TINJAUAN TEORI
8
9
2. Anatomi fisiologi
Sistem persayarafan terdiri dari otak, medula spinalis, dan saraf perifer.
Struktur ini bertanggung jawab untuk mengendalikan dan
mengoordinasikan aktifitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik.
Perjalanan impuls-impuls tersebut berlangsung melalui serat-serat saraf dan
jaras-jaras secara langsung dan terus-menerus, perubahan potensial elektrik
menghasilkan respons yang akan mentransmisikan sinyal-sinyal. (Batticaca
,2008)
a. Otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh
selaput otak dan tulang tengkorak yang kuat dan terletak dalam kavum
kranii. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram, setengah padat dan
berwarna kelabu kemerahan. Otak dibungkus oleh tiga selaput otak
(meningen) dan dilindungi oleh tulang tengkorak. Otak mengapung
dalam suatu cairan untuk menunjang otak yang lembek dan halus.
Cairan ini bekerja sebagai penyerap goncangan akibat pukulan dari luar
terhadap kepala. (Syaifuddin, 2016)
Otak dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu serebrum, batang otak, dan
serebellum.
1) Serebrum
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang terdiri atas
dua hemisfer serebri dan dihubungkan oleh massa substansia alba
yang disebut korpus kolosum dan empat lobus, yaitu lobus frontal
(terletak di depan sulkus pusat), lobus pariental (terletak di belakang
sulkus pusat dan diatas sulkus lateral), lobus oksipital (terletak
dibawah sulkus parieto-oksipital), dan lobus temporal (terletak
dibawah sulkus lateral). (Batticaca, 2008)
Serebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling
menonjol. Di sini terletak pusat-pusat saraf yang mengatur semua
kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran,
memori, dan inteligensi. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian
10
tubuh sebelah kiri dan hemisfer serebri kiri mengatur bagian tubuh
kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian kontralateral.
(Muttaqin, 2012)
Menurut Fransisca Batticaca (2008), serebrum terbagi menjadi 4
lobus :
a) Lobus Frontal.
Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang terletak pada fosa
anterior. Area ini mengontrol perilaku individu, membuat
keputusan, kepribadian, dan menahan diri.
b) Lobus Pariental.
Lobus pariental disebut juga lobus sensorik. Area ini
menginterpretasikan sensasi. Area ini mengatur individu untuk
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c) Lobus Temporal.
Lobus temporal berfungsi untuk mengintregasikan sensasi
pengecapan, penciuman, dan pendengaran. Memori jangka
pendek sangat berhubungan dengan daerah ini.
d) Lobus Oksipital.
Lobus oksipital terletak pada lobus posterior hemisfer. Bagian
ini bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.
Gambar 2.1 gambaran otak terlihat dari luar yang memperhatikan bagian-bagian
penting dari lobus.
3) Batang otak
Brainstem berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala,
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau
sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar
manusia termasuk pernafasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,
mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumer insting dasar
manusia, yaitu Fight or flight (lawan atau lari) saat datang bahaya.
(Hernanta Iyan, 2013)
Batang otak berada pada fosa anterior. Batang otak terdiri dari
mesenfalon, pons, dan medula oblongata (dapat di lihat pada gambar
2.1). otak tengah (midbrain) atau masenfalon (masencephalon)
adalah bagian sempit otak yang melewati incisura tertorii yang
menghubungkan pons dan serebellum dengan hemiser serebrum.
Bagian ini terdiri atas jalur sensorik dan motorik serta sebagai pusat
pendengaran dan penglihatan. Pons terletak di depan serebellum, di
antara mesenfalon dan medula oblongata dan merupakan jembatan
12
antara dua bagian serebrum, serta antara medula dan serebrum. Pons
berisi jaras sensorik dan motorik. (Batticaca, 2008)
Batang otak, terdiri dari otak tengah, pons, medula oblongata.
a) Otak tengah/mesencephalon, Terletak di depan otak kecil dan
jembatan varol (menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besardan sumsum tulang
belakang). bagian yang menghubungkan diencephalon dan pons.
Fungsi utama menghantarkan impuls ke pusat otak yang
berhubungan dengan pergerakan otot, penglihatan, pembesaran
pupil mata, dan pendengaran.
