20.40 WIB
Yogyakarta, 06 Juni 2022

Preceptee Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Pujiyanti) (Ns. Dewi Purnasiwi, S.Kep.,M.Kep.) (Isnanto, S.Kep., Ns., MAN.)

Anda mungkin juga menyukai