Di depan otak tengah (diencephalon). Talamus (Pusat pengatur
sensoris). Hipotalamus (Pusat pengatursuhu, Mengatur selera
makan, Keseimbangan cairan tubuh). Bagian atas ada
lobusoptikus (pusat refleks mata).
b) Pons: Merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke
pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons pada dasarnya
merupakan bagian yang menentukan apakah manusia terjaga
atau tertidur.
c) Medula oblongata, merupakan pusat refleks guna mengontrol
fungsi involunter seperti detak jantung, pernafasan, bersin,
menelan, batuk, pengeluaran saliva, muntah.
dengan rasio sel glia: neuron mencapai 50:1. Sel glia juga
mengontrol konsentrasi ion di lingkungan ekstraselular dan
berkontribusi pada transport nutrien, gas, dan sampah
metabolikantara neuron dan sistem vaskular dan CSS. Secara klinis,
sel-sel ini bertanggung jawab pada perkembangan beberapa tumor
intrakranial. Terdapat empat tipe sel neuroglia.
3) Neuron
Suatu badan sel saraf (soma) seperti sel lain yang memiliki organel
yang sama.struktur unik pada neuron seperti neurofibril, yang
merupakan serangkaian struktur seperti benang dan menyokong
struktur lain. Badan nissl yaitu bagian dari retikulum endoplasma
yang terpuas gelap adalah ciri khas neuron.
Dendrit yang berbentuk pohon berfungsi sebagai pembawa pesan
kepada badan sel saraf; akson membawa pesan menjauhi badan sel
saraf.
a) Neuron unipolar hanya memiliki satu serabut meninggalkan
badan sel, kemudian bercabang membentuk akson dan dendrit,
fungsinya untuk menyampaikan sinyal sensorik umum.
b) Neuron multipolar memiliki banyak sinapsis dan akson yang
membuat sinapsis menjadi banyak.
c) Neuron bipolar seringditemukan pada sistem sensorik khusus
seperti mata, hidung dan telinga.
d. Saraf kranial
Ada 12 pasang saraf yang keluar dari otak yang dikenal dengan saraf
cranial (nervus), masing-masing memiliki nama yang berbeda dan
memiliki fungsi masing-masing. Saraf-saraf tersebut ada yang bersifat
sensori, motorik ataupun keduanya. (Tarwoto,2013)
e. Nervus kranialis
Tabel 2.1 sifat dan fungsi saraf kranial
Saraf kranial Tipe Fungsi
Sumber : Black, Joyce & Hawks, Jane, (2014). “Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 buku 3”.
Jakarta : Elsevier
16
3. Etiologi
Menurut pudiastuti (2011) Penyebab stroke ada 3 faktor yaitu :
a. Faktor resiko medis, antar lain:
1) Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi).
2) Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
3) Migrain, pusing kepala sebelah.
4) Diabetes.
5) Kolesterol.
6) Gangguan jantung.
7) Riwayat stroke dalam keluarga.
8) Penyakit ginjal.
9) Penyakit vaskuler periver.
b. Faktor resiko prilaku, antara lain:
1) Kurang olahraga.
2) Merokok (aktif & pasif).
3) Makanan tidak sehat (junk food, fast food).
4) Kontrasepsi oral.
5) Mendengkur.
6) Narkoba.
7) Obesitas.
8) Stress.
9) Cara hidup.
c. Faktor lain
Data statistik 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya
dengan penyakit darah tinggi.
1) Trombosis serebral
Terjadi pada pembuluh darah dimana oklusi terjadi trombosis dapat
menyebabkan ischemia jaringan otak, edema dan kongesti di area
sekitarnya.
19
2) Emboli serebral
Penyumbatan pada pembuluh darah otak karena bekuan darah,
lemak atau udara. Kebanyakan emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat arteri serebral.
3) Perdarahan intra serebral
Pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi karena asterosclerosis dan
hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak akan menyebabkan
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan akibatnya otak akan bengkak, jaringan otak internal
tertekan sehingga menyebabkan infark otak, edema dan mungkin
terjadi herniasi otak. (Pudiastuti, 2011)
4) Migren.
5) Trombosis sinus dura.
4. Patofisiologi
Menurut Fransisca Batticaca (2008). Setiap kondisi yang menyebabkan
perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan keadaan hipoksia.
Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik
otak terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat
menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan
iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati
permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang
terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah
otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik
adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal
permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik
otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli,
maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan
oksigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti
kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang
20
5. Pathway
7. Klasifikasi
Menurut Ariani (2012), gangguan peredaran darah otak atau stroke dapat
diklarifikasikan menjadi dua, yaitu non-hemoragi/ iskemi/ infark dan stroke
hemoragi:
a. Non-hemoragi/ iskemik/infark.
1) Serangan iskemi sepintas (Transient Ischemic Attack-TIA).
TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode
serangan sesaat dari satu disfungsi serebral fokal akibat gangguan
vaskular, dengan lama serangan sekitar 2-15 menit sampai paling
lama 24 jam.
23
8. Komplikasi
Menurut Ariani (2012) komplikasi stroke yaitu:
a. Komplikasi dini (0-48 jam pertama).
1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian.
2) Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada stroke
stadium awal.
b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama).
1) Pneumonia: akibat immobilisasi lama.
2) Infark miokard.
24
9. Pemerisaan penunjang
Menurut Fransisca Batticaca (2008), pemeriksaan penunjang diagnostik
yang dapat dilakukan adalah :
a. Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal,
analisa gas darah, biokimia darah, elektolit.
b. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan
juga untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan
adanya infark.
c. Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena (
masalah sistem arteri karotis ) .
d. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
e. MRI ( magnetic resonance imaging ) : menunjukan daerah yang
mengalami infark, hemoragik ).
f. EEG ( elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
g. Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosit serebral ; klasifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
25
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kualitatif : Pada pasien stroke biasanya keadaan umum dapat
terjadi pada Compos Mentis sampai Coma
a) Compos Mentis = Kesadaran penuh.
b) Apatis = Kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk tetapi
mudah di bangunkan dan reaksi penglihatan, pendengaran,
serta perabaan normal.
c) Somnolent = Kesadaran dapat dibangunkan bila dirangsang,
dapat disuruh dan menjawab pertanyaan. Bila rangsangan
berhenti pasien tidur lagi.
d) Sopor = Kesadaran yang dapat dibangunkan dengan
rangsangan kasar dan terus menerus.
e) Sopora Coma = Reflek motoris terjadi hanya bila dirangsang
nyeri.
f) Coma = Tidak ada reflek motoris sekalipun dengan
rangsangan nyeri.
2) Kuantitatif : GCS (Glasgow Coma Scale)
a) Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan atau membuka mata dengan sendirinya tanpa
dirangsang.
29
c) Motorik (Gerakan) :
(6) : mengikuti perintah pemeriksa
(5) : melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri.
(4) : withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri.
(3) : flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya
menekuk saat diberi rangsang nyeri.
(2) : extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya
bergerak lurus (ekstensi) di sisi tubuh saat diberi
rangsang nyeri.
(1) : tidak ada respon
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : terjadi peningkatan darah 30-50 mmHg sistolik
dan diastolik 30 mmHg
Nadi : terjadi peningkatan denyut nadi.
Respirasi : sesak bisa terjadi dan bisa tidak terjadi.
Suhu : suhu bisa naik bisa juga turun.
30
d. Sistem Kerdiovaskuler
bunyi jantung di S1-S2 normal, tidak terdengar bunyi mur-mur,
menurunnya curah jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut
nadi.
e. Sistem Pernafasan
Kemungkinan ditemukan kesulitan bernafas atau tidak teratur,
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pola pernafasan jenis
ronki (aspirasi sekresi), batuk atau hambatan jalan nafas.
f. Sistem Pencernaan
Adanya distensi abdomen, adanya gangguan mengunyah dan
menelan, mual muntah selama fase akut (peningkatan TIK), nafsu
makan menghilang.
g. Sistem Perkemihan
Biasanya ditemukan perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia
urine, anuria, distensi kandung kemih.
h. Sistem Muskuloskeletal
Dapat ditemukan kelemahan umum, fasikulasi atau kontraktur,
kehilangan refleks tonus dan kekuatan otot menurun, hemiplegia,
paralise, distonia, paratonia, kekakuan, adanya gerakan involunter
yaitu tremour.
i. Sistem Reproduksi
Biasanya tidak di dapat kelainan pada sistem reproduksi, kebersihan
dan kelengkapan terjaga.
j. Sistem Pancaindra
1) Penglihatan
Biasanya mengalami penurunan penglihatan, pandangan kabur
dan keterbatasan lapang pandang.
2) Penciuman
Biasanya mengalami penurunan fungsi penciuman, seperti tidak
mencium bau apapun, penumpukan sekret pada hidung.
32
3) Pendengaran
Biasanya tidak terganggu atau pendengaran baik, bisa terjadi
penumpukan serumen pada telinga jika tidak di bersihkan.
4) Perasa atau pengecapan
Biasanya mengalami kehilangan rasa pengecapan, tidak napsu
makan dan kehilangan indra perasa pada semua makanan dan
minuman yang di berikan sehingga napsu makan menurun.
5) Perabaan
Biasanya ditemukan kehilangan indra peraba, kehilangan
kekuatan otot pada sebelah sisi tubuh.
3. Data Penunjang
a. Computerized Tomograph scanning (CT-Scan)
Biasanya ditemukan tumor, perdarahan, infark, dan abnormalitas.
Cara ini merupakan teknik pemeriksaan penting untuk deteksi proses
patologis di otak secara langsung.
b. Angiografi serebral
Membantu mendeteksi kelainan pembuluh darah intrakranial,
misalnya aneurisma, angioma.
c. Elektroensefalografi (EEG)
Dengan menilai adanya gangguan sirkulasi, perubahan aliran listrik di
otak akibat gangguan metabolisme sel syaraf yang menghambat
hantaran impuls listrik, menilai beratnya perubahan dari derajat
gangguan kesadaran, letak lesi patologis otak, progresivitas penyakit.
d. Doppler ssonografi
Dapat mendiagnosis kelainan pembuluh darah, dan pembuluh darah
ekstrakranial (arteri karotis).
e. Tes rutin
Jumlah sel darah total, trombosit, glukosa darah, urea, protein, asam
urat, kreatinin, fungsi hati, urine lengkap, EKG.
33
4. Analisa data
Tabel 2.2 Analisa data
No Data Etologi Masalah
1. Data Subjektif : Stroke infark Gangguan perfusi
- Mengalami penurunan jaringan serebral
pada tingkat kesadaran Proses metabolisme dalam otak
- Menunjukan disfungsi terganggu
otonom tubuh
- Mengalami aktivitas Penurunan suplai daran dan O2 ke
kejang otak menurun
- Mengalami sakit kepala
- Mengalami perbedaan Gangguan perfusi jaringan
pupil dan reaktif serebral
- Gangguan refleks
neurologis
- muntah
Data Objektif :
- Suhu kulit : ekstremitas
dingin
- Tampak sianosis
- Pucat saat elevasi, warna
tidak kembali setelah
menurunkan tungkai
- Nadi arteri menghilang
- Terdapat lanugo: jaringan
parut bundar ditutupi
dengan kulit yang
mengalami atrofi
- Klaudikasi
- Perubahan tekanan darah
di ekstremitas
- Penyembuhan luka lambat
- Perubahan fungsi motorik
- Waktu pengisian kapiler
>3 detik
2. Data subjektif : Pembulu darah menjadi kaku Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri
ada pada sekala (1-10) Kompresi jaringan otak
- Melaporkan nyeri
Data objektif : Peningkatan TIK
- Respon otonom
- Prilaku distraksi Nyeri akut
- Perilaku ekspresif
- Wajah topeng
- Sikap melindungi
- Fokus menyempit
- Bukti nyeri yang dapat di
amati
34
5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak tersumbat
akibat bekuan darah.
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intrakranial otak.
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Gangguan menelan akibat penurunan fungsi nerfus vagus dan ketidak
mampuan untuk mencerna makanan.
d. Hambatan mobilitas fisik b.d himeparsis, kehilangan keseimbangan
dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak.
e. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial atau
oral.
f. Gangguan perubahan sensori b.d perubahan resepsi sensori, transmisi,
integrasi (trauma neurologis atau defisit).
g. Defisit perawatan diri b.d gejala sisa stroke.
